AMERICA\'s Defense Industrial Strategy

Share Embed


Descrição do Produto







Robert Jackson dan Georg Sorensen, 2014, "Pemikiran Kembali Keseimbangann Kekuatan", dalam Pengantar Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, , hlm 153-156
Colin Gray. 2006. "The Revolution of Military Affair 1998", dalam Strategy and History: Essays on Theory and Practice, Oxon: Routledge, pp. 113-119.
George W. Bush., 2002. "Overview of America's Internatonal Strategy", dalam The National Security Strategy of The United States of America. Washington, DC: The White House
George W. Bush., 2002. "Prevent Our Enemies from Threatening Us, Our Allies, and Our Friends with Weapons of Mass Destruction", dalam The National Security Strategy of The United States of America. Washington, DC: The White House
SIPRI Year Book 2013, Armament, Disarmament, and International Security, Oxford University Press, 2013, hlm. 128.
The Military Balance, Routledge, 5 Januari 2014
Informasi detail bisa dilihat di http://www.sipri.org/research/armaments/production/recent-trends-in-arms-industry, diakses pada 31 Desember 2014
Lockheed Martin Corporation Annual Report 2013.
The US Defense Industry and Arms Sales, penjelasan secara lengkap bisa dilihat di http://web.stanford.edu/class/e297a/U.S.%20Defense%20Industry%20and%20Arms%20Sales.htm, Laman diakses pada 29 Desember 2014
Monopsoni berarti pasar dikuasai satu pembeli. Lawannya adalah monopoli, ketika hanya ada satu penjual di pasar. Penjelasan karakter pasar pertahanan yang monopsoni bisa dibaca di Heidenkamp et.al., The Defense Industrial Triptych, hlm. 21-22
Penjelasan soal bentuk sponsorship aspek kebijakan kemandirian di AS diolah dari Heidenkamp, at.al., The Defense Industrial Triptych, hlm. 89-94
Silmy Karim, "Peran Pemerintah Terhadap Industri Pertahanan" dalam Membangun Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia, Jakarta: KPG, 2014, hlm 152-195
Glanser, Democracy's Arsenal, hlm. 245
Penjelasab soal kebijakan R&D pertahanan AS bisa dilihat di Heidenkamp et al., The Defense Industrial Triptych, hlm 66-76
Bitzinger (ed.), The Modern Defense Industry, hlm 128
data dikumpulkan dari Yahoo!, http://biz.yahoo.com/p/n/noc.html dan Northrop Grumman Annual Income Statement, tersedia di: http://yahoo.marketguide.com/MGI/mg.asp?target=%2Fstocks%2Fcompanyinformation%2Fincomestmt%2Fai comestd&Ticker=NOC diakses pada 8 Januari 2015
TRW: Total sales, 2001: $16 billion; Nine months ending 9/30/02: sales rose 5% to $12.07 billion. Five-year average annual gross profit: $2.4 billion. Source: Yahoo! Finance, http://biz.yahoo.com/p/T/TRW.html diakses pada 8 Januari 2015

Stockholm International Peace Research Institute, http://projects.sipri.se/milex/aprod/regional_distribution.html diakses pada 8 Januari 2014
US Foreign Military Sales by Region, Tersedia di http://web.stanford.edu/class/e297a/U.S.%20Defense%20Industry%20and%20Arms%20Sales.htm diakses pada 8 Januari 2015
US General Accounting Office (GAO) document GAO-01-1078, tersedia di www.gao.gov diakses pada 8 Januari 2014
Arms Sales Monitoring Project's database, tersedia di http://www.fas.org/asmp/profiles/sales_db.htm diakses pada 8 Januari 2015
Cozy E. Bailey, U.S. POLICY TOWARDS ISRAEL: THE SPECIAL RELATIONSHIP, bisa dilihat keterangan lebih jelasnya di http://www.globalsecurity.org/military/library/report/1990/BCE.htm diakses pada 31 Desember 2014

Cozy E. Bailey, U.S. POLICY TOWARDS ISRAEL: THE SPECIAL RELATIONSHIP, bisa dilihat keterangan lebih jelasnya di http://www.globalsecurity.org/military/library/report/1990/BCE.htm diakses pada 31 Desember 2014


STRATEGI PERTAHANAN KEAMANAN AMERIKA SERIKAT
Kajian Terkait Revolution in Military Affair dan Balance of Power
terhadap Industry Pertahanan AS

PAPER TAKE HOME – UAS STRATEGI
DISUSUN OLEH:
Dwiky Larasaty 1344010021

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JATIM
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 6024
SURABAYA
2015
STRATEGI PERTAHANAN KEAMANAN AMERIKA SERIKAT
Kajian Terkait Revolution in Military Affair dan Balance of Power terhadap Industry Pertahanan AS
Strategi keamanan nasional Amerika Serikat pada dasarnya menekankan pada teori Balance of Power, yang dalam pemikiran kaum realis klasik dijelaskan sebagai tujuan politik yang bernilai yang memajukan keamanan nasional, menegakkan ketertiban di kalangan-kalangan besar, dan membuat kemerdekaan negara-negara dan masyarakat kemudian menjadi mungkin. Sedangkan menurut Sorensen dan Jackson, poin pelaksanaan keseimbangan kekuatan adalah untuk mencegah kekuatan besar agar tidak keluar control dan berupaya untuk menanamkan kahendak politik dan militernya terhadap orang lain. Selanjutnya perimbangan kekuasaan diklasifikasikan menjadi dua tipe, yakni: (1) hard balance of power, adalah konsep perimbangan kekuatan militer kaum realis klasik di antara kekuatan-kekuatan utama. Pengaturan dalam h-BoP ini terlihat sebagai cara-cara militer non signifikan dimana kekuatan-kekuatan utama berinteraksi sehingga melindungi, menenangkan, dan memudahkan hubungan-hubungan mereka yang sebaliknya akan lebih bersifat antagonis, keras kepala, dan bermusuhan; (2) soft balance of power, dijelaskan sebagai kekuatan militer negara atau organisasi internasional, misalnya aliansi, bukanlah focus utama, karena s-BoP lebih menekankan kediaman atau kolaborasi institusional informal atau kerjasama ad hoc di antara negara-negara untuk tujuan keamanan bersama melawan ancaman pihak asing.
Sejak berakhirnya perang dingin, Amerika Serikat mulai mengembangkan inovasi terhadap segala sektor industrinya, salah satu industry yang sangat berkembang pesat kala itu ialah industry pertahanan sebagai bentuk implementasi kebijakan strategi keamanan nasional Amerika Serikat yang sangat berlandaskan pada konsep keseimbangan kekuatan. Industri Pertahanan mengalami kemajuan pesat dan pengembangan mengenai teknologi persenjataan mulai sering dilakukan guna menyeimbangi negara-negara great power yang mampu memproduksi senjata. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui penerapan strategi Revolution in Military Affair (RMA). Pada dasarnya RMA merupakan suatu konsep yang menemukan perubahan hubungan strategi militer pada waktu ke waktu, bahwa setiap perubahan besar panjang dan seringkali berasaal dari berbagai macam sumber dan secara keseluruhan sejarah tidak ditandai oleh keadaan yang terputus.
Strategi keamanan nasional Amerika Serikat secara umum akan berdasar pada kejelasan internasionalisme bangsa Amerika yang mencerminkan kesatuan nilai-nilai dan kepentingan nasionalnya. tujuan dari strategi ini adalah untuk membantu membuat dunia tak hanya lebih aman, namun juga lebih baik. tujuan pencapaian AS berada pada jalan menuju kemajuan yang jelas pada: politik dan kebebasan ekonomi, hubungan damai dengan negara lain, dan menghormati martabat manusia. Dan untuk dapat mencapai tujuan tersebut, AS akan melakukan:
memperjuangkan aspirasi terkait martabat manusia
memperkuat aliansi untuk mengalahkan terorisme global dan bekerja untuk mencegah serangan-serangan perlawanan terhadap AS dan aliansinya
bekerjasama dengan yang lain untuk menyelesaikan konflik-konflik regional
mencegah musuh untuk mengancam AS, aliansinya, dan teman-temannya, dengan senjata pemusnah massal
mencetuskan era baru pertumbuhan ekonomi global melalui pasar bebas dan perdagangan bebas
memperluas lingkaran pengembangan dengan membuka masyarakat dan membangun infrastruktur demokrasi
mengembangkan agenda-agenda untuj tindakan kooperatif dengan pusat global power lainnya, dan
merubah intstitusi kemanan nasional AS untuk menemukan tantangan-tantangan dan peluang di abad 21
Sedangkan Amerika Serikat akan lebih berhati-hati dalam menentukan strategi kemanan nasionalnya terkait industry pertahanan. Pada awalnya pasca perang dingin, AS mulai mengembangkan industry pertahanannya akibat peristiwa 9/11 dimana terjadi aktivitas terorisme yang menyerang WTC dan Pentagon. Hal ini membuat presiden Josh W. Bush dangat mengecam aksi terorisme dan mulai mengembangkan aturan-aturan tentang pertahanan keamanan nasionalnya, salah satunya melalui peningkatan penjagaan militer, yang hal tersebut sangat bergantung oleh kemajuan industri militer dalam negeri AS. Maka dari itu, reaksi yang diambil AS harus mengambil keuntungan penuh dari kekuatan aliansinya, menetapkan persekutuan dengan musuh-musuh terdahuhulu, melakukan inovasi dalam penggunaan pasukan militer, teknologi modern, termasuk mengembangkan sistem pertahanan misil yang efektif, dan meningkatkan tekanan pada pengumpulan inteligensi dan analisis. Dalam artikel The National Security Strategy yang diterbitkan oleh The White House dijelaskan bahwa peranan militer AS haruslah kuat, dengan membangun dan memelihari pertahanan militernya dari tantangan-tantangan. Oleh karenanya, militer AS secara periodic harus melakukan tindakan-tindakan seperti:
menjamin keamanan dan perdamaian para aliansi dan teman-teman AS
melakukan permohonan guna meminimalisir kompetisi militer diwaktu yang akan datang
menghalangi ancaman terhadap kepentingan nasional AS, para aliansi, dan teman-temannya
dengan jelas mengalahkan musuh jika sistem pertahanan telah gagal
Dengan agenda yang seperti itu, jelas bahwa AS membutuhkan backup kuat dari industry pertahanan dalam negeri nya. Sebagaimana yang dipaparkan oleh SIPRI, Amerika Serikat dipandang sebagai salah satu negara dengan kemajuan industri pertahanan yang tinggi. Sebagai negara dengan industri pertahanan yang maju, menurut SIPRI 2013 Amerika Serikat merupakan negara yang paling besar anggaran pertahanannya di dunia, mengaggarkan uang sejumlah US$685 milliar untuk keperluan pertahanan pada tahun 2012. berdasarkan data tersebut, penulis menyimpulkan bahwa Amerika Serikat masih menjadi poros utama kekuatan militer dunia. Militer Amerika Serikat mendapat latihan yang sangat bagus dan diproyeksikan untuk operasi militer skala global. Negara ini, selain mempunyai kekuatan senjata nuklir, juga mengembangkan kekuatan cyber. Amerika Serikat mempunyai tentara aktif 1.492.200, personel sipil 14.000, dan personel cadangan 843.750. Alutsista mereka merupakan produk-produk terbaik. Dengan kekuatan besarnya, negara ini memimpin Sekutu, yang sebagian besar merupakan negara-negara anggota NATO di Eropa Barat.

Berdasarkan data SIPRI Amerika Serikat memiliki perusahaan peralatan pertahanan paling besar di dunia yakni Lockheed Martin Corp. Pada tahun 2013, Lockheed Martin mencatatkan keuntungan US$2.981 juta, naik dari tahun sebelumnya sebesar US$2.745. Perusahaan yang berbasis di Maryland, Washington, DC, Amerika Serikat, ini memperkerjakan sekitar 120 ribu karyawan dengan total aset mencapai US$36.188 miliar. Sebagai alat negera, perusahaan pertahanan asal AS ini alat negara sangat dioptimalkan pengembangan dan perawatannya, pemerintah pun mendukung penuh program-program inovasi terhadap produk industry pertahanan, sehingga kini Lockheed Martin memiliki empat sector bisnis utama, yakni Systems Integration (termasuk memproses data subsistem dan perang elektronik), Aeronautics (pesawat tempur dan alat transportasi udara), Space Systems (satelit komunikasi dan peluncuran kapal ruang angkasa), dan Technology Services (manajemen dan layanan logistik).
Pelanggan utama Lockheed Martin adalah pemerintah Amerika Serikat, secara rinci yakni kementrian pertahanan. Dengan presentasi pembelian pelanggan sebagai berikut:
Kementrian Pertahanan Amerika - 57%
NASA & Agensi Pemerintah Lainnya - 20%
Internasional - 17%
Perdagangan Domestik - 6%
Hubungan erat terjalin antara pemerintah AS dan perusahaan pertahanan dalam hal ini Lockheed Martin Corp dapat dianalisis dari peran pemerintah sebagai customer, sponsor, dan regulator industri pertahanan. Sebagai negara super power yang posisinya sangat diperhitungkan di tata dunia internasional, tidak heran jika negara ini menerapkan kebijakan selektif kepada negara-negara yang ingin membeli alusista produksi industri pertahanannya seperti Lockheed Martin Corp. Dalam aturan ekspor industri pertahanan Amerika Serikat, negara ini sangat memperhitungkan kondisi politik, ekonomi, dan situasi social yang sedang berlangsung di negara calon pembeli. Negara memang membatasi ekspor produk senjata karena pertimbangan seperti mencegah rusaknya keseimbangan kekuatan (Balance of Power) dan kekhawatiran pelanggaran hak asasi manusia jika senjata dipakai untuk melawan pemberontakan dalam negeri
Peran pemerintah AS dalam industry pertahanan adalah sebagai pelanggan barang dan jasa yang diproduksi industri pertahanan. Karena pasar industri pertahanan yang bersifat monopsoni terdapat hubungan penting yang terjalin antara pemerintah sebagai customer dan industri pertahanan sebagai supplier. Pemerintah menentukan demand bagi industry pertahanan di negaranya lewat alokasi dana belanja pertahanan. Selain itu, kekuatan milter suatu negara dapat dilihat melalui seberapa maju industri pertahanannya, dan tolok ukur utama berada pada anggaran pertahanannya. Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan Quadrennial Defense Review yang memberikan gambaran umum soal tren, strategi, dan kebutuhan militer di masa depan. QDR tahun 2006, misalnya, memberikan gambaran soal kemungkinan AS menghadapi perang berkepanjangan di Afganistan dan Irak, dengan setting perang kota dan berurusan dengan anacaman insurgency dan gerilya.
Peran selanjutnya dari pemerintah ialah sebagai sponsor, pemerintah melindungi, mempromosikan, dan memberdayakan industri pertahanan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsinya melindungi negara. Dalam hal ini AS memandang industry pertahanan sebagai bagian dari keamanan nasional. Oleh karenanya AS selalu memprioritaskan industri pertahanan dalam negerinya, dalam hal ini Lockheed Martin Corp. Apalagi untuk bidang cyber-technologies, kemampuan yang mendukung strategic deterrence seperti teknologi rudal, mission system technologies, serta sistem elektronik penjejak dan pencari, harus dikelola industry pertahanan domestic. Meski perusahaan swasta yang menjalankannya, mereka menjalankan bisnisnya atas sponsor, pengawasan, dan patron dari pemerintah AS.
Yang terakhir peran pemerintah sebagai regulator industri pertahanan menentukan kebijakan kontrol informasi, kontrol ekspor, dan kebijakan mengenai kompetisi dan good corporate governance. Amerika Serikat menentukan klasfifikasi tingkat kerahasiaan terhadap industri pertahanannya, hal ini berkaitan dengan rahasia dan stabilitas kemanan dalam negerinya karenanya negara ini sangat membatasi penyebaran informasi dan teknologi. Selain itu, Amerika membatasi ekspor produk senjata karena pertimbangan seperti mencegah rusaknya stabilitas keamanan dunia dan kekhawatiran pelanggaran hak asasi manusia jika senjata dipakai untuk melawan pemberontakan dalam negeri ataupun intervensi ke negara tetangganya.

STRATEGI KEAMANAN NASIONAL AMERIKA SERIKATLiberalisasi EkonomiDemokrasi Politik Pertahanan Militer NasionalMenjaga Keseimbangan Kekuatan DuniaSangat focus pada realisasi h-BoPPengembangan industry keamanan sebagai alat utama dalam pertahanan militer ASPeran pemerintah AS sebagai Sponsor, Costumer, dan Regulator Industri PertahananRMAIndustri militer menjadi salah satu instrument penting dalam pertahanan AS, oleh karenanya AS mendukung penuh pengembangan kemajuan teknologi persenjataan militer melalui peran industry pertahanan. Pengembangan R&D Industri Pertahanan ASPengaturan penjualan senjataInvestasi terhadap industry pertahanan Pengoptimalan produk-produk militer berbasi high-tech dan high-riskMenimbulkan spillover effect terhadap produk hasil turunan militerInstrumen AS dalam melancarkan strategi 'Pengamanan Keseimbangan Kekuatan' melalui penjualan senjata di dunia
STRATEGI KEAMANAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT
Liberalisasi Ekonomi
Demokrasi Politik
Pertahanan Militer Nasional
Menjaga Keseimbangan Kekuatan Dunia
Sangat focus pada realisasi h-BoP
Pengembangan industry keamanan sebagai alat utama dalam pertahanan militer AS
Peran pemerintah AS sebagai Sponsor, Costumer, dan Regulator Industri Pertahanan
RMA
Industri militer menjadi salah satu instrument penting dalam pertahanan AS, oleh karenanya AS mendukung penuh pengembangan kemajuan teknologi persenjataan militer melalui peran industry pertahanan.
Pengembangan R&D Industri Pertahanan AS
Pengaturan penjualan senjata
Investasi terhadap industry pertahanan
Pengoptimalan produk-produk militer berbasi high-tech dan high-risk
Menimbulkan spillover effect terhadap produk hasil turunan militer
Instrumen AS dalam melancarkan strategi 'Pengamanan Keseimbangan Kekuatan' melalui penjualan senjata di dunia

Pada strategi keamanan nasional Amerika yang sangat mengutamakan keseimbangan kekuatan, secara berkala negara ini mulai mengembangkan kemajuan teknologi dalam industry pertahanan militer. Oleh karenanya, AS merupakan salah sat negara yang power nya terletak pada keunggulan R&D untuk militer. Bahkan seluruh strategi pertahanan, kebijakan luar negeri, dan prinsip keamanan nasional AS dibangun atas basis ideology untuk mempertahankan superioritas teknologi yang substansial terhadap negara musuh dan sekutu. Support total pemerintahan AS dalam bidang pengembangan dan penelitian industry pertahanan dalam negerinya ini dapat dianalisa sebagai contoh nyata penerapan RMA dalam kebijakan strategi pertahanan keamanan AS. Hal ini dapat dijelaskan sebagaimana kini teknologi sangat dimanfaatkan guna kepentingan-kepentingan militer, dan industry pertahanan sebagai pemasok utama alat vital persenjataan baik digunakan dalam negeri maupun untuk diekspor ke luar negeri perlu perhatian khusus dari pemerintah agar keseimbangan kekuasaan yang diimpikan AS dapat terlaksana sesuai dengan perencanaannya.
Skala investasi AS untuk kepentingan R&D sangat mencengangkan, yakni mencapai US$70 milliar per tahun. Karena ideology AS adalah mempertahankan keunggulan teknologi di atas semua negara, AS memainkan peran proaktif dan dominan dengan semua pendanaan aktivitas R&D pertahanan bersumber dari pemerintahnya. Sekitar 70% pendanaan disalurkan ke industry pertahanan. Sedangkan 25% lainnya dikerjakan oleh laboratorium yang didanai pemerintah. Adapun 5% sisanya dilakukan oleh perguruan tinggi.
Pemerintah AS sangat peduli pada pendanaan R&D, hal ini karena pemerintah AS sadar bahwa akan sangat sulit bagi industry pertahanan untuk menyisihkan dana perusahaan yang terbatas guna aktivitas R&D yang mahal, berkarakter high-tech dan high-risk, dengan harapan suatu saat pemerintah AS akan membeli produknya. Maka dari itu pemerintah AS memutuskan mendanai aktivitas R&D dengan volume, nilai, kedalaman, dan cakupan yang diinginkan untuk mempertahankan ideology keunggulan teknologi.
Manfaat pendanaan yang massif untuk R&D dirasakan oleh sector komersial berupa efek spillover dan spin-off produk komersial hasil turunan produk militer. Komputer yang kita kenal saat ini sebenarnya berasal dari proyek Electronic Numerical Integrator and Computer (ENIAC) yang dirintis AS sejak 1945. Proyek virtual network yang dikembangkan DARPA pada 1974 menjadi dasar bagi pengembangan internet yang kita nikmati sekarang. Produk lain seperti Global Positioning System (GPS), semikonduktor, mesin jet, pendingin, reactor nuklir, container kapal, satelit cuaca, dan sistem navigasi sesungguhnya lahir dari R&D untuk kepentingan militer.
Sehubungan dengan konsentrasi penuh pendanaan R&D industry pertahanan oleh pemerintah AS, perlu disadari bahwa hal tersebut dilakukan semata-mata untuk menjadikan perusahaan militer AS menjadi yang nomor satu di dunia. Dengan begitu penjualan ekspor senjata ke negara-negara asing akan berada dalam kontrol AS sehingga tujuan utama strategi keamanan nasional balance of power pun dapat terlaksana.
Sejalan dengan kemajuan kekuatan industry pertahanan asal AS, pada akhirnya terjadi ketergantungan penjualan persenjataan dunia. Sebagai kontraktor militer terbesar di dunia, Lockheed Martin, Northrop Grumman dan Boeing yang juga merupakan perusahaan yang memproduksi persenjataan terbesar di dunia. Berikut merupakan ketergantungan perusahaan pada penjualan persenjataannya, kombinasi penjualan domestik dan asing:
Sales figures are in millions of US dollars.
COMPANY
SECTOR
ARMS SALES 2000
ARMS SALES 1999
TOTAL SALES 2000
% ARMS SALES/TOTAL
Lockheed
Ac El Mi
18,610
19,790
25,329
73
Boeing
Ac El Mi
16,900
16,000
51,521
33
Northrop
Ac El Mi SA/A Sh Oth
15,590
15,800
32,509
48
Key to abbreviations: Ac = aircraft, El = electronics, Mi = missiles, SA/A = small arms/ammunition, Sh = ships, and Oth = other
Kumpulan penjualan senjata (termasuk perolehan domestik dan eksport) dari 100 besar perusahaan produksi senjata dalam OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) dan negara berkembang dijumlah kira-kira mencapai $157 milyar pada tahun 2000. Penjualan persenjataan AS yang tercatat mencapai 60% dari total keseluruhan. Anggota OECD Eropa Barat dicatatkan mencapai 31%, sedangkan anggota OECD lainnya (Jepang, Kanada, Australia, Turki) dicatatkan sekitar 6%, dan "negara berkembang" (Israel, India, Singapore, dan Afrika Selatan) dicatatkan hanya sekitar 4%, dengan total keseluruhan dapat dilihat pada table berikut:
SHARE OF ARMS SALES, FY2000
Region Market Share
US 60%
West Europe OECD 31%
Other OECD 6%
Developing Countries 4%
 
 

Amerika Serikat telah menyebarkan pasar persenjataan dunia dibandingkan negara-negara dunia lainnya dan mengkombinasikannya dengan penyebaran kebijakan pasar ganda bagi seluruh Eropa Barat OECD. Kecenderungan memperlihatkan bahwa penyebaran pasar US meningkat secara tajam dari pada akhir tahun 1980an dan awal tahun 1990an dan telah meningkat perlahan sampai 60% disbanding tahun-tahun sebelumnya. Satu hal yang dapat menghubungkan kecenderungan tersebut ialah pada bagian peningkatan kekuasaan kontraktor militer AS. Dan untuk tujuan yang sama, yang dapat diharapkan dari keberlanjutan peningkatan dominasi AS ialah pada pasar persenjataan dunia.

Pada bagian selanjutnya, ini merupakan penetapan laporan dari pendapatan penjualan persenjataan AS berdasarkan wilayah negara pada tahun 1992-2001.
All amounts are in millions of US dollars
REGION
DCS
DirectComercialSales
FMS
ForeignMilitarySales
TOTAL
annual AVG
% TOTAL[xli]
Middle East/South Asia[xlii]
861
54,292
55,153
5,515
41.8%
East Asia/Pacific
5,937
28,956
34,894
3,489
26.4%
Europe
4,378
25,641
29,993
2,993
22.7%
International
7,034
578
7,612
761
5.8%
Americas
1,309
2,800
4,109
411
3.1%
Africa
26
154
180
18
1.4%

Negara Timur Tengah dan Asia Selatan merupakan negara penerima senjata AS terbesar, dengan 42% dari senjata AS dikirimkan sejak 1992 menuju wilayah negara tersebut. Di Timur Tengah, penerima terbesar dari alat-alat militer AS dalam Timur Tengah sejak era pasca Perang Dingin adalah Arab Saudi, Israel, Mesir, dan Kuwait. Bersama empat negara dengan catatan mencapai 94.4% dari pengiriman senjata ke wilayah tersebut. Berikut merupakan laporan pengiriman senjata AS pada empat besar negara penerima di kawasan Timur Tengah pada tahun 1992-2001:
All amounts are in millions of US dollars
COUNTRY
DCS[xlvii]
FMS[xlviii]
TOTAL
annual AVG
% TOTAL[xlix]
Saudi Arabia
259
30,511
60,770
3077
74.0%
Israel
85
9,456
9,542
954
11.6%
Egypt
206
6.127
6,334
633
7.7%
Kuwait
30
5,410
5,440
544
6.6%
Terdapat hubungan saling ketergantungan antara Amerika Serikat dan Israel, hal ini mengapa AS secara massive dan berkala mengeksport alutsista ke Israel dan membentuk aliansi dengan negara zionis tersebut. Demi menjelaskan munculnya hubungan tersebut, data dari Amnesty Internasional berikut dirasa cukup mempu untuk menerangkan kepentingan nasional dibalik sikap AS terhadap Israel. Dijelaskan bahwa Amerika serikat memiliki daftar kepentingan klasik di Timur Tengah, antara lain:
Menolak konfrontasi dengan Uni Soviet
Mencegah pendirian hagemoni regional Soviet
Melanjutkan akses harga minyak wajar untuk AS, Eropa Barat, dan Jepang
Menyelamatkan Israel
Mencegah polarisasi kekuasaan regional antar garis ideologi
Mendirikan perdamaian yang stabil dan tahan lama dalam wilayah
Pada pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pengeluaran AS pada perusahaan produksi persenjataan lebih mendominasi dibandingkan bagian dunia lainnya. Namun hal ini juga menetapkan bahwa industry persenjataan AS mendominasi pasar senjata dunia, yang mana menimbulkan pertanyaan tentang berapakah perbandingan alokasi dana militer dengan negara-negara lain di dunia? Berikut merupakan data mengenasi alokasi belanja militer negara di dunia 
All figures are in billions of US dollars
COUNTRY
BUDGET (Billions US$)
YEAR
U.S
343.2
2002
NATO
 
 
United Kingdom
34.5
2000
France
27.0
2000
Germany
23.3
2000
Other NATO
62.3
2000
Asia/Pacific Allies
 
 
Japan
45.6
2000
South Korea
12.8
2000
Australia
7.1
2000
Total US & Allies
555.8
 
Potential Enemies
 
 
Iran
7.5
2000
Syria
1.8
2000
Iraq
1.4
1999
North Korea
1.3
2000
Libya
1.2
2000
Cuba
0.8
1999
Sudan
0.4
2000
Total US Enemies
14.4
 
Other Countries with Significant Militaries
 
 
Russia
56.0
1999
China
39.5
1999
India
15.9
2000
Taiwan
12.8
2000
Pakistan
3.3
2000

Meskipun anggaran militer tidak berarti sama dengan kekuatan militer, jelas bahwa tak ada kekuasaan militer di dunia yang mampu mengimbangi sebagai lawan kekuasaan militer AS. Tak hanya memiliki uang lebih, peralatan lebih, sumber daya lebih, dan kontraktor pertahanan terbaik, AS memiliki infrastruktur sebagai landasan keseluruhan sumber penghasilan. Seluruh F-16 di dunia tak mampu membantu jika negara tidak memiliki inteligensi, pesawat pengintai, penjagaan, komunikasi dan kepemimpinan untuk mendukung keseluruhannya. Pada Center for Strategic and International Studies telah menyebutkan bahwa terdapat beberapa kelemahan kualitatif dalam wilayah negara sebagaimana yang dilaporkan pada Timur Tengah, "The Conventional Military Balance in the Gulf in 2000."
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa siring dengan revolusi hubungan militer, pemeringtah sangat penting utnuk memperhatikan pengembangan R&D pada industry pertahanan negaranya. Hal ini jelas bahwa industry pertahanan memainkan peranan vital sebagai alat negara yang produk-produknya akan digunakan demi kepentingan pertahanan keamanan nasional. AS khususnya sangat memperhatikan pengembangan R&D industry pertahanannya, karena negara ini sangat sadar tentang pentingnya pertahanan keamanan sebagai kepentingan nasional utama AS. Selain itu jika menelaah kembali dari segi ideology AS yang sangat mengedepankan tentang keseimbangan kekuatan dunia, pengembangan industry pertahanan harus selalu didukung agar mampu memproduksi produk persenjataan yang paling canggih diantara industry pertahanan dari negara-negara pesaingnya ini karena jika AS mampu menghasilkan produk persenjaan yang tak tertandingi sehingga AS kembali menjadi pusat eksportir persenjataan militer dunia. Dan ketika hal tersebut terjadi, maka dengan alasan menjaga stabilitas keamanan dunia AS akan mampu mengatur arus penjualan sektor pertahanan militer negara-negara di dunia dan dengan begitu AS tetap dapat mengawasi dan mengatur secara langsung tentang keseimbangan kekuatan dunia.
Dengan mengakumulasikan pemaparan data yang telah dibahas sebelumnya maka dengan jelas dapat diketahui bagaimana besarnya pengaruh R&D pada keterlanjutan penjualan senjata dunia. AS secara signifikan sebagai pemasok persenjataan utama ke wilayah Timur Tengah, jike mengaitkannya dengan strategi keamanan nasional AS akan sangat mengedepankan aliansinya, dibalik hubungan aliansi tersebut juga jelas ada kepentingan nasional. Pasca perang dingin AS memang mengincar sumber daya minyak bumi di wilayah timur Tengah, inilah mengapa hubungan baik di bidang persenjataan, khususnya bagi negara aliansi AS di Timur Tengah yakni Israel sangat dijaga. Bahwa ternyata kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Israel dilatarbelakangi oleh kehadirannya dalam organisasi American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) yang dibentuk sekitar tahun 1970an. Menurut Rowland Evans dan Robert Noval pada The Washington Post, bahwa AIPAC berupaya secara diam-diam secara langsung pada Israel. Hal inilah kemudian yang mendasari kebijakan luar negeri AS terkait penjualan alutsista di Israel. Jika dalam kajian pemerintah sebagai regulator telah dijelaskan tentang sifat pemerintah AS yang sangat selektif dan proteksionis terhadap pangsa pasar industry pertahanannya, penulis mengkritisi lalu selanjutnya mengapa AS justru mengekspor supply persenjataan secara berkala pada Israel yang merupakan negara konflik. Penjelasan mengenai ini dapat dijawab melalui double standards policy oleh pemerintah AS, bahwa terdapat pengecualian disini karena jika menengok sejarahnya, Israel merupakan aliansi Amerika Serikat, dan telah dipaparkan juga sebelumnya bahwa terdapat daftar kepentingan AS di Timur Tengah yang dapat dicapai melalui hubungan kerjasama bilateral nya bersama Israel. Dengan asumsi tersebut AS mengklaim bahwa tindakan ekport senjata ke beberapa negara, khususnya negara yang merupakan aliansinnya seperti Israel, merupakan upaya nyata untuk menjaga keseimbangan dunia.

Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.