MULTI RISK ASSESSMENT - DAS JUWANA

July 21, 2017 | Autor: Bayu Adhi | Categoria: Disaster risk management, Disaster Management
Share Embed


Descrição do Produto

Multi-Risk Assessment Daerah Aliran Sungai (DAS) Juwana Dosen Pengampu: Prof. Dr. HA Sudibyakto, MS

Disusun Oleh: Erwan Setyawan

13/352295/PMU/07754

Hireng Ambaraji

13/352120/PMU/07759

Bayu Kurnia Adhi

13/354514/PMU/07837

Program Studi Magister Manajemen Bencana Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah Mada Juni 2014 1

A.

Kondisi Umum DAS Juwana

1. Kondisi Geografis DAS Juwana adalah bagian dari Satuan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai SWP DAS Juwana. Luas wilayah Das Juwana 260.782,68 ha atau 7,6814% dari luas seluruh wilayah BPDAS Pemali Jratun. Das Juwana memiliki keliling 170,86 Km dengan panjang 58,34 km. Das Juwana terletak di bagian utara Jawa Tengah yang melintasi 5 kabupaten yaitu Kabupaten Pati (195.347,38 ha), Kudus (56.712,23 ha), Blora (6.822,35 ha), Grobogan (1.883,53 ha), dan Jepara (17,18 ha) pada posisi koordinat antara 110° 49' 10" - 111° 12' 57" BT dan 6° 36' 48'' - 6° 59' 29'' Lintang Selatan. 2. Tipe iklim Tipe iklim Das Juwana menurut Smitch dan Ferguson termasuk tipe B dan tipe C dengan curah hujan 1000-3000 mm/tahun dan jumlah bulan kering 0 - 9 bulan dan bulan basah antara 1 12 bulan. Suhu udara di Das Juwana terendah berada pada 13 ° C - 32 ° C 3. Bentuk lahan Berdasarkan sistem lahan dari peta REPROT bentuk lahan di wilayah Das Juwana yang seluas 260. 782,68 ha terdiri dari Dataran Alluvial, Perbukitan dan Pegunungan, Dataran, RawaRawa, dan Tubuh Air (Gambar 1).

2

Gambar 1. Persentase bentuk lahan 4. Topografi Topografi di wilayah Das Juwana meliputi Dataran, Perbukitan, dan Pegunungan. Dengan tinggi tempat antara 0 sampai dengan 1200 m dari permukaan laut. Sedangkan kemiringan lahan mulai dari Datar, Landai, Agak Curam, Curam, hingga Sangat Curam.

Gambar 2. Persentasi tingkat kelerengan lahan DAS Juwana

5. Tanah Tanah adalah material yang tidak padat yang terletak di permukaan bumi, sebagai media untuk menumbuhkan tanaman (SSSA, Glossary of Soil Science Term). Tanah terbentuk dari suatu bahan induk yang mengalami pelapukan. Proses terbentuknya tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor bahan induk, iklim, waktu, mikro organisme dan lereng. Proses pembentukan tanah disuatu daerah erat hubungannya dengan sejarah pembentukan tanah atau evolosi tanah. Jenis Tanah di wilayah Das Juwana meliputi Aluvial ,Latosol ,Litosol ,Mediteran, dan Grumusol (Gambar 3).

3

Gambar 3. Jenis tanah DAS Juwana

6. Geologi Geologi merupakan komposisi, struktur, sifat-sifat fisik serta sejarah dan proses asal mula terbentuknya batuan yang ada dibumi. Berdasarkan asal pembentukaanya kondisi geologi di wilayah Das Juwana meliputi Aluvium, Batuan mengandung leusit,Miosen fasies batu gamping,Miosen fasies sedimen, Pliosen fasies sedimen, Plistosen fasies gunung api, dan Waduk/Danau (Gambar 4).

Gambar 4. Kondisi Geologi DAS Juwana 4

6. Kawasan Hutan Suatu Daerah Aliran Sungai berdasarkan UU Kehutanan No.41 Tahun 1999 harus memiliki kawasan hutan yang harus dipertahankan minimal seluas 30% secara proporsional dari luas keseluruhan . Luas kawasan hutan di wilayah Das Juwana sudah memenuhi luas minimal yaitu memiliki luas kawasan hutan 57,49 % dari luas wilayah (Gambar 5).

Gambar 5. Kawasan Hutan DAS Juwana

5

B. Analisis Risiko Multibencana

Gambar 6. Batas administrasi DAS Juwana dalam Kecamatan DAS Juwana memiliki bentuk membulat dengan tingkat percabangan Ordo 7, sehingga memiliki potensi banjir sangat besar. Selain itu, Bagian pangkal DAS Juwana bersinggungan langsung dengan Pantai Utara Jawa yang memungkinkan adanya pengaruh laut dalam ancaman bencana di sekitar DAS Juwana. Dampak ancaman akan meluas apabila cakupan areanya juga

6

luas. Berdasarkan Gambar 6. DAS Juwana berada dalam 22 Kecamatan di 3 Kabupaten. Masingmasing Kabupaten terdiri dari beberapa Kecamatan dengan ketentuan sebagai berikut: a. 14 Kecamatan di Kabupaten Pati. b. 7 Kecamatan di Kabupaten Kudus c. 1 Kecamatan di Kabupaten Blora Persebaran DAS Juwana berada dibagi menjadi 6 Sub DAS Juwana yaitu Sub DAS Gungwedi, Sani, Piji, Sukosungging, Wates, dan Landaraguna. Setiap Sub DAS memiliki luasan yang berbeda-beda (Tabel 1). Sub Das Sukosungsing memiliki cakupan area yang paling luas mencapai 85.812,79 Ha atau 32,91% dari luas areal total DAS Juwana. Sedangkan Sub Das Piji memili cakupan areal yang paling sempit mencapai 26.400,19 Ha atau 10.12% dari luas DAS seluruhnya. Tabel 1. Sub DAS Juwana NO 1 2 3 4 5 6

SWP DAS Juwana Juwana Juwana Juwana Juwana Juwana

DAS Das Juwana Das Juwana Das Juwana Das Juwana Das Juwana Das Juwana

SUB DAS Sub Das Gungwedi Sub Das Sani Sub Das Piji Sub Das Sukosungging Sub Das Wates Sub Das Landaraguna JUMLAH

LUAS (HA) % 36.334,54 13,93 49.511,42 18,99 26.400,19 10,12 85.812,79 32,91 29.366,16 11,26 33.357,57 12,79 260.782,68 100,00

Berdasarkan laju aliran sungai, DAS Juwana memiliki inti sungai utama yang berasal dari pangkal (Sub Das Gungwedi) menuju tengah percangan sungai (Sub Das Sukosungging). Persebaran Sub Das di batasi oleh inti sungai. Adapun peta persebaran Sub DAS dapat dijelaskan pada Gambar 7.

7

Gambar 7. SUB DAS Juwana 8

1. Integrated Hazard Maps Integrasi ancaman di DAS Juwana dilakukan dengan melakukan analisis Hazard Maps melalui indikator ancaman berupa: banjir, kebakaran, gempabumi, kekeringan. Berdasarkan BP DAS Pamali Jratun (2000), jenis bencana di DAS Juwana adalah banjir, erosi, lahan kritis, dan longsor. Akan tetapi berdasarkan hasil analisis ditemukan 2 indikator bahaya yaitu banjir dan longsor.

9

a. Banjir

Gambar 8. Peta Kerawanan Banjir Per Kab. DAS Juwana 10

Berdasarkan Gambar 8. terdapat 4 golongan yaitu sangat rawan, rawan, agak rawan, dan tidak rawan banjir. Sebagian besar daerah yang tergolong sangat rawan banjir ditemukan disekitar sungai utama. Golongan daerah rawan banjir menjadi daerah yang memiliki jangkauan terluas sebagai area terdampak. Golongan daerah agak rawan banjir lebih cenderung berada di percabangan ordo 1-2 DAS Juwana. Sedangkan daerah tidak rawan banjir memiliki jangkauan paling sempit berada di tepian DAS Juwana. Daerah yang masuk kedalam daerah rawan banjir dapat dijelaskan dalam Tabel 2. Tabel 2. Daftar Kecamatan yang masuk kedalam daerah tingkat rawan terhadap bencana banjir Sangat No

Kabupaten

Kecamatan

rawan

Rawan

Wedarijaksa





Tlogowungu

Pati











Margorejo

















Juwana



Jakenan



Winong





Gabus





Tambakromo









Kayen









Sukolilo









Batangan



Puncakwangi







Mejobo Kudus

rawan





Jekulo

2

Agak rawan

Pati

Gembong

1

Tidak



√ √

Kudus Jati





√ √

Dawe 11





Undaan

3

Blora



Bae



Todanan





Berdasarkan Tabel 2. kawasan yang sangat rawan terhadap bahaya banjir terdapat 15 Kecamatan di dalam 2 Kabupaten. Kawasan rawan banjir mencakup 17 Kecamatan di dalam 3 Kabupaten. Kawasan agak rawan banjir mencakup 12 Kecamatan di dalam 3 Kabupaten. Kawasan tidak rawan banjir mencakup 8 Kecamatan di dalam 2 Kabupaten. Hasil analisis menunjukkan bahwa 6 Kecamatan (Pati, Margorejo, Winong, Tambakromo, Kayen, Sukoilo) yang berada di Kabupaten Pati termasuk golongan daerah yang masuk ke dalam kategori sangat rawan, rawan, dan agak rawan. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupeten Pati memiliki tingkat ancaman bahaya banjir paling tinggi daripada Kabupaten Kudus dan Blora. b. Longsor Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis bencana longsor di DAS Juwana terjadi di daerah dataran tinggi. Daerah tersebut adalah Kecamatan Dawe di Kabupaten Kudus dan Kecamatan Gembong di Kabupaten Pati. Adapun ancaman longsor dapat diuraikan dalam Gambar 7.

12

Gambar 9. Peta Kerawanan Longsor Per Kab. DAS Juwana 13

Berdasarkan Gambar 9. menunjukkan bahwa terdapat 5 kriteria tingkat kerawanan longsor, yaitu sangat rawan, rawan, sedang, agak rawan, dan tidak rawan. Sebagian daerah yang rawan longsor berada di dataran tinggi Kecamatan Gembong yang berada yang merupakan kawasan Gunung Muria. Daerah perbatasan antara Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus termasuk ke dalam golongan agak rawan longsor. Daerah bagian tepian, perbatasan Kabupaten Blora dan Pati menyebar sebagai daerah agak rawan longsor. Distribusi daerah dapat ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi daerah waran longsor Sangat No

Kabupaten Kecamatan

rawan

Rawan

Sedang

Agak

Tidak

rawan

rawan √

Wedarijaksa √

Tlogowungu



√ √

Pati √

Margorejo Gembong

1

Pati









Juwana



Jakenan

√ √

Winong

Tambakromo





Kayen





Sukolilo



√ √

Batangan

Kudus

√ √

Gabus

2



Puncakwangi







Jekulo







Mejobo



Kudus



Jati



Dawe



√ 14





3

Blora

Undaan



Bae

√ √

Todanan



Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat hanya 2 Kabupaten yang termasuk ke dalam daerah dengan ancaman longsor sangat tinggi, yaitu Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus. Kategori sangat rawan ditemukan di Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati dan Kecamatan Dawe, Kabupaten Pati. (Kategori rawan ditemukan di 3 Kecamatan dalam 2 Kabupaten. Kategori sedang di Kabupaten Pati (Kecamatan Tlogowungu, Gembong, dan Puncakwangi) dan Kabupaten Kudus (Kecamatan Jekulo dan Dawe). Kategori agak rawan mencakup 7 Kecamatan di dalam 2 Kabupaten, akan tetapi 6 diantaranya masuk ke Kabupaten Pati dan di Kabupaten Kudus hanya terdapat 1 Kecamatan.

2. Risk Mapping 2.1 Ancaman Rating daerah rawan longsor dan banjir Tabel 4. Kombinasi kejadian banjir dan longsor Sangat No

Kabupaten Kecamatan Wedarijaksa

rawan

Rawan

x

x

√x

Tlogowungu

1

Pati

Sedang

Agak

Tidak

rawan

rawan √



x

√x

Pati

x

x

x



Margorejo

x

x

√x



Gembong



√x

x

√x

Juwana

x



Jakenan

x



Winong

x

x

Gabus

x

x

15



√x

√x √

Tambakromo x

x

√x

√x

Kayen

x

x

√x

√x

Sukolilo

x

x

√x

√x

Batangan

x



Puncakwangi x Jekulo

x

Mejobo

x

Kudus 2

3

Kudus

Blora



√x

√x



√x



x



x

√ √

Jati

x

x

Dawe



√x

Undaan

x



x

√x √

Bae

x

Todanan

x

√ x√



Keterangan: x: Banjir, √: longsor Berdasarkan Tabel 4. dilakukan analisis untuk mencari level daerah yang memiliki tingkat ancaman tinggi, sedang dan rendah. Analisis dimulai dengan menentukan skor dari masing-masing ancaman. Tabel 5 . Hasil Crosstab kerawanan banjir dan longsor No

Kabupaten

1

Pati

2

Kudus

3

Blora

Tinggi

Rating Kecamatan Sedang

Rendah

Margorejo Wedarijaksa Juwana Gembong Pati Jakenan Winong Gabus Batangan Tambakromo Puncakwangi Kayen Tlogowungu Sukolilo Dawe Jekulo Kudus Mejobo Undaan Jati Bae Todanan

16

Gambar 10. Peta Tingkat Ancaman DAS Juwana 17

2.2. Kapasitas Kapasitas diambil berdasarkan Data Dalam Angka Kabupaten Pati, Kudus, Blora Tahun 2013. Tiga jenis kapasitas yang diambil adalah tenaga medis, fasilitas kesehatan, dan fasilitas sekolah dasar. Kapasitas dihitung dengan Z Score dengan mengklasifikasikan kedalam tinggi, sedang dan rendah (Tabel 6). Tabel 6. Penilaian kapasitas DAS Juwana

No Kabupaten Kecamatan

1

Pati

2

Kudus

3

Blora

Wedarijaksa Tlogowungu Pati Margorejo Gembong Juwana Jakenan Winong Gabus Tambakromo Kayen Sukolilo Batangan Puncakwangi Jekulo Mejobo Kudus Jati Dawe Undaan Bae Todanan

Tenaga Medis

Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Sekolah Dasar

Z-Score

35 25 79 35 25 43 42 48 49 29 32 50 45 41 20 22 86 151 6 5 9 7

0 0 9 2 2 0 0 0 3 4 2 0 2 1 50 0 100 647 0 0 0 7

18 16 42 18 12 36 24 32 26 25 17 22 19 20 64 47 57 50 65 43 40 55

Rendah Rendah Tinggi rendah rendah sedang rendah sedang sedang rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah sedang tinggi sedang rendah rendah rendah

Dari tabel di atas dapat disimpulkan, dari 14 kecamatan kabupaten Pati yang masuk kedalam DAS Juwana, terdapat 10 kecamatan di kabupaten Pati yang memiliki nilai kapasitas yang rendah, 3 kecamatan memiliki kapasitas sedang, dan 1 kecamatan memiliki kapasitas yang 18

tinggi. Sehingga mayoritas kabupaten pati memiliki kapasitas yang rendah. Wilayah Kudus terdapat 7 kecamatan yang masuk DAS Juwana, terdapat 4 kecamatan di Kudus yang termasuk kapasitas rendah, 2 kecamatan memiliki kapasitas sedang dan 1 kecamatan memiliki kapasitas tinggi. Sedangkan Blora terdapat 1 kecamatan dengan kapasitas rendah. Sehingga secara keseluruhan dari 3 kabupaten yang termasuk DAS Juwana, mayoritas kecamatan memiliki kapasitas yang rendah. 2.3. Kerentanan Data Kerentanan diambil berdasarkan Data Dalam Angkat Kabupaten Pati, Kudus, Blora Tahun 2013. Tiga variabel yang diambil untuk menentukan tingkat kerentanan adalah data kepadatan penduduk per km2 , data penyandang masalah sosial, keluarga pra sejahtera dan data penduduk perempuan. Kerentanan juga dihitung dengan menggunakan metode Z Skore dengan mengklasifikasikan kedalam tinggi, sedang dan rendah (Tabel 7). Tabel 7. Penilaian Kerentanan DAS Juwana.

No Kabupaten

Kecamatan Wedarijaksa Tlogowungu Pati Margorejo

1

Pati

Gembong Juwana Jakenan Winong Gabus Tambakromo Kayen Sukolilo

2

Kudus

Batangan Puncakwangi Jekulo

Kepadatan Penduduk per Km2

Keluarga Penyandang Jumlah prasejaht masalah sosial Wanita Z-Score era 1427.03 4476 Sedang 454 57874 Renda 524.38 4044 369 h 49206 2448,84 7178 Tinggi 672 103425 917.83 3994 Sedang 395 56327 Renda 635,74 3455 407 h 42471 1632.08 6303 Tinggi 412 90447 761.75 4062 Sedang 310 40145 499.11 5381 Tinggi 576 49399 945.24 4548 Tinggi 529 51984 Renda 669.13 4043 326 h 48127 736.74 4958 Sedang 406 70309 542.04 5641 Tinggi 422 85240 Renda 814.55 3349 445 h 41040 340.02 3932 Sedang 466 41371 1192 282 49481 6557 Tinggi 19

3

Blora

Mejobo

1899

220

35024

892

Kudus

8718

257

47167

1104

Jati Dawe

3738 1100

159 319

50136 47175

1406 4382

2680 967 62493

0 307 0

31396 34726 62493

1182 6744 2526

Bae Undaan Todaan

Renda h Renda h Renda h Sedang Renda h Sedang Tinggi

2.4. Analisis Risiko Multibencana Tabel analisis Risiko ditentukan berdasarkan perkalian antara R = H*V/C yaitu dimana ancaman dikalikan kerentanan dan dibagi dengan kapasitas. Hasil dari rumusan tersebut ditampilkan dalam tabel dibawah ini (Tabel 8). Tabel 8. Hasil perhitungan Risiko Risiko

1

Kabupaten Tinggi

Pati

Sedang

Rendah

Margorejo

Wedarijaksa

Tlogowungu

Kayen

Gembong

Pati

Sukolilo

Winong

Juwana

Gabus

Jakenan

Tambakromo

Batangan

Puncakwangi Mejobo Kudus 2

Kudus

Jekulo

Dawe

Jati Bae Undaan

3

Blora

Todaan

Dari hasil perumusan risiko di atas maka dibuatlah Risk Map seperti yang tertera dibawah ini : 20

Gambar 11. Peta Risiko DAS Juwana 21

Melalui hasil interpretasi dari peta diatas dapat disumpulkan bahwa DAS Juwana memiliki risiko pada tingkatan High Risk (Tinggi). 3. Upaya Mitigasi Struktural

Gambar 12. Stasiun AWLR dan Hujan 22

Potensi bencana yang dipengaruhi oleh curah hujan sangat tergantung pada stasiun AWLR dan Stasiun hujan. Berdasarkan Gambar 8. terdapat 1 stasiun AWLR dan 18 stasiun hujan dengan pola persebaran yang proporsional. Hal ini menunjukkan sudah adanya upaya Mitigasi dari BP Das Juwana dalam meminimalisir dampak bencana canjir dan longsor

4. Manajemen Risiko non Struktural Berdasarkan hasil analisis morfometri, jenis hazard yang dominan di DAS Juwana adalah banjir, dan longsor. Berdasarkan bentuk DAS dengan tipe kipas, banjir yang terjadi dapat diprediksi berupa banjir genangan. Tingkat risiko banjir di wilayah DAS Juwana dapat dilihat dengan melihat morfometri DAS juwana dan juga penggunaan lahan yang ada di DAS Juwana. Tingkat ancaman bencana yang berhasil di analisis terdapat dua di tiga kabupaten yang masuk wilayah DAS Juwana yaitu Kabupaten Pati mencakup 14 kecamatan, kabupaten Kudus mencakup 7 kecamatan, dan kabupaten Blora mencakup 1 kecamatan. Dari total 22 kecamatan di kabupaten Kudus, Pati, dan Blora yang masuk wilayah DAS Juwana, mayoritas memiliki risiko yang tinggi. Berdasarkan data hasil penilaian yang didukung dengan hasil studi literatur dari BP DAS Pemali-Jratun yang menyatakan bahwa hasil USLE menerangkan tingkat bahaya erosi di wilayah Das Juwana adalah terdiri dari Ringan (4,49%), Sedang (6,39%), Berat (2,29%), dan Sangat Berat (4,14%).Dengan tingkat kekritisan lahan sebesar 12,99 % dari luas wilayah yang terbagi dalam tingkatan sebagai berikut Agak Kritis (3,27%), Kritis (1,32%), Potensial Kritis (7,80%), dan Sangat Kritis (0,60%). Sedangkan lahan yang tidak kritis sebesar 87,01% dari luas keseluruhan. Sehingga urutan prioritas Das merupakan urutan prioritas penanganan Daerah Aliran sungai berdasarkan skoring dari berbagai parameter yang telah ditetapkan. Parameter tersebut meliputi : 1. Lahan (lahan kritis 28%, Tingkat Bahaya Erosi 12.5%, Penutupan Lahan 4.2%) 2. Hidrologi (Sedimentasi 10%, Index Penggunaan Air 4.9%, Coefisien of Varian 3.7% Kualitas Air 1.3%) 3. Sosiologi ekonomi (Tekanan Penduduk 15%, Konservasi tanah 2.2%, Kemiskinan dalam DAS 4.6% Jumlah Desa Tertingal 1%) 4. Investasi (Nilai Perlindungan terhadap bangunan air 4%, Nilai Jumlah Objek Pajak 4%) 23

5. Kebijakan (Kawasan Lindung 1.7$, Kawasan Andalan 1.5%, Kawasan Khusus 1%, Kawasan Indonesia Timur 0.5%). Oleh karena itu diperlukan penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan didasarkan atas skoring dari Curah Hujan Harian, Jenis Tanah dan Tingkat Kemiringan Lahan. Berdasarkan hasil skoring tersebut Arahan Fungsi Pemanfatan Lahan di wilayah DAS Juwana meliputi Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Pemukiman, kawasan Budidaya Tanaman Tahunan, Kawasan Penyangga, dan Kawasan Lindung. Tabel 9. Arahan fungsi lahan DAS Juwana NO

ARAHAN FUNGSI LAHAN

1 Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Pemukiman 2 kawasan Budidaya Tanaman Tahunan 3 Kawasan Lindung 4 Kawasan Penyangga

JUMLAH

LUAS HA

%

109.468,80

41,98

10.324,71

3,96

348,91

0,13

10.248,85

3,93

260.782,68 100,00

24

DAFTAR PUSTAKA BPDAS Propinsi Semarang. Blora Dalam Angka - 2013. Via www.blorakab.go.id/data/BDA_Blora_2013.pdf diakses pada 8 Juni 2014. Kudus Dalam Angka - 2013. Via http://kuduskab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=1 diakses pada 8 Juni 2014. Pati Dalam Angka - 2013. Via http://patikab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=1 diakses pada 8 Juni 2014 Profil DAS Juwana. Balai Pengelolaan DAS Pemali Jratun via http://www.bpdas-pemalijratun.net/. Dirjen RLPS Kementrian Kehutanan RI. 2014.

25

Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.