askep trauma dada.docx

May 23, 2017 | Autor: Husnunnisa Abbas | Categoria: Dada, Trauma, Kesehatan, Keperawatan, Asuhan keperawatan, Sistem Pernafasan
Share Embed


Descrição do Produto





17

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Trauma torak semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.· Di Amerika Serikat didapatkan 180.000 kematian pertahun karena trauma. 25 % diantaranya karena trauma torak langsung, sedangkan 5 % lagi merupakan trauma torak tak langsung atau penyerta
RUMUSAN MASALAH

Apa Definisi trauma dada ?
Apa Etiologi trauma dada ?
Bagaimana Manifestasi klinis trauma dada !
Apa Patofisiologi trauma dada ?
Bagaimana Pemeriksaan diagnostik !
Bagaimana Perawatan dan pengobatan!
Bagaimana menyusun Konsep asuhan keperawatan !
TUJUAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap klien trauma dada

Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini, peserta diik akan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang trauma dada
Mengidentifikasi klasifikasi trauma dada.
Mengidentifikasi masalah-masalah mendesak akibat trauma dada.
Menguraikan patofisiologi dari trauma dada.
Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan trauma dada
Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan trauma dada
Mengidentifikasi penatalaksanaan keperawatan mandiri dan kolaboratif pada kasus trauma dada.
Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan trauma dada
Mengidentifikasi penatalaksanaan keperawatan mandiri dan kolaboratif pada kasus trauma dada.

MANFAAT PENULISAN

Mengetahui definisi trauma dada
Mengetahui etiologi trauma dada
Mengetahui manifestasi trauma dada
Mengetahui patofisiologi trauma dada
Mengetahui pemeriksaan diagnostic
Mengetahui perawatan dan pengobatan trauma dada
Mengetahui cara menyusun konsep asuhan keperawatan



BAB II
PEMBAHASAN

DEFINISI
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang-tulang sangkar dada, pleura dan paru-paru, diafragma ,atau organ-organ dalam mediastinum baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.
Cedera pada dada secara luas diklasifikasikan menjadi dua kelompok: cedera penetrasi dan tumpul. Cedera penetrasi (misalkan: pneumotoraks terbuka, hemotoraks, ceder trekheobronkhial, kontusio pulmonal, ruptur diafragma) mengganggu integritas dinding dada dan mengakibatkan perubahan dalam tekan intratoraks. Cedera tumpul (nonpenetrasi) (mis. Pneumotoraks tertutup, pneumotoraks tensi, cedera trakheobronkhial, flail chest, rupture diafragma, cedera mediastinal, fraktur rusuk) merusak struktur didalam rongga dada tanpa mengganggu integritas dinding dada.
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999 dan Lap. UPF bedah, 1994).
ETIOLOGI
Penyebab utama cedera pada dada adalah kecelakaan kendaraan bermotor, misalnya sepeda motor atau mobil. Pukulan benda-benda tumpul pada dada, atau akibat terjatuhnya juga dapat menyebabkan cedera dada nonpenetrasi. Luks penetrasi umumnya diakibatkan oleh tusukan senjata tajam atau luka akibat tembakan.
Trauma dada dapat disebabkan oleh :
a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.
b. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.
Tusukan paru dengan prosedur invasif.
c. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.
d. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)
e. Fraktu tulang iga
f. Tindakan medis (operasi)
g. Pukulan daerah torak

MANIFESTASI KLINIS

Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
Dyspnea, takipnea
Takikardi
Tekanan darah menurun.
Gelisah dan agitasi
Kemungkinan cyanosis.
Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.

PATOFISIOLOGI
Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentukkompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum,trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru. Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade spada jantung, atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru

Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan

Flail Chest , yaitu suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengankeseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanyasemen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadisesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yangserius.Sedangkan trauma dada/ thorax dengan benda tajam seringkali berdampaklenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Bendatajam dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan merobek pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisitusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada(Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan peningkatantekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura jikatertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara progresifdalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax ,
 penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung. Adapungambaran proses perjalanan patofisiologi lebih lanjut dapat dilihat pada skema


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Radiologi : foto thorax (AP).
Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
Hemoglobin : mungkin menurun.
Pa Co2 kadang-kadang menurun.
Pa O2 normal / menurun.
Saturasi O2 menurun (biasanya).
Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,
PENATALAKSANAAN
Terapi :
a. Nyeri biasanya berkurang dengan analgetik oral, seperti :
Hidrokodon atau kodein dengan kombinasinya aspirin atau asetaminofen setiap 4 jam.
b. Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat fraktur iga.
1. Bupivakain (Marcaine), 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di sekitar n. interkostalis pada iga yang fraktur, serta iga-iga di atas dan di bawah yang cidera.
2. Tempat penyuntikan dibawah tepi bawa iga, antara tempat fraktur dan prosesus spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah interkostales dan parenkim paru.
c. Pengikatan dada yang kuat tidak dianjurkan karena dapat membatasi pernapasan. Sabuk iga yang mudah dilepas, dikaitkan dengan Velcro dapat memberikan rasa nyaman, tetapi pasien harus diingatkan tentang perlunya bernapas dalam dan panjang secara periodic untuk mencegah hipoaerasi, retensi secret, dan pnemounia.
Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun relaksan otot merupakan pengobatan yang adekuat. Pada cidera yang lebih hebat, perawatan rumah sakit diperlukan untuk menghilangkan rasa nyeri, penanganan batuk, pengisapan endotrakeal.
1. Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif (analgetika)
2. Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks, pneumotoraks)
3. Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit pneumotoraks, hematotoraks, atau kerusakan organ
intratoraks lain, adalah:
Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)
Bronchial toilet
Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah
Cek Foto Ro berkala

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rontgen toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera toraks yang lain, namun tidak perlu identifikasi fraktur iga.
pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
Pemeriksaan jumlah darah lengkap
Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal





BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN

Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Apa yang menjadi alasan pasien datang ke RS atau tempat pelayanan kesehatan. Biasanya pasien dengan fraktur mengeluh nyeri didaerah yang mengalami fraktur.
2. Riwayat Keluhan Utama
Apa yang menjadi penyebab keluhan utama, yang memberatkan dan meringankan, seberapa berat keluhan dirasakan, seberapa sering terjadinya, lokasi keluhan serta apakah terjadi mendadak atau bertahap. Biasanya pasien merasa nyeri pada saat mobilitas, pada daerah fraktur.
3. Riwayat Kesehatan yang dulu
Keadaan yang dapat berhubungan dengan dihadapi pasien saat ini, seperti keadaan umum kesehatan yang berupa penyakit-penyakit yang pernah dialami.


4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga diperlukan untuk menelusuri kemungkinan adanya kecenderungan berhubungan dengan faktor ginetik, namun fraktur tidak ada hubungan dengan herediter karena faktornya hanya kecelakaan.
5. Riwayat Psikososial
Mengkaji situasi lingkungan, separti kebiasaan hidup pasien, pola aktivitas, keadaan mental pasian. Bisanya pasien dengan fraktur marasa kurang percaya diri, karena adanya perubahan status kesehatan.

PEMERIKSAAN FISIK

Sistem Pernapasana.
Sesak napas 
Nyeri, batuk-batuk
Terdapat retraksi klavikula/dada
Pengambangan paru tidak simetris
Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani,hematotraks (redup)
Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang
Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. 
Gerakan dada tidak sama waktu bernapas

Sistem Kardiovaskuler
a. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
b. Takhikardia, lemah
c. Pucat, Hb turun /normal
d. Hipotensi.

Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.
Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan.
Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.
Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
a. Kemampuan sendi terbatas 
b. Ada luka bekas tusukan benda tajam
c. Terdapat kelemahan
d. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
7. Sistem Endokrine :
a. Terjadi peningkatan metabolisme 
b. Kelemahan.
8. Sistem Sosial / Interaksi : Tidak ada hambatan.
9. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
 
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.


INTERVENSI
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan trauma thorax (Wilkinson, 2006) meliputi :
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma.
Tujuan : Bersihan jalan napas kembali efektif
Kriteria hasil :
Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.
Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
INTERVENSI
RASIOANAL
Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.


Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.

Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan
Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.

Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam :
Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.
rasiobalnya : Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.
Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.
rasionalnya : Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.
Observasi gelembung udara botol penempung.
gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.

Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu.
rasionalnya b: osisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.

 
Diagnosa II : Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Jalan napas lancar/normal
Kriteria hasil :
Menunjukkan batuk yang efektif.
Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.
Klien nyaman.
INTERVENSI
RASIONAL
Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.

Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik
Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.

Diagnosa III : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
rasionalnya : mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
rasionalnya : mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah
Pantau peningkatan suhu tubuh.
Rasionalnya : suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.


Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas
tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.

Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.

Rasionalnya : agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.
Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.




BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

bahwaTrauma Dada/ Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yangmenyebabkan abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk padathorax akibat trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax,Tamponade Jantung, dan sebagainya.
Trauma dada diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu : cedera penetrasi dan tumpul. Cedera penetrasi (misalkan: pneumotoraks terbuka, hemotoraks, ceder trekheobronkhial, kontusio pulmonal, ruptur diafragma) mengganggu integritas dinding dada dan mengakibatkan perubahan dalam tekan intratoraks. Cedera tumpul (nonpenetrasi) (mis. Pneumotoraks tertutup, pneumotoraks tensi, cedera trakheobronkhial, flail chest, rupture diafragma, cedera mediastinal, fraktur rusuk) merusak struktur didalam rongga dada tanpa mengganggu integritas dinding dada.
SARAN
Agar setelah membaca makalah ini mahasiswa/pembacanya dapat mengetahui penyebab dan bahaya dari trauma dada.

DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin. Effendy Christantie. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku kedokteran EGC.
http://nurse87.wordpress.com. 2009-04-28.asuhan keperawatan trauma dada. html

http: //rikayuhelmi116.wordpress.com. 2012-12-09. Asuhan keperawatan pada klien dengan trauma thorak. Html

http: http: Trauma Dada ~ Keperawatan medikal bedah.com

http: Trauma Thorax. Com

Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC





Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.