Analisis Produktivitas Parsial Tenaga Kerja

July 14, 2017 | Autor: Robbi Sudarna | Categoria: Data Analysis
Share Embed


Descrição do Produto



53


60



75

BAB I
Pendahuluan

Sejarah pendirian perusahaan
Pada tahun 1987 Dutapalma sebagai induk perusahaan mendirikan anak perusahaan yang digunakan untuk memproduksi minyak kelapa sawit dari pengolahan CPO. Perusahaan ini dinamakan PT Darmex Oils and Fats .Perusahaan ini berdiri dengan skala internasional. Seperti yang telah diketahui bahwa Dutapalma merupakan satu perusahaan grup terbesar yang bergerak dibidang industri pertanian yaitu kelapa sawit. Bahkan hasil produksi yang dilakukan oleh grub ini tsudah diekspor keluar negeri sejak perusahaan ini didirikan. Perusahaan ini pun semakin berkembanng pesat dengan semakin banyaknya permintaan global akan kelapa sawit baik masih dalam keadaan mentah maupun sudah dalam bentuk minyak.
Pada tahun 1988 kebun kelapa sawit didirikan di Kalimantan Barat, yaitu diwilayah Kuatan Hilir, Kuatan Tengah, Kuantan Mudik, dan sebagian lagi di Indragiri Hulu, dengan cakupan luas mencapa 11.260 ha di Riau.. Disamping membangun budidaya kelapa sawit pada tahun yang sama PT Darmex juga mendirikan pabrik CPO pertama yang didirikan dengan kapasitas produksi mencapa 27.500 ton CPO pertahun. Pada tahun berikutnya grup ini juga mendirikan produksi minyak goreng dengan merek "Palma" dengan nama perusahaan PT Darmex Oils and Fats.
Untuk mengantisipasi peningkatan permintaan dari pasar global PT Darmex Oils and Fats mendirikan kilang minyak dengan kapasitas 1200 ton perhari. Dengan dibangunya kilang minyak ini diharapkan akan mampu menampung hasil produksi minyak sebelum dikemas dan dapat digunakan untuk penyimpanan sementara waktu. Kilang ini didirikan di pabrik PT Darmex Oils and Fats yang terletak Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat. Fraksinasi dan pemurnian menghasilkan turunan CPO berupa Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO), Palm Fatty acid, RBD stearin dan RBD Olein. Sebagian besar produk minyak goreng yang dihasilkan habis dijual untuk memenuhi permintaan dalam negeri dan sebagian produk di ekspor untuk pasar International . Pada tahun 1997 perkebunan telah mencapai 50.000 Ha. Pada tahun 2000 , PT Darmex Oils and Fats memulai operasi pembuatan Palm Kernel dibawah PT . Teluk Kuantan Perkasa di Dumai Riau . Pada Tahun 2002 , PT Darmex Oil adn Fats juga mendirikan pabrik "soap noodle". Pabrik ini memiliki kapasitas 72 ton per hari dan dimaksudkan untuk memenuhi permintaan dalam negeri . Selain menghasilkan soap noodle dan minyak goreng, PT Darmex Oil and Fats juga menghasilkan glycerine dengan kapasitas 1.200 ton per tahun. Pada tahun 2004 PT Darmex Oils and Fats mendirikan kebun Pembibitan seluas 60 Ha di Pekanbaru. Perusahaan mulai ekspansi perkebunan area di Kalimantan Barat dengan 14.400 Ha. Pada tahun 2006 , PT Darmex biofuels didirikan dengan kapasitas terpasang 150.000 ton / tahun. Pada tahun 2008, dibuat road map untuk melengkapi implementasi SAP dan ISO. Sekarang, pembudidayaan terletak di Riau dan Kalimantan dengan total 8 penggilingan di Pekanbaru , Jambi dan Kalimantan, total produksi dari Crude Palm Oil ( CPO) sekitar 36.000 matrix ton per bulan. Hasil produksi paling banyak diperuntukkan untuk proses lanjutan di kilang minyak untuk membuat turunan lain seperti minyak goreng, soap noodle , RBD Stearin, PFAD dan lain – lain .
Tujuan Pendirian Perusahaan
Secara umum pendirian perusahaan dapat dibedakan menjadi tujuan ekonomis dan tujuan sosial. Tujuan ekonomis berkenaan dengan upaya perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya. Dalam hal ini perusahaan berupaya menciptakan laba, menciptakan pelanggan dan menjalankan upaya-upaya pengembangan dengan memusatkan perhatian pada kebutuhan masyarakat dalam hal produk yang diinginkan, kualitas, harga, kuantitas, waktu pelayanan dan sebagainya. Sedangkan untuk tujuan sosial, perusahaan diharapkan untuk memperhatikan keinginan investor, karyawan maupun masyarakat luas. Kedua tujuan tersebut saling mendukung untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu memberikan kepuasan pada keinginan konsumen maupun pelanggan (Fuad,2000). PT Darmex Oils and Fats juga mempunyai misi adalah untuk menjadi "The leading sustainable palm oil in Indonesia", sehingga untuk mencapai visi tersebut maka disusunlah misi sebagai berikut :
Fokus pada ekspansi bisnis kelapa sawit yang terintegrasi
Membangun dan mengembangkan produk hilir untuk mendapatkan keuntungan dan produktifitas maksimal
Menyediakan produk dengan standar kualitas tertinggi
Mencapai nilai maksimum dan atau pengembalian terhadap shareholder dan stakeholder
Pengembangan sumber daya manusia dan menyediakan lapangan pekerjaan untuk orang Indonesia
Peduli tehadap kesejahteraan dan kebahagian pekerja maupun untuk seluruh rakyat indonesia
Lokasi Perusahaan
PT Darmex Oils and Fat berlokasi di Jalan Raya Bekasi KM 27 no 1 , Kali Abang Tengah, Bekasi Utara, Jawa Barat. PT . Darmex Oils and Fat merupakan bagian dari grup usaha Dutapalma.

Gambar 1.1 Peta Kota Bekasi dan Citra Satelit PT. Darmex Oils and Fats



BAB II
PROSES PRODUKSI DAN PRODUK
Tinjauan Umum Bahan Baku
Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropisgolongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang dikenal ialah jenis Dura, Psifera dan Tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkanpenampang irisan buah, yaitu jenis Dura memiliki tempurung yang tebal, jenis Psifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang tipis, sedangkan tenera yang merupakan hasil perulangan dura dengan Psifera menghasilkan buah bertempurung tipis dan inti yang besar.
Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir. Setiapbulir terdiri dari 10-18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Buah sawityang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit
yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat padakernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifatfisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 harisetelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah, minyakyang sudah jenuh. Jika dalam buah tidak ada lagi pembentukan minyak, maka yangterjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
Morfologi Tanaman
a. Akar
Biji kelapa sawit berkeping tunggal, sehingga akarnya adalah serabut.
Perakarannya sangat kuat. Akar yang tua tetap kuat dan tetap utuh tidak membusuk sekalipun telah mati. Sistem penyebaran akar tersebut terkonsentrasi pada tanah lapisan atas. Karena sistem perakarannya kuat tadi maka jarang ditemukan tanamanyang roboh atau tumbang.


b. Batang
Batang kelapa sawit tumbuh lurus ke atas, diameternya dapat mencapai 40-60cm. pada tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup olehpelepah daun yang tumbuh rapat mengelilinginya. Pertumbuhan meninggi batang barujelas terlihat sesudah tanaman berumur 4 tahun. Rata-rata pertumbuhan tinggi batangadalah 25-40 cm per tahun. Namun demikian, hal ini tergantung selain pada jenis,kesuburan lahan serta iklim setempat.
c. Daun
Daun tanaman kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat mencapai 3-5 meter. Daun mempunyai pelepah yang pada bagian kiri maupun kanannya tumbuh anak-anak daun. Tanaman kelapa sawit yang sudah dewasa mempunyai anak daun yang jumlahnya dapat mencapai 100-160 pasang. Pada bagian pangkal pelepah daun tumbuh duri dan bulu-bulu kasar dan halus. Duduknya pelepah daun pada batang tersusun teratur, melingkari batang membentuk konfigurasi spiral. Daun kelapa sawit tumbuh pada batang, sifatnya bergerombol, roset. Daun yang telah tua berubah warnanya menjadi kuning dan pucat sebelum rontok meninggalkan bekas pada batang. Pertambahan jumlah daun pada kanopi tanaman lebih cepat dibandingkan dengan jumlah daun yang gugur. Oleh karenanya tampakdaun kelapa sawit tumbuh bergerombol dibagian atas tanaman.
d. Bunga
Tanaman kelapa sawit bersifat monoecious atau berumah satu. Monoecious bermakna bahwa bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman. Namun demikian, bunga jantan terpisah dengan tandan bunga betinanya.
Bunga kelapa sawit atau yang juga disebut tandan muncul pada ketiak daun. Rumus bunga betina adalah : K3, C3, A0, G(3) sedangkan rumus bunga jantannya adalah K3, C3, A(6), G0. Dimana : K adalah kaliks/kelopak (sepal) ; C corolla (petal) ; A androecioum (bunga jantan) dan G adalah gynoecioum (bunga betina).



e. Buah
Buah kelapa sawit terbentuk sesudah terjadi penyerbukan (pollination) dan pembuahan (fertilization). Bakal buah (ovary) tumbuh berkembang menjadi buah sedangkan bakal biji (ovule) tumbuh menjadi biji. Buah kelapa sawit memiliki bagian – bagian sebagai berikut :
1. Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin. Ketika buah masih muda, warnanya hitam atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah menjadi orange merah atau kuning orange.
2. Mesokarp atau Sabut
Diantara jaringan – jaringanya ada sel pengisi seperti spons atau karet busa
yang sangat banyak mengandung minyak (CPO), jika buah sudah masak.
3. Endokarp atau Tempurung
Ketika buah masih muda endokarp memiliki tekstur lunak dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua, endokarp berubah menjadi keras dan berwarna hitam. Ketebalan endokarp tergantung pada varietasnya. Contoh varietas dura memiliki endokarp sangat tebal, sedangkan varietas pisifera sangat tipis,bahkan tanpa endokarp.
4. Kernel atau Biji atau Inti
Inti dapat disamakan dengan daging buah dalam kelapa sayur, tetapi bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel mengandung minyak (PKO) sebesar 3% dari berat tandan, berwarna jernih dan bermutu sangat tinggi.
f. Biji
Bagian biji kelapa sawit penting artinya bagi eksistensi generasi berikutnya. Bagian biji kelapa sawit terdiri atas kulit biji, tali pusat dan inti biji atau isi biji. Kulit biji yang berasal dari selaput bakal biji (integument) sangat keras seperti batu. Bagian ini berfungsi untuk melindungi biji bagian dalam yang lunak. Tali pusat merupakan bagian biji yang menghubungkannya dengan papan biji. Inti biji merupakan bagian yang penting untuk alih generasi. Bagian inti biji terdiri atas lembaga atau embrio dan cadangan makanan (endosperm).


Pengolahan Kelapa Sawit
Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan
kebehasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia. Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat penting perananya dalam menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya. Perlu diketahuibahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya.
Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO
Langkah pertama adalah melakukan penimbangan panen yang diterima di
pabrik. Penimbangan dilakukan di atas jembatan timbang. Jika diangkut dengan
kendaraan truk atau traktor gandengan, penimbangan dilakukan sebelum pembongkaran dan pemuatannya ke dalam keranjang rebusan. Sesudah itu di timbang lagi dalam keadaan rebusan di atas lori, hasil dapat langsung ditimbang. Penampungan dapat dilakukan seluruhnya dalam keranjang rebusan, atau dalam tempat khusus untuk itu, yaitu pelataran bongkar-pindah yang sekaligus menjadi tempat timbun.
TBS mengandung sejumlah zat yang harus dihilangkan terlebih dahulu untuk mencapai pengolahan yang efisien. Suasana lembab dengan suhu tinggi dalam rebusan akan mengaktifkan enzim-enzim lipase dan lipoksidase yang terdapat dalam buah sehingga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas dan proses oksidasi minyak dapat dihentikan. Oleh karena itu tandan yang dipanen harus diusahakan dapat direbus (sterilisasi) secepatnya.
Untuk mencegah oksidasi selama perebusan, udara harus dikosongkan sama sekali dari dalam rebusan. Hal ini juga perlu untuk mencapai suhu yang diperlukan (udara adalah penghantar panas yang jelek). Cara terbaik adalah cara triple peak sterilization. Pemasukan uap harus secara berangsur untuk menghindarkan pemanasan lanjut pada tempat-tempat tertentu. Minyak yang berasal dari air rebusan sangat jelek daya pucatnya dan mengandung banyak besi, maka seharusnya tidak dicampur dengan minyak produksi utama. Buah yang sudah direbus mudah diserang mikroba dan cepat busuk. Karena itu bila tidak selesai diolah, sebaiknya tandan disimpan sebelum perebusan.
Setelah dilakukan perebusan dilanjutkan pada proses pemisahan. Dengan tahapan seperti berikut:
a. Penebahan
Penebahan adalah untuk melepaskan buah dan kelopak (calyx) dari tandan yang sudah direbus. Penebah adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang sedikit miring dengan kisi-kisi yang bercelah sedikit lebih besar dari pada ukuran berondolan. Teromol berputar dengan putaran sedemikian sehingga tandan akan
mengalami gaya sentrifugal yang cukup untuk mengangkatnya sampai titik tertinggi pada dinding teromol, biasanya kecepatan putaran 22 rpm. Tandan setelah terjatuh kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi berkali-kali sampai tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung teromol. Kehilangan minyak karena penebahan dapat terjadi dengan penyerapan minyak oleh tangkai tandan kosong, akibat pengumpanan yang tidak teratur sehingga buah bersinggungan dengan TBK. Juga akibat penumpukan tandan yang terlalu
banyak di atas talang pengumpan, sehingga tandan yang tertindih paling bawah akan terperas minyaknya dan terserap oleh tangkai tandan.
b. Peremasan
Buah diaduk dalam suatu bejana silindris tegak (ketel) selama beberapa waktu sementara dipanaskan pada suhu yang tinggi. Bejana dilengkapi dengan beberapa pasang lengan atau pisau pengaduk sehingga buah yang diaduk di dalamnya menjadi hancur karena diremas akibat gesekan yang timbul antara sesama buah dan di antara massa remasan buah sehingga daging buah lepas dari biji dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak, agar minyak dapat diperas sebanyaknya pada pengempaan berikutnya. Untuk memperoleh peremasan yang baik kondisi yang menghasilkan gesekan sebesar-besarnya perlu dipertahankan. Massa dijaga tidak sampai menjadi bubur, maka lubang perforasi dijaga tidak sampai tersumbat (secara terus menerus harus terlihat adanya aliran tirisan yang cukup). Ketel harus dijaga tetap penuh untuk menjaga tekanan (gaya gesekan) yang konstan, dan waktu pengadukan yang cukup. Massa dijaga tidak sampai mendidih agar tidak terbentuk emulsi. Suhu dijaga tetap tinggi untuk mengurangi efek pelumasan dari minyak.
Peremasan yang baik ialah jika dalam massa remasan yang masuk kedalam kempa tidak terdapat satupun buah yang masih utuh atau yang daging buahnya belum terlepas sepenuhnya dari biji. Daging buah tidak boleh diremas sampai halus, seratseratnya harus masih kelihatan utuh. Massa remasan harus homogen, tidak ada biji – biji yang mengumpul di bagian bawah. Penirisan cairan kelihatan lancar. Selama peremasan massa tidak sampai mendidih, namun suhu harus dipertahankan tinggi, yaitu mendekati titik didih air.
c. Pengempaan
Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa remasan, sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya. Untuk ini umumnya telah dipakai kempa ulir ganda, karena kempa ulir adalah yang paling sesuai untuk buah Tenera. Di dalam suatu silinder mendatar yang dindingnya berperforasi bekerja dua ulir dengan arah putar yang berlawanan. Pada ujung pengeluaran silinder terdapat suatu konus yang menekan massa ampas kempa yang akan keluar. Tekanannya dapat diatur secara optimalnya. Pengaturan posisi konus dapat dilakukan berdasarkan tekanan dalam kempa atau berdasarkan pemakaian tenaga listrik. Dinding silinder secara terus menerus dibilas dengan semprotan air panas. Juga kedalam massa disemprotkan uap. Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa.
d. Penghembusan Serabut (pemisahan biji dari ampas)
Ampas kempa yang keluar dari kempa berupa bongkahan dan masih terlalu basah untuk mudah dihembus serabutnya oleh angin. Oleh karena itu ularan yang membawa ampas kempa ke kolom pemisah serabut dilengkapi dengan lengan-lengan pemecah yang letaknya pada sumbu ularan sedemikian sehingga membentuk ulir, dan dinding ularan dilengkapi pula dengan mantel uap pemanas. Dengan ularan bergaris tengah lebih besar (700 mm) dan didahului pengempaan yang sempurna tidak diperlukan lagi mantel pemanas.Dengan demikian ampas akan dipecah menjadi longgar dan air yang terkandung dalamnya dapat menguap dengan leluasa sehingga menjadi cukup kering untuk penghembusan dengan angin. Penghembusan dilakukan dalam suatu kolom vertikal. Kecepatan angin selain diatur oleh putaran kipas juga dapat disesuaikan dengan mengatur penyempitan ruang kolom dengan mengatur maju mundur letak salah satu dindingnya, atau dengan suatu klep dalam kolom. Kecepatan angin diatur sedemikian rupa sehingga biji menjadi bersih dari sisa serabut, tetapi inti (berasal dari biji pecah dalam kempa) yang turut terhembus supaya sedikit mungkin. Biji yang jatuh ditampung kedalam suatu teromol yang datar berputar dan dilengkapi dengan sejumlah sudu-sudu yang membantu mengangkat biji ke titik tertinggi. Pada waktu biji jatuh kembali, karena aliran angin di dalamnya, sisa serabut akan terhembus masuk ke dalam kolom. Biji dalam teromol akan saling bergesekan dan saling memoles. Dengan demikian biji yang keluar akan bersih dari sisa serabut
yang masih melekat.


e. Pengendapan (Pemisahan Minyak dari Air)
Minyak mentah berupa cairan yang ditiriskan dari bejana peremas dan yang sangat tercampur dengan air, terutama berasal dari perasan kempa. Upaya pertama adalah memisahkan serabut dan cangkang halus dengan menyaring minyak mentah pada saringan getar melalui kawat saringan ukuran 30 mesh/inci, atau saringan bertingkat dua, dengan ukuran 16 dan 40 mesh/inci. Zat padat yang tersaring dikemblikan ke bejana peremas. Sebelum atau pada saat penyaringan biasanya ditambahkan air panas (sekaligus pembilas kempa atau saringan) untuk mengurangi viskositas minyak mentah sehingga memudahkan pemisahan minyak dari drab pada pengendapan berikutnya. Pengendapan dilakukan secara bersinambungan dalam suatu bak horizontal yang terdiri atas tiga ruangan. Ruangan pertama tempat pemanasan minyak mentah dengan uap langsung agar kembali mencapai suhu 950 C. Ruangan kedua tempat berlangsungnya pengendapan. Di sini cairan harus mengalir dengan tenang tanpa ada pemanasan lagi. Waktu pengendapan disini sekitar 1-1,5 jam. Ruangan ketiga tempat pengeluaran drab. Sisa minyak yang masih terdapat dalam drab dikutip lagi dengan pengendapan dalam alat sentrifus dengan gaya sentrifugal.
f. Pengeringan Biji (Pemisahan inti dari biji)
Sebelum inti dapat dilepaskan dari biji, biji perlu dikeringkan terlebih dahulu. Dengan pengeringan ini inti akan lekang dari cangkang dan cangkang menjadi lebih rapuh. Kadar air yang semula sekitar 25 % akan diturunkan menjadi 8-10 %. Pengeringan dilakukan dalam suatu silo pengering. Biji dicurahkan dari bagian atas silo, dan berlawanan arah dengan ini terdapat aliran angin panas yang dihembuskan dari bagian bawah dan dari bagian tengah. Pengeringan berlangsung lambat selama 12-14 jam pada suhu 600 C.
g. Pemecahan Biji
Pembersihan dan pengeringan biji adalah untuk mencapai efisiensi pemecahan yang tinggi. Pemecahan biji dilakukan dalam alat pemecah sentrifugal. Pemecah biji terdiri atas suatu rotor berputaran tinggi yang dilengkapi dengan sejumlah alur atau celah radial di sepanjang mukanya.Biji yang dimasukkan melalui rotor akan terlempar melalui celah ke arah cincin pemecah dengan gaya sentripetal.
h. Pemisahan Cangkang
Campuran pecahan terdiri atas cangkang, inti, dan biji tak pecah. Pemisahan inti dari campuran tersebut dilakukan berdasarkan perbedaan bentuk antara inti dan cangkang atau perbedaan berat jenis inti dari cangkang dan biji. Prinsip pemisahan tersebut dapat diterapkan dalam lingkungan (media) larutan atau suspensi, air jernih, atau angin.
Bahan baku yaitu CPO merupakan bahan utama penyusun suatu produk minyak kelapa sawit. Dalam hal ini PT Darmex Oils and Fats menggunakan bahan baku berupa Crude Palm Oil atau biasa disebut CPO. Bahan baku CPO yang digunakan PT Darmex Oils and Fats didapat dari pengolahan biji kelapa sawit dari kebun milik PT Darmex Oils and Fats. Kebun kelapa sawit berada di wilayah Sumatra dan sebagian Kalimantan, dengan luas kebun 155.000 ha.
CPO ini didistribusikan menggunakan kapal tongkang kemudian dilanjutkan dengan truk tangki minyak. Setelah sampai pabrik CPO ditimbang di stasiun penimbangan sebelum masuk pada penyimpanan dan proses selanjutnya, yaitu pembuatan minyak kelapa sawit.

Sumber:http://4.bp.blogspot.com
Gambar 2.1 Butir Kelapa Sawit dan Bagianya
CPO yang digunakan dalam pembuatan minyak goreng berupa CPO dengan kandungan FFA kurang dari 4,5% karena jika kadar FFA dalam CPO lebih dari 4,5% membuat CPO menjadi mudah rusak atau busuk. Persediaan bahan baku datang sesuai dengan setok dari pemerasan biji kelapa sawit. Sehingga kapasitasnya tidak stabil. Oleh karenanya PT. Darmex Oils and Fats Oils and Fats mensiasati dengan penyimpanan pada tangki penyimpanan dengan empat belas tangki. Sehingga persediaan bahan baku bisa olah secara kontinyu dengan kapasitas produksi yang sama besar.
Namun produksi pada industri ini masih menggunakan CPO yang mempunyai level di grade dua atau dibawahnya ini dikarenakan produk utamanya yaitu CPO grade pertama langsung diekspor oleh pihak perusahaan. Ini dilakukan karena PT. Darmex Oils and Fats memproduksi dari kebun sendiri. CPO dengan kadar FFA kurang dari 5% digunakan untuk bahan baku minyak goreng kemasan sedangkan CPO dengan kadar FFA lebih dari 5% digunakan untuk bahan baku pembuatan glycerin dan FAME di PT Darmex Biofuels.
Dalam proses produksi minyak goreng dari CPO digunakan bahan tambahan seperti Phosphoric Acid (PA) dan Bleaching Earth (BE). Adapun fungsi penambahan ialah sebagai berikut:
Bleaching Earth digunakan untuk memucatkan warna yang menyerap unsur – unsur pembawa warna yang melekat pada CPO. Zat warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan absorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak seperti peroksida. BE ditambahkan pada saat minyak bersuhu 70 – 800 C. Daya pemucat BE akan lebih efektif bila adsorben memiliki kadar air tinggi, ukuran partikel halus dan pH mendekati normal. Dosis penggunaan tergantng kualitas CPO yang digunakan. Cara menentukan kualitas CPO tidak ada standar yang pasti.

Sumber: www.indiamart.com/superminerals/organic-chemicals.html
Gambar 2.2 Phosphoric Acid
Yang dapat dikontrol adalah penambahan BE tidak diijinkan jika langsung dalam jumlah banyak, yang benar adalah dengan menambahkan BE secara perlahan – lahan sampai didapatkan umlah yang optimum.
Bahan yang tidak ikut selama proses namun dibutuhkan selam proses yaitu :
Air : air ini diperoleh dari PDAM yang digunakan untuk cooler (air bersih) dan proses vakum (air kotor)
Udara bertekanan : diperoleh dari Compressor yang digunakan untuk proses pengeringan dan untuk membuka katup pipa.
Steam : diperoleh dari High Pressure Boiler yang terdapat di Power Plant PT DOF Bekasi yang digunakan untuk steam boster, steam injection, pengaduk pada deodorizer dan pemanasan pada proses awal serta pengeringan.
Sumber listrik : diperoleh dari GenSet (Generator Set) yang terdapat pada pada Power Plant.
Jenis-Jenis Bleaching Earth
a. Simnit
Simnit merupakan nama dagang untuk sejenis tanah lempung yaitu kaolin. Kaolin adalah mineral lempung berwarna putih, bersusunan kimia Al2O32SiO22H2O (hidrous aluminium silikat) yang merupakan hasil ubahan atau pelapukan dari felspar atau mika. Kaolin memiliki nilai ekonomi cukup besar sebagai bahan keramik, pemutih dan pengisi kertas.
b. Carbon Aktif
Carbon (arang) merupakan adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan. Zat ini dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat warna dalam larutan. Aktivasi carbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dsengan membuka poripori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap zat warna
c. Bentonite sebagai tanah pemucat
Bentonite merupakan nama perdagangan untuk sejenis lempung yang mengandung mineral monmorilonite (pembangun struktur bentonite). Lempungini merupakan batuan silica yang berasal dari kerangka organisme aquatic mikroskopik. Sisa kerangka ini pertama - tama membentuk lumpur yang kemudian termampatkan. Rumus kimia bentonite adalah (MgCa)Oal2O35SiO28
Simnit mempunyai daya serap yang lebih baik dibanding dengan bentonite clay dan karbon aktif dikarenakan simnit mempunyai luas permukaan yang lebih luas atau partikelnya sangat halus, dan dengan penambahan asam phospat sebagai pengaktif akan menyebabkan penyerapan terhadap warna (karoten) dan pengotor-pengotor yang terdapat pada minyak mentah (CPO) itu lebih optimum. Pemucatan dengan asam akan lebih baik jika dibandingkan dengan hasil pemakaian tanah pemucat saja. Karena asam akan merombak struktur tanah dan mengeluarkan air dari partikel tanah pemucat sehingga luas permukaan tanah lebih besar. Selain itu komposisi mineral penyusun bleaching earth juga mempengaruhi kemampuan penyerapannya.

Sumber: www.diytrade.com
Gambar 2.3 Bleaching Earth
Bentonite mempunyai kemampuan untuk menyerap lebih buruk bila dibandingkan dengan simnit, hal ini disebabkan oleh mudahnya partikel bentonite mengembang apabila terkena air. Akibatnya partikel tersebut akan lebih besar, partikel yang lebih besar akan memiliki luas permukaan penyerapan yang lebih kecil dan mengurangi aktifitas tanah pemucat. Demikian halnya dengan carbon aktif, karena efisiensi adsorbs arang tergentung dari perbedaan muatan listrik arang dan zat atau ion yang diserap. Bahan yang mempunyai muatan listrik positip akan diserap lebih efektif oleh arang dalam larutan yang bersifat basa, dan sebaliknya. (Nasution,2003).



Proses Pengolahan
Pada pengolahan CPO ini ditampilkan PPO seperti berikut:
PETA PROSES OPERASI






PETA PROSES OPERASI
Nama Obhyek : Pembuatan Minyak GorengDipetakan Oleh : Muhammad Robbi SudarnaTanggal Pemetaan : 17 Mei 2014No Peta : 01
Nama Obhyek : Pembuatan Minyak Goreng
Dipetakan Oleh : Muhammad Robbi Sudarna
Tanggal Pemetaan : 17 Mei 2014
No Peta : 01

















RINGKASANKegiatanJumlahWaktuOperasiInspeksiPenyimpanan6711248,9'1263,9'
RINGKASAN
Kegiatan
Jumlah
Waktu
Operasi
Inspeksi
Penyimpanan
6
7
1
1248,9'
1263,9'








Gambar 2.4 Pembuatan Minyak Goreng
Proses secara umum yang terjadi pada CPO (Crude Palm Oil) atau bahan baku selama berada di dalam Refinery Plant adalah :
Proses Degumming, adalah proses penambahan Phosphoric Acid (PA) yang berfungsi untuk mengikat getah (gum). Degumming merupakan suatu proses yang bertujuan. Proses penghilangan getah merupakan suatu proses pemisahan getah dan lendirlendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air, resin, tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Hasil yang diperoleh dari proses ini adalah Degummed Palm Oil (DPO).
Proses Bleaching, adalah proses penambahan Bleaching Earth (BE), pada CPO yang telah diberi Phosporic Acid (PA). Dengan cara pemucatan ini maka standar warna yang diinginkan dapat diupayakan sesuai dengan keinginan konsumen. Dalam proses pemucatan ini digunakan bahan pemucat (bleaching earth) yang sering juga disebut adsorben. Pemakaian bleaching earth ini harus optimum, sesuai dengan standar mutu warna BPO (bleaching palm oil atau minyak yang dihasilkan dari pemucatan). Dimana BPO yang dihasilkan akan memiliki mutu yang berbeda jika menggunakan jenis bleaching earth yang berbeda dan mutu BPO ini perlu untuk diperhatikan.
Proses Deodorizing, merupakan proses tahap pemurnian yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa tidak enak dalam minyak. Prinsip penghilangan bau yaitu penyulinganminyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau keadaan vakum.
Proses pengolahan CPO sebagai feed atau bahan baku dimulai dari CPO yang terdapat pada tangki storage dipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai suhu 500 C. Tujuan dilakukan pemanasan adalah agar CPO tidak beku sehingga proses dapat berlangsung stabil. Pemanasan dilakukan dengan uap panas dari steam. Kemudian CPO dipanaskan lagi dengan Heat Exchanger hingga mencapai suhu 120 C. Pemanasan kedua ini bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga kelembabannya turun. Saat pertama kali atau operasi pertama kali pada bagian Refinery Plant , maka sumber panas yang adalah steam yang ada pada plate Heat Exchanger (PHE2) untuk memanaskan CPO. Namun jika pabrik sudah beroperasi maka pemanas ynag digunakan adalah RBDPO atau minyak panas yang sudah matang. Jadi pemanasan pada CPO dapat dilakukan hanya pada PHE1 yang menggunakan sumber panas RBDPO dan proses pada PHE2 dapat dilewatu. Pemindahahn panas pada PHE1 dilakukan dengan cara CPO dilewatkan pada RBDPO yang shunya lebih tinggi daripada CPO yang keluar dari High Temperature Economizer. Selanjutnya CPO dialirkan ke tangki degumming.
CPO yang kemudian ditambahkan asam phospat dengan dosis 0,04% - 0,06% kedalam tangki degumming fungsi penambahan asam phospat untuk mengikat getah (flok) dari kelapa sawit yang bercampur dengan CPO sehingga terbentuk gumpalan – gumpalan yang telah menggumpal dalam tangki degumming dialirkan ke tangki slurry, kemudian ditambahkan Bleaching Earth dengan dosis 1% - 1,2% dari CPO yang diproses. Proses bleaching dilakukan selama 50 menit agar terjadi penyerapan (absorbs) terhadap bahan –bahan yang tidak dibutuhkan. Selain itu proses Bleaching juga bertujuan ntuk mengoksidasi bahan dan memisahkan dari bahan – bahan yang tidak dibutuhkan. Hasil dari proses bleaching ini kemudian disaring dalam proses filtrasi sehingga terpisah antara spent earth (kotoran minyak) dengan Bleach Palm Oil (BPO).
Dari proses tersebut, kemudian CPO yang suhunya sudah tinggi dibawa ke mixer (MI) untuk kemudian ditambahkan dengan Phosporic Acid (PA) melalui Dosing Pump Acid. CPO ditambahkan asam phospat dengan dosis 0,04% - 0,06% kedalam tangki degumming. Fungsi penambahan asam phospat adalah sebagai koagulan untuk mengikat getah (flok) dari kelapa sawit yang bercampur dengan CPO sehingga terbentuk gumpalan – gumpalan yang telah menggumpal dalam tangki degumming dialirkan ke tangki slurry. Penambahan PA dilakukan tergantung pada kandungan FFA atau Asam lemak bebas dalam CPO. Semakin tinggi FFA dari CPO yang digunakan maka semakin banyak pula PA yang ditambahkan. Waktu terjadinya reaksi tersebut tergantung dari kandungan FFA, PA yang ditambahkan dan kapasitas dari CPO itu sendiri. Jika waktu reaksi terlalu cepat maka kemampuan PA menkristalkan gum-gum dari CPO tidak baik. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa proses pengkristalan gum tidak berjalan dengan sempurna. Sebaliknya jika terlalu lama maka PA yang bentuknya cair akan tertarik ke vakum dan kembali ke bentuknya yang semula atau mencair. Hasil yang diperoleh dari proses penambahan PA ini adalah Degummed Palm Oil (DPO).
Proses selanjutnya, DPO dibawa menuju Slurry Tank (ST) kemudian dilakukan penambahan Bleaching Earth (BE) yang berbentuk bubuk ntuk memucatkan warna dari DPO. Penambahan BE tergantung dari kualitas minyak itu sendiri dimana penambahan Bleaching Earth (BE) tergantung dari kualitas minyak itu sendiri dimana penambahannya akan semakin sedikit jika FFA-nya tinggi (produksi minyak curah) dan penambahannya akan semakin banyak jika FFA-nya rendah (produksi minyak Palma Stand Pouchl). Rata – rata ditambahkan Bleaching Earth dengan dosis 1% - 1,2% dari CPO yang diproses. Proses bleaching dilakukan selama 50 menit agar terjadi penyerapan (absorbs) terhadap bahan –bahan yang tidak dibutuhkan. Pada Slurry tank (ST) ini selain terjadi penambahan BE, dibawah tangki terdapat sparger steam yang berfungsi untuk memanaskan dan proses pengadukan. Hasil yang diperoleh disebut Degummed Bleached Palm Oil (DBPO). DBPO yang dihasilkan ini mengandung aldehida, keton, alkohol, asam lemak berberat molekul ringan, hidrokarbon, dan bahan lain hasil dekomposisi peroksida dan pigmen. Walaupun konsentrasi bahan-bahan tersebut kecil, bahan-bahan tersebut dapat terdeteksi oleh rasa dan aroma minyaknya. Bahan-bahan tersebut lebih volatil pada tekanan rendah dan temperatur tinggi
DBPO yang terbentuk selanjutnya dibawa ke Filter Niagara (FN1, FN2, FN3), Filter Niagara ini adalah alat penyaring minyak yang berisi penyaring berbentuk lempengan dan berpori, yang berfungsi untuk menyaring BE dalam DBPO. Mlah lempengan ini ada 17 dengan luas penyaringan yang berbeda – beda. Pada Filter Niagara ini terdapat dua buah filter namun pada kenyataanya proses yang terjadi selama ini, tidak perlu dilewatkan pada kedua filter. Yang dilakukan selama hanya dilewatkan pada satu filter saja. Sehingga jika satu filter dalam keadaan beroperasi maka satu filter yang lain dicuci dan stand by untuk proses selanjutnya. Tujuan DBPO dilewatkan ke Filter Niagara adalah agar kotoran dapat tersaring. Kotoran yang tersaring ini berupa BE yang sudah tidak terpakai lagi. Proses yang terjadi dalam Filter adalah :
Vakum.
Filling, merupakan proses pengisian minyak ke dalam filter.
Blask Run atau Pemurnian
Filtration
Circulation, proses ini dapat terjadi pada da kondisi yaitu :
Posisi Bleacher Low Level.
Posisi Tanki Filtrat High Level.
Emptying atau proses pengosongan filter. Proses ini dilakukan dengan meninggalkan kotoran pada filter.
Drying, merupakan proses pengeringan kotoran yang basah menjadi blotong yang kering (Spent Earth) yang menempel pada lempengan filter. Blotong atau Spent Earth ini dirontokkan lalu dikeluarkan. Untuk pengeringan BE dan penggerak vibrator digunakan udara.
Minyak yang lolos dari Filter difiltrasi lagi dengan menggunakan 4 filter yaitu 2 Cartridge Filter (FC) dan 2 Bag Filter (FB). Hasil samping dari kedua filter ini masih berupa BE yang ukurannya lebih kecil dari yang dihasilkan di Filter Niagara. Setelah lolos maka DBPO akan masuk ke dalam tanki filtrat (TF) lalu dipompa dengan menggunakan pompa masuk ke Plate Heat Exchanger lalu masuk kedalam Final Heater (FH) untuk dipanaskan dengan pemanas yang disuplai dari High Pressure Boiler yang berbahan bakar solar. Setelah itu masuk ke dalam Separator (S) dan dilanjutkan ke deodorizer, dimana pada deodorizer terdapat 17 tray untuk menghilangkan warna, odor dan mengurangi kandungan FFA.
Proses deodorisasi pada intinya adalah distilasi uap pada keadaan vakum untuk menguapkan aldehid dan senyawa aromatik. DBPO diproses dalam tangki Deodorizer pada temperatur 260°C. Pada proses deodorisasi ini digunakan steam untuk mengaduk minyak sehingga bergolak. Karena golakan itu akan ada minyak yang keluar lalu terlepas yang disebut splash oil yang ditampung di tanki tampung yang dipompa ke tanki filtrat untuk diproses lagi sebab minyak tersebut masih mentah. Pada deodorizer, kondisi minyak panas dan tentu saja dalam kondisi sepertimitu akan ada minyak yang menguap di mana uap tersebut divakum dan dikondensasikan pada Tanki Splash Oil (TSO) untuk menjadi cair kembali. Jika TSO tersebut penuh maka akan secara otomatis terpompa ke tanki tampung (TT) sebagai by product. By Product ini disebut sebagai PFAD atau Palm Fatty Acid Destilate. PFAD ini disimpan di tanki penampung untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan biofuel oleh PT Darmex Bio Fuel (DBF) yang terletak disamping refinery plant PT DOF. Minyak yang matang hasil deodorisasi masuk ke dalam High Temperature Economizer (E) lalu ke Plate Heat Exchanger (PHE). Hasil proses deodorizing yang bersuhu sangat tinggi mencapai 180°C didinginkan dalam Cooler dengan menggunakan air hingga mencapai 60°C. Lalu kemudian difiltrasi dengan F1 dan F2. Hasil yang diperoleh dari rafinasi setelah didinginkan dan difilter disebut sebagai Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) sebanyak ±93,5% (menyusut 6,5 %). RBDPO ini kemudian dikirim ke Plant Fraksinasi untuk diolah lebih lanjut menjadi minyak goreng.
Seluruh alat yang digunakan pada Refinery Plant ini dioperasikan dalam keadaan vakum yang bertujuan untuk menghilangkan kelembaban dan mencegah minyak teroksidasi dengan oksigen (O2). Prinsip vakum ini digunakan dengan menggunakan steam sebagai penghisap udara. Di setiap pipa aliran proses ini terdapat trising yang berguna untuk pemanas awal pipa agar minyak-minyak yang mengendap dan menempel pada pipa dapat mencair terlebih dahulu. Biasanya dilakukan sebelum pengoperasian awal. Media pemanas trising adalah steam. RBDPO dan PFAD hasil dari proses ini diperiksa setiap jamnya oleh bagian laboratorium untuk menganalisa kandungan FFA dan warna untuk RBDPO sedangkan PFAD adalah kandungan RBDPO-nya. Jika kandungan RBDPO dalam PFAD terlalu banyak maa PFAD akan dimasukkan lagi ke dalam deodorizer untuk diproses ulang.




Fractination Plant
Dalam plant fraksinasi pada intinya terdapat 2 proses yaitu kristalisasi dan filtrasi dengan 2 jenis alat utama yaitu Crystalizer dan Filter Press. Kapasitas proses pada plant ini dibedakan berdasarkan kulitas masing – masing jenis minyak goreng yang diproduksi PT DOF. Flow Rate terbesar apabila sedang mempross minyak curah, sedangkan yang terkecil adalah jenis Palma Stand Pouch.
Proses yang terjadi pada plant fraksinasi adalah sebagai berikut :
Minyak yang telah diproses di Plant Refinery yakni RBDPO kemudian dibawa ke Plant fraksinasi untuk diolah lebih lanjut. RBDPO diambil dari storage tank atau dialirkan langsung dari Refinery Plant. Sistem yang digunakan pada plant ini adalah sistem semi continous. Proses pertama yang dilakukan adalah RBDPO dialirkan ke Bufffer Tank. Pada buffer tank ini terjadi proses preheating yang digunakan untuk menghomogenkan olein yang diolah menjadi minyak goreng. Setelah tangki buffer sudah terisi penuh oleh RBDPO maka 85-90 % dari volume tangki ini dialirkan ke Crystalizer Tank. Crystalizer tank berfungsi untuk mengkristalkan fraksi cair RBDPO yaitu Olein yang akan dipisahkan dari Stearin-nya (Fraksi padat). Tangki ini dilengkapi dengan pipa-pipa di sekeliling dinding tangki yang berguna untuk memanaskan ataupun mendinginkan, selain itu terdapat juga pengaduk yang berfungsi untuk meratakan pemanasan ataupun pendinginan dan menyeragamkan ukuran kristal yang terbentuk.
Pada proses ini minyak didinginkan pada kondisi dan temperatur yang terkontrol sehingga kandungan sterin dalam minyak berubah menjadi kristal sedangkan olein tetap cair. Hal ini disebabkan perbedaan fraksi dari zat yang terkandung dalam minyak fraksi padat (sterin).
Cara fractination plant beroperasi pertama – tama mesin cooling tower dijalankan untuk menurunkan suhu air selama proses, kemudian dilanjutkan dengan menjalankan mesin chiller untuk mensuplai air yang akan didinginkan. Air chiller digunalakan untuk pendinginan pada step W1 sampai terkahir tercapainya suhu akhir dari akhir tersebut.
Selanjutnya dijalankan alat untuk pengatur distribusi steam berdasarkan tekanan yang bekerja secara konstan yaitu alat stema reducing valve. Fungsi dari alat ini adalah untuk memanaskan minyak di dalam crystalyzer sampai suhu yang ditentukan.
Tahapan proses yang terjadi di dalam tangki adalah :
Loading : Tahap memasukkan RBDPO ke dalam crystalizer tank , jika ketinggian liquid sudah mencapai batas tertentu maka tahap selanjutnya dapat dilakukan. Saat pengisian dilakukan tidak sampai memenuhi crystalizer tank untuk mengantisipasi melubernya liquid.
Heating : Tahap pemanasan sampai tertentu yang berfungsi untuk mencairkan kristal – kristal yang sudah terbentuk sebelumnya. Media pemanas yang digunakan adalah air yang dipanaskan dengan steam. Kecepatan putaran pengaduk diset pada putaran paling cepat. Tahap ini dilakukan jika RBDPO yang dimasukkan ke buffer tank mempunyai suhu yang rendah, jika RBDPO mempunyai suhu di atas suhu pemanasan maka proses ini tidak perlu dilakukan.
Delay Before Cooling : Tahap mendiamkan beberapa saat RBDPO sambil diaduk (suhu tetap dipertahanakan dengan pemanasan) hal ini berfngsi untuk menghomogenkan RBDPO yang sudahpanas. Selain itu juga berfngsi dalam pengaturan waktu proses antara crystalizer tank yang satu dengan yang lain sehingga tidak terjadi waktu filtrasi yang bersamaan.
Cooling I. : Tahap pendinginan pada suhu tertentu sampai terbentuk kristal. Media pendinginan yang digunakan adalah air bersuhu rendah yang berasal dari cooling tower. Pada tahap ini terjadi perbedaan sushu antara air pendingin dengan minyak yang disebut dengan delta T1 dan delta T2 yang berfungsi untuk memperlambat penurunan suhu dengan cara pengaturan debit air pendingin pada saat mulai terbentuk kristal. Penetapan suhu masuk air pendingin ini ditentukan oleh hasil analisa Iodine value (IV) dari RBDPO yang diperiksa pada saat tahap cooling delay berlangsung. Dari hasil pemeriksaan didapatkan semakin besar nilai IV maka kemampuan penurunan suhu minyak menuju ke suhu kristalisasi makin besar sedangkan semakin kecil nilai IV maka kemampuan penurunan suhu minyak semakin kecil. Sehingga delta T1 dan delta T2 diatur sedemikian rupa melalui sirkulasi air pendingin agar shu yang diinginkan dapat tercapai. Pada tahap pendinginan kecepatan putaran pengaduk diperlambat bersamaan dengan mulai terbentuknya butir – butir kristal stearin yang semakin lama semakin besar dan semakin banyak jumlahnya. Pada tahap awal pembentukan kristal maka deta T2 ini membatasi suplai air pendingin sehingga suhu minyak tidak semakin dingin, tetapi dapat diperlambat.
Crystal time : Merupakan waktu yang diperlukan untuk mempertahankan atau memperlambat penurunan suhu RBDPO kristal. Pada tahap ini dengan waktu yang ditentukan diperoleh pembentkan kristal yang baik, seragam, kecil, dan keras. Crystal time ini berbeda – beda untuk tiap jenis minyak goreng yang dihasilkan oleh PT DOF, untuk pembuatan Palma Stand Pouch misalnya waktu pembentukan kristal dilakukan paling lama, agar seluruh stearin dapat dibentuk menjadi kristal.
Cooling II : Tahap pendinginan dilanjutkan dengan menggunakan air dingin bersuhu rendah yang berfungsi untuk memperkeras kristal – kristal yang telah terbentuk. Media pendingi yang digunakan adalah air dari Chiller. Pada tahap ini perbedaan suhu antara minyak dengan air pendingin (delta T3) tidak dipaksakan dan tidak ditahan. Kecepatan pemutaran pengaduk lebih diperlambat lagi. Suhu air yang digunakan untuk mendinginkan ditahan pada suhu tertentu sehingga minyak akan perlahan – lahan mencapai suhu akhir dari pendinginan ini (sesuai dengan suhu filtrasi).
End of Cooling : Tahap ini adalah tahapan akhir dari pendinginan pada proses kristalisasi yang diatur sedemikian rupa (dengan cara pengaturan debit air pendingin) sehingga suhu akhir pendinginan dapat tercapai. Suhu akhir ini berbeda – beda sesuai masing – masing jenis minyak (misalnya untuk Palma Stand Pouch end of cooling paling rendah).
Holding : Merupakan waktu tunggu dari tahap kristalisasi menuju ke tahap filtras. Holding ini berfungsi untuk memperbaiki mutu minyak. Bagian QC menguji mutu minyak yang dihasilkan selama proses kristalisasi dengan melakukan pengambilan sampel untuk analisa kandungan IV pada bagian awal proses. Kandungan IV jika belum sesuai maka holding time diperpanjang sambil terus didinginkan dan diaduk. Bagian QC juga memberikan hasil analisa waktu yang dibutuhkan untk tahap filtrasi.
Tahap proses setelah proses kristalisasi adalah tahapan pengepresan atau yang dikenal sebagai tahap filtrasi. Tahapan filtrasi terjadi melalui Filter Press. Proses yang pertama adalah load yaitu pengisian dari kristaliser ke filter press kemudian squeezing atau pengepresan. Pada proses ini olein yang merupakan fase cair dimasukkan ke tanki olein. Setelah masuk ke tanki olein kemudian di difilter dengan menggunakan Filter Bag. Setelah itu terjadi blowing. Olein yang tertinggal pada filter press di-blowing supaya olein yang menempel pada filter press ikut masuk ke olein tank. Proses berikutnya adalah release dimana tekana yang besar pada filter press dilepaskan dan dijaga supaya tekanannya tetap. Jika tekanannya terlalu tinggi maka filter plate dapat menjadi retak. Jika tekanan terlalu rendah maka udara yang digunakan akan menggembungkan terlalu besar, di mana jika filter bag ini mengembang terlalu besar maka membran filter dapat menjadi robek. Tahap selanjutnya adalah double shift yaitu pemisahan stearin (pemasukkan stearin ke tanki stearin). Jika filter press tidak kotor maka proses berlanjut (load) tetapi jika kotor maka akan dicuci terlebih dahulu. Hasil yang diperoleh disebt sebagai Olein dan Stearin.

Gambar 2.5 Storage tank
Di dalam plant fraksinasi ini pada intinya terdapat dua proses kristalisasi dan filtrasi dengan 2 jenis alat utama yaitu:
Setelah terbentuk kristal sterin secara optimal kemudian fraksi padat dan fraksi cair dipisahkan dengan Rotary Vacuum Drum Filter (RVDF) dengan pelindung yang sekaligus berfungsi sebagai pengumpul fraksi padat. Hasil dari proses ini adalah RBDPL (Olein) sebanyak 79% dari RBDPO yang diolah dengan hasil samping RBDPS (Stearin) dengan temperatur 18 – 240 C.
Spesifikasi produk / standar mutu / pengembangan produk
PT Darmex oil & fats menghasilkan 3 grade minyak goreng yaitu grade 1 merupakan minyak goreng dalam kemasan stand pouch 1 dan 2 liter. Grade 2 merupakan minyak goreng dalam jerigen 5 dan 18 liter. Sedangkan grade 3 merupakan minyak goreng curah yang dijual tanpa kemasan. Selain itu PT Darmex Oil and Fats merupakan salah satu perusahaan yang ditunjuk pemerintah untuk memproduksi minyak goreng dalam kemasan dengan merk "MINYAK KITA" ini merupakan minyak goreng grade 3 yang dikemas dengan tujuan menjaga higienitas minyak yang dijual dipasaran. "MINYAK KITA" juga diproduksi dengan tujuan untuk berbagai kegiatan yang diadakan oleh pemerintah seperti operasi pasar untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng dipasaran serta untuk kegiatan bakti sosial yang diadakan pemerintah saat terjadi bencana alam.
Sistem kendali mutu produk
Sistem kendali mutu merupakan kumpulan dari kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk demi tercapainya kepuasan konsumen. Sistem kendali mutu pada PT Darnex Oil & Fats tidak hanya mengacu pada hasil produk akhir semata, namun dilakukan secara menyelruh dimulai dari penerimaan bahan baku sampai distribusi produk ke konsumen. diterapkan dengan selalu menguji sampel pada tiap tahapan proses produksi minyak goreng.
Sistem kendali mutu dapat dilaksanakan dengan tiga tindakan utama yaitu :
Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan dilakukan dengan metode Total Productive Maintenance. TPM dilakukan dengan cara melakukan maintenance rutin pada mesin dan alat sesuai dengan jadwal periode maintenance, sehingga tidak terjadi kerusakan mesin di saat produksi berjalan. Selain itu juga selalu di sediakan mesin cadangan yang siap menggantikan mesin yang mengalami kerusakan total. Akan tetapi pada kenyataannya penerapan TPM pada PT Darmex Oil & Fats masih diabaikan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya kerusakan mesin pada saat melakukan produksi. Maintenance alat dan mesin juga belum terjadwal dengan teratur sehingga mesin yang rusak tidak langsung ditangani. Sehingga dapat menggangg proses produksi yang berjalan. Tindakan pencegahan dilakukan dengan tujuan menjamin kelancaran proses produksi sehingga didapatkan produk akhir sesuai dengan yang telah ditargetkan.
2. Tindakan Pengawasan
Tindakan pengawasan dilakukan ketika proses produksi berjalan. Pengawasan dilakukan untuk mendapatkan proses yang paling optimal dalam suatu produksi. Pengawasan dilakukan hampir pada semua proses produksi, diantaranya adalah pada saat melakukan pemucatan minyak (bleaching), penghilangan bau (deodorizing), pengawasan tekanan steam, suhu, tekanan press, dan waktu pengkristalan.
PT Darmex Oil and Fats melakukan pengawasan mutu selama 24 jam dalam sehari untuk menjaga agar kualitas produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi atau standar yang ditetapkan sehingga produk yang dihasilkan tetap terjaga kualitasnya. Selain itu juga untuk dapat mencapai kapasitas produksi yang maksimal. Pengawasan dilakukan oleh staff yang bekerja di bagian QC yang mengawasi proses produksi dengan sistem shift yang terbagi dalam 3 shift. Pemeriksaan ini dilakukan mulai dari pengiriman bahan baku di kapal yakni CPO yang berasal dari kebun di Riau dan Kalimantan Barat, CPO ini sudah diperiksa dan dianalisa mutu CPO dan juga selama proses produksi CPO berlangsung. Analisa terhadap mutu dalam proses produksi minyak goreng dilakukan secara periodik agar minyak yang diproduksi terjaga kualitasnya dan sampai ke tangan konsumen dengan hasil yang terbaik. Tujuan analisa adalah untuk memastikan spesifikasi dari mutu dapat terpenuhi. Semua kegiatan di bagian QC adalah untuk memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan pada produk-prodk perusahaan yang diperuntukkan untuk konsumen.
Pengendalian mutu dilakukan pada laboratorium ini meliputi uji mutu bahan baku, bahan setengah jadi dan juga bahan jadi. Laboratorium atau yang lebih dikenal sebagai Quality Control atau QC ini merupakan sebuah departemen yang berwewenang untuk :
Menginspeksi semua bahan dan material pendukung yang masuk, meliputi CPO, Bleacing Earth, Asam Phosphat dan bahan - bahan baku pendukung lainnya. Serta melaksanakan Sampling dan analisa yang dilakukan mulai dari pemilihan dan penentuan bahan baku CPO yang masuk sampai dengan produk akhir yang disimpan dalam gudang dan tanki penyimpanan. Mulai dari penerimaan bahan baku yaitu CPO atau Crude Palm Oil dari kapal yang datang diperiksa pertama kali oleh bagian QC dengan cara diambil sampelnya untuk diperiksa di Laboratorium, dengan prosedur pemeriksaan seperti kandungan beta karoten, Free Fatty Acid (FFA), kelembaban,dan warna. Cara pengambilan sampel CPO adalah dengan Random sampling. Sebelum disimpan CPO terlebih dahulu harus dinyatakan lulus uji oleh pihak QC, jika memenuhi persyaratan dapat disimpan atau langsung diproses (tergantung keadaan pabrik). Walaupun CPO sudah lulus uji, namun jika belum diproses lebih lanjut maka CPO tetap dikontrol kualitasnya setiap periode waktu tertentu. CPO diambil dari CPO tanker, di mana sebelum dilakukan proses produksi pada plant – plant maka CPO disimpan dalam tempat yang disebut CPO storage tank. Jika CPO tidak lagi memenuhi persyaratan maka sebanyak apapun CPO yang ada tetap tidak diperbolehkan untuk diproduksi.
Bahan baku lain seperti asam fosfat dan bleaching earth yang masuk sebelum diterima diuji dulu spesifikasi bahan apakah sudah sesuai dengan Certificate of Analysis (CoA) yang dilampirkan bersama dengan bahan yang dikirimkan oleh bagian quality control. Jika bahan yang diterima sesuai dengan CoA yang dilampirkan maka bahan akan diterima oleh PT Darmex Oil and Fats untuk selanjutnya ditangani oleh bagian gdang bahan baku. Jika spesifikasi bahan yang diuji tidak sesuai dengan CoA yang ada maka pihak PT Darmex Oil and Fats tidak akan menerima bahan yang dikirimkan tersebut.
CPO yang telah lulus uji, maka dilakukan proses produksi di plant refinery untuk kemudian diolah menjadi RBDPO. Prosesnya meliputi degumming, bleaching dan deodorizing. Pada proses degumming CPO diolah menjadi DPO, DPO mengalami proses bleaching menjadi DBPO. Sebelum DBPO difilter, diambil sampelnya terlebih dahulu untuk dilakukan uji warna dan PV. Sedangkan pada proses deodorizing yang diambil sampelnya untuk diperiksa adalah RBDPO. Pada proses selanjutnya, yaitu di plant fraksinasi, yang dikontrol adalah proses kristalisasi dan filtrasi. Pada proses kristalisasi ini yang dikendalikan adalah meliputi suhu, waktu, speed agitator, steam, volume. Pada filtrasi dihasilkan 2 macam produk yaitu stearin dan olein, yang keduanya diperiksa juga mutunya. Jika produk minyak goreng yang dihasilkan tidak sesuai untuk spesifikasi minyak goreng dalam kemasan (grade 1). Maka minyak yang dihasilkan akan dipasarkan dalam bentuk curah yang memiliki spesifikasi mutu dibawah minyak goreng dalam kemasan. Semua proses pengawasan dan pengendalian mutu dilakukan oleh bagian Quality Control yang menguji mutu produk secara kimiawi.

BAB III
STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

Struktur organisasi PT. Darmex Oils and Fats akan ditunjukkan pada Gambar 3.1. Jenis struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi campuran antara struktur organisasi lini dan fungsional. Struktur organisasi lini adalah suatu struktur organisasi di mana wewenang dan kebijakan pimpinan atau atasan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi di bawahnya menurut garis vertikal. Sedangkan struktur organisasi fungsional adalah struktur organisasi di mana organisasi diatur berdasarkan pengelompokan aktivitas dan tugas yang sama untuk membentuk unit-unit kerja seperti produksi, operasi, pemasaran, keuangan, personalia, dan sebagainya yang memiliki fungsi yang terspesialisasi. Spesialisasi di sini akan memberikan efisiensi kerja yang lebih tinggi lagi. Disebut juga fungsional karena suatu bagian dapat berhubungan dengan anggota maupun kepala bagian secara langsung. Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa struktur organisasi perusahaan ini mengharuskan kebijakan pimpinan atau atasan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi di bawahnya menurut garis vertikal. Selain itu, dilakukan juga pengelompokan secara terpisah yang didasarkan pada fungsi yang berbeda dari masing-masing aktivitas. Sebagai contoh, bagian maintenance dibuat terpisah dengan bagian laboratorium. Dari sisi kebijakan, kebijakan yang berasal pimpinan atau atasan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi di bawahnya menurut garis vertikal. Sebagai contoh, supervisi Maintenance akan bertanggung jawab dalam melaksanakan segala kebijakan yang berasal dari asisten milling. Atau asisten supervisi mekanik dan asisten supervisi teknis yang melaksanakan tugas yang diberikan oleh supervisi maintenance. Begitu pula, supervisi proses yang berhak untuk melimpahkan kebijakan-kebijakan yang ditetapkannya untuk dilaksanakan oleh asisten supervisi proses.


Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Manajer pabrik ini mempunyai beberapa bawahan guna membantu kelancaran pekerjaaan manajer seperti:
a. Kepala produksi
Kepala produksi bertugas mengawasi proses proses produksi untuk memastikan semua proses yang terjadi sesuai dengan prosedur dan terkendali. Pengawasan dilakukan dengan menyesuaikan antara input yang digunakan dengan output yang dihasilkan harus sesuai dengan target dari perusahaa.
b. Kepala Maintenance
Kepala maintenance bertugas menjaga supaya mesin dapat berjalan seperti biasa dan memperbaiki mesin – mesin yang rusak. Secara garis besar tugas Maintenance antara lain menangani tentang breakdown dan preventif (pencegahan terjadi kerusakan). Menangani dalam pembuatan alat – alat kecil seperti baut dan lain sebagainya. Menangani segala sesuatu yang berhubungan dengan listrik (elektrik). Serta untuk menangani perbaikan mobil – mobil perusahaan serta forklift.

c. Kepala Pengepakan (Packaging)
Kepala pengepakan bertugas untuk melakukan pengawasan untuk memastikan produk yang dihasilkan oleh PT Darmex Oil & Fats terkemas dengan baik. Kepala pengepakan juga memastikan tersedinya bahan bahan yang digunakan seperti untuk pengemasan.
d. Kepala Logistik
Kepala logistik bertugas untuk memastikan ketersediaan bahanbaku, mengawasi setiap kegiatan bongkar muat bahan baku, memastikan kuantitas dan kualitas bahan baku yang datang sesuai dengan order yang dilakukan perusahaan.
e. Kepala Gudang
Kepala gudang bertugas untuk mengawasi aktivitas pergudangan. Melakukan pencatatan terhadap terhadap barang yang keluar dan masuk gudang. Memastikan berjalannya sistem pergudangan dengan baik.
f. Quality Control
Divisi quality control bertugas melakukan pengujian mutu terhadap setiap bahan baku yang digunakan serta setiap produk yang dihasilkan. Memastikan mutu bahan baku yang datang di perusahaan sesuai spesifikasinya dengan Certificate of Analysis dengan menguji sampel bahan baku yang diterima perusahaan.
g. Manajer keuangan
Manajer keuangan mempunyai tugas untuk mengurus segala urusan keuangan perusahaan, menentukan keputusan investasi, mngambil keputusan pembelanjaan dan mengawasi lalu lintas keuangan perusahaan.
h. Manajer Akunting
Manajer akunting mempunyai tanggung jawab melakukan pengecekan bukti – bukti akutansi, pencatatannya, pembukuan hingga laporan keuangan diterbitkan maupun pencatatan penjualan.
i. Manajer Personalia
Manajer personalia bertugas untuk mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan karyawan, seperti disipplin kerja karyawan, pembinaan karyawan, gaji karyawan, perekrutan karyawan serta hubungan dengan serikat pekerja yang ada di perusahaan tersebut.
j. Manajer Marketing
Manajer marketing mempunyai tugas untuk melakukan pemasaran dan melakukan pemesanan kebutuhan perusahaan.Manajer marketing melakukan pemesanan kebutuhan perusahaan yang didasarkan pada laporan dari divisi lainnya.






























BAB IV
SARANA DAN PRASARANA PRODUKSI

MESIN DAN PERALATAN INDUSTRI
Istilah Mesin dan Peralatan secara garis besar dapat diartikan sebagai seperangkat peralatan, lengkap dengan instalasi serta perlengkapan pendukungnya yang diperlukan untuk dapat beroperasi didalam suatu kegiatan industri, menghasilkan sesuatu sesuai dengan fungsinya seperti yang direncanakan. Mesin merupakan alat yang memberi tenaga atau daya dipakai secara mekanis pada setiap pesawat yang dapat memperbesar tenaga yang bekerja, mengubah suatu gerak menjadi tenaga lain atau mengubah arah gerak. Sedangkan peralatan merupakan alat yang dijalankan oleh manusia atau dijalankan secara mekanis oleh mesin untuk melakukan pekerjaan (Anonim, 2014).
Mesin dan peralatan produksi yang digunakan pada proses produksi minyak goreng kelapa sawit di PT. Darmex Agro Oils and Fats telah menggunakan mesin. Mesin dan peralatan produksi tersebut meliputi:
Proses Produksi Minyak Goreng
Rafinasi CPO
Mesin rafinasi ini merupakan mesin yang digunakan untuk memproduksi minyak goreng. mesin ini meliputi:
Heat exchanger: merupakan mesin pertukaran panas . panas yang diperoleh pada mesin H/E diperoleh dari steam yang berasal dari ketel uap.
Tangki degumming: mesin ini merupakan mesin yang digunakan untuk tahap pemurnian berupa penghilangan gum (getah). Mesin ini berupa tangki yang didalamnya terjadi proses pemurnian. Penghilangan getah ini menggunakan asam fosfat untuk mengangkat getah yang terdapat didalam CPO.
Tanki slurry: merupakan tangki yang digunakan untuk proses filtrasi CPO sebelum menjadi menjadi RBDO
Bleacher: merupakan mesin bleaching atau mesin yang digunakan untuk memucatkan warna minyak. Pada mesin ini ditambahkan bleaching earth yaitu berupa bubuk hiogrokopis yang merupakan bahan pemucatnya.
Alat filtasi: alat ini digunakanuntuk memisahkan antara minyak dan spent earth atau kotoran minyak menjadi minyak yang lebih jernih
Deodorizer: mesin ini digunakan untuk menghilangkan bau minyak yang telah diolah sehingga bau sudah tidak tercium atau hanya beraroma minyak.
Boiler: merupakan alat yang digunakan sebagai pemanas ketel yang nantinya digunakan uapnya dimanfaatkan sebagai steam.
Vaccum: unit ialah alam kedap udara yang digunakan pada aliran minyak
Pompa: ialah alat yangdigunakan untuk mengalirkan minyak, air kedalam alat . selai itu pompa digunakan untuk memutar pengaduk pada tangki tangki mesin rafinasi.
Cooling: tower merupakan bak penampung yang digunakan untuk menaampung air untuk mendinginkan suhu dan untuk proses destilasi.
Dissolve air floatation: alat penanganan limbah yang mempunyai prinsip sentrifugal yang akan memisahkan minyak dengan air beserta campuran lain.
Fat trapper : fat trapper merupakan alat yang digunakan untuk menangkat sterin yang terbentuk dari cooling. Alat ini berupa saringan dengan ukuran mesh tertentu yang mampu menahan butiran strerin yang tadi telah terbentuk. Sterrin akan terkumpul dan akan ditekan atau dipres dengan alat yang sudah disesuaikan. Alat ini bekerja sesuai otomatis.
Fraksinasi
Pompa: alat ini digunakan untuk memompa minyaak dan air sekaligus sebagai penggerak mesin
Kristaliser: merupakan alat yang digunakan untuk mengkristalkan sterimn sehingga terbentuk kristal – kristal strerin pada minyak dengan bantuan air.
Alat filtrasi: alat ini digunakan untuk filtrasi memisahkan antara sterin dan minyak goreng yang biasa disebut olein. Prosesnya dengan cara pengepresan.
Chiller: merupakan salah satu alat pendingin untuk mendinginkan minyak saat kristalisasi.

Gambar 4.1 Crystalizer tank dan Filter Press PT. Darmex Oils and Fats
Pengemasan
Pada proses pengemasan ini alat yang digunakan meliputi:
Alat pengemas: merupakan alat pengemas semi automatis yang dapat mengemas kemasan 1 liter, 2 liter , 5 liter dan 18 liter.
Konveyor: merupakan alat pengantar barang atau kemasan menuju tempat pengepakan
Pengepak: alat ini seperti konveyor yang dilengkapi dengan lakban yang digunakan untuk mengepak karton.

Gambar 4.2 Alat pengemas PT. Darmex Oils and Fats
Alat penanganan bahan
Truk: alat ini digunakan untuk mendistribusikan produk kepada suplyer
Forklift: alat ini digunakan untuk memindahkan barang ke sehingga pemindahan menjadi lebih mudah
Timbangan: digunakan untuk menimbang berat dalam satuan ton. Biasanya untuk menimbang truk baik saat kosong maupun saat ini.
Proses Produksi Noodle Soap
Mesin produksi
Pre heater: merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan bahan sebelum dimulainya proses.
Strainers
Reactor: merupakan alat yang digunakan untuk mereaksikan komposisi pembuat sabun
Cooling mixer: mesin pengaduk yang digunakan untuk menurunkan suhu bahan baku sabun sebelum dicetak menjadi noodles.
Statis separator: pemisahan statis antara bahan sabun yang telah diturunkan suhunya dengan bahan bahan yang tidak digunakan secara statis
Constant level tank: alat berbentuk tank yang digunakan untuk menampung bahan baku sabun.
Washing column: merupakan kolom pembersih yang digunakan untuk menampung cairan yang digunakan untuk membersihkan sisa sisa produksi sabun didalam pipa.
Heat exchanger: merupakan peralatan pertukaran panas yang digunakan untuk menukarkan panas dalam cairan sabun baik meninggikan suhu maupun menurunkan suhu.
Centrifuge: merupakan bagian mesin dalam pembentukan sabun untuk memisahkan antara cairan sabun dan cairan lain yang tidak diperlukan
Turbo dispenser: merupakan mesin pembentuk sabun
Neutralizing mixer: mesin ini digunakan untuk menetralisasi kadar sabun. Menjadi lebih basa sesuai dengan sifat asli sabun.
Homogenizing: merupakan suatu alat yang menjadikan homogen sabun.
Boiler: mesin pemanas
Mesin Pengering
Filter: alat penyaring untuk memisahkan antara sabun dan kotoran
Feed tank: tangki untuk menampung sabun yang dikeringkan
Heat exchanger: mesin untuk menurunkan dan menaikan suhu dalam sabun
Vacuum spray chamber: salat satu mesin pengering selain dengan heat exchanger
Cyclone untuk memompakan angin keluar dari feed tank
Mesin Pengemasan
Pillow Pack Machine: merupakan mesin yang digunakan untuk mengemas noodle soap berbentuk karung
Sewing machine: mesin yang digunakan untuk memotong noodle soap menjadi potongan kecil yang siap kemas.
Alat Penaganan Bahan
Forklift: alat ini digunakan untuk memindahkan barang ke sehingga pemindahan menjadi lebih mudah
Pallet: bantalan kayu untuk mengangkat dan menata bahan yang akan dibawa dengan forklift. Biasanya terbuat dari kayu.
Conveyor: alat yang digunakan utuk memindahkan barang atau bahan dengan mesin berupa sabuk maupun rantai.

Gambar 4.3 Mesin Pembuatan Noodle Soap
TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN
Tata Letak
Pada PT. Darmex Oils and Fats tipe tata letak yang digunakan adalah product layout, tipe ini didasarkan pada aliran produk selama proses produksi. Hal ini dapat terlihat dari mesin yang diletakkan berdasarkan urutan proses pembuatan minyak sayur. Dalam tipe ini hasil dari suatu proses akan menjadi bahan untuk proses berikutnya sehingga pengurutan tata letak mesin dipengaruhi oleh urutan proses tersebut. Tata letak pabrik ini juga sudah bagus namun masih terdapat beberapa letak yang kurang seperti tata letak penyimpanan minyak dan CPO yang masih terpencar walaupun prosesnya sudah urut. Ini karena prosesnya sudah otomatis sehingga tinggal mengkontrol di ruang kontrol saja untuk menjalankan prosesnya
Penanganan Bahan
Penanganan bahan di PT. Darmex Oils and Fats hamper semuanya masih dilakukan secara otomatis, hanya beberapa saja yang masih dilakukan secara manual, seperti pengukuran ketinggian minyak untuk mencari kapasitas minyak yang tersedia yang sering disebut sounding. Sounding merupakan pengukuran kapasitas atau volume tersimpan dari bahan atau produk minyak. Sounding ini didapat dari pengukuran kedalaman silo. Dengan kata lain penanganan bahan di PT Darmex Agro Oils and Fats cukup efisien karena alat yang sudah otomatis . Selain itu penanganan manual lainya ialah pada pembongkaran CPO terkadang masih banyak CPO yang tercecer membuat kapasitasnya manurun walaupun masih dapat dikatakan normal.
C. SANITASI
1. Sanitasi Bahan Baku
PT. Darmex Oils and Fats menerapkan sanitasi terhadap bahan baku, penerapannya dengan menekankan pada kebersihan dan mutu bahan baku, yaitu CPO. Untuk mendapatkan bahan baku yang sesuai dilakukan langkah - langkah tertentu, yaitu :
1. Pada saat pembongkaran dilakukan dengan pembongkara rapat sehingga diharapkan tidak ada ceceran CPO dan juga bahan lain dari luar
2. Menjaga kebersihan alat produksi sehingga tidak menimbulkan kontaminan terhadap produk
3. Kebersihan truk pengangkut dijaga dengan melakukan pencucian bak truk sekali setiap hari.
4. Kondisi alat produksi yang selalu dibersihkan dan dikontrol kondisi dan keefektifanya.



2. Sanitasi Lingkungan Produksi
1. Tata ruang
Tata ruang produksi sudah cukup bagus, yang perlu diperhatikan berkaitan dengan sanitasi lingkungan produksi adalah pada proses pembuatan minyak plant masih banyak debu ini karena alat yang tertutup sehingga pekerja menganggap lingkungan tidak begitu pengaruh padahal lingkungan ini cukup pengaruh seperti ketika saat sounding maupun uji kualitas. Ketika alat atau tanki dibuka bisa saja debu ataupun partikel lain masuk sehingga menimbulkan kotoran maupun kontaminan terhadap produk. Seharusnya ruangan ini selalu dijaga kebersihanya dari debu agar nantinya tidak ada hal hal yang tidak diinginkan tersebut muncul dan akan mengganggu proses produksi.
2. Konstruksi bangunan
a. Lantai
PT. Darmex Oils and Fats menggunakan lantai keramik dengan pertimbangan mudah dibersihkan, tahan terhadap bahan kimia dan rapat terhadap air. Akan tetapi memang masih ada kelemahan pada lantai PT. Darmex Oils and Fats, yaitu ujung lantai dengan tembok masih membentuk sudut sehingga menyulitkan dalam pembersihannya. Sementara pada bagian plant kontruksi terbuat dari baja dengan laintai juga baja yang ditutup atau dilapisi semen.. baja lempengan kasar agar pekerja tidak terpeleset.
b. Dinding
Dinding yang digunakan di PT. Darmex Oils and Fats sebagian besar telah menggunakan tembok permanen dengan konstruksi batu bata. Dengan ditambahkan kontruksi baja disetiap bagian . Begitu pula untuk bagian kantor produksi yang juga menjadi satu baguan dengan pabrik juga menggunakan tembok permanen.
c. Atap dan langit-langit
Atap pabrik menggunakan seng bergelombang dengan rangka baja sebagai penahannya. Penggunaan rangka baja ini cukup bagus karena baja sangat kuat dan tahan lama akan tetapi penggunaan atap dari seng kurang menguntungkan sebab ruangan menjadi cepat panas apabila menggunakan atap seng.
d. Ventilasi dan pencahayaan.
PT. Darmex Oils and Fats membuat cukup banyak ventilasi untuk ruang produksinya, hampir disetiap tembok terdapat ventilasi. Selain dengan ventilasi, untuk pengaturan sirkulasi udara, terdapat juga blower yang berfungsi untuk menyerap panas, debu sisa hasil produksi dan bau untuk dikeluarkan. Sementara itu untuk pencahayaan di ruang produksi menggunakan lampu neon yang digantung dilangit-langit.
3. Sanitasi mesin dan peralatan
Hampir semua mesin dan peralatan di PT. Darmex Oils and Fats menggunakan bahan dasar berupa besi berlapiskan stainless steel yang anti karat, untuk bagian planta berupa tanki – tanki penampung dan silo. bahan ini tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk,
Kegiatan sanitasi yang telah dilakukan antara lain dengan melakukan pengecekan rutin setiap kali akan melakukan produksi terhadap mesin-mesin, membersihkan mesin - mesin setiap dan setelah produksi, karena setelah produksi banyak sisa bahan yang tertinggal dalam mesin. Selain itu dilakukan pencucian terhadap mesin – mesin produksi ketika hari libur. Yaitu pada hari raya.
4. Sanitasi pekerja
Beberapa langkah yang ditempuh PT. Darmex Oils and Fats untuk menjaga sanitasi pekerja agar tetap terjaga antara lain :
1. Pemberian perlengkapan pekerja bagian plant dan pengemasan.
2. Pemberian perlengkapan pekerja bagian produksi.
3. Pemberian saragam bagi semua karyawan PT. Darmex Oils and Fats
4. Pemberian blower untuk mengeluarkan debu daru ruangan pabrik.
5. Memberlakukan peraturan dilarang merokok di lingkungan pabrik serta larangan membuang sampah sembarangan dan meludah sembarangan.
D. PENANGANAN LIMBAH
Pengolahan CPO menjadi minyak goreng sawit dan soap noodles menghasilkan zat sisa atau yang biasa kita sebut dengan limbah. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi minyak goreng sawit dan soap noodles adalah limbah padat, cair dan gas. Limbah padat yang dihasilkan adalah Spent earth, jerigen bekas, sisa kemasan makanan, ranting dan daun pohon. Sistim pengelolaan yang dilakukan terhadap limbah sisa kemasan makanan dan sisa kemasan untuk packing dengan cara ditampung dibak penampungan sementara. Dampak dari limbah padat tersebut berupa kotoran /sampah dan tidak berpengaruh terhadap kualitas air tanah. Limbah cair yang berasal dari pencucian lantai, sisa air laboratorium, blow down boiler dan ceceran CPO pada saat bongkar muat dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebelum dibuang ke saluran drainase kota limbah cair rumah tangga dan MCK dialirkan ke saluran drainase disekitar pabrik. Sedangkan limbah cair berupa olie ditampng didalam drm dan dikumpulkan dibelakang pabrik. Limbah gas yang dihasilkan relatif tidak terasa dan tidak menyebar keluar. Sistim pengelolaan yang dilakukan terhadap limbah gas adalah dengan udara dan pemakaian masker pelindung pernapasan terhadap karyawan, dengan cara kerja sistim sirkulasi udara dan menyaring gas masuk kedalam pernapasan. Sedangkan sistim pengelolaan terhadap limbah gas diluar ruangan yang dilakkan adalah penghijauandengan cara kerja sistim penanaman pohon pelindung dan penghijauan disekitar pabrik. Dampak dari limbah gas berupa gangguan pernapasan. Limbah debu yang dihasilkan berasal dari bongkar bahan baku dan keluar masuk kendaraan. Sistim pengelolaan terhadap limbah debu tersebut dilakukan dengan ventilasi udara dan pemakaian masker pelindung pernapasan terhadap karyawan pabrik. Sedangkan sistim pengelolaan terhadap limbah debu diluar ruangan adalah penghijauan dengan kerja sistim penanaman pohon pelindung dan penghijauan disekitar pabrik. Dampak dari limbah debu tersebut berupa gangguan pernapasaim pengelolaan terhadap limbah kebisingan diluar ruangan adala. Limbah kebisingan yang dihasilkan berasal dari proses produksi, dimana kebisingan ini sangat dirasakan oleh operator mesin produksi, terutama pada saat operasi tersibuk. Sistim pengelolaan dilakukan dengan pemakaian pelindung pendengaran (ear plug). Untuk perawatan mesin dengan cara kerja sistim penggantian olie, serta perawatan mesin secara berkala dan intensif . Sedangkan sistim pengelolaan terhadap limbah kebisingan adalah penghijauan dengan kerja sistim penanaman pohon pelindung dan penghijauan disekitar pabrik. Dampak dari limbah kebisingan adalah ganggan pendengaran. Sistem pengolahan air limbah berfungsi sebagai sistem pemroses pengolahan air limbah pabrik yang diharapkan dapat memenuhi persyaratan layak bang sesuia dengan amabang batas yang ditetapkan, yaitu sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingka I Jawa Barat No. 6 Tahun 1999. Proses pengolahan CPO Menjadi minyak goreng dan proses industri sabun yang dilaksanakan oleh PT Darmex Oil and Fats adalah proses kering, sehingga limbah cair yang dihasilkan sebenarnya hanya berasal dari cucian lantai yang tercemar oleh ceceran minyak, bocoran dari valve/ kran-kran pipa CPO dan minyak serta limbah air laboratorium.

Gambar 4.4. Limbah Pengolahan CPO


















BAB V
PEMASARAN

Dalam membangun suatu perusahaan yang menghasilkan atau melakukan proses produksi, tentunya akan berpikir bagaimana untuk menjual produknya ke pasar agar dapat dinikmati dan dibeli oleh konsumen. Pemasaran merupakan suatu usaha untuk memasarkan produk kepada konsumen sehingga terjadi interaksi di dalamnya dan terjadi kegiatan jual-beli. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung kepada keahlian pengusaha/perusahaan di bidang pemasaran, produksi, keuangan maupun bidang lain. Semakin luas jaringan pemasaran suatu perusahaan maka akan memberikan keuntungan yang besar pula pada perusahaan dan pihak-pihak yang terlibat. Dengan adanya transaksi jual-beli maka baik pihak produsen maupun konsumen akan mendapatkan keuntungan. Keuntungan pada pihak konsumen adalah terpenuhinya kebutuhan mereka terhadap suatu produk tertentu, sedangkan bagi pihak perusahaan akan menjamin kelangsungan usahanya dengan adanya pendapatan yang masuk dari hasil penjualan produksi yang ditawarkan kepada konsumen (Kotler, 2003). Produk – produk yang dihasilkan oleh PT Darmex Oils and Fats berupa produk produk dalam kemasan, baik kemasan plastic (pounch) maupun kemasan derigen. Kemasan plastic (pounch) memiliki ukuran 1 liter dan 2 liter, sementara untuk derigen terdapat ukuran 5 liter dan 18liter. Produk – produk yang dihasilkan didistribusikan keseluruh Indonesia memlalui distributor maupun agen – agen penjualan yang sudah ada dibeberapa kota. Selain barang tersebut didistribusikan, produk juga dijual dalam bentuk pre order, atau pemesanan terlebih dahulu. Produk minyak dengan merek palma ini telah tersebar diseluruh Indonesia dengan pemasaran pada swalayan – swalayan maupun dipasar – pasar tradisional. Selain memiliki produk utama berupa minyak kemasan, palma juga memiliki produk minyak samping atau minyak dengan kualitas dibawah minyak kemasan. Minyak tersebut ialah minyak curah. Minyak ini biasanya dijual dipasar – pasar tradisional. Dengan kemasan tersendiri. Namun perusahaan ini biasa menjual dalam bentuk curah literan. Yang diambil oleh para distributor menggunakan truk tanki dengan kapasitas tertentu.

Gambar 5.1 Proses Pengemasan Minyak PALMA
Selain dijual di Indonesia minyak palma juga mulai didistribusikan ke luar negeri. Ini karena kualitas palma yang memiliki standar tinggi dalam pengolahanya. Namun penjualan di luar negerei baru sebatas jika terdapat pesanan. Biasanya dijual belum dalam kemasan, dengan cara minyak dimasukan pada balon khusus yang disiapkan didalam tanker. Yang nantinya akan diisi oleh minyak tersebut. minyak tersebut biasanya dipesan diantaranya dari Singapura dan Turki.
Dalam pemasaranya PT. Darmex menggunakan prinsip – prinsip pemasara ( 4P ) untuk memasarkan produknya. Yang pertama ialah product, produk merupakan hal utama yang akan di jual, palma dalam hal ini mengutamakan kualitas dalam pembuatan minyaknya selain itu pengemasan yang baik sangat mempengaruhi dari mutu minyak tersebut. Berikutnya ialah Price, price dalam ini penentuan harga minyak yang dilemparkan ke pasar, harga yang di tawarkan untuk minyak ini ialah pada middle point. Yaitu dimana harga ini ialah harga di bawah harga minyak atas atau grade 1 dan di atas grade 3. Dengan harapan minyak ini menjadi minyak subtitusi dan komplementer untuk minyak grade 1. Berikutnya ialah promosi, minyak palma tidak terlalu banyak promosi hanya saja minyak ini langsung menuju konsumen akhir seperti pasar dan swalayan. Promosi hanya sebatas iklan kecil tidak sampai iklan di media elektronik. Walaupun begitu minyak ini mempunyai pasar yang besar. P berikutnya ialah placement. Penempatan atau penentuan lokasi sangat berpengaruh, palma dalam hal ini mengguakkan pasar tradisional dan swalayan sebagai basis penjualanya.

Gambar 5.2 Minyak Palma
Pada penjualan minyak palma dipasaran, harga yang diambil untuk menjual minyak ini didasarkan pada target penjualan yang dilakukan oleh PT Darmex Oils and Fats. Pada kasus ini perusahaan mengambil segmen dari segala kalangan yaitu dari kelas bawah sampai atas. Oleh karena itu tak heran jika minyak ini biasa terdapat dipasar tradisional. Menurut dari narasumber pada PT Darmex Oils and Fats, minyak palma dijual dengan harga tingkat dua. Dengan skala tingkat satu merupakan harga untuk minyak yang tinggi sementara tingkat ketiga ialah harga untuk tingkat bawah. Alesan memilih menjual pada tingkat ke dua karena agar mampu dijangkau oleh semua kalangan. Selain itu bagi kalangan atas minyak ini akan menjadi minyak pengganti apabila minyak dengan harga tingkat satu harganya terlampau tinggi, sementara untuk kalangan bawah minyak ini akan menjadi tujuan utama apabila harga selisih minyak tingkat dua dan tiga tidak terlalu jauh. Sehingga dengan tujuan seperti itu minyak palma ini dapat diterima semua kalangan.
Namun minyak memiliki saingan yang sangat ketat, selain banyaknya produk minyak dipasaran, pemasaran minyak justru lebih tertuju pada harga, nukan kualitas. Kebanyakan dari masyarakat di Indonesia tidak memperdulikan kualitas, namun lebih pada harga karena menurut mereka minyak itu sama saja kualitasnya. Selain itu kebiasaan masyarakat yag belum bisa menggunakan minyak sekali pake juga mendorong masyarakat ini masih tidak memperdulikan kualitas.






















BAB VI
ANALISIS PRODUKTIVITAS PARSIAL TENAGA KERJA PENGOLAHAN CPO PADA STASIUN KERJA PENGEMASAN
DI PT. DARMEX OILS AND FATS KOTA BEKASI, JAWA BARAT


Pendahuluan

Latar Belakang
Di era pasar bebas dimana persaingan pasar semakin ketat, setiap industri dituntut untuk selalu meningkatkan performansinya agar dapat tetap bersaing di pasar persaingan bebas tersebut. Perusahaan agroindustri memiliki tujuan untuk membuat bahan baku mempunyai nilai tambah atau melakukan proses transformasi. Dalam proses ini diperlukan bebagai sumber daya pendukung yang mencukupi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Indikasi yang dapat dilihat dari pencapaian hasil produksi ditentukan salah satunya oleh keefektifan dan keefesienan proses produksi itu sendiri. Efisiensi serta keefektifan suatu proses produksi dapat terlihat dari produktivitas yang dicapai oleh elemen sumber daya yang berpengaruh terhadap suatu proses produksi tersebut.
Produktivitas merupakan rasio antara efektivitas pencapaian tujuan pada tingkat output tertentu dan efisiensi penggunaan sumber daya (input). Hasil dari pengukuran produktivitas tersebut dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas sebuah industri dan dapat sebagai dasar dalam penentuan kebijakan perbaikan produktivitas secara keseluruhan. Pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan rasio output/input akan mampu menghasilkan tiga jenis ukuran produktivitas yaitu produktivitas parsial, produktivitas faktor total, dan produktivitas total. Produktivitas parsial disebut juga produktivitas faktor tunggal merupakan rasio dari output terhadap salah satu input. Produktivitas faktor total merupakan rasio dari output bersih terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Produktivitas total merupakan rasio dari output total terhadap input total (semua input yang digunakan terhadap proses produksi). Input yang digunakan dalam produksi dapat berupa modal, tenaga kerja, energi, dan sumber daya lain yang mendukung proses produksi. Alasan yang mendasari penelitian di PT. Darmex Oils and Fats ini karena tenaga kerja merupakan salah satu input produksi yang menjadi faktor kritis dalam penentu produktivitas PT. Darmex Oils and Fats.
Tenaga kerja sangat berpengaruh dalam proses produksi yang dilakukan oleh sebuah industri, terutama pada proses produksi bagian pengemasan minyak kelapa yang dilakukan dengan cara semi otomatis bahkan jika dilakukan secara otomatis masih memerlukan tenaga kerja untuk pengontrol mesin yang beroperasi. Dalam penentuan produktivitas perusahaan, peran bagian pengemasan PT. Darmex Oils and Fats juga sangat penting. Bagian pengemasan PT. Darmex Oils and Fats memiliki jumlah permintaan produk minyak kelapa sawit yang tinggi setiap bulannya sehingga memaksa produksi untuk terus meningkat. Sedangkan jumlah tenaga kerja (input) di stasiun pengemasan PT. Darmex Oils and Fats tetap dengan jumlah jam kerja yang terbatas, sehingga mengakibatkan jumlah produksi (output) menjadi tidak stabil. Gambar 6.1 Output Minyak kelapa sawit

Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran produktivitas tenaga kerja pada stasiun kerja pengemasan di PT. Darmex Oils and Fats karena akan memberikan gambaran tentang tingkat produktivitas tenaga kerja yang nantinya dapat digunakan untuk evaluasi dan perbaikan mengenai efektivitas tenaga kerja.
Pengukuran produktivitas tenaga kerja di PT. Darmex Oils and Fats menggunakan metode Marvin E. Mundel yang menggunakan rasio antara indeks performansi pada periode pengukuran dan indeks performansi pada periode dasar. Menurut Gaspersz (2000), pada dasarnya model Mundel merupakan suatu model pengukuran produktivitas yang berdasarkan konsep-konsep dalam ilmu dan manajemen industri pada perusahaan. Model ini mensyaratkan bahwa perusahaan yang akan diukur produktivitasnya itu mempunyai waktu standard untuk operasi (operating time standard). Selain itu, didasarkan pada pengukuran indeks produktivitas dimana indeks produktivitas ini akan memperlihatkan perubahan tingkat produktivitas baik penurunan maupun kenaikan produktivitas secara signifikan.
2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti adalah masalah produktivitas tenaga kerja yang ada dibagian pengolahan minyak kelapa sawit di stasiun kerja pengemasan untuk (produksi) per bulan. Produktivitas yang akan dibahas mengenai perubahan yang terjadi tiap periode berdasarkan data jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja dengan menggunakan indeks produktifitas seta dilihat perkembangan produktivitas tenaga kerja selama periode pengukuran dan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dimasa yang akan datang.
Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah dikemukakan, batasan masalah yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran produktivitas dilakukan menggunakan elemen output berupa jumlah produksi minyak kelapa sawit yang dihasilkan bagian pengemasan dalam satuan liter dengan elemen input berupa jumlah jam kerja karyawan/pekerja yang digunakan untuk menghasilkan output setiap bulan selama periode pengukuran.
b. Pengukuran produktivitas dilakukan berdasarkan data selama satu tahun produksi, yaitu bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2013 dengan periode pengukuran setiap bulan.
c. Periode dasar yang digunakan dalam pengukuran indeks produktivitas adalah periode yang mempunyai nilai rasio mendekati rata-rata.
d. Penelitian ini tidak memasukkan pertimbangan harga dan biaya.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan tugas khusus ini adalah :
Mengukur indeks produktivitas tenaga kerja bagian pengemasan minyak kelapa sawit PT. Darmex Oils and Fats.
Melakukan analisa produktivitas tenaga kerja bagian pengemasan minyak kelapa sawit PT. Darmex Oils and Fats.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan tugas khusus ini adalah :
a. Perusahaan akan memperoleh informasi dalam bentuk bahasan, metode pengukuran produktivitas perusahaan dan saran-saran terhadap masalah yang berhubungan dengan perhitungan produktivitas untuk bagian pengolahan minyak kelapa sawit.
b. Perusahaan dapat menilai dan mengevaluasi tingkat produktivitas yang telah dicapai sebagai dasar/masukan untuk perencanaan, pengendalian, dan pengorganisasian perusahaan di masa mendatang.




B. Landasan Teori
1. Konsep Produktivitas
Pada dasarnya produktivitas merupakan ukuran yang menunjukkan perbandingan antara besar keluaran yang dihasilkan dari setiap satuan masukan yang digunakan. Dalam arti sebenarnya produktivitas adalah rasio antara keluaran dan masukan yang biasanya dinyatakan dalam indeks (Bain, 1982).
Produktivas = Keluaran yang dihasilkanMasukan yang Digunakan
Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa yang diperhatikan bukan saja jumlah yang dihasilkan (output), tetapi juga masukan yang dipakai. Output dari proses dalam sistem produksi dapat berbentuk barang dan/atau jasa, yang biasa disebut dengan produk. Pengukuran karakteristik output mengacu kepada kebutuhan atau keinginan pelanggan dalam pasar yang sangat kompetitif sekarang ini. Pada dasarnya konsep siklus produktivitas terdiri atas empat tahap utama, yaitu (Gaspersz, 2000) : a. Pengukuran produktivitas
b. Evaluasi produktivitas
c. Perencanaan produktivitas
d. Peningkatan produktivitas
Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya dipandang dari sisi output, maka produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu sisi input dan sisi output. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang dan/atau jasa).
Pengukuran Produktivitas
Menurut Sumanth (1984), pengertian produktivitas pada dasarnya dibedakan menjadi 3 macam tipe, tergantung kondisi dimana produktivitas tersebut dihasilkan. Macam – macam produktivitas tersebut, antara lain :
Produktivitas parsial
Merupakan perbandingan antara keluaran terhadap salah satu faktor masukan. Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja (perbandingan antara keluaran dengan masukan tenaga kerja)
Produktivitas faktor total
Merupakan perbandingan antara keluaran bersih terhadap jumlah masukan tenaga kerja dan modal. Keluaran bersih adalah keluaran total dikurangi jumlah barang dan jasa yang dibeli. Faktor pembagi dari perbandingan tersebut adalah tenaga kerja dan modal.
Produktivitas total
Merupakan perbandingan antara keluaran dengan jumlah seluruh faktor masukan. Pengukuran produktivitas total mencerminkan pengaruh bersama seluruh masukan dalam menghasilkan keluaran.
Menurut Riggs (1987), pada industri dengan pekerja intensif, produktivitas tenaga kerja merupakan suatu hal yang kritis. Metode konvensional untuk menentukan produktivitas tenaga kerja adalah dengan pembobotan produk yang dihasilkan dengan waktu standar dan meringkas nilai bobot tersebut untuk memperoleh output total, kemudian dibagi dengan total pekerja untuk mendapatkan indeks produktivitas pekerja.
Bentuk pengukuran pertama merupakan rasio antara indeks kinerjansi pada periode pengukuran dan indeks kinerjasnsi pada periode dasar, sedangkan bentuk pengukuran kedua merupakan rasio antara indeks output dengan indeks input. Pada dasarnya model Mundel mensyaratkan bahwa perusahaan yang akan diukur produktivitasnya mempunyai waktu standar untuk operasi (Gaspersz, 2000). Beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan antara lain (Gaspersz, 2000) :
a. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya agar dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu.
b. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan kembali dengan memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas.
d. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan pengukuran tingkat produktivitas sekarang.
e. Strategi untuk meningkatan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas antara produktivitas terencana dan produktivitas terukur.
3. Peningkatan Produktivitas
Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan pembaruan pandangan hidup dan kultural dengan sikap mental memuliakan kerja dan perluasan upaya meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dari 3 bentuk (Triwijayana, 1999) :
a. Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber daya yang sama.
b. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang.
c. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan sumber daya yang relatif lebih kecil.
Pengukuran produktivitas mampu menyediakan indikasi untuk meningkatkan produktivitas kepada manajemen. Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas adalah (Walley, 1987) :
a. Meningkatkan efisiensi, melalui penurunan biaya total operasi, penghematan tenga kerja dan mesin, serta mengurangi waste.
b. Meningkatkan efektivitas, melalui komunikasi dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
c. Pencapaian kinerja yang lebih tinggi, melalui peningkatan kualitas, mengurangi kecelakaan kerja dan waktu terbuang, serta minimasi kerusakan perlengkapan.
d. Mengembangkan kesehatan organisasi yang lebih baik, melalui peningkatan moral, kepuasan dan kerjasama.
Tenaga kerja merupakan sumber daya seperti modal atau bahan. Produktivitasnya terikat pada penggunaan seluruh sumber daya dalam organisasi. Maka pengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja antara lain adalah (Walley, 1987) :
a. Investasi modal. Produktivitas tenaga kerja sering langsung sebanding dengan investasi modal.
b. Bauran produk. Membuat multi produk dengan banyak penyetelan mesin akan mengurangi produktivitas tenaga kerja sampai di bawah yang terbaik.
c. Motivasi. Nilai-nilai nasional dan skema perangsang lokal sering sama dampaknya terhadap produktivitas.
d. Perencanaan. Perencanaan produksi atau perencanaann operasional merupakan faktor pokok dalam menjamin adanya produktivitas tenaga kerja yang tinggi.
e. Pengendalian. Tanpa pengendalian yang memadai terutama dari penyeliaan lokal yang bermotivasi tinggi, pencatatan kerja biasanya menjadi banyak disalahgunakan, berbagai macam pelanggaran disiplin.
f. Organisasi kerja merupakan faktor kunci bagi terjaminnya persesuaian dari tingkat-tingkat produktivitas yang telah disepakati.
Cause and Effect Diagram Card (CEDAC)
Alat lain yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kualitas dan titik inspeksi adalah diagram sebab akibat (cause-and-effect diagram). Manajer operasi memulai dengan lima kategori: material, mesin/peralatan, manusia, metode dan Lingkungan .Inilah yang disebut dengan "4M,1L" yang merupakan "penyebab". Penyebab masing-masing dikaitkan dalam setiap kategori yang diikat dalam tulang yang terpisah sepanjang tulang tersebut, sering melalui proses brainstorming (Heizer and Render, 2005).
C. Metodologi Penelitian
1. Objek Penelitian
Penelitian tentang pengukuran produktivitas tenaga kerja ini dilakukan di bagian pengemasan pada pabrik pengolahan minyak kelapa sawit di PT. Darmex Oils and Fats, Bekasi, Jawa Barat. Periode pengukuran yang dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2013. Objek yang diteliti adalah output berupa jumlah produksi minyak sawit yang telah dikemas dalam satuan liter dengan elemen input berupa jumlah pekerja di bagian pengemasan dalam satuan orang beserta jam kerjanya dengan satuan jam yang digunakan untuk menghasilkan output berupa minyak sawit yang telah dikemas selama periode pengukuran.

2. Pengumpulan Data
a. Data yang diperlukan
Data-data yang diperlukan dalam melakukan pengukuran produktivitas parsial tenaga kerja pada bagian pengemasan adalah :
1. Jumlah produk minyak kemasan yang dihasilkan bagian pengemasan selama periode pengukuran.
2. Jumlah jam kerja pekerja selama periode pengukuran.
3. Jumlah pekerja bagian pengemasan minyak kelapa sawit PT. Darmex Oils and Fats selama periode pengukuran.

b. Cara Pengumpulan Data
1. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan dengan pengamatan langsung oleh peneliti ke obyek yang akan diteliti. Pengamatan dilakukan dengan dua cara,yaitu :
Metode interview, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung pada mandor dan pekerja yang melakukan kewajiban dan bersangkutan langsung dengan pembuatan minyak kelapa sawit di PT. Darmex Oils and Fats.
Metode observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung dan pencatatan terhadap obyek yang diteliti. Metode observasi digunakan untuk memperoleh data output berupa produk minyak yang terkemas dalam satuan liter serta elemen input berupa jam kerja pekerja bagian pengemasan dalam satuan jam pada satu periode pengukuran.
Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam penelitian melalui buku-buku penunjang tentang produktivitas. Selain itu juga melalui data-data dan sumber lain dari perusahaan tempat pelaksanaan kerja praktek.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian diawali dengan melakukan pengamatan terhadap kondisi perusahaan. Pengamatan dilakukan untuk menetapkan masalah serta tujuan dari penelitian. Masalah yang diteliti adalah efisiensi penggunaan input untuk mendapatkan output yang optimal. Tahapan penelitian adalah sebagai berikut :









Mulai
Mulai

Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Perumusan Masalah

Penentuan Tujuan Penelitian
Penentuan Tujuan Penelitian
Studi Pustaka Konsep Pengukuran dan Analisa Hasil Produktivitas
Studi Pustaka Konsep Pengukuran dan Analisa Hasil Produktivitas

Penentuan Elemen untuk Pengukuran Tingkat ProduktivitasOutput : Jumlah produksiInput : Jumlah jam kerja karyawan per bulan
Penentuan Elemen untuk Pengukuran Tingkat Produktivitas
Output : Jumlah produksi
Input : Jumlah jam kerja karyawan per bulan




A
A

Pengumpulan Data- Pengamatan- Wawancara- Data Sekunder
Pengumpulan Data
- Pengamatan
- Wawancara
- Data Sekunder



Pengolahan Data( Pengukuran Produktivitas dengan Indeks Produktivitas ) mMundekMmMundel )
Pengolahan Data
( Pengukuran Produktivitas dengan Indeks Produktivitas ) mMundekMmMundel )

Analisis Produktivitas Tenaga Kerja
Analisis Produktivitas Tenaga Kerja
Kesimpulan
Kesimpulan

Selesai
Selesai
Gambar 6.2 Diagram Alir Penelitian
Pengolahan Data dan Analisis
Pengolahan data dilakukan dengan analisa kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif digunakan untuk melakukan perhitungan tingkat produktivitas dari data-data yang berwujud angka dengan menghitung rasio dari indeks produktivitas. Hasil perhitungan kemudian diplotkan ke dalam sebuah grafik indeks produktivitas agar menjadi lebih mudah dalam menjelaskan hasil yang diperoleh.
Perhitungan produktivitas parsial
Produktivitas parsial (PP) dalam penelitian ini yang dihitung adalah produktivitas parsial tenaga kerja bagian pengemasan di PT. Darmex Oils and Fats. Untuk melakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut :
PP = Total OutputInput Parsial " TKꊨꊨ "

ii. Perhitungan indeks produktivitas parsial
Perhitungan tingkat produktivitas parsial didasarkan pada jumlah input dan output yang telah dihitung per bulan selama tahun 2012 dan tahun 2013, dengan parameter produktivitas parsial periode dasar dan produktivitas periode perhitungan. Cara untuk menghitung indeks produktivitas parsial (IPP) :
(IPP) = Produktivitas Parsial Input Periode PerhitunganProduktivitas Parsial Input Periode Dasar x 100%
iii. Analisis penyebab penurunan produktivitas
Melakukan pengamatan yang nantinya akan digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalis permasalahan sebagai penyebab turunya produktifitas pada bagian pengemasan pengolahan minyak kelapa sawit pada PT. Darmex Oils and Fats dengan menggunakan bantuan CEDAC
Pemberian saran-saran perbaikan produktivitas.
Hasil identifikasi dari penyebab penurunan produktivitas dianalisis kembali sebagai dasar untuk perbaikan produktivitas

D. Hasil dan Pembahasan
Dalam proses menganalisis suatu masalah harus dilihat dari berbagai aspek tetapi juga harus memiliki batasan sehingga masalah yang akan dihadapai tidak meluas. Solusi yang diberikan dalam pembatasan tersebut dapat fokus untuk memperbaiki hal – hal tertentu yang kurang baik atau belum baik. Analisis produktivitas sendiri membutuhkan elemen pendukung sebagai acuan untuk evaluasi akhir hasil suatu pekerjaan mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Komponen atau elemen yang dibutuhkan dalam menganalisis produktivitas yaitu output dan input. Untuk pengukuran produktivitas tenaga kerja pada bagian pengemasan minyak kelapa sawit di PT. Darmex Oils and Fats. Komponen output yang digunakan yaitu jumlah total minyak kelapa sawit yang telah dikemas perbulan dalam liter, sedangkan komponen input yang digunakan yaitu jumlah total tenaga kerja dan jam kerja perbulan untuk karyawan bagian pengemasan minyak kelapa sawit dalam pabrik.
Input
Pada tiap proses produksi yang menghasilkan suatu produk pasti membutuhkan input karena input merupakan komponen atau elemen dalam produk atau output yang dihasilkan. Input memiliki beberapa macam. Pada pengukuran produktivitas tenaga kerja bagian pengemasan input yang digunakan berupa jumlah jam kerja karyawan setiap bulan yang disesuaikan dengan jumlah hari kerja setiap bulannya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, input pertama yang digunakan adalah total jam pekerja per bulan. Bagian pengemasan minyak kelapa sawit PT. Darmex Oils and Fats mempunyai jumlah tenaga kerja sebanyak 8 pekerja, dengan waktu kerja dari jam 07.0 – 15.00 Karyawan bagian pengemasan bekerja setiap hari kecuali hari besar dan diterapkan system libur gilir. Jika terdapat pekerja yang tidak hadir maka pekerja diambil dari bagian gudang sehingga pekerka selalu tetap 8 orang.

Tabel 6.1 Jumlah Jam Kerja Tenaga Kerja

Bualan
Jml Jam Kerja Per Hari (jam)
Jumlah Hari Kerja
Jumlah Pekerja
Jam Kerja Per Bulan (jam)
Januari (2012)
7
25
8
1400
Februari
7
25
8
1400
Maret
7
26
8
1456
April
7
24
8
1344
Mei
7
25
8
1400
Juni
7
26
8
1456
Juli
7
26
8
1456
Agustus
7
24
8
1344
September
7
25
8
1400
Oktober
7
26
8
1456
November
7
25
8
1400
Desember
7
25
8
1400
Januari (2013)
7
25
8
1400
Februari
7
24
8
1344
Maret
7
24
8
1344
April
7
26
8
1456
Mei
7
25
8
1400
Juni
7
24
8
1344
Juli
7
27
8
1512
Agustus
7
23
8
1288
September
7
25
8
1400
Oktober
7
25
8
1400
November
7
25
8
1400
Desember
7
24
8
1344
Sumber : Bagian Tata Usaha PT. Darmex Oils and Fats
Jumlah jam kerja maksimal : 1512 jam (Bulan Juli 2013)
Jumlah jam kerja minimal : 1288 jam (Bulan Agustus 2013)
Rerata jumlah jam kerja per bulan : 1397,67 jam
Output
Tabel 6.2 Output Minyak kelapa sawit
Bulan
Jumlah Produksi (L)
Januari (2012) (PD)
216.592
Februari
324.766
Maret
201.408
April
116.916
Mei
280.048
Juni
534.744
Juli
416.372
Agustus
295.460
September
383.460
Oktober
349.338
November
421.760
Desember
82.008
Januari (2013)
197.754
Februari
278.500
Maret
284.592
April
111.636
Mei
43.460
Juni
450.484
Juli
234.308
Agustus
229.782
September
364.392
Oktober
79.960
November
36.000
Desember
130.672

Output maksimal : 534.744 L(Bulan Juni 2012)
Output minimal : 36.000 L (Bulan November 2013)
Rerata output : 252.683,8 L
Keterangan (PD) : Periode Dasar
Dalam pengukuran produktivitas merupakan perbandingan antara output per input, dengan output adalah hasil dari keseluruhan proses produksi pada periode yang akan dihitung. Untuk pengamatan pada pabrik pembuatan minyak kelapa sawit di PT. Darmex Oils and Fats hasil dari pengolahan berupa kemasan yang siap ekspor atau pun untuk produk lokal yang mempunyai ukuran tertentu sesuai dengan jenisnya.
Perhitungan Rasio Produktivitas
Perhitungan rasio produktivitas tenaga kerja dilakukan dengan menggunakan rasio perbandingan output hasil produksi pengemasan (L) dengan input total tenaga kerja berupa jam kerja (jam) dengan persamaan sebagai berikut:
Rasio Produktivitas tenaga kerja = Jumlah Produksi (L)Jam kerja (jam)
Perhitungan rasio produktivitas digunakan untuk mengetahui keefektifan dan keefisienan dari penggunanaan tenaga kerja untuk menghasilkan produk setiap periodenya serta efektivitas dan efisiensi kerja, meliputi kebutuhan tenaga kerja dan penggunaan jam kerja apakah telah sesuai atau kurang memenuhi dalam menyelesaikan pekerjaan.
Hasil perhitungan rasio produktivitas dapat dilihat pada tabel berikut :



Tabel 6.3 Rasio Produktivitas Tenaga Kerja
Bulan
Jumlah Jam Kerja Per Bulan (jam)
Jumlah Produksi (L)
Rasio Produktivitas Tenaga Kerja (L/jam)
Januari(2012)
1400
216.592
154,708
Februari
1400
324.766
231,975
Maret
1456
201.408
138,329
April
1344
116.916
86,991
Mei
1400
280.048
200,034
Juni
1456
534.744
367,269
Juli
1456
416.372
285,969
Agustus
1344
295.460
219,836
September
1400
383.460
273,900
Oktober
1456
349.338
239,929
November
1400
421.760
301,257
Desember
1400
82.008
58,577
Januari(2013)
1400
197.754
141,253
Februari
1344
278.500
207,217
Maret
1344
284.592
211,750
April
1456
111.636
76,673
Mei
1400
43.460
31,043
Juni
1344
450.484
335,18
Juli
1512
234.308
154,965
Agustus
1288
229.782
178,402
September
1400
364.392
260,280
Oktober
1400
79.960
57,114
November
1400
36.000
25,714
Desember
1344
130.672
97,226
Sumber : Bagian Tata Usaha PT. Darmex Oils and Fats

Rasio Produktivitas Tenaga Kerja
Rasio maksimal : 367,269 L /jam (Bulan Juni 2012)
Rasio minimal : 25,714 L/jam (Bulan November 2013)
Rerata Rasio : 180,649 L/jam
Perhitungan indeks produktivitas tenaga kerja dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
IP= Rasio Produktivitas Tenaga Kerja Periode PerhitunganRasio Produktivitas Tenaga Kerja Periode Kerja x 100
Perhitungan dilakukan dengan cara membagi rasio produktivitas setiap periode dengan rasio produktivitas pada periode dasar, kemudian hasilnya dikalikan dengan 100 untuk memudahkan dalam melihat perubahan yang terjadi karena akan tampak perubahan lebih jelas.
Perhitungan Indeks Produktivitas Tenaga Kerja
Perhitungan Indeks Produktivitas Tenaga Kerja memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran umum tingkat produktivitas selama waktu tertentu. Dalam penelitian yang dilakukan yang dipilih sebagai waktu pengukuran dan sebagai penggambaran adalah periode 2012-2013.. Menurut Gaspersz (2000), Periode dasar merupakan periode normal dimana output (jumlah produksi) tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Perhitungan yang dilakukan dengan cara membagi rasio produktivitas tenaga kerja sesuai perhitungan dengan rasio produktivitas tenaga kerja periode dasar. Periode dasar yang digunakan ialah periode dasar pada bulan pertama pengambilan data. Sehingga diharapkan akan mampu digunakan sebagai pembanding pada bulan bulan berikutnya, dengan syarat bahwa bulan periode dasar tersebut berproduksi secara normal. Indeks produktivitas tenaga kerja bagian pengemasan tahun 2012 – 2013 ditunjukkan pada tabel berikut :


Tabel 6.4 Indeks Produktivitas Tenaga kerja
Bulan
Rasio Produktivitas Tenaga Kerja
Indeks Produktivitas Tenaga Kerja
Perubahan IP Tenaga Kerja
Januari (2012) (PD)
154,708
100
0
Februari
231,975
149,943765
49, 943765
Maret
138,329
89,41295861
-10,587041
April
86,991
56,229154
-43,7708
Mei
200,034
129,2977
29,2977
Juni
367,269
237,391496
137,391496
Juli
285,969
184,84435
84,84435
Agustus
219,836
142,09737
42,09737
September
273,900
177,043204
77, 043204
Oktober
239,929
155,066318
55,066318
November
301,257
194,72619
94,72619
Desember
58,577
37,86294
-62,137058
Januari (2013)
141,253
91,30297
-8,697829
Februari
207,217
133,9407
33,9407
Maret
211,750
136,87075
36,87075
April
76,673
49,55982
-50,44018
Mei
31,043
20,065543
-79,934457
Juni
335,18
216,65331
116,65331
Juli
154,965
100.16612
0.16612
Agustus
178,402
115,31530
15,31530
September
260,280
168,2395
68,2395
Oktober
57,114
36,917289
-63,08271
November
25,714
16,620989
-83,379010
Desember
97,226
62,844843
-37,155156
Sumber: Bagian Tata Usaha PT. Darmex Oils and Fats
Indeks produktivitas maksimal : 237,391496 (Bulan Juni 2012)
Indeks produktivitas minimal : 16,620989 (Bulan November 2013)
Rerata indeks produktivitas : 113,0416509
Perubahan indeks produktivitas maksimal : 137,391496 (Bulan Juni 2012)
Perubahan indeks produktivitas minimal :-83,379010 (Bulan November 2013)
Rerata perubahan indeks produktivitas : 16,76715967

Pembahasan
Perhitungan produktivitas tenaga kerja bagian pengemasan minyak kelapa sawit PT. Darmex Oils and Fats bertujuan untuk melakukan analisa terhadap produktivitas tenaga kerja, mengidentifikasi penyebab fluktuasi produktivitas, melakukan evaluasi dan memberikan saran perbaikan terhadap produktivitas. Analisa produktivitas diawali dengan pengukuran produktivitas menggunakan cara membandingkan antara output dan input. Dengan perbandingan pengambilan pada periode dasar.
Pengukuran telah dilakukan dari bulan Januari 2012 hingga Desember 2013. Dalam pengukuran tersebut telah cukup untuk membandingkan tingkat produktivitas tenaga kerja pada bagian pengemasan minyak kelapa sawit. Data produksi PT. Darmex Oils and Fats pada tahun 2012 - 2013 sudah menunjukkan fluktuasi yang terjadi pada produksi minyak kelapa sawit setiap bulan di stasiun kerja pengemasan. Fluktuasi yang terjadi pada produksi minyak kelapa sawit PT. Darmex Oils and Fats tahun 2012 dan 2013 menunjukan bahwa terjadi kenaikan hampir tiga bulan sekali. Hal ini dikarenakan pada bulan bulan tersebut permintaan tinggi dari order yang masuk pada perusahaan tersebut. selain itu masa – masa panen kelapa sawit membuat minyak yang telah diproses harus segera di kemas untuk mengurangi penyimpanan ada tangki penyimpan. Selain itu pada bulan Juni 2012 dan 2013 juga mengalami peningkatan ini dikarenakan persiapan bulan puasa dan lebaran sehingga stok yang harus dipenuhi cukup tinggi membuat produksi juga harus ditingkatkan.
Untuk melakukan perhitungan analisis produktivitas terhadap sebuah perusahaan seharusnya akan lebih baik jika menggunakan data lebih dari satu tahun/periode, dikarenakan dengan hal tersebut akan lebih menunjukan trend yang terjadi selama periode tertentu apakah produksi di perusahaan tersebut cenderung mengalami trend naik atau turun sehingga analisis yang dihasilkan menjadi lebih kompleks. Output yang digunakan dalam pengukuran produktivitas tenaga kerja bagian pengemasan PT. Darmex Oils and Fats adalah jumlah produk minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh bagian pengemasan setiap bulan yaitu jumlah minyak kelapa sawit yang berhasil dikemas. Jumlah output dinyatakan dalam satuan L karena minyak kelapa sawit dikemas dengan menggunakan punch atau kemasan plastik dengan ukuran 1L dan 2 L serta dirigen dengan ukuran 5L dan 18 L untuk setiap jenis minyak kelapa sawit. Sementara input yang digunakan dalam pengukuran produktivitas adalah jumlah total jam kerja tenaga kerja setiap bulan. Rasio produktivitas antara output dan input tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengetahui seberapa banyak minyak kelapa sawit yang berhasil dikemas setiap jamnya. Setelah diketahui rasio produktivitas kemudian dihitung indeks produktivitas.
Indeks produktivitas merupakan nilai perbandingan rasio produktivitas pada periode yang dihitung dengan rasio produktivitas produktivitas pada periode dasar. Periode dasar yang digunakan ialah pada awal bulan pengambilan data dengan alasan dengan pengambilan periode dasar pada awal bulan dapat digunakan untuk melihat perbandingan pada bulan berikutnya. Rasio produktivitas tenaga kerja pada periode tersebut sebesar154,708 L/jam . Ini berarti setiap satu jam kerja dapat digunakan oleh tenaga kerja untuk mengemas 154,708 L/ jam minyak kelapa sawit. Periode dasar adalah periode normal dimana keadaan pabrik berupa input, peralatan dan kecepatan produksi pekerja dalam kondisi normal atau berjalan dengan baik. Oleh karena periode dasarnya adalah bulan Juli maka indeks produktivitas pada bulan bulan Juni sebesar 100%. Untuk periode-periode yang lain dapat diketahui nilai indeks produktivitas melalui perbandingan rasio produktivitasnya terhadap rasio produktivitas pada periode dasar. Dari indeks produktivitas tersebut, kemudian dapat diketahui perubahan produktivitasnya apakah mengalami kenaikan ataukah mengalami penurunan terhadap periode dasar.
Berdasarkan pengukuran indeks produktivitas, dapat diketahui bahwa indeks produktivitas maksimal yaitu pada bulan Juni 2012 yaitu sebesar 237,391496. Hal ini dikarenakan pada bulan Juni 2012 terjadi peningkatan produktivitas paling besar yaitu sebesar 137,391496dibandingkan dengan produktivitas tenaga kerja pada bulan Januari 2012 (periode dasar). Sedangkan indeks produktivitas minimum yaitu 16,620989 pada bulan November 2013, hal ini dikarenakan pada bulan ini terjadi penurunan produktivitas paling signifikan dibanding dengan bulan lainnya, yaitu sebesar 83,379010 dibandingkan produktivitas tenaga kerja pada bulan Januari 2012. Sementara rata-rata indeks produktivitas selama tahun 2012 - 2013 adalah sebesar 113,0416509. Dari rata-rata indeks produktivitas tersebut menunjukkan hasil yang cukup baik, namun masih terjadi fluktuasi indeks produktivitas setiap bulannya. Fluktuasi dari kenaikan dan penurunan indeks produktivitas tenaga kerja dapat dilihat dari grafik pada gambar berikut.


Gambar 6.3 Indeks Produktivitas Tenaga Kerja
Fluktuasi indeks produktivitas ditunjukkan oleh nilai hasil perhitungan perubahan indeks produktivitas, dimana nilai yang bertanda (+) menyatakan terjadinya kenaikan indeks produktivitas pada periode tersebut berdasarkan periode dasar dan nilai yang bertanda negatif (-) menunjukkan adanya penurunan indeks produktivitas.
Pada Gambar 6.2 terlihat jelas bahwa terjadi fluktuasi indeks produktivitas tenaga kerja di bagian pengemasan PT. Darmex Oils and Fats selama tahun 2012 - 2013. Dari grafik terlihat nilai produktivitas tenaga kerja tertinggi adalah pada bulan Juni 2012 yaitu. Nilai produktivitas tenaga kerja terendah adalah pada bulan. Peningkatan di bulan Juni terjadi karena pada masa itu stok dari CPO yang cukup tinggi karena pada masa panen selain itu pada masa itu produksi sangat meningkat karena persiapan puasa dan terdapat order dari luar yang tinggi untuk kebutuhan minyak goreng . Sedangkan penurunan terendah pada bulan November disebabkan rendahnya tingkat produksi yaitu 36.000 L sedangkan jam kerja karyawan pada bulan tersebut yaitu 175 jam. Sehingga terjadi ketidakefektifan kinerja dari karyawan karena dengan tingkat jumlah produksi rendah dengan total jam kerja karyawan yang cukup tinggi, maka produktivitas dari karyawan akan menurun karena banyak waktu yang tidak efektif atau menganggur. Ini terlihat walaupun waktu kerja yang berbeda namun dengan perbedaan yang hanya 7 hari namun hasil dari produksi tersebut dapat sangat berbeda.
Dari grafik juga terlihat pada bulan Februari 2012, Juni2012, September 2012, November 2012, dan Januari 2013, Februari 2013, Maret 2013 Juni 2013 Agustus 2013 September 2013 dan. Namun pada bulan lain indeks produktivitas tenaga kerja mengalami penurunan produktivitas. Dari hal tersebut, kinerja yang ditampilkan tenaga kerja bagian pengemasan PT. Darmex Oils and Fats pada tahun 2012 – 2013 masih kurang baik, karena masih terdapat nilai produktivitas yang berada dibawah nilai produktivitas standar yang diharapkan, sehingga masih terjadi fluktuasi dari satu periode bulan ke periode bulan lainnya. Keadaan ini digambarkan dengan adanya titik yang berada dibawah nilai 100 sebagai indeks dasar atau pembanding.
Kenaikan maupun penurunan indeks produktivitas tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain:
Jumlah peermintaan yang tidak konstan
Jumlah pengemasan minyak kelapa sawit dilakukan sesuai permintaan dengan kontrak yang telah disepakati. Sementara itu, jam kerja karyawan dan jumlah tenaga kerja di bagian pengemasan tetap. Jumlah pesanan yang tidak konstan atau berubah-ubah menyebabkan jumlah produksi pengemasan yang tidak konstan pula. Para pekerja terkadang hanya melakukan pekerjaan sesuai dengan target sehingga rata-rata pekerja mampu memenuhi target produksi yang ditentukan, namun ketika permintaan sedikit maka karyawan bagian pengemasan banyak yang mengalami waktu menganggur. Biasanya waktu menganggur ini kemudian digunakan untuk membantu pekerjaan lain seperti pekerjaan penggudangan.
Jumlah bahan baku yang bergantung pada musim panen
Penurunan produktivitas disebabkan pula oleh ketersediaan bahan baku yang masuk tidak tetap sehingga produksi minyak juga tidak tetap. Jika pada bulan biasa maka pengemasan dapat berjalan sesuai standar namun ketika musim panen dan minyak mentah tidak sesuai standar ekspor minyak mentah terlalu banyak maka akan terjadi penumpukan bahan baku pembuatan minyak, sehingga bahan baku ini harus segera diproses agar tidak semakin turun kualitasnya. Dengan hasil yang banyak maka mau tidak mau pengemasan harus di tingkatkan ini untuk mengurangi beban dari tangki penampung minyak agar tidak terjadi penumpukan yang terlalu lama
Tenaga kerja
Tingkat produktivitas dapat dipengaruhi oleh kemampuan pekerja. Setiap orang tentunya memiliki kemampuan kerja yang berbeda-beda, demikian pula dengan para tenaga kerja di bagian pengemasan minyak kelapa sawit PT. Darmex Oils and Fats. Keahlian yang dimiliki masing-masing pekerja juga berbeda. Hendaknya setiap pekerja memiliki kemampuan dan menguasai semua bagian pekerjaan dalam pengemasan minyak kelapa sawit karena kemampuan pekerja dan kercepatan kerja pekerja akan berpengaruh pada output yang dihasilkan.Karena selama ini pelatihan pelatihan masih kurang dan hanya dilakukan saat awal masuk perusahaan Selain itu banyaknya pekerja yang tidak mengindahkan SOP seperti bekerja tetap bermain handphone serta banyak ngobrol membuat faktor ini diperhitungkan dalam penurunan produktivitas.
Mesin dan peralatan
Penurunan produktivitas dapat juga dikarenakan mesin. Pada mesin pengemas di perusahaan ini masih menggunakan model lama dengan hasil 30 kemasan permenit, namun karena mesin masih lama sering terjadi gangguan sehingga mobilitas mesin ini terganggu. Selain itu kurangnya tenaga ahli yang mengerti tentang mesin ini ( operator sedikit) membuat penurunan efisiensi mesin ini semakin terlihat
Metode
Metode yang digunakan dalam melakukan suatu kegiatan akan berpengaruh pula pada keberhasilannya. Dilihat dari metodenya, penurunan produktivitas tenaga kerja pada bagian pengemasan dapat disebabkan oleh metode pengaturan atau pembagian kerja yang kurang tepat. Pekerja yang bekerja di bagian pengemasan juga menangani pekerjaan pergudangan sehingga seringkali mengurangi efektivitas tenaga kerja karena mereka tidak terfokus pada satu pekerjaan. Selain itu metode kerja yang belum sesuai dengan SOP (Standard Operational Procedure) juga mampu mengurangi produktivitas terkait efektivitas prosedur yang digunakan.
Lingkungan kerja
Lingkungan kerja akan sangat berpengaruh pada kinerja para pekerja terkait kenyamanan saat bekerja. Dengan lingkungan yang nyaman saat bekerja maka pekerja akan lebih bersemangat dan meningkatkan loyalitas terhadap perusahaan. Lingkungan kerja yang nyaman, fasilitas kerja, dan pemenuhan hak-hak pekerja akan sangat berpengaruh pada kenyamanan pekerja. Pekerja yang tidak merasa nyaman saat bekerja tidak akan bekerja secara maksimal sehingga produktivitas tenaga kerja dalam menghasilkan output juga menurun.
Bagian pengemasan PT. Darmex Oils and Fats memiliki lingkungan kerja yang kurang nyaman,karena suasana yang sedikit pengap juga sedikit anas walaupun pada bagian mesin terdapat ac namun pada pengemasan dalam kardusnya terdapat di luar area steril ( area mesin) . Hal ini dapat berpengaruh dan menyebabkan penurunan produktivitas tenaga kerja. Selain itu faktor pertemanan yang erat terkadang justru mengurangi produktivitas karena seringnya ngobrol di antara sesama.
Kemungkinan terjadinya penurunan produktivitas tenaga kerja bagian pengemasan selama tahun 2012 - 2013 dapat dilihat dari diagram CEDAC pada gambar berikut.
MesinManusiaLingkungan
Mesin
Manusia
Lingkungan

Lingkungan berdebu Kemampuan kerja
dan bising , panas Mesin sering yang berbeda
mengalami kerusakan

Fasilitas kurang
Penurunan produktivitas tenaga kerja memadadi Kurang disiplin
Penurunan produktivitas tenaga kerja



Kurangnya kesesuaian Bahan Baku
prosedur dengan SOP musiman

MaterialMetode
Material
Metode

Gambar 6.4 Diagram CEDAC
Dari faktor-faktor didapat alasan – alasan yang mungkin dapat memperkuat cedak diantaranya:
Tenaga kerja PT. Darmex Oils and Fats banyak yang menunjukkan tingkat kehadiran yang kurang, baik pada lingkup karyawan tetap maupun karyawan kontrak. Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan PT. Darmex Oils and Fats menerapkan sistem reward (Penghargaan) dan punishment (Sanksi) yang digunakan sebagai sarana untuk memotivasi karyawan dalam meningkatkan kedisiplinan, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas. Salah satu sistem reward yang digunakan PT. Darmex Oils and Fats adalah dengan mengadakan pemilihan karyawan terbaik atau dengan memberikan penghargaan dan hadiah kepada karyawan. Sistem punishment, berupa teguran lisan sampai sanksi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), diterapkan pada karyawan yang melanggar peraturan secara terus menerus di PT. Darmex Oils and Fats. Setiap tahun PT. Darmex Oils and Fats akan melakukan pengukuran terhadap produktivitas perusahaan secara keseluruhan, jika terjadi penurunan produktivitas yang disebabkan oleh penurunan kinerja karyawan di PT. Darmex Oils and Fats, maka akan dilakukan evaluasi terhadap karyawan untuk menanggulangi hal tersebut. Dalam hal ini, PT. Darmex Oils and Fats tidak memberikan sangsi secara langsung apabila terjadi penurunan kinerja karyawan yang berdampak pada penurunan produktivitas perusahaan, namun PT. Darmex Oils and Fats akan melakukan evaluasi untuk memperbaiki kinerja karyawan tersebut.
Lingkungan kerja
Lingkungan kerja, termasuk kebersihan lingkungan di area kerja pengemasan perlu dijaga karena lingkungan kerja akan sangat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Selain kebersihan, kerapian lingkungan area kerja juga perlu dijaga karena hal ini terkait dengan kenyamanan pekerja. Kenyamanan lingkungan akan memberikan pengaruh yang baik bagi kinerja para pekerja.

Mesin dan peralatan
Pada mesin harus dilakukan perbaruan mesin karena mesin – mesin yang digunakan ialah mesindari tahun 2003 yang dianggap ketinggalan jalan. Namun selain dilakukan pembaruan mesin dapat dibenahi dengan mengganti onderdil – onderdil sehingga efisiensi dapat ditingkatkan. Walaupunakan jauh lebih baik dengan penggantian mesin baru dengan kualitas yang lebih baik dan tingkat produksi permenit yang leih besar.
Metode
Perbaikan metode kerja dapat pula digunakan dalam upaya perbaikan produktivitas. Sebaiknya metode yang digunakan dalam proses pengemasan disesuaikan dengan SOP (Standard operational procedure). Kesesuaian terhadap SOP ini dimaksudkan agar penggunaan pekerja lebih efisien dan didapatkan output dengan kualitas yang diinginkan. Selain itu, dalam metode pembagian jam kerja, dapat diterapkan system shift yang jelas yang dimaksudkan untuk mencapai efisiensi pemakaian tenaga kerja dan jam kerja serta pembagian unit-unit kerja agar pekerjaannya lebih terfokus.
Manfaaat analisa produktivitas tenaga kerja di bagian pengemasan minyak kelapa sawit antara lain dapat digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penurunan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat dianalisa solusi yang mungkin dapat ditempuh untuk menjaga agar produktivitas tetap tinggi sesuai yang diharapkan perusahaan atau bahkan meningkatkannya. Dari pengukuran produktivitas ini perusahaan minyak kelapa sawit PT. Darmex Oils and Fats dapat melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan kemudian dapat diketahui kegiatan yang harus diambil.
Dari data output jumlah produksi PT. Darmex Oils and Fats yang sangat berfluktuasi setiap bulannya, maka untuk mengoptimalkan produktivitas perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut :
Menerapkan adanya shift kerja karyawan.
Sistem shift kerja karyawan dapat memberikan kemungkinan meningkatnya hasil produksi perusahaan PT. Darmex Oils and Fats sehubungan dengan permintaan barang-barang produksi yang juga meningkat. Dengan demikian untuk meningkatkan produktivitas, PT. Darmex Oils and Fats dapat melakukan pengaturan jam kerja karyawan. Jam kerja karyawan dibagi dalam dua waktu, yaitu jam kerja yang normal (tradisional) dan jam kerja shift. Jam kerja normal adalah jam kerja dimana karyawan diharuskan untuk bekerja penuh selama kurang lebih 7 jam sehari. Sedangkan jam kerja shift adalah jam kerja dimana karyawan memiliki periode tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk melaksanakan pekerjaan. Sebagai contoh pelaksanaan shift itu sendiri ada yang dalam satu shift dan ada shift yang berotasi. Dalam sistem kerja shift yang berotasi di PT. Darmex Oils and Fats, karyawan bekerja satu minggu pada shift pagi, dan satu minggu pada shift siang. Tidak ada keseragaman waktu shift kerja, sehingga dengan hal tersebut karyawan dapat bekerja secara optimal dan dapat meminimalkan karyawan yang menganggur pada saat jam kerja. Oleh karena itu, dengan adanya shift kerja ini dapat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas PT. Darmex Oils and Fats menjadi lebih optimal.
Menambah perkebunan dan mengurangi ekspor minyak mentah.
Untuk mempertahankan produktivitas agar tetap tinggi maka salah satu cara ialah menambah perkebuna kelapa sawit sehingga pasokan bahan baku akan lebih stabil . selain itu pengurangan ekspor minyak mentah juga dapat membantu agar produktivitas minyak kemasan ini tetap terjaga.
Menerapkan sistem inventori produk minyak kelapa sawit di gudang produksi PT. Darmex Oils and Fats.
Setiap perusahaan akan selalu mengadakan inventori/persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang/jasa. Persediaan diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut hendaknya lebih besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkannya. Begitu juga pada PT. Darmex Oils and Fats yang menghasilkan produk minyak kelapa sawit. Dimana dalam pengolahan minyak kelapa sawit semua bahan baku yang masuk pabrik harus dapat diolah menjadi produk minyak kelapa sawit. PT. Darmex Oils and Fats memproduksi minyak kelapa sawit setiap hari, dengan kapasitas produksi yang telah ditentukan sesuai dengan jumlah bahan baku yang masuk pabrik. Namun, jumlah permintaan setiap bulan di PT. Darmex Oils and Fats tidak konstan, sehingga sering terjadi perbedaan jumlah produksi antara produk minyak kelapa sawit yang dihasilkan setiap bulannya dengan permintaan minyak kelapa sawit setiap bulannya. Oleh karena itu, sistem invetori gudang sangat diperlukan pada unit produksi PT. Darmex Oils and Fats mengingat produk minyak kelapa sawit dapat bertahan sekitar 2 tahun. Sistem inventori ini dilakukan ketika terjadi kelebihan jumlah produksi pada bulan tertentu, sehingga produk minyak dapat dijadikan persediaan dan disimpan digudang untuk kemudian hari dapat digunakan untuk memenuhi permintaan ketika terjadi kekurangan jumlah produksi pada bulan tertentu. Sistem inventori ini akan sangat berguna di PT. Darmex Oils and Fats untuk mengoptimalkan dan meningkatkan produktivitas perusahaan selama dapat mengendalikan biaya-biaya yang timbul akibat inventori tersebut.
















E. Penutup
1. Kesimpulan
a. Indeks produktivitas tenaga kerja tertinggi sebesar 237,391496 dicapai pada bulan Juni 2012. Sedangkan indeks produktivitas terendah sebesar 16,620989 yang dicapai pada bulan November 2013.
b. Penurunan produktivitas yang terjadi disebabkan oleh pola bahan baku yang tidak stabil , permintaan produk yang tidak konstan, kemampuan antar pekerja yang berbeda, rasio jumlah mesin dan tenaga kerja yang tidak sesuai, lingkungan kerja yang berdebu dan bising pengap dan panas, ketersediaan fasilitas kurang memadai, dan pembagian kerja yang kurang tepat.
c. Perbaikan produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan menjaga produksi minyak kelapa sawit , pelatihan tenaga kerja, fleksibilitas tenaga kerja, mewujudkan kenyamanan lingkungan kerja, perawatan dan penggantian mesin dan peralatan produksi secara teratur, penyesuaian rasio mesin dan tenaga kerja, serta penggunaan metode kerja atau prosedur yang tepat sesuai dengan SOP.
2. Saran
a. Pengawasan produktivitas tenaga kerja harus mencakup keseluruhan aspek yang terkait di dalam perusahaan PT. Darmex Oils and Fats mulai dari direksi (manajemen), kepala bidang hingga pekerja lapangan.
b. Penelitian lebih lanjut mengenai produktivitas tenaga kerja sebaiknya dilakukan lebih kompleks dengan input yang lebih beragam dan metode yang lebih kompleks sehingga dapat dianalisa faktor-faktor lain yang mempengaruhi produktivitas secara lebih maksimal.






DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Penilaian Mesin dan Peralatan Industri. Dalam http://bambang77001.blogspot.com/2008/07/mesin-dan-peralatan.html diakses pada 23 Oktober 2014 pukul 20.00 WIB.
Bain, D. 1982. The Productivity Preseption, The Manager Guide Improving Profit. Mcgraw-Hill. New York USA.
Fuad, M. 2000. Pengantar Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Gaspersz, V. 2000. Manajemen Produktivitas Total, Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Heizer, J dan Render, B. 2005. Operation Management , 7th edition. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Kotler dan Amstrong. 2003. Marketing Management. 11th Edition Pearson education, Inc New Jersey.
Nasution, Emma Zaidar. 2003. Manfaat Dari Beberapa Jenis Bleaching Earth Terhadap Warna CPO ( Crude Palm Oil). Jurusan Kimia FMIPA,USU. Medan
Riggs, J.L. 1987. Production System : Planing, Analysis and Control. John Willey and Sons, New York USA.
Sumanth, D.J. 1984. Productivity Enginering and Management. Mc Graww Hill Book Company. New York.
Triwijayana, A. 1999. Skripsi: Pengukuran Produktivitas dengan Model Multifaktor. Yogyakarta : FTP UGM.
Walley, B.H. 1987. Manajemen Produksi, Pedoman Menghadapi Tantangan Meningkatkan Produktivitas. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.





LAMPIRAN
























































DRAFT
LAPORAN KERJA PRAKTEK
ANALISIS PRODUKTIVITAS PARSIAL TENAGA KERJA PENGOLAHAN CPO PADA STASIUN KERJAPENGEMASAN
DI PT. DARMEX OIL & FATS
BEKASI, JAWA BARAT













DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD ROBBI SUDARNA
11/311473/TP/09948

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014




Periode (bulan)

Prosentase (%)



Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.