APAKAH PARAKLETOS

June 7, 2017 | Autor: Teguh Hindarto | Categoria: Christian Apologetics, Teologia
Share Embed


Descrição do Produto

1|Buletin IJI Vol 3/Mei 2015

APAKAH PARAKLETOS MERUPAKAN NUBUAT UNTUK MUHAMAD?

Tanggapan atas buku Prof. Abdul Ahmad Dawud “Muhamad In The Bible: Bible Pun Mengakui Muhamad Sebagai Seorang Rasul” Teguh Hindarto

Pengantar Setiap jatuh perayaan Shavuot (Pentakosta), kita merayakan turunya Torah di Sinai sekaligus turunnya Roh Kudus kepada murid-murid Yesus sehingga memampukan

mereka untuk memberitakan Kabar Baik dari mulai Yerusalem, Yudea sampai ujung bumi. Yesus telah menubuatkan perihal kedatangan Roh Kudus sebelum beliau kewafatan,

2|Buletin IJI Vol 3/Mei 2015

kebangkitan dan kenaikkannya ke Sorga beserta karakteristiknya. Namun jauh setelah Roh Kudus yang dijanjikan tersebut turun ke atas para murid sebagaimana dilaporkan dalam Kisah Rasul 2, beratus-ratus tahun kemudian, nubuatan Yesus tentang datangnya Roh Kudus, bergeser menjadi nubuatan tentang datangnya seorang nabi yang dinubuatkan oleh Yesus. Khususnya setelah kedatangan Islam yang lahir pada tahun 500 Ms. Berbagai upaya dilakukan oleh para pemikir Islam modern untuk menemukan nubuat tentang Muhamad dalam Kitab TaNaKh (Torah, Neviim, Kethuvim) dan Kitab Perjanjian Baru. Upaya tersebut didasarkan pada satu ayat dalam Al Qur‟an yang menyatakan demikian: “Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: „Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan

(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata" (Qs 61:6). Sekalipun Muhamad memberikan pernyataan bahwa kehadiran dirinya dan kerasulannya dinubuatkan dalam Taurat (Torah), namun sayangnya Muhamad tidak membuktikan hal tersebut dengan mengutip satu atau dua ayat yang eksplisit menunjuk pada dirinya. Akibat absennya penjelasan Muhamad, mengakibatkan berbagai penafsiran di kalangan Islam sendiri. Penafsiran-penafsiran yang yang beragam dikarenakan umat Islam berupaya mencari sendiri ayat-ayat yang dimaksudkan oleh Muhamad, padahal Muhamad sendiri tidak memberikan penjelasan pada kitab dan pasal serta ayat berapa yang berisikan nubuat mengenai dirinya.

3|Buletin IJI Vol 3/Mei 2015

Berbeda dengan Yesus Sang Mesias, dalam berbagai kesempatan, Dia selalu merujuk pada Torah, baik ajaran-Nya maupun nubuat-nubuat mengenai diri-Nya. Dia bersabda dalam Yohanes 5:39-40 dan 46 sbb: “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu….Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku”. Dalam beberapa kasus kita dapat menemukan konsistensi sabda Yesus mengenai diri-Nya dengan merujuk berbagai nubuatan dalam TaNaKh berkaitan kehadiran diriNya sebagai Mesias. Contoh berikut akan memperjelas apa yang saya maksudkan. Dalam Lukas 4:1421 dikisahkan sbb: “Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea.

Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementara itu Dia mengajar di rumahrumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. Dia datang ke Nazaret tempat Dia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Dia masuk ke sinagog, lalu berdiri hendak membaca dari Kitab Suci. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: „Roh YHWH ada padaKu, oleh sebab Dia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Dia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orangorang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat (YHWH) telah datang " Kemudian Dia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Dia

4|Buletin IJI Vol 3/Mei 2015

memulai mengajar mereka, kataNya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya”.

Apa yang diucapkan Yesus merupakan kutipan Yesaya 61:1-2. Dan usai membaca kitab tersebut, Yesus mengarahkan ayat itu pada KEHADIRAN diriNya dengan mengatakan pada para pendengar, “Khuqam ha katuv hazze hayom beaznekem!” (Hebrew New Testament) yang artinya “Genaplah apa yang tertulis dalam kitab ini pada hari kalian mendengarnya!”. Demikian pua dalam Matius 12:38-40, Yesus mengutip kisah

Yunus dan mengaitkan pada diriNya sebagaimana Dia katakan: “Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu. Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”. Ucapan Yesus mengutip Yunus 1:17. Bagaimana dengan Muhamad? Beliau tidak satupun memberikan referensi bahwa dalam Taurat ada tertulis mengenai berita kedatangannya sebagai rasul. Yang terjadi adalah penafsiran dan spekulasi umat Islam terhadap sejumlah ayat yang diyakini menunjuk pada Muhamad.

5|Buletin IJI Vol 3/Mei 2015

Benarkah Yohanes 14:26 adalah nubuat untuk Muhamad? Klaim tersebut hanya klaim yang dilakukan oleh Muslim modern atau kaum Mualaf (konversi ke Islam) seperti yang dilakukan oleh Prof. Abdul Ahmad Dawud dalam bukunya Muhamad in the Bible: Bible Pun Mengakui Muhamad Sebagai Seorang Rasul. Sebelum beliau, sudah ada pemikir Islam bernama Ibnu Ishaq pada Abad VIII Ms menuliskan buku berjudul Sirat An Nabiy yang mulai menghubungkan nama Muhamad dengan istilah Yunani Parakletos dari Injil Yohanes.

Prof. Abdul Ahmad Dawud menuliskan pendapatnya perihal Parakletos sbb, “Kata paraclete bukanlah kata kata klasik yang tidak diketahui artinya. Bahasa Yunani mengeja kata ini menjadi paraklytos yang kemudian dalam kebanyakan literatur Gereja diartikan sebagai „seseorang yang diseru untuk menjadi penolong, pembela atau penengah (lihat kamus Grece Francais karya Alexandre). Sudah jelas diketahui bahwa kata Yunani yang sepadan dengan „penghibur‟ sebenarnya bukanlah paraklytos, melainkan parakalon. Juga telah jelas bahwa dalam versi terjemahan Bibel bahasa Yunani Septuagint, kata Ibrani Mnahem yang berarti „penghibur‟ diterjemahkan menjadi parakalon (Kitab Ratapan Yeremiah 1/2., 9, 16, 17, 21 dan lain-lain). Masih ada satu kata lain dalam bahasa Yunani yang sepadan dengan kata „penghibur‟ yaitu parygorytys yang berasal dari kalimat „aku menghibur‟. Berkenaan dengan arti lain dari paraclete:

6|Buletin IJI Vol 3/Mei 2015

„penengah‟ atau „pembela‟ yang disematkan Gereja, sebenarnya kata Yunani untuk dua arti tersebut adalah parakalon, bukan paraclytos. Di dalam bahasa Yunani juga terdapat kata sunegorus yang sepadan dengan kata “pembela” dari kata meditia yang sepadan dengan kata “penengah”1 Bahkan beliau membuat dugaan lebih jauh dengan mengatakan bahwa Gereja telah salah menulis Periqlytos (bahasa Arab yang sepadan dengan Ahmad yang artinya terpuji) dan mengubahnya menjadi Paraklytos sebagaimana dia katakan, “ Selama beberapa abad, orang-orang Eropa dan Latin yang kurang pengetahuan selalu menulis nama Muhammad dengan ejaan Mahomet seperti nama Musa yangselalu dieja Mushi. Jadi, apakah ganjil jika ada seorang pendeta nasrani 1

Prof. Abdul Ahmad Dawud, Muhamad in the Bible: Bible Pun Mengakui Muhamad Sebagai Seorang Rasul, Jakarta: Al Mahira 2009, hal 192

atau seorang juru tulis telah salah menulis kata periqlytos (berarti: ahmad) dan mengubahnya menjadi praklytos? Secara faktual, kata ahmad memang berarti „yang terkemuka‟ atau „yang paling layak dipuji‟. Sementara itu, kata-kata „salah tulis‟ yang menjadi „penemuan baru‟ mereka, hanya akan menunjukkan aib bagi siapa saja yang telah membuat arti kata itu menyimpang menjadi „penghibur‟ atau „pembela‟ selama 18 abad”2 Saya garis bawahi pernyataan Prof. Abdul Ahmad Dawud yang mengatakan, “Sudah jelas diketahui bahwa kata Yunani yang sepadan dengan „penghibur‟ sebenarnya bukanlah paraklytos, melainkan parakalon”. Sayangnya pernyataan beliau terlalu memaksakan pendapat pada teks. Kekristenan memiliki hampir 5000-an naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani berbentuk manuskrip dan ratusan naskah 2

Ibid., hal 192-193

7|Buletin IJI Vol 3/Mei 2015

lain dari berbagai abad. Belum terhitung dalam bahasa Aramaik. Tidak ada satupun dari naskah Perjanjian Baru yang ditemukan dalam berbagai abad dan tidak satupun yang menuliskan seperti yang dimaui oleh khayalan dan praduga Prof. Abdul Ahmad Dawud. Pernyataan beliau lebih didorong oleh sikap berusaha untuk membenarkan kenabian Muhamad dalam Injil sehingga harus mengritik teks nubuat yang jelas-jelas bukan ditujukan pada Muhamad menjadi nubuat yang dipaksakan untuk Muhamad. Mengenai tuduhannya, “Jadi, apakah ganjil jika ada seorang pendeta nasrani atau seorang juru tulis telah salah menulis kata periqlytos (berarti: ahmad) dan mengubahnya menjadi praklytos”, fakta jumlah manuskrip dari berbagai abad dan tidak adanya bukti bahwa ada teks Yohanes 14:6 yang menuliskan sebagaimana yang dimaui oleh Prof. Abdul Ahmad Dawud telah mematahkan asumsinya. Bahkan dugaan beliau bahwa Gereja telah salah menulis

Periqlytos (bahasa Arab yang sepadan dengan Ahmad yang artinya terpuji) dan mengubahnya menjadi Paraklytos hanyalah khayalan tanpa bukti dan gugur dengan data dan fakta jumlah manuskrip Perjanjian Baru berbahasa Yunani yang kesemuanya menuliskan Parakletos bukan Periqlytos. Siapakah Parakletos Yohanes 14:26?

Dalam

Sebenarnya anggapan bahwa Parakletos dalam Yohanes 14:26 menunjuk pada Muhamad, sudah gugur sebelumnya jika kita menggunakan kriteria dalam pembukaan kajian ini. Yesus selalu mengutip nubuat mengenai dirinya dalam Torah dengan sangat tepat dan berkali-kali dalam kasus khusus. Sebaliknya, Muhamad tidak satupun mengutip Torah untuk membuktikan klaimnya bahwa dirinya adalah nabi yang dinubuatkan dalam Torah dan Injil sebagaimana klaimnya dalam Qs 61:6.

8|Buletin IJI Vol 3/Mei 2015

Namun untuk memuaskan pembaca khususnya mereka yang berminat dalam kajian Apologetik, kita akan mengkaji dengan seksama pernyataan nubuat Yesus mengenai Parakletos. Yesus bersabda, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu” (Yoh 14:16-17). Yesus melanjutkan sabda profetiknya demikian:“ tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh 14:26). Frasa Yunani αλλον

παρακλητον (allon parakleton) dalam Yohanes 14:16, tidak boleh dilepaskan konteksnya dengan ayat 17 dimana kata Yunani Parakletos dihubungkan dengan farsa Yunani το πνεσμα της αληθειας (to pneuma tes aletheias - Roh Kebenaran). Dengan demikian, Penghibur atau Penolong dalam ayat tersebut bukan menunjuk pada manusia melainkan Roh Kebenaran. Apakah Muhamad adalah Roh Kebenaran? Bukan! Muhamad bukan Parakletos yang dimaksudkan. Apa yang menjadi bukti bahwa Parakletos yang akan datang wujudnya Roh? Selain bukti di atas, pada ayat 17 dikatakan, “sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia”. Apakah Muhamad tidak dapat dilihat oleh dunia? Tidak! Muhamad manusia dan dia dapat dilihat dan berinteraksi dengan banyak orang dan terekam dalam sejarah Islam. Muhamad bukan Parakletos yang dimaksudkan.

9|Buletin IJI Vol 3/Mei 2015

Bukti lain bahwa Parakletos bukan manusia melainkan Roh Kebenaran adalah frasa, “sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu”. Apakah Muhamad tinggal dalam batin seseorang? Tidak! Muhamad adalah manusia yang telah mengalami kewafatan dan bukan Roh Kebenaran yang tinggal dan menyertai orang beriman. Muhamad bukan Parakletos yang dimaksudkan. Yohanes 14:26 semakin memperjelas siapa Parakletos itu yaitu το πνεσμα το αγιον (to pneuma to hagion - Roh Kudus). Dan fungsi Roh Kudus adalah “mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”. Apakah Muhamad melakukan tugas mengingatkan sabda Yesus? Tidak sama sekali! Muhamad menyampaikan wahyu yang diterima dari tuhan yang bernama Allah dan nama pewahyuan tersebut adalah Qur‟an dan Qur‟an memberikan kesaksian yang berbeda perihal

kisah kehidupan Yesus. Dan Qur‟an tidak mencatat detai ucapan-ucapan Yesus dalam Injil. Mengenai istilah Parakletos. Kata Yunani ini muncul di empat tempat dalam Kitab Perjanjian Baru yaitu Yohanes 14:16;26, Yoh 15:26, Yoh 16:7, 1 Yohanes 2:1. Yang menarik, kata Parakletos yang sama dan muncul dalam 1 Yohanes 2:1 tidak terkategori nubuatan (profetik) dan julukan Parakletos kali ini justru ditujukan pada Yesus sebagaimana dikatakan: “Anakanakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Sang Mesias yang adil” . Frasa “pengantara” dipergunakan bentuk Yunani Parakleton bentuk akusatif dari Parakletos. Dengan demikian tudingan bahwa kata Yunani Parakletos adalah salah tulis dari kata Periqlytos, adalah tidak dapat dipertanggungjawabkan sama

10 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M e i 2 0 1 5

sekali. Kata Parakletos adalah kata Yunani yang normal. Kata Yunani Parakletos berkaitan dengan kata Yunani Paraklesis (penghiburan) yang dapat ditemui dalam Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani (Septuaginta) untuk menerjemahkan kata Ibrani Nikhumim dan Menahamim (Nah 3:7, Yes 57:18 dan muncul lagi dalam Lukas 2:25, 1 Korintus 14:3, Ibrani 6:18 dll). Naskah Peshitta Aramaik menuliskan dengan (Paraqlita) yang setara dengan bahasa Yunani Parakletos yang memiliki arti yang sama. Parakletos Bukan dan Berbeda Dengan Periqlytos Lebih jauh, Prof. Abdul Ahmad Dawud mengatakan, “Jadi jelas bagi kita bahwa Periqlytos yang disebutkan di dalam Injil Yohanes tidak mungkin berarti seorang penghibur, pembela ataupun penengah. Dan kata periqlytos telah menjadi obyek

penyimpangan. Setelah menjelaskan semua ini, sekarang saya ingin mengurai arti sebenarnya dari kata ini. Secara etimologis, kara periqlytos berarti „yang paling mulia, paling terkemuka dan paling berhak dipuji‟. Pengertian inilah yang termaktub di dalam Dictionnaire Grec-Francais, karya Alexander: „Periqlitos= qu‟on peut entendre de tous les cotes; qu‟il est facile a entendre. Tres celebre. Periqleitos= tres celebre, illustre, glorieux= Periqlcys, tres celebre, illustre, gloriuex‟ dari „Kleitos, glorire, renommee, celebrite”3 Berkaitan dengan kata Arab Periqlitos yang artinya terpuji atau mulia yang dipaksakan sebagai bentuk asli untuk Parakletos, demikian sanggahan kami. Pertama, Injil ditulis bukan dengan bahasa Arab. Maka kata Periqlitos tidak mungkin ada dalam Injil. Bahasa yang dekat dengan bahasa Arab adalah Aramaik yang menuliskan 3

Ibid., hal 197

11 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M e i 2 0 1 5

dengan Paraqlita dan artinya bukan Terpuji atau Termulia melainkan Penghibur, Perantara, Pembela. Kedua, kata Terpuji dalam bahasa Yunani adalah Eulogetos (sebagaimana dalam frasa Eulogetos ho Theos – Terpujilah Tuhan, 2 Kor 1:3). Ketiga, tidak ada satupun naskah Perjanjian Baru dari berbagai abad yang menuliskan kata Periqlytos dalam Yohanes 14:16, 17, Yohanes 14:26, Yohanes 15:26, 1 Yohanes 2:1. Kata ganti orang ketiga tunggal maskulin “Dia” yang dalam bahasa Yunaninya Ekeinos, kerap didakwa sebagai bukti bahwa Parakletos tersebut adalah manusia. Mengenai kata Ekeinos, yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan kata ganti orang ketiga tunggal “He” atau dalam bahasa Indonesia “Dia”, demikian penjelasannya Kata (masculine bermakna konsekwensi penggunaan

ganti “Dia” singular) yang “Dia” adalah sintaksis dari kata Yunani

Parakletos (masculine singular) yang bermakna “Penghibur, Penolong, Pengantara” dan bukan dikarenakan kata Yunani Pneuma (neutral). Coba perhatikan konteks kalimatnya (saya kutipkan dalam terjemahan Inggris) dengan mengurutkan dimana kata Ekeinos muncul yang berhubungan dengan kata Parakletos yang dijelaskan sebagai Pneuma Hagios sbb: 1. “But the Paraclete, the Holy Spirit, whom the Father will send in my name, will instruct you regarding all things, and cause you to remember everything that I have told you” – John 14:26 2. “But when the Paraclete comes, whom I will send to you from the Father, the Spirit of truth who comes forth from the Father, he (ekeinos | ἐκεῖνος | nom sg masc) will bear witness about me” – John 15:26 3. “And he (ekeinos | ἐκεῖνος | nom sg masc), when he

12 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M e i 2 0 1 5

comes, will convict the world in regard to sin and righteousness and judgment” – John 16:8 4. “But when he (ekeinos | ἐκεῖνος | nom sg masc), the Spirit of truth, comes, he will guide you into all truth, for he will not speak on his own, but will speak only what he hears, and he will tell you things yet to come” – John 16:13 5. “He (ekeinos | ἐκεῖνος | nom sg masc) will glorify me, for he will receive what is mine and tell it to you” – John 16:14 Daniel Wallace menjelaskan, “The use of ekeinos here [John 14–16] is frequently regarded by students of the NT to be an affirmation of the personality of the Spirit. Such an approach is based on the assumption that the antecedent of ekeinos is pneuma. . . . But this is erroneous. In all these Johannine passages, pneuma is appositional to a masculine noun. The gender of ekeinos thus has nothing to do

with the natural gender of pneuma. The antecedent of ekeinos, in each case, is parakletos, not pneuma”4 Kemunculan Ekeinos yang mengharuskan diterjemahkan “He (Dia)” dikarenakan dihubungkan dengan “antecedent” (kata yang mendahului) yang berbentuk “noun singular masculine” yaitu Parakletos juga muncul saat kata Ekeinos dihubungkan dengan seseorang atau personalitas sbb: 1. “The servant girl who kept watch at the door said to Peter, “You are not one of that man‟s disciples, are you?” He (ekeinos | ἐκεῖνος | nom sg masc) answered, “I am not.” – John 18:17 2. “Now Simon Peter was still standing and warming himself, so they 4

Daniel Wallace, Greek Grammar Beyond the Basics: An Exegetical Syntax of the New Testament (Grand Rapids, MI: Zondervan, 1996), 331, 332.

13 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M e i 2 0 1 5

said to him, “You are not one of his disciples, are you?” Peter (ekeinos | ἐκεῖνος | nom sg masc) denied it and said, “I am not!” – John 18:25 Namun kata Yunani Ekeinos tidak selalu diterjemahkan “Dia” sebagaimana ayat-ayat berikut: 1. “On that (ekeinē | ἐκείνῃ | dat sg fem) day you will question me about nothing. I tell you the solemn truth: whatever you ask of the Father in my name he will give to you” – John 16:23 2. “In that (ekeinē | ἐκείνῃ | dat sg fem) day you will ask in my name. I am not saying to you that I will intercede with the Father on your behalf “– John 16:26 Dari keseluruhan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kata Yunani Parakletos menunjuk pada Roh Kudus dan

Roh Kudus bukan manusia melainkan Roh dan Dia sudah datang dan berdiam dalam diri semua murid Yesus untuk mengingatkan akan sabda-sabda Yesus Sang Mesias (Yoh 14:1617, 26). Tidak ada satu ayatpun dalam Kitab Perjanjian Baru yang mengutip sabda Yesus Sang Mesias yang akan menjanjikan kedatangan nabi lain selain kedatangan Roh Kudus dan janji akan kedatangannya yang kedua kali untuk menghakimi dunia.

14 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M e i 2 0 1 5

INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE

Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) adalah organisasi yang didirikan dengan maksud dan tujuan sbb: 1. Menghadirkan Kekristenan dengan corak Semitik Yudaik sebagai akar historisnya. Corak Semitik Yudaik tersebut dijabarkan dalam Pokok Keimanan (Akidah/Emunah) dan Tata Peribadatan (Ibadah/Avodah) serta Perilaku Hidup (Akhlaq/Halakah) 2. Mengisi kesenjangan materi terkait Yudaisme sebagai akar Kekristenan awal, dalam berbagai kajian dan kurikulum Teologi 3. Melakukan berbagai kajian kritis dan teologis terhadap Kitab Suci dengan pola pikir Ibrani 4. Menghadirkan penafsiran baru terhadap Torah dan relevansinya terhadap Kekristenan masa kini 5. Melakukan kajian-kajian mengenai hubungan Kekristenan awal dengan kebudayaan Semitik 6. Memperkokoh Teologi Judeochristianity

15 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M e i 2 0 1 5

7. Membantu pemerintah dalam pembangunan mental dan spiritual bangsa dalam rangka pembinaan manusia Indonesia seutuhnya Sebelumnya organisasi ini bernama Forum Studi Mesianika (FSM). Berdasarkan rapat anggota yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2012 lalu, maka Forum Studi Mesianika (FSM) berganti nama menjadi Indonesian Judeochristianity Institute (IJI). Salah satu usaha untuk mencapai beberapa tujuan di atas diantaranya adalah menerbitkan buletin berkala sebagai wujud komunikasi dan pembelajaran anggota IJI.

Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) Email: [email protected] Website: www.messianic-indonesia.com Facebook:Messianic Indonesia (Indonesian Judeochristianity Institute) Donasi dan Informasi: 081327274269

Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.