CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY SEBAGAI STRATEGI, ATAU AKAL

June 2, 2017 | Autor: Zainal Arifin | Categoria: Scopus
Share Embed


Descrição do Produto





CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY SEBAGAI STRATEGI, ATAU AKAL – AKALAN PERUSAHAAN


Zainal Arifin
[email protected]
Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Jember

Abstrak

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu keharusan atau kewajiban bagi suatu perusahaan untuk kepentingan jangka panjang dari sebuah bisnis. Perusahaan beroperasi tidak hanya untuk kepentingan bagi pemegang saham tetapi perusahaan juga harus memikirkan bagaimana perusahaan tersebut berkontribusi bagi masyarakat sekitar. Konsep tentang CSR akan muncul pada saat kesadaran akan sustainability jangka panjang perusahaan lebih penting dari pada profitability. Di dalam CSR tidak lagi menekankan pada mencari profit semata melainkan juga bagaimana tanggung jawab sosial dan lingkungan. Ketergantungan perusahaan terhadap keuangan tidaklah menjamin perusahaan akan tumbuh secara berkelanjutan. Suatu perencanaan awal untuk suatu usaha atau kegiatan pembangunan sangat diperlukan, guna dijadikan pertimbangan apakah tujuan perusahaan tersebut nantinya perlu dibuatkan penanggulangan dikemudian hari atau tidak.

Kata Kunci : Corporate Social Responsibility (CSR), sustainability, profitability


Pendahuluan
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih kita kenal dengan CSR (Corporate Social Responsbility) merupakan suatu keharusan bagi suatu perusahaan untuk berperilaku secara positif termasuk Karyawannya, Komunitas, Masyarakat, dan Lingkungan sekitar. Melaksanakan tanggung jawab sosial secara berkelanjutan merupakan suatu kewajiban bagi jenis perusahaan apapun, ketika perusahaan baru melakukan kegiatan usaha di lingkungan yang baru ditempatinya yang mungkin saja berdampak pada masyarakat setempat, sudah menjadi keharusan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan adaptasi dan memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar, karena dengan keberadaannya mungkin saja telah memberikan baik dampak positif maupun dampak yang negatif.
Dalam penelitiannya (Keith Davis, 1973) tanggung jawab sosial atau CSR (Corporate Social Responsbility) salah satu yang paling umum untuk kepentingan jangka panjang dari sebuah bisnis, konsep tersebut memang rasional bahwa masyarakat mengharapkan bisnis, perusahaan juga harus memikirkan tanggung jawab sosial jika perusahaan mengharapkan keuntungan jangka panjang. Oleh karena itu suatu perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham tetapi juga harus memikirkan bagaimana perusahaan tersebut memberikan kontribusi positif secara langsung kepada masyarakat.
Kajian mengenai Corporate Social Responsbility setiap tahunnya selalu mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan banyaknya perusahaan yang tidak memberikan konstribusi yang berarti bahkan perusahaan tersebut malah memberikan dampak yang negatif bagi masyarakat disekitarnya, seperti PT. Freeport Indonesia yang merupakan perusahaan tambang emas terbesar di dunia, PT. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua, masing – masing tambang Erstberg (dari tahun 1967) dan tambang Grasberg (sejak tahun 1988), tetapi apa yang di dapat oleh pemerintah Indonesia sampai sekarang? Bahkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di sekitar PT. Freeport Indonesia di Papua sana sampai sekarang masih memprihatinkan.
Kasus lumpur lapindo Sidoarjo yang di akibatkan dari kelalaian PT. Lapindo Brantas adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas dengan membawa gas dan bau yang menyengat di lokasi pengeboran Lapindo Barantas di desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tahun 2006. Semburan lumpur panas tersebut menyebabkan tergenangnya kawasan pemukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan.
Contoh lain kasus kerusakan lingkungan di lokasi penambangan timah di pantai pulau Bangka Belitung, tidak dapat ditentukan siapakah pihak yang bertanggung jawab dalam hal ini, kerusakan yang terjadi karena kegiatan penambangan dilakukan oleh rakyat tak berizin yang mengejar setoran kepada PT. Timah, Tbk sebagai akibat penambangan tersebut terjadi pencemaran di permukaan laut dan perairan umum, lahan menjadi tandus dan kerusakan laut.
Penambangan pasir ilegal di kota Lumajang, Jawa Timur karena penambangan tersebut sifatnya eksploitasi, yang mengakibatkan kondisi sawah di daerah tersebut menjadi rusak, sehingga sebagian para petani kehilangan mata pencahariannya, selain itu penambangan tersebut juga merusak alam dan mengakibatkan meninggalnya aktivis anti tambang yang di sebabkan karena adanya penganiayaan yang dilakukan oleh oknum yang pro terhadap penambangan pasir tersebut.
Contoh kasus diatas merupakan sebagian kecil gambaran fenomena kegagalan CSR yang muncul di Indonesia, dan masih banyak lagi contoh lain yang mungkin belum terekspos di media, hal terpenting yang harus dilakukan oleh para stakeholder adalah membangkitkan kesadaran bagi perusahaan yang berkepentingan dan memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan dan komunitas sekitar.
Pada dasarnya semua kegiatan usaha dan kegiatan pembangunan akan menimbulkan dampak dikemudian hari, suatu perencanaan awal untuk suatu usaha atau kegiatan pembangunan sangat diperlukan, guna dijadikan pertimbangan apakah tujuan perusahaan tersebut nantinya perlu dibuatkan penanggulangan dikemudian hari atau tidak. Pembangunan dan kegiatan usaha merupakan upaya sadar dan terencana dalam rangka mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
Alam mempunyai hukumnya sendiri, segala sesuatu yang dilakukan oleh ulah manusia akan kembali kepada manusianya juga, siklus alam seperti sampah plastik akan menimbulkan masalah yang sangat besar dikemudian hari jika sudah tidak dimanfaatkan lagi, kecepatan teknologi dalam menyediakan barang secara melimpah ternyata telah menimbulkan masalah-masalah baru yang sangat serius dikemudian hari.
Konsep tentang CSR akan muncul pada saat kesadaran akan sustainability jangka panjang perusahaan lebih penting dari pada profitability (Muid. D, 2011), seharusnya program – program CSR bisa membantu menyelesaikan permasalahan sosial yang dihadapi pemerintah, salah satunya adalah seperti masalah pengangguran, kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan perumahan. Dengan alasan tersebut diatas sebetulnya penulis ingin mengetahui apakah memang CSR merupakan strategi perusahaan ataukah hanya berpura – pura baik agar perusahaan tersebut bisa di terima oleh masyarakat sekitar.

Dasar Hukum CSR di Indonesia
 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ("UUPT") serta Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Pengaturan ini berlaku untuk perseroan. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPT, Perseroan (Perseroan Terbatas) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
diatur bahwa setiap penanam modal wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkunagn. Yang dimaksud menurut Penjelasan Pasal 15 huruf b UU 25/2007 adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Berdasarkan Pasal 68 UU 32/2009, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007 Tahun 2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-08/MBU/2013 Tahun 2013 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.
Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi
Kegiatan usaha hulu yang dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana wajib memuat ketentuan-ketentuan pokok yang salah satunya adalah ketentuan mengenai pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat

Persepsi Masyarakat Terhadap CSR
Sebuah aktivitas perusahaan di tengah-tengah lingkungan dapat menimbulkan berbagai persoalan lingkungan seperti: pencemaran, polusi udara, dan lain sebagainnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari et al (2014) terdapat tiga kategori dampak negatif terhadap lingkungan yaitu :
Dampak akibat suatu input proses, seperti eksploitasi sumber daya alam yang tidak seimbang, ancaman tersebut berupa kehabisan sumber daya alam terutama yang tidak dapat diperbarui, pemanasan global yang disebabkan kurangnya penghijauan yang dijadikan bahan baku.
Dampak karena proses produksi, segala macam dampak negatif akibat dari sutu proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan, seperti : limbah, emisi debu, pencemaran air, pencemaran udara, dan kosumsi energi lainya.
Dampak yang disebabkan oleh output proses produksi, yaitu dampak dari hasil produksiyang dilakukan oleh perusahaan, seperti : produk makanan haram, produk dari bahan – bahan yang kurang berkualitas.
Kalau penulis bisa contohkan di lumajang adalah Pabrik Gula Djatiroto, pada saat masa panen tebu masyarakat di sekitar perusahaan tersebut akan mengalami dampak dari aktivitas produksi gula, berupa limbah polusi udara (asap).

Menurut Philip Kotler didalam penelitiannya Sari et al Citra adalah sebuah keyakinan, perasaan dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek, sedangan menurut Soemirat dan Andrianto dalam Sari (2014) Citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan atau suatu aktivitas, sedangkan menurut (Jefkins, 2003) dalam penelitiannya Sari (2014) Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruahan, bukan sekedar citra atas produk dan pelayanan perusahaan.
Menurut Harrison dalam penelitiannya Sari et al informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan harus terdapat empat elemen yaitu Personality, Reputation, Value, Corporate Identity.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari, Fauzi, dan Sunarti (2014) dalam penelitiannya tentang "Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Citra" dengan penelitian kuantitatif dan analisis data yang digunakan yaitu regresi linier berganda, sampel yang di gunakan berjumlah 69 orang responden yaitu masyarakat yang bekerja di PG Kebon Agung yang bertempat tinggal di sekitar perusahaan tersebut, menyimpulkan bahwa PG Kebon Agung mendapatkan respon yang bagus terkait dengan kegiatan CSR.
Penelitian yang dilakukan Miftachul Mawadah (2015) dalam penetiannya tentang "Persepsi Masyarakat Terhadap Program CSR Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan" dari hasil penelitian tersebut bahwa Perencanaan program dengan mengacu pada visi perusahaan yang eksistensinya memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat.
Penelitian yang dilkaukan Dendy Jaya Putra (2013) tentang "Persepsi Masyarakat terhadap Program Corporate Social Responsibility sebagai bentuk pertanggung jawaban sosial perusahaan" penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan oleh PT. Pertamina Unit IV Cilacap untuk memperoleh gambaran perusahaan tentang program CSR, hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasaan masyarakat terhadap program CSR nya berada pada kategori puas.
Penelitian yang dilakukan oleh Fenny Hendrastuti (2010) tentang "Persepsi Penerimaan Program Terhadap Program Corporate Social Responsibility" maksut dan tujuan penelitian tersebut untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap program CSR di PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk dengan menggunakan metode deskriptif, sampelnya adalah masyarakat penerima bantuan CSR yang tersebar di lima dusun sebanyak 40 Responden dengan menngunakan tehnik proposional random sampling, hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pembentuk persepsi penerima program terhadap program CSR dalam kategori sedang.
Selanjutnya dalam penelitianya Prie Anugrah Hastomo (2014) tentang "Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility" tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriftif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, sampel yang di ambil berjumlah 182 orang dari 10% jumlah KK dari masing – masing dusun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Lalang memiliki persepsi dan sikap positif namun memiliki tingkat partisipasi yang negatif terhadap pelaksanaan program CSR.

Konsep Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility merupakan bentuk implemantasi dari sebuah konsep Triple Bottom Line yang diperkenalkan oleh John Eklington pada tahun 1988, yaitu suatu perusahaan yang ingin berkelanjutan harus memperhatikan "3P" yaitu Profit, People, Planet, konsep ini menjelaskan perusahaan selain mengejar keuntungan, perusahaan juga harus memperhatikan pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat, dan turut berkontribusi secara aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Profit (keuantungan)
Profit merupakan tujuan yang paling utama bagi sebuah usaha, perusahaan pasti ingin mendapatkan keuntungan setinggi – tingginya sebagai bentuk tanggung jawab kepada pemegang saham. Strategi yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal antara lain dengan cara meningkatkan produktivitas perusahaan.
People (Masyarakat)
Masyarakat merupakan salah satu stakeholder yang paling penting dan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan dan keberlangsungan hidup sebuah perusahaan kedepanya. Karena perusahaan tersebut merupakan bagian dari lingkungan masyarakat yang nantinya akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Planet (Lingkungan)
Lingkungan merupakan sumber daya fisik bagi perusahaan, lingkungan memiliki pengaruh penting karena tempat berlangsungnya kegiatan usaha, karena perusahaan dan lingkungan memiliki hubungan sebab-akibat. Bisa kita contohkan eksploitasi yang berlebihan akan menghancurkan perusahaan dan masyarakat. Namun sebgian besar perusahaan di Indonesia kurang peduli dengan lingkungan sekitar, hal tersebut dikarenakan perusahaan tidak mendapatkan keuntungan secara langsung yang diperoleh dalam aktivitas bisnis perusahaan.

Manfaat Corporate Social Responsibility
Meskipun dengan kata lain perusahaan telah membayar pajak kepada Negara tidak berarti perusahaan tersebut lepas tanggung jawab dari kesejahteraan public, manfaat pajak kadang merasa seringkali tidak sampai kepada masyarakat terutama kelompok miskin.
Dalam penelitiannya Danu Candra Indrawan (2011) menurut Kotler (2005) bahwa terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh atas pelaksanaan aktivitas CSR yaitu :
Meningkatkan Penjualan
Memperkuat brand positioning
Meningkatkan citra perusahaan
Menurunkan biaya operasi
Meningkatkan daya tarik perusahaan di mata para investor
Dengan perusahaan melaksanakan program CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa kepedulian dan keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan tersebut, kondisi itulah yang pada akhirnya dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada perusahaan yang bersangkutan. CSR jangan dipandang sebagai beban yang tiada ada artinya melainkan sebagai kesatuan dan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari dunia usaha.

Indikator Keberhasilan Corporate Social Responsibility (CSR)
Pelaksanaan tanggung jawab sosial pada perusahaan makin hari makin berkembang, ini terbukti banyak perusahaan yang menjalankan program CSR dari semua bidang, dari bidang pertanian, pendidikan, pertambangan, dan lain sebagainya. Namun yang perlu diperhatikan adalah apakah program Corporate Social Responsibility (CSR) tersebut berhasil atau tidak.
Pada hakikatnya, tujuan akhir dari sebuah program CSR adalah menciptakan perubahan yang positif. Efektif tidaknya suatu CSR yang dijalankan oleh sebuah perusahaan atau organisasi jika perubahan tersebut berdampak positif pada masyarakat dan korporasi atau tidak, menurut Bowen (1953) kewajiban perusahaan adalah menjalankan usaha sesuai dengan nilai – nilai atau norma dengan tujuan yang hendak dicapai oleh masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi.
Akan tetapi dari kenyataan yang sering kita lihat tanggung jawab perusahaan telah ditafsirkan atau mungkin hampir sama dengan pemikiran Friedman (1962) bahwa tujuan perusahaan adalah bagaimana caranya perusahaan perusahaan bisa langgeng dengan cara meningkatkan laba, karena menurutnya Corporate Social Responsibility (CSR) melekat pada masing – masing individu bukan pada perusahaan. Di mana sebagian besar perusahaan melihat CSR sebagai biaya dengan hasil yang tidak pasti.
Namun apapun alasan dari definisi dan bukti – bukti empiris maupun teoritis yang sangat beragam tentang Corporate Social Responsibility (CSR) menunjukkan bahwa melaksanakan tanggung jawab secara sosial merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan.
Perubahan positif dari pemberian CSR untuk masyarakat sekitar, akan menaikkan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap sebuah perusahaan, maka sangat disayangkan bila program CSR ini hanya untuk topeng atau bahasa kerennya akal – akalan kebaikan perusahaan terhadap pandangan masyarakat, tanpa memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Jadi keberhasilan CSR adalah yang berkesinambungan mulai dari kesejahteraan karyawan, Perbaikan sarana lingkungan, serta peduli terhadap masyarakat.
Kesimpulan
Corporate Social Responsibility (CSR) dalam segi konsep hampir sama dengan strategi filantopi, menurut Saiia, D. H., Carroll, A. B., dan Buchholtz, A. K. (2003) strategi filantropi akan memberikan sumber daya perusahaan untuk mengatasi masalah masyarakat non-bisnis dan juga akan menguntungkan posisi strategis bagi perusahaan.
Perusahaan merupakan sebuah organisasi bisnis yang memiliki peranan penting dalam pemeliharaan infrastruktur soaial, perusahaan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan cara yang lebih berarti dan efektif.
Dari pemaparan yang sudah penulis lakukan diatas sepatutnya Corporate Social Responsibility (CSR) wajib dilakukan oleh setiap perusahaan dengan setulus hati, bukan hanya berpura pura untuk memperoleh simpati dari masyarakat maupun pihak lainnya. Semakin besar Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan akan semakin besar pula dampak terhadap eksistensi dan keberlangsungan perusahaan itu sendiri.
Menurut Yuliana (2008) didalam theory stakeholder mengungkapkan bahwa eksistensi atau keberlangsungan perusahaan ditentukan oleh para stakeholders, dalam teori tersebut bagaimana perusahaan memonitor dan merespon kebutuhan para stakeholder – nya.
Menurut UU No.40 Tahun 2007 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan lingkungannya atau Corporate Social Responsibility adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi perseroan itu sendiri, komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya. Dengan adanya undang – undang tersebut maka Corporate Social Responsibility merupakan komitmen dari sebuah perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang di masyarakat atau lingkungan untuk dapat menciptakan lingkungan dan kehidupan yang lebih baik.
Dan kita harus bisa membedakan antara Corporate Social Responsibility dengan kegiatan charity, Kegiatan charity biasanya hanya berlangsung sekali atau sementara dan akan berdampak kepada ketergantungan publik terhadap perusahaan, sementara Corporate Social Responsibility merupakan program yang berkelanjutan dan bertujuan untuk menciptakan kemandirian.































Daftar Pustaka
Muid, D. (2011). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Stock Return. Fokus Ekonomi, 6(1), 105-121.
Davis, K. (1973). The case for and against business assumption of social responsibilities. Academy of Management journal, 16(2), 312-322.
Marnelly, T. R. (2013). Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teori Dan Praktek Di Indonesia. Jurnal aplikasi bisnis, 3(1).
Azhari, S. K. (2007). Norma Hukum dan Bisnis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal Sosioteknologi, 6(12), 289-293
Hendrastuti, F. (2010). Persepsi penerimaan program terhadap program corporate social responsibility (csr) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, tbk(Doctoral dissertation, Universitas Sebelas Maret)..
Supriadinata, W., & Goestaman, I. (2013). ANALISIS EFEKTIVITAS CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM MENYELESAIKAN MASALAH SOSIAL LINGKUNGAN PERUSAHAAN.CALYPTRA: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1).
Sari, N. N. I. (2014). PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP CITRA (Survei pada Masyarakat yang Bekerja di Pabrik Gula Kebon Agung yang Bertempat Tinggal di Daerah Kebon Agung Malang).Jurnal Administrasi Bisnis, 8(2).
Hastomo, P. A. (2014). RESPON MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PT MULTIMAS NABATI ASAHAN DI DESA LALANG KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATU BARA. Welfare StatE,2(4).
Saiia, D. H., Carroll, A. B., & Buchholtz, A. K. (2003). Philanthropy as strategy when corporate charity "begins at home". Business & Society,42(2), 169-201.
Friedman, M. (1962). Monopoly and the social responsibility of business and labor. Capitalism and Freedom, 119-136.
Corporate Social Responsibility (Zainal Arifin . 150820301010)

Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.