RESENSI BUKU

July 12, 2017 | Autor: Fitria Rifa | Categoria: Development Studies
Share Embed


Descrição do Produto

RESENSI BUKU STUDI ISLAM : PENDEKATAN DAN METODE Di ajukan guna memenuhi Tugas UAS Take Home Exam Mata Kuliah Metodologi Studi Islam Dosen : Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag

Di susun oleh: Fitriana Rifaatin (111-14-270)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

RESENSI BUKU

A. IDENTITAS BUKU Judul

:

STUDI ISLAM PENDEKATAN DAN METODE

Pengarang

:

Zakiyuddin Baidhawy

Penerbit

:

Insan Madani

Tahun terbit

:

cetakan pertama, Juli 2011

Tebal halaman :

317 halaman

ISBN

978-979-026-374-1

:

B. PENULIS Zakiyuddin Baidhawy lahir di Indramayu, Jawa Barat. Kini tinggal di Solo. Menyelesaikan studiS-1 pada Fakultas Agama Islam (Perbandingan Agama) Universitas Muhammadiyah Surakarta (1994). Pernah nyantri di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran (1990-1994). StudiS-2 pada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1999), dan S-3 pada Universitas yang sama (2007). Staf Edukatif pada Sekolah TinggiAgama Islam Negeri(STAIN) Salatiga, Peneliti pada Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial UMS, Associate pada Maarif Institute for Culture and Humanity. Aktivitas dan pengalaman internasional beberapa diantaranya adalah partisipan Academic Short Course at Leiden University, 1-15 December 2009; Copenhagen Conference, 21- 22 Oktober 2008; International Seminar on Religious Education 308 and Values, Ankara-Turki25 Juli-1 Agustus 2008; AustralianIndonesian Young Muslim Leader Exchange 21 Mei-14 Juni2007; The 19th World

Congress of the International Association for the History of Religions, Tokyo, 23-30 Maret 2005; partisipan pada The Ohio University Dialogue Project and Exchange Program, Chicago, Illinois; Athens, Ohio; Washington D.C; Lancaster, Pennsylvania; Manhattan, New York, diselenggarakan oleh Center for International Studies, Ohio University, Athens, bekerjasama dengan US State Department, 22 September-13 Oktober 2004; partisipan dan presenter pada the Global Meeting of Expert on Teaching For Tolerance, Respect, and Recognition, diselenggarakan oleh The Oslo Coalition on Freedom of Religion or Belief bekerjasama dengan UNESCO, Oslo, 2-5 September 2004; dan partisipan dan presenter pada International Interfaith Peace Forum and Asian Muslim Action Network (AMAN) Assembly, Bangkok, 9-14 Desember 2003. Aktif menulis diberbagaimedia dan jurnal ilmiah. Karya-karya yang sudah diterbitkan antara lain: Etika dalam Islam (1996); Wacana Teologi Feminis (1997); Menapak Jalan Revolusi(2000); Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Agama (2001); Dialog Global dan Masa Depan Agama (2001); dan Agama dan Pluralitas Budaya Lokal (2002); dan Ambivalensi Agama, Konflik dan Nirkekerasan (2002), Reinvensi Islam Multikultural (2005), Menyulam Ragam Merajut Harmoni: Kisah-kisah tentang Toleransi untuk Siswa dan Pendidik (2005), Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural (2005), dan Kredo Kebebasan Beragama (2006); Islam Melawan Kapitalisme (2007); Etika Bisnis Syariah I (2007); Etika Bisnis Syariah II (2008); AlIslam dan Kemuhammadiyahan Berwawasan HAM: Buku Panduan untuk Guru (2008); Al-Islam Berwawasan HAM; Buku Ajar Pendidikan Islam untuk SMA, MA, SMK (2008); Kemuhammadiyahan Berwawasan HAM (2008); Rekonstruksi Keadilan (2008); TeologiNeo Al-Ma`un (2009); Benih-benih Islam Radikal diMasjid (dkk, 2010).

C. PENDAHULUAN Studi-studi agama dewasa ini mengalami perubahan orientasi yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan kajian-kajian agama sebelum abad ke-19. Umumnya pengkajian agama sebelum abad ke-19 memiliki beberapa karakteristik yang antara lain, sinkritisme, penemuan arca baru, dan untuk kepentingan misionari dipicu oleh semangat dan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga orientasi dan metodologi studi islam mengalami perubahan. Adapun studi islam sendiri merupakan ilmu keislaman mendasar. Dengan studi ini, pemeluknya mengetahui dan menetapkan ukuran ilmu, iman dan amal perbuatan kepada allah swt. Diketahui pula bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal fikiran, politik ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi lingkungan hidup, dan masih banyak lagi yang lainnya. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Selama ini islam banyak dipahami dari segi teologis dan normative.

D. SINOPSIS Buku ini merupakan satu upaya untuk menyajikan perkembangan Studi Islam dalam pendekatan dan metode bagi para intelektual islam di seluruh duni. Minat terhadap Studi Islam mengalami peningkatan cukup pesat pada beberapa tahun terakhir, meskipun tidak selalu memilik alasan-alasan yang tepat. Pada abad 19 hingga awal abad 20 kita dapat menyaksikan bahwa disiplin Studi Islam bangkit dimotivasi oleh keinginan para penguasa kolonial untuk memahami sumber-sumber rujukan dan praktik-praktik keagamaan dari negeri-negeri jajahan mereka. Mereka memiliki hasrat untuk menguasai secara penuh wilayah

jajahan dengan berbagaimacam cara sehingga mereka dapat menjalankan misi “memperadabkan” negeri-negeri terjajah dan mendorong mereka memperoleh kemajuan dalam hal pengetahuan tentang negeri-negeri terjajah serta memanfaatkan kaum terpelajarnya untuk mendapatkan legitimasiatas kekuasaan mereka. Kini, Studi Islam sudah mengalami perkembangan cukup mengesankan, meskipun masih ada minat yang dikendalikan oleh kepentingan diri. Buku ini memiliki empat belas bab yang masing-masing bab menjelaskan secara rinci mengenai isi buku. Bab pertama pada buku ini membahas tentang Studi Islam dan Metodologi Studi Islam. Islamic Studies mencakup bidang yang memiliki dimensi “islam” dan keterkaitan dengannya. Islamic Studies mengimplikasikan tentang disiplin dan tradisi intelektual keagamaan klasik menjadi inti dari Islamic Studies. Pendidikan berbasis keimanan bagi Muslim mengenai islam dan studi lintas disiplin tentang Islam yang bersandar kepada ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial memberikan tujuan yang bermanfaat. Disamping itu, Islamic Studies berbeda dengan dari ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial. Islamic Studies bukanlah sebuah disiplin, namun ia lebih merupakan kesalinghubungan antara beberapa disiplin. Dalam bahasa metodologi, para peniliti memakai serangkaian disiplin termasuk ilmu-ilmu sosial. Masalah utama yang menopang definisi Islamic Studies tampaknya muncul dari metodologi bagaimana Islam dikaji dan kemudian bagaimana diajarkan. Kritik atas metodologi Barat muncul baik dalam bentuk kritik seimbang maupun kritik radikal. Pendekatan intelektual Barat terhadap pengetahuan dan pembelajaran ditegakkan atas hukum pertentangan antara dua hal yang berseberangan dengan filsafat Islam tentang kehidupan yang berdasarkan pada teori fusi. Teori fusi juga disebut teori wasathaniyyah (teori jalan tengah). Teori wasathaniyyah berdasarkan Al-

Qur‟an surat al-Baqarah [2]: 143 yang berbicara tentang “ummah wasth”, yang mampu merekonsiliasi dua hal yang bertentangan dengan tujuan untuk meraih harmoni sosial1. Pandangan dunia Islam berbeda dari pendekatan Barat terhadap pengetahuan ilmiah. Seluruh dunia tunduk pada penafsiran, karena penemuan apa pun yang dari akal membawa pada kejadian fenomena tertentu dipandang sebagai bentuk penafsiran. Penafsiran pada ilmu alam akan membawa pada kontrol atas sluruh alam, akibatnya apa yang ada pada alam dapat diterapkan pada pemahaman manusia. Perbedaan antara fenomena alam dan fenomena kemanusiaan bahwa manusia mengandung komponen-komponen lain serta mengikuti sistem dan pola eksistensi yang berbeda secara keseluruhan. Islam tidak berusaha membatasi pemikiran manusia atau mencegah kajian ilmiah mandiri. Islam sebagai keimanan memiliki sedikit reservasi dalam memandang fakta ilmiah yang abstrak dan memotivasi perluasan metodologi eksperimen dalam lingkungan islam sebelum ditransfer ke barat. Pendekatan apologetik menyatakan bahwa Islam mengadopsi pencarian pengetahuan dan tidak membatasi pada sumber pengetahuan hanya pada pemahaman dunia materi manusia2. Dalam menyifati islam dengan ketebelakangan sosial, islam memiliki kebutuhan untuk mengadopsi metodologi berpikir yang sejalan dengan masyarakat modern, islam juga membutuhkan islam pribumi yang berdasarkan atas nilai-nilai asli dalam islam tentang sains dan pengetahuan kehidupan. Metodologi semacam ini membutuhkan bahan-bahan sebagai berikut: Pertama, faktor manusia. Manusia dapat membawa pesan pemahaman keagamaan yang layak. Islam menyandarkan kaum terpelajar yang mendorong upaya-

1 2

Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm 8 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm10

upaya keilmuan dan peningkatan kaum muslim yang berpengetahuan. Seperti disebutkan dalam Al-Qur‟an surah Ali „Imran ayat 79 yang berbunyi: ‫اس ُكووُوا ِعبَادًا لِّي ِمه دُو ِن ه‬ ‫َر أَن ي ُْؤتِيَهُ ه‬ ‫َّللاِ َو َٰلَ ِكه ُكووُوا َربهاوِيِّيهَ بِ َما ُكىتُ ْم‬ َ ‫َّللاُ ْال ِكت‬ ِ ‫َاب َو ْال ُح ْك َم َوالىُّبُ هوةَ ثُ هم َيقُو َل لِلىه‬ ٍ ‫َما َكانَ لِبَش‬ َ‫َاب َوبِ َما ُكىتُ ْم تَ ْد ُرسُون‬ َ ‫تُ َعلِّ ُمونَ ْال ِكت‬ Artinya : “dan hendaklah kamu menjadi orang-orang yang berorientasi ketuhanan (rabbaniyyun) dalam apa yang kamu ajarkan dan apa yang kamu pelajari”. (QS. Ali „Imran (3): 79). Kedua, upaya mempopulerkan tujuan Islam dalam menciptakan banyak masyarakat dan kebudayaan sehingga Islam berhasil sebagai fenomena kebudayaan sekalaigus fenomena keagamaan. Hubungan spiritual antara Tuhan dan manusia memiliki aspek sosial, yang dalam dunia sufi disebut sebagai jalan kolektif dan jalan individual menuju Tuhan, Thariqah. Thariqah berarti menerima banyak jalan dalam keimanan Islam. Salah satu sumber utama kesepakatan antara metode penelitian Islam dan metode penelitian objektif adalah pentingnya epistemologi dalam Islam yang memiliki kekuatan yang memadai. Problem metodologis dipandang lebih otoritatif dalam melakukan kajian Islam. Pada akhir abad ke-20, Belanda telah memberikan konstribusi terhadap studi akademik agama-agama yang berupaya mengembangkan suatu metode empirik bagi Religious Studies baik dalam hal klasifiksi wacana maupun istilah-istilah yang dipinjam dari kosakata teknis dari ilmu-ilmu bahasa yang mereka transformasikan ke dalam Antropologi Budaya. Dalam karya-karya mereka tampak usaha untuk membedakan antara dua tipe berbeda tentang perbincangan mengenai agama, yakni pendekatan emik yang menyajikan pola-pola pemikiran dan asosiasi simbolik yang diungkap dari perspektif kaum beriman, dan pendekatan ilmiah etik yang melibatkan

analisis historis mengenai hubungan antara ide dan masyarakat sembari membatasi dari pelibatan klaim kebenaran emik tentang realitas meta-empirik (Feener, 2007: 264-282)3. Berkaitan dengan dua model kajian terdapat pertentangan antara pendekatan akademik yang mendorong peneliti dan pengkaji memosisikan diri seolah-olah sebagai “orang luar” (outsider) dan pendekatan konfensional yang hanya menerima perspektif “orang dalam” (insider); antara pengkaji Muslim dan pengkaji Barat4. Situasi ini bukan akibat dari perkembangan pada tingkat intelektual murni, melainkan lebih dari situasi yang muncul dalam lingkungan historis tertentu didalam konteks kolonialisme dan sistem kekuasaan dan pengetahuan yang tidak simetris antara Islam dan Barat. Bab kedua dalam buku ini membahas tentang ruang lingkup objek kajian Studi Islam. Studi Islam sebagai kajian Ilmiah yaitu upaya mencari pemahaman mengenai hakikat agama, bukan sekedar fungsi agama. Hakikat agama terletak pada pengalaman keagamaan. Joachim Wach (1958) menjelaskan beberapa kriteria mengenai pengalaman keagamaan. Pertama, pengalaman keagamaan merupakan suatu respon terhadap apa yang dialami sebagai Realitas Ultim (the Ultimate Reality). Realitas Ultim artinya “suatu yang mengesankan dan menantang kita”. Kedua, pengalaman keagamaan itu harus dipahami sebagai suatu respon menyeluruh terhadap Realitas Ultim, yaitu pribadi yang utuh yang melibatkan jiwa, emosi dan kehendak sekaligus. Karena pengalaman keagamaan terdiri dari suatu hirarki tiga unsur, yaitu intelektual, afeksi,

3 4

Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm 17 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm 18

dan kesukarelaan. Ketiga, pengalaman keagamaan menghendaki intensitas, yaitu suatu pengalaman yang sangat kuat, komprehensif, dan mendalam5. Empat kriteria tersebut mejelaskan pengalaman agama sejati. Pengalaman agama sejati merupakan pengalaman batin dari perjumpaan manusia dan pikiran manusia dengan Tuhan. pengalaman keagamaan dipelajari melalui bentuk-bentuk ekspresi yang meliputi tiga hal sebagai berikut. Ekspresi dalam Pikiran, Ekspresi pengalaman keagamaan dalam pikiran ialah ungkapan intelektual orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhannya. Ekspresi dalam Tindakan, Ekspresi pengalaman keagamaan dalam tindakan ialah tindakantindakan keagamaan yang menjadi sarana bagi perjumpaan manusia dengan Tuhannya. Ekspresi dalam Jamaah, Ekspresi pengalaman keagamaan dalam jamaah ialah pengelompokan-pengelompokan pemeluk agama dalam komunitas dan masyarakat keagamaan. Islam adalah salah satu dari agama-agama yang hidup didunia. Dimensidimensi islam dapat dijadikan objek studi ilmiah. Menurut Smart (1989), semua agama-agama yang hidup di dunia memiliki tujuh dimensi, yaitu Dimensi Praktik dan Ritual, praktik bisa juga disebut sebagai ritual-ritual keagamaan. Dalam konteks Islam, dimensi-dimensipraktik dan ritual keagamaan berupa rukun Islam yang lima: syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Dimensi Pengalaman dan Emosional, menggambarkan tentang emosi-emosi dan pengalaman-pengalaman para pemeluk agama-agama lainnya. Ritual tanpa emosi terasa dingin; ajaran tanpa cinta itu kering. Jadi, dalam memahami suatu tradisi harus berusaha masuk kedalam perasan-perasaan untuk merasakan kesakralan, kedamaian, dan dinamika bathiniyah, sensasi harapan,

5

Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm 24

persepsi kekosongan dan rasa syukur yang mendalam. Dimensi Naratif dan Mitos, bersifat historis karena terjadi dalam dimensi ruang dan waktu nyata dan sebagian lainnya berkenaan dengan waktu primordial yang misterius ketika dunia belum muncul dalam waktu yang belum dapat dinamakan. Dimensi Doktrin dan Filosofis, Tiang penyangga dimensi naratif adalah dimensi doktrin atau ajaran. Dimensi Etika dan Hukum, Dimensi ajaran dan narasi berpengaruh pada nilai-nilai dari suatu tradisi dengan cara membentuk pandangan dunia. Dimensi Sosial dan Institusional, Dimensi sosial dan institusional bicara tentang manifestasi eksternal dari suatu agama. Dimensi Material, merupakan segala manifestasi agama yang bersifat kebendaan, seperti bangunan-bangunan peribadatan, tempat-tempat suci, pekerjaan tangan atau seni keagamaan, dan kreasi-kreasi material lainnya6. Bab ketiga dalam buku ini membahas tentang sejarah perkembangan studi Islam. Studi Islam muncul pada abad ke-9 di Irak, Studi Islam berkembang di dalam sekolah-sekolah hingga terbentuknya tradisi literer di kawasan Arab masa pertengahan. Studi Islam tidak hanya fokus terhadap peradaban Islam, tetapi juga fokus pada diskusi negara-negara barat. Perkembangan yang menarik bagi Studi Islam adalah munculnya historisisme, yaitu suatu gagasan tentang kemunculan agama baru. Studi Islam telah menjadi suatu disiplin keilmuan mandiri. Displin Studi Islam selalu menekankan klasifikasi, kategori, definisi, distingsi, konsep-konsep, dan teori-teori tentang kebudayaan tanpa ketakutan akan kritik atau penolakan. Jadi, faktor kunci dalam pendekatan multidisiplin adalah latar belakang pendidikan sekaligus kemauan dan usaha untuk mencari pandangan-pandangan suatu gagasan yang bersifat inovatif. Bab keempat dalam buku ini membahas tentang studi Al-Qur‟an, yaitu model pendekatan kajian teks-teks Islam. Karena objek kajian studi Islam tradisional adalah 6

Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm 28

teks-teks keagamaan dan karya-karya yang berkaitan keagamaan, maka metode dan pendekatan yang dipergunakan oleh komunitas ilmiah meliputi metode dan pendekatan tekstual (bayani)7. Al-Qur‟an sebagai sumber pertama dan utama ajaran Islam. Dalam Al-Qur‟an lahirlah pendekatan sastra pada aspek keindahan dan kemukjizatan Al-Qur‟an. Kemudian dari pendekatan sastra lahirlah pendekatan tajdid, yaitu tentang studi bahasa (nahwu), retorika (balaghah), tafsir Al-Qur‟an dan sastra (adab). Di samping itu, lahirlah pendekatan tahlili dengan menganalisis kronologis ayat-ayat Al-Qur‟an. Kemudian lahirlah pendekatan semantik dan pendekatan tematik, juga bersumber dari Al-Qur‟an. Bab kelima dalam buku ini membahas tentang studi Hadis, yaitu model kajian teks-teks keislaman. Hadis merupakan sumber utama islam yang kedua setelah AlQur‟an. Studi Hadis memperoleh kemajuan dan mendapatkan perhatian banyak dari kalangan dunia Islam dan Barat. Studi Hadis tidak akan pernah lepas dari studi tentang kritis hadis berupa keotentikan hadis. Para sarjana timur dan sarjana barat saling mendebatkan tentang otentisitas hadis. Perbedaan antara pendekatan sarjana hadis Muslim dan sarjana hadis Barat bersandar pada perbedaan fundamental pendekatan terhadap tradisi Islam secara keseluruhan. Bab keenam dalam buku ini membahas tentang model kajian ilmu kalam. Ilmu kalam diartikan sebagai “firman”, namun ada yang mengartikan sebagai “diskusi” atau “argumen” atau perdebatan. Ilmu kalam adalah suatu ilmu yang mengkaji ajaranajaran dasr keimanan islam (ushuluddin). Ilmu ini mengidentifikasi ajaran-ajaran dasar dan berupaya membuktikan validitasnya dan menjawab setiap keraguan terhadapnya8. Kalam pada umumnya beupaya menjustifikasi kepercayaan keagamaan

7 8

Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm 68 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm 124

melalui akal. Dengan menggunakan akal menghasilkan kesimpulan dan akibat-akibat baru dari suatu kepercayaan. Sehingga mampu meresionalisasikan pandanganpandangan dalam kerangka spekulatif. Bab ketujuh dalam buku ini membahas tentang model kajian tasawuf. Tasawuf dikenal sebagai mistisisme islam, yaitu fenomena universal yang menggambarkan upaya manusia untuk meraih kebenaran9. Tasawuf dikenal sebagai pengetahuan intuitif tentang Tuhan, yaitu kesadaran akan realitas transeden melalui meditasi. Dalam memahami taswuf juga harus menelusuri ajaran-ajaran yang dipaparkan dalam Al-Qur‟an dan Hadis. Memegang teguh Al-Qur‟an dan Sunnah merupakan pemahaman sejati tentang sufisme atau tasawuf. Bab kedelapan dalam buku ini membahas tentang model kajian usul fikih dan fikih. Usul fikih dan fikih mempunyai hubungan yang sangat erat, karena merupakan akar dari hukum Islam yang membahas indikasi-indikasi dan motede-metode yang sudah dikemukakan dalam Al-Qur‟an dan Hadis. Aturan fikih berasal dari Al-Qur‟an dan Sunnah yang sejalan dengan metode kolektif, sehigga disebut usul fikih. Dalam mengkaji usul fikih dilakukan dua pendekatan. Yaitu pendekatan teoretis dan pendekatan deduktif10. Pendekatan teoretis atau pendekatan rasional bebas dari pendapat dari imam terdahulu dan tidak melihat pendapat-pendapat fikih, sehingga terlibat dalam konflik teori dan filsafat tanpa alasan. Sedangkan pendekatan deduktif atau tradisional berasal dari prinsip-prinsip usul diderivasi berdasrkan atas pandangan-pandangan tentang persoalan-persoalan fikih. Bab kesembilan dalam buku ini membahas tentang studi hermeneutika pembebasan Farid Esack, yaitu model kajian Hermeneutika. Adanya kaitan antara 9

Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm 139 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), hlm 160

10

jalan Tuhan mengidentikkan diri dengan kemanusiaan (an-nas) atas manusia tertindas dan marjinal dan juga pentinganya menegakkan keadilan dengan dasr tauhid dan takwa melalui jalan jihad. Dalam melibatkan hermeneutika pembebasan Al-Qur‟an dengan melakukan teologi dan iman sebagai solidaritas terhadap masyarakat tertindas untuk pembebasan. Bab kesepuluh dalam buku ini membahas tentang studi Hibrida filsafat Fondasionalisme dan Hermeneutika, yaitu model kajian Filsafat. Beberapa tantangan kontemporer pascamodernisme telah mengejutkan konvensi sosial dan kultural, sistem-sistem

kepercayaan,

statisme

dan

fondasionalisme

dalam

pemikiran

masyarakat Muslim. Dalam rangka keluar dari krisis pemikiran dibutuhkan tafsir multikultural yang merupakan alternatif dalam strategi dan implementasi Dakwah Islam. Tafsir multikultural adalah upaya mempertahankan kontinuitas sejarah pemikiran dan kritisisme dalam periode ilmu. Kritisisme memberikan kontribusi bagi kontinuum

pemikiran

tekstual

dan

kultural

sehingga

mampu

membuka

tumbuhkembangnya oposisi atas pikiran-pikiran konvensional yang sudah tidak terdaftar. Bab kesebelas dalam buku ini membahas tentang pendekatan multikultural terhadap pendidikan Agama, yaitu model kajian pendidikan. Pendidikan Agama Berbasis Teologi Multikulturalis harus secara kolaboratif dengan institusi-institusi pendidikan dan para pengambil kebijakan serta organisasi-organisasi pemerintah maupun non-pemerintah lain. Berkaitan guna menciptakan suatu visi baru bagi peran Pendidikan Agama dalam masyarakat. Pendidikan Agama hendaknya memainkan peran positif dalam membangun masyarakat yang damai dan harmoni dalam konteks global sehingga perlu dirancang lebih dari sekedar melatih para guru dalam penguasaan teknik. Pendidikan Agama upaya mengkombinasikan teologi dan kajian

ilmiah. Artinya, pendidikan Agama perlu membuka peluang untuk saling mempengaruhi antara memasuki dan mengambil jarak terhadap agama. Pendidikan Agama membutuhkan dialektika antara perspektif orang dalam dan orang luar sehingga mampu menjadi jalan kerjasama interdisipliner antara tradisi-tradisi keagamaan dan kesarjanaan. Bab kedua belas dalam buku ini membahas tentang model kajian pemikiran Islam, yaitu kajian tentang Islam liberal. Liberal bermakna pembebasan dari cara berpikir dan berperilaku keberagamaan yang menghambat kemajuan. Gagasan Islam liberal merupakan kombinasi unsur-unsur liberal yang ada dalam kelompok-kelompok pemikiran modern. Islam liberal adalah kecenderungan pemikiran Islam modern yang krits, progesif dan dinamis. Islam liberal berupaya memperkuat basis dan saf sebagai counter discourse dari gerakan pemberlakuan syariat Islam yang menjadi cita-cita Islam. Bab ketiga belas dalam buku ini membahas tentang model kajian politik. Subjek tentang Islam dipandang sebagai bagian dari isu suatu disiplin yang lebih dari sekedar pertunjukkan. Dalam kajian politik, lahirlah pendekatan keamanan (security) dimana perspektif keamanan aktif dalam dunia kebijakan sehingga mampu memperluas pemahaman simbol-simnol islam ke dalam sistem pendidikan dan hukum. Kemudian lahirlah pendekatan demokrasi sebagai peneguhan politik keagamaan untuk menciptakan suatu versi modernitas yang akan lebih luas diterima oleh kalangan Muslim daripada gerakan-gerakan sekuler. Disamping itu, lahirlah pendekatan globalisai. Bab keempat belas dalam buku ini membahas tentang metodologi ilmiah modern dan studi Islam. Studi tentang agama-agama pada masa modern dan

kontemporer banyak mengambil manfaat dari perkembangan metodologi dalam ilmuilmu sosial dan humaniora. Mengkaji Islam dengan cara

komprehensif dapat

mengandalkan metode dan pendekatan yang sifatnya sui generis dari ilmu keislaman sebagaimana dalam percabangan kajian Islam tradisional.

E. KELEBIHAN Kelebihan dari buku ini ialah memberikan pandangan secara berurutan dan terklasifikasi cukup baik, yakni antara mengetahui Islamic Studies dan metodologi studi Islam, mengetahui objek kajian studi Islam dengan beberapa model kajian dan pendekatan. Jika ditelusuri semuanya berpusat pada Studi Islam dan metodologi Studi islam itu sendiri. Kelebihan dalam organisasi penulisan temasuk tata cara, struktur dan tanda baca penulisan cukup baik. Karena beberapa pembahasan mudah dimengerti bagi kalangan akademis dan selalu dijelaskan secara kontekstual. Strukturnya pun cukup baik karena menjelaskan metodologi dan objek kajian dalam Studi Islam. Buku ini merupakan satu upaya untuk menyajikan perkembangan Studi Islam yang di maksud dengan kompleksitas pendekatan dan metodenya. Dengan bahasa yang lugas serta pembahasannya secara komprehensif menjadikan buku ini sebagai bacaan scholar, maksudnya buku untuk akademisi. Buku ini sangat layak menjadi bahan kajian bagi para mahasiswa maupun dosen pengkaji Studi Islam di negeri ini sebagai negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia- agar mereka tidak hanya menjadi penonton dan penikmat hasil kajian keislaman, melainkan mereka juga berperan sebagai pelaku dari perkembangan tersebut.Buku ini dapat dipakai sebagai referensi dalam penelitian dan juga sebagai bahan perbandingan pemikiran atau pandangan.

F. KELEMAHAN Kelemahan dari buku ini tidak begitu banyak, antara lain yaitu bahasa tulisan dan pilihan kata dalam buku menjadikan beberapa penjelasan dalam buku ini menjadi kurang langsung dapat dipahami. Kemudian terkait pembahasan yang ada dalam buku ini, buku ini lebih banyak membahas tentang model-model kajian sehingga buku ini lebih baik dibaca oleh para pelajar atau para dosen dari pada orang-orang awam.

G. KESIMPULAN Studi Islam mengalami perkembangan yang cukup mengesankan. Hal ini mulai tampak sejak abad 19. Pada saat itu, kita dapat menyaksikan bahwa disiplin Studi Islam bangkit atas motivasi para penguasa kolonial untuk memahami sumbersumber rujukan dan praktik-praktik keagamaan dari negeri0negeri jajahan mereka. Studi Islam berkaitan dengan data-data yang jauh lebih konkret dan berinteraksi dengan metode-metode yang kompleks dan lebih mencakup. Perkembangan tersebut bukan hanya di negeri-negeri Muslim sendiri, bahkan juga di negara-negara Barat. Masyarakat Barat mengalami tiga fenomena atas perhatian mereka pada perluasan riset tentang Islam, yaitu semakin meningkatnya visibilitas generasi-generasi baru Musli di Barat, arus migrasi yang terus mengalir yang tampak terus mengalami percepatan dan terorisme yang dipandang sebagai ancaman baik bagi Barat maupun dunia Islam sendiri. Disiplin Studi Islam semakin memperoleh tempat luas di kalangan pengkaji Muslim maupun non-Muslim, dengan spektrum wilayah dan spesialisasi kajian yang makin beragam dan kaya.

DAFTAR PUSTAKA

Baidhawy, Zakiyuddin.2011. Studi Islam: Pendekatan dan Metode. Yogyakarta: Insan Madani

Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.