Apresiasi Novel - Para Priyayi karya Umar Kayam

June 2, 2017 | Autor: Risnasari Rosman | Categoria: Novel, Sastra Indonesia, Telaah Karya Sastra, Umar Kayam, Para Priyayi
Share Embed


Descrição do Produto

NAMA : RISNASARI ROSMAN
NPM : 180110090021
SASTRA INDONESIA
TUGAS APRESIASI NOVEL XIII

Dalam KBBI cetakan keempat, priayi adalah orang yang termasuk lapisan
masyarakat yang kedudukannya dianggap terhormat, misalnya golongan pegawai
negeri. Seperti halnya yang saya baca pada novel-novel yang menceritakan
priyayi, misalnya "Gadis Pantai" dan "Canting", priyayi terkesan orang yang
memiliki kekuasaan. Dalam novel "Gadis Pantai", Bendoro sebagai orang yang
berkuasa, terlihat bebas sesuai kehendaknya memperlakukan gadis pantai.
Namun, pada novel "Para Priyayi" karya Umar kayam yang terbit pertama
kali pada tahun 1992 ini saya dapat menilai dari dua sisi, yaitu sisi
menempatkan diri saya sebagai priyayi dan sisi sebagai pandangan masyarakat
umum terhadap priyayi. Ternyata tidak seperti yang saya nilai, sebelum
membaca novel ini saya menganggap priyayi adalah orang kaya berkuasa,
karena harta yang dimilikinya sehingga memiliki kekuasaan untuk menindas
kaum lemah. Penilaian buruk lainnya yaitu priyayi sebelum memiliki istri
sesungguhnya, selalu memiliki istri percobaan, yang setelah melahirkan
anak, istri percobaan itu dibuang dan anaknya diambil.
Penilaian hal-hal buruk itu sirna setelah saya membaca novel "Para
Priyayi". Ternyata priyayi adalah sebuah pengakuan masyarakat yang diraih
dengan usaha dan kerja keras. Bukan hanya dengan mengumpulkan banyak uang,
seseorang dapat diakui priyayi. Tapi priyayi dapat diakui dengan ilmu yang
dimiliki. Besarnya ilmu pengetahuan sangat menentukan hal tersebut.
Hal yang saya pikirkan yaitu mengenai keharusan seseorang menjadi
priyayi. Seperti pada novel "Para Priyayi" cetakan ke-12 halaman 33-34:
Semua dari keluarga besar kami itu, seperti juga kebanyakan
keluarga petani di desa, menginginkan pada satu waktu salah
seorang anggota keluarganya bisa maju sebagai priyayi dan
tidak berhenti dan puas menjadi petani desa saja. Maka
merekapun menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah desa.

Dari kutipan di atas saya melihat bahwa menjadi priyayi adalah hal
yang "wah" dan seperti cita-cita yang harus diraih. Dibandingkan dengan
menjadi petani, kedudukan priyayi adalah hal yang sangat tinggi. Saya
memaklumi hal tersebut, karena dengan adalah keharusan tersebut, seseorang
menjadi termotivasi untuk maju dan secara tidak langsung pendidikan di
Indonesia berkembang.
Masuk ke dalam cerita novel "Para Priyayi", Sastrodarsono diceritakan
sebagai orang yang peduli dengan keadaan sekitar, yaitu keadaan keluarga,
saudara, dan masyarakat tempat tinggalnya. Ia sangat tidak bisa melihat ada
saudaranya yang mendapatkan kehidupan kekurangan. Ia sebagai priyayi yang
memiliki kelebihan, merasa wajib untuk membantu sesama.
Ini sangat bertolak-belakang dengan priyayi yang ada dibayangan saya
sebelumnya. Ternyata ada sosok priyayi yang masih memikirkan keadaan
sekitar yaitu Sastrodarsono. Melalui tokoh Sastrodarsono yang berasal dari
keluarga petanilah saya melihat bahwa priyayi adalah sosok yang tidak
buruk, namun sosok yang seharusnya ada di masyarakat.
Sosok Sastrodarsono saya yakini tidak lepas dari peran keluarga,
terutama orang tua. Orang-tuanyalah yang membentuknya menjadi seorang yang
bijaksana. Salah satu buktinya adalah Sastrodarsono mengangkat Lantip
menjadi anaknya, padahal Lantip yang disebut-sebut sebagai "anak haram".
Kembali lagi dengan kemurahan hati Sastrodarsono, Lantip dianggap anaknya
sendiri karena Lantip adalah anak dari kemenakan Ngaisah, yaitu istri
Sastrodarsono.
Karena rasa sayang terhadap anaknya sendirinyalah, Lantip justru
dianggap sebagai priyayi yang paling berhasil dibandingkan dengan saudara-
saudaranya yang lain. Terbukti ketika Sastrodarsono meninggal, tidak ada
keluarga yang sanggup memberikan pidato untuk perpisahan. Malah Lantip lah
sebagai perwakilan keluarga besar Sastrodarsono yang dapat memberikan kata-
kata terakhir di pemakaman.
Salah satu hikmah yang saya petik dari novel "Para Priyayi" adalah
seorang anak lahir dengan kesuciannya, seorang bayi saat dilahirkan tidak
mengetahui dari mana ia berasal. Jadi, tidak peduli ia "anak sah" atau
"anak haram", bayi akan tumbuh menjadi seseorang yang dapat dibanggakan,
bergantung dari merawat dan membesarkannya, bukan dari mana asal bayi
tersebut.
Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.