ASKEP TB.docx

May 23, 2017 | Autor: Husnunnisa Abbas | Categoria: Tuberculosis, Kesehatan, TBC, Keperawatan, Asuhan keperawatan, Sistem Pernafasan
Share Embed


Descrição do Produto





BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tuberculosis merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri mikrobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya, dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya , penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan "KEMATIAN". Bahkan Indonesia menduduki Negara terbesar ke-3 di dunia dalam masalah penyakit TBC ini. Maka dari itu, hal demikian yang mendorong kami untuk membuat makalah ini, agar kita bisa mengenal lebih jauh mengenai penyakit tuberculosis dan tetap waspada terhadap penyakit ini, karena telah banyak korban dari penyakit tersebut "WASPADA TUBERCULOSIS".
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud penyakit TUBERCULOSIS ?
Bagaimana cara penularan penyakit TUBERCULOSIS ?
Apa saja tanda dan gejala penyakit TUBERCULOSIS ?
Tindakan keperawatan apakah yang tepat dan pengobatan bagi penderita penyakit TUBERCULOSIS ?

Tujuan penulisan
Mengetahui lebih jauh mengenai penyakit TUBERCULOSIS
Mengetahui cara penularan penyakit TUBERCULOSIS
Mengetahui tanda dan gejala penyakit TUBERCULOSIS
Mengetahui Tindakan keperawatan pengobatan yang tepat pada penderita penyakit TUBERCULOSIS

BAB II
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI

DEFINISI
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang di sebabkan oleh bakteri mikobakterium tuberkolosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibanding bagian lain tubuh manusia.
Menurut :
Dep Kes, 2003 : TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.
Suriadi, 2001 : TB Paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam. Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
Asih, 2004 : TB Paru adalah yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara.

Tuberkolosis (TBC) adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawa yang biasanya ditularkan melalui inhalasi pericikan ludah (droplet), orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. Kuman juga dapat masuk ketubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar dipasteurisasin TB, atau melalui lesi kulit.




ETIOLOGI
Penyebab TB paru adalah Mycobacterium Tuberculosis sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mm, tebal 0,3-0,6 mm sebagian kuman terdiri dari asam lemak / lipid. Ini membuat kuman lebih tahan terhadap asam. Sifat kuman ini adalah aerob dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Ada beberapa jenis kuman ini yang patogenik. TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). TBC lebih sering manyerang paru-paru namun juga dapat menyerang bagian tubuh lain seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, dan bagian tubuh lainnya.
Faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis :
Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi, kemungkinan diturunkan secara genetic
Jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
Pada masa puber dan remaja dimana masa tumbuh sangat cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang adekuat.
Keadaan stress : situasi yang penuh stress (injuri atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik).
Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.
Nutrisi : status nutrisi kurang
Infeksi berulang : HIV, Measles, Pertusis.
Tidak mematuhi aturan pengobatan.

PATOFISIOLOGI
Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaman. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. BCG partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag kewar dari cabang trakea bronchial bersama gerakan silia dalam sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Bila, masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening virus. Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
Secara umum, penyakit ini tidak di anggap menular pada anak-anak, yang biasanya terinpeksi dari pasien orang dewasa. Masa inkubasi ( waktu yang diperlukan untuk seseorang menjadi terinfeksi setelah tertular ) bervariasi antara mingguan hingga tahunan, tergantung dari orang itu sendiri dan jenis infeksinya, apakah primer, progresif, atau reaktivasi.

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik TB mungkin belum muncul pada infeksi awal dan mungkin tidak akan pernah timbul apabila tidak terjadi infeksi aktif. Apabila timbul infeksi aktif pasien biasanya memperlihatkan:


Gejala
Sesak napas dan nyeri dada,
Kesulitan tidur pada malam,
Deman pada malam hari, menggigil, berkeringat meskipun tidak melakukan kegiatan,
Kurang nafsu makan dan berat badan menurun.
Tanda
Kelelahan otot, nyeri dan sesak
Batuk dengan intensitas tinggi
Bagi penderita yang sudah parah terdapat darah pada produksi air liur, dan dahak
Sering ketakutan dan mudah terangsang

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Lab.
Anemia bila penyakit berjalan menahun
Lekukosit ringan dengan predominasi limfosit
LED meningkat terutama pada fase umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan
GDA = normal tergantung lokasi.
Pemeriksaan Bakteriologik (sputum)
Kultur Sputum = positif mikrobakterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.
Test mantox reaksi intradermal antigen menunjukan infeksi masa lalu ban adanya antibody tetapi tidak secara klinik sakit berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti TB aktif tidak dapat di tularkan/di sebabkan mikrobakterium
Pemeriksaan histologik atau kultur jaringan termaksud pembersihan gaster, urin menurun, cairan serebrospinal biosy kulit (+) untuk bacterium tubersculosis.
Pemeriksaan radiologi
Foto thorax : infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa.
Pemeriksaan fungsi paru : penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu : kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan untuk individu dengan TB aktif memerlukan waktu lama karena basil resisten terhadap sebagian besar antibiotik dan cepat bermutasi apabila terpajang antibiotik yang semula masih efektif. Saat ini terapi untuk pasien dengan infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan berlangsung paling kurang sembilan bulan dan biasanya lebih lama apabila pasien tidak berespons terhadap obat-obatan tersebut, maka obat dan protokol pengobatan lain akan di coba.
Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberculin positif setelah sebelumnya negatif biasanya mendapat antibiotic selama 6-9 bulan untuk membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil total.
Pengobatan tuberculosis terjadi menjadi 2 fase yaitu :
Fase Intensif (2-3 bulan)
Fase lanjutan (4-7 bulan)
Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin, dan Etambutol. Sedankan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kulnolon, Makvolide, dan Amoxilin ditambah dengan asam Klavulanat, Derivat rifampisin / INH
Biasanya dokter menganjurkan rawat inap untuk evaluasi awal dan pengobatan TBC, terutama jika:
penderita adalah anak kecil
adanya reaksi obat yang parah
adanya penyakit lain selain TB
Walaupun demikian, kebanyakan anak kecil yang menderita TBC dapat melakukan rawat jalan dan pengobatan di rumah. Pengobatan TBC biasanya berupa pengobatan oral. Pada beberapa kasus ada tiga atau empat jenis obat yang di resepkan. Rangkaian pengobatan harus dijalani dengan lengkap agar TBC dapat disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu beberapa bulan. Obat yang digunakan merupakan kombinasi antibiotic, tergantung dari resistensi bakteri terhadap obat tuang yang umum digunakan. Pengobatan ini harus dikoordinasikan dengan departemen kesehatan setempat dan / atau ahli penyakit menular pada anak.
Orang yang memiliki hasil PPD positif sebaiknya membutuhkan pengobatan, biasanya berupa isoniazid (INH) selama sembilan bulan. Jika infeksi TBC yang di derita ternyata resisten terhadap isoniazid, maka dibutuhkan rifampin selam enam bulan. Obat lain yang biasa digunakan adalah pyrazinamide. Etabutol atau streptomycin dapat digunakan untuk bakteri TBC yang resisten pada beberapa obat. Pengobatan untuk penyakit TBC kompleks (baik meningitis maupun infeksi pada tulang atau persedian) biasanya berlangsung selama 9-12 bulan dengan menggunakan 3 hingga 4 jenis obat.
Kebanyakan penderita TBC harus mengikuti terapi observasi langsung (directly observed therapy, DOT), dimana pengobatan di awasi oleh pekerja kesehatan, baik secara langsung maupun menggunakan video.
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat ringannya penyakit.
Penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan 3 kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.

KOMPLIKASI
Batuk darah
Pneumothorax
Luluh paru
Gagal nafas
Gagal jantung
Efusi pleura

PENCEGAHAN
Dapat dilakukan dengan cara;
Vaksinasi BCG pada bayi dan anak.
Terapi pencegahan
Diagnosis dan pengobatan tuberculosis pengobatan (+) untuk mencegah penularan.









KONSEP KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3 minggu.
Riwayat keluhan utama
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan dan kelemahan tubuh.
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Pasien pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh. Pernah berobat tetapi tidak sembuh. Pernah berobat tetapi tidak teratur. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru. Daya tahan tubuh yang menurun. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
Faktor Pendukung:
Riwayat lingkungan.
Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
Pemeriksaan Diagnostik:
Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.
Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).
Poto torak:
Infiltnasi lesi awal pada area paru atas
Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas
Pada kavitas bayangan, berupa cincin
Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi
Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.
Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.

Data dasar pengkajian
Pola aktivitas dan istirahat
Data subjektif
Data objektif
Rasa lemah cepat lelah
Aktivitas berat timbul
sesak (nafas pendek)
sulit tidur
demam
menggigil
berkeringat pada malam hari.
Takikardia
takipnea/dispnea saat kerja
sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru)
demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
Pola nutrisi
Data subjektif
Data objektif
Anoreksia
Mual
tidak enak diperut
penurunan berat badan.
Turgor kulit jelek
kulit kering/bersisik
kehilangan lemak sub kutan.
Respirasi
Data subjektif
Data objektif
Batuk produktif/non produktif sesak napas
sakit dada.
Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent
mukoid kuning atau bercak darah
pembengkakan kelenjar limfe
terdengar bunyi ronkhi basah
kasar di daerah apeks paru
sesak napas
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.)
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural)
Rasa nyaman/nyeri
Data subjektif
Data objektif
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Berhati-hati pada area yang sakit
prilaku distraksi
Gelisah
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
Integritas ego
Data subjektif
Data objektif
Faktor stress lama
masalah keuangan
perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Menyangkal (selama tahap dini)
Ansietas
Ketakutan
mudah tersinggung.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis paru adalah sebagai berikut:
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial.
Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif

INTERVENSI KEPERAWATAN
Bersihan jalan napas tidak efektif
Tujuan:
Mempertahankan jalan napas pasien
Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas
Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi
Intervensi
Rasional
Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan penggunaan otot aksesori
Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat.
Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam.
Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.
Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan
Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
Mencegah pengeringan membran mukosa

Gangguan pertukaran gas
Tujuan:
Melaporkan tidak terjadi dispnea.
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
Bebas dari gejala distress pernapasan.

Intervensi
Rasional
Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.
Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku.
Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.
Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas.
Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan.
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
Monitor GDA.
Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya PaC02 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih. adekuat atau perubahan terapi.
Berikan oksigen sesuai indikasi.
Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru.

Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi
Tujuan:
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang. aman.

Intervensi
Rasional
Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui bronkus pada jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi.
Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran infeksi.
Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan yang tertutup jika batuk.
Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
Gunakan masker setiap melakukan tindakan.
Mengurangi risiko penyebaran infeksi
Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis paru, seperti: alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, menggunakan obat penekan imun/ kortikosteroid, adanya diabetes melitus, kanker.
Pengetahuan tentang faktor-faktor ini membantu pasien untuk mengubah gaya hidup dan menghindari/mengurangi keadaan yang lebih buruk.
Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani.
Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan:
Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi
Rasional
Catat status nutrisi pasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah atau diare.
berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat.
Kaji pola diet pasien yang disukai/tidak disukai.
Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien.
Monitor intake dan output secara periodik.
Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar.
Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
Anjurkan bedrest.
Membantu menghemat energi khusus saat demam terjadi peningkatan metabolik.
Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.
Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.
Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan metabolik dan diet.
Konsul dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan.
Membantu menurunkan insiden mual dan muntah karena efek samping obat.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan.
Tujuan:
Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru.

Intervensi
Rasional
Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya.
Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada kemarnpuan pasien.
Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya: nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran.
Indikasi perkembangan penyakit atau efek samping obat yang membutuhkan evaluasi secepatnya.
Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien.
Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan. Jangan menyangkal.
Menurunkan kecemasan. Penyangkalan dapat memperburuk mekanisme koping.
Berikan gambaran tentang pekerjaan yang berisiko terhadap penyakitnya misalnya: bekerja di pengecoran logam, pertambangan, pengecatan.
Debu silikon beresiko keracunan silikon yang mengganggu fungsi paru/bronkus.
Anjurkan untuk berhenti merokok.
Merokok tidak menstimulasi kambuhnya Tuberkulosis; tapi gangguan pernapasan/ bronchitis





















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.
Saran
Agar seluruh orang tahu bahwa penyakit tuberculosis sangat berbahaya dan mempelajari apa sebenarnya penyakit tuberkulosis itu


19






Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.