Buah Delima.docx

May 27, 2017 | Autor: Puspa Callista | Categoria: Pharmacy
Share Embed


Descrição do Produto

2

BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab ini di bahas mengenai (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, dan (3) tujuan penelitian yang dipaparkan sebagai berikut.

Latar Belakang
Menurut (Richard, 2008) tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Muhammadun (2010) mengungkapkan di India jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002, di Cina 98,5 juta orang yang mengalami hipertensi, di bagian Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi dan di Amerika 65 juta orang mengidap hipertensi.
Angka kejadian hipertensi di Indonesia mencapai 17-21 % dari populasi dan kebanyakan tidak terdeteksi (Muhammadun, 2010). Astawan (2002), menjelaskan bahwa hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2009 menunjukkan rata-rata penyakit hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 orang. Berdasarkan analisis prevalensi yang dilakukan oleh Puslitbang dan Kebijakan Kesehatan (2008), hasilnya menunjukkan bahwa 34.9 % penduduk Indonesia terkena hipertensi. Prevalensi terbesar terdapat di propinsi Kepulauan Riau sebesar 45.0 %, Papua sebesar 24.7 %, Jawa dan Bali sebesar 22.24 % dan Sumatera sebesar 9,17 %.
Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transport oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun pembentukan cairan cerebrospinalis. Sehingga mekanisme pengendalian tekanan darah penting dalam rangka memeliharanya sesuai dengan batas-batas normalnya, yang dapat mempertahankan sistem sirkulasi dalam tubuh (Gunawan, 2001).
Menurut (Ibnu, 1996) terdapat beberapa pusat yang mengawasi dan mengatur perubahan tekanan darah, yaitu :
Sistem syaraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat di batang otak, misalnya pusat vasomotor dan diluar susunan syaraf pusat, misalnya baroreseptor dan kemoreseptor.
Sistem humoral atau kimia yang dapat berlangsung lokal atau sistemik, misalnya rennin-angiotensin, vasopressin, epinefrin, norepinefrin, asetilkolin, serotonin, adenosine dan kalsium, magnesium, hydrogen, kalium, dan sebagainya.
Sistem hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah, susunan kapiler, serta perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik di bagian dalam dan di luar sistem vaskuler (Ibnu, 1996). Menurut Budiyanto (2002), bahwa tekanan darah sistolik (atas) adalah puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama (Korotkoff I) pada alat pengukur darah. Tekanan darah diastolik (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. Tekanan darah diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi (Korotkoff V) (Budiyanto, 2002).
Dalam satu dekade terakhir, sebanyak 80% orang di dunia bergantung pada pengobatan tradisional untuk perawatan kesehatan mereka. Salah satu tanaman obat yang digunakan adalah buah delima. Buah Delima (Punica granatum) merupakan salah satu buah terbanyak di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Terdapat beberapa jenis buah delima, yaitu delima merah berbunga merah, delima putih berbunga putih, delima susu wantah berbunga merah, dan delima hitam yang berbunga merah serta kulit buahnya berwarna ungu tua. Dari keempat jenis buah delima tersebut, yang paling terkenal adalah buah delima putih dan delima merah yang biasanya digunakan sebagai tanaman hias, dapat dikonsumsi buahnya, dan obat yang bermanfaat bagi kesehatan.
Pemanfaatan buah delima untuk keperluan kesehatan telah dilakukan sejak berabad tahun yang lalu. Delima memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Di Indonesia, delima putih dan delima merah digunakan sebagai obat diare, obat cacing, obat osteoartritis, mengobati hiperlipidemia, antihipertensi, antiinflamasi, antiseptik, antiperdarahan, antipiretik, antitusif, obat asma serta dapat melembabkan kulit. Semua pohon delima memiliki kulit yang terasa asam, begitu pula akarnya. Rasa asam tersebut merupakan tanda bahwa di dalam delima terkandung tanin yang merupakan senyawa polifenol. Delima juga mengandung flavonoid yang merupakan senyawa fenol yang banyak terdapat di alam, berfungsi sebagai zat pemberi warna merah, ungu, biru, dan kuning pada tumbuhan. Dalam bidang kesehatan mulut, kulit buah delima putih dan delima merah dimanfaatkan sebagai obat stomatitis, abses periapikal, ulserasi, agen antibakteri, dan antifungi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, ditulislah makalah dengan judul
Pemanfaatan Sari Buah Delima untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut:
apa sajakah kandungan yang terdapat dalam sari buah delima?
bagaimana pemanfaatan sari buah delima untuk menurunkan tekanan darah ?

Tujuan
Tujuan dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut:
untuk memaparkan kandungan dalam sari buah delima.
untuk memaparkan pemanfaatan sari buah delima untuk menurunkan tekanan darah tinggi.






BAB II
PEMBAHASAN

Pembahasan masalah akan menyajikan tentang (1) kandungan yang terdapat dalam sari buah delima, (2) pemanfaatan sari buah delima untuk menurunkan tekanan darah tinggi (3) cara pembuatan sari buah delima.

Kandungan yang Terdapat dalam Sari Buah Delima
2.1.1 Sejarah Perkembangan Buah Delima
Menurut Fransiska (2011), Delima (punica granatum) adalah tanaman buah-buahan yang dapat tumbuh hingga 5–8 m. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Iran, namun telah lama dikembangbiakkan di daerah Mediterania. Bangsa Moor memberi nama salah satu kota kuno di Spanyol, Granada berdasarkan nama buah ini. Tanaman ini juga banyak ditanam di daerah Cina Selatan dan Asia Tenggara.
Delima berasal dari Timur Tengah, tersebar di daerah subtropik sampai tropik, dari dataran rendah sampai di bawah 1.000 m dpl. Tumbuhan ini menyukai tanah gembur yang tidak terendam air, dengan air tanah yang tidak dalam. Delima sering ditanam di kebun-kebun sebagai tanaman hias, tanaman obat, atau karena buahnya yang dapat dimakan.
Bentuk pohon perdu atau pohon kecil dengan tinggi 2–5 m. Batang berkayu, ranting bersegi, percabangan banyak, lemah, berduri pada ketiak daunnya, cokelat ketika masih muda, dan hijau kotor setelah tua. Daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya berkelompok. Helaian daun bentuknya lonjong sampai lanset, pangkal lancip, ujung tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan mengkilap, panjang 1–9 cm, lebar 0,5–2,5 cm, warnanya hijau.
Bunga tunggal bertangkai pendek, keluar di ujung ranting atau di ketiak daun yang paling atas. Biasanya, terdapat satu sampai lima bunga, warnanya merah, putih, atau ungu. Berbunga sepanjang tahun. Buahnya buah buni, bentuknya bulat dengan diameter 5–12 cm, warna kulitnya beragam, seperti hijau keunguan, putih, cokelat kemerahan, atau ungu kehitaman. Kadang, terdapat bercak-bercak yang agak menonjol berwarna tebih tua. Bijinya banyak, kecil-kecil, bentuknya bulat panjang yang bersegi-segi agak pipih, keras, tersusun tidak beraturan, warnanya merah, merah jambu, atau putih.

2.1.2 Kandungan dalam Sari Buah Delima
Beberapa flavonoid yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan memiliki khasiat antioksidan. Salah satu komponen flavonoid dari tumbuh- tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai antioksidan adalah zat warna alami yang disebut antosianin. Warna merah pada delima disebabkan oleh kandungan antosianin yang cukup tinggi pada buah delima. Antosianin yang dapat diidentifikasi pada buah delima merah antara lain delphinidin 3-glucoside dan 3,5-diglucoside, cyanidin 3-glucoside dan 3,5-diglucoside, pelargonidin 3-glucoside dan 3,5-diglucoside. Rasa kesat pada buah delima disebakan oleh kandungan flavonoid (golongan polifenol) yang tinggi. Salah satu peran flavonoid yang penting adalah sebagai antioksidan. Flavonoid dapat menstabilkan senyawa oksigen reaktif yang dapat mengurangi kerusakan akibat radikal bebas (Yanjun, 2009).
Komposisi gizi per 100 gram bagian yang dapat dimakan dari buah delima adalah: energi 68 kkal, air 81 g; protein 0,95 g; lemak 0,3 g; karbohidrat 17,2 g. Kandungan penting lain yang terdapat pada delima adalah golongan polifenol yang merupakan senyawa terbesar yang ditemukan pada tumbuhan, seperti flavonoid dan tanin. Akar buah delima mengandung alkaloid pelletierine.
Kulit buah dan kulit batang delima mengandung 20-30 persen. Elligatanin (tanin), triterpenoid dan 0,5-1 persen alkaloid yang terdiri dari pelletierine yang toksik atau beracun, methylpelletierine, dan pseudopelletierine. Kulit kayu dengan per 100 g (3.5 oz). Energi 346 kJ (83 kcal), Karbohidrat 18,7 g, Gula 13.7 g, Diet serat 4,0 g, Lemak 1,2 g, Protein 1,7 g, Thiamine (Vit. B1) 0.07 mg (5%), Riboflavin (Vit. B2) 0,05 mg (3%), Niacin (Vit. B3) 0,29 mg (2%), Asam pantotenat (B5) 0,38 mg (8%), Vitamin B 6 0,08 mg (6%), Folat (Vit. B9) 38 mg (10%), Vitamin C 10 mg (17%), Kalsium 10 mg (1%), Besi 0,30 mg (2%), Magnesium 12 mg (3%), Fosfor 36 mg (5%), Kalium 236 mg (5%), dan Seng 0,35 mg (3%) (Dharma, 2013).
Selain kandungan vitamin A, C dan E, dan asam folik yang sudah terkenal manfaatnya, berikut beberapa zat aktif yang terkandung dalam buah delima yang menjadikan buah ini sarat akan manfaat.
Zat Tanin Buah Delima Bermanfaat Bagi Pencernaan
Buah delima mengandung zat tanin yang tinggi, yaitu salah satu senyawa yang terdapat pada tanaman yang merupakan salah satu komponen astrigen dengan kemampuan mengikat dan mengendapkan protein sehingga bisa diaplikasikan dalam pengobatan perdarahan (hemostatik), ulkus peptikum (luka terbuka pada lapisan lambung atau usus 12 jari), wasir dan diare dengan cara menyusutkan selaput lendir usus sehingga cairan diare berkurang.
Zat Kalium Buah Delima Bermanfaat Bagi Jantung Setiap 100 gram biji buah delima yang dapat langsung dimakan, mengandung kalium 259 mg/gr yang dianggap sebagai komponen penting bagi kesehatan jantung.
Zat Antioksidan Buah Delima Bermanfaat Bagi Sel-sel Dalam TubuhBuah delima memiliki kandungan antioksidan 3 kali lebih banyak dibandingkan wine dan teh hijau dengan kandungan flavanoid yang berperan penting dalam mencegah radikal bebas dalam tubuh, sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak serta memberikan perlindungan pada kulit. Sehingga tidak jarang buah delima menjadi salah satu bahan utama dalam berbagai macam produk perawatan kulit.
Bahkan kandungan antioksidan dalam buah delima jumlahnya tiga kali lebih banyak daripada wine atau teh hijau. Peneliti dari Vanderbilt University Medical Center menemukan bahwa orang yang meminum jus 3 kali atau lebih dalam seminggu, dapat menurunkan risiko terkena alzheimer hingga 76% dibandingkan orang yang tidak minum jus sama sekali (Yusuf, 2013).



2.2 Pemanfaatan Sari Buah Delima untuk Menurunkan Tekanan Darah
Tinggi
2.2.1 Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis (WHO,1999).
Batasan mengenai hipertensi mengalami perkembangan seperti terlihat dari berbagai klasifikasi yang banyak mengalami perubahan. Kaplan (1985) menyusun klasifikasi dengan membedakan usia dan jenis kelamin. Klasifikasi tersebut adalah pria yang berusia 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mm Hg atau lebih. Sedangkan wanita yang mempunyai tekanan darah 160/95 mm Hg atau lebih dinyatakan hipertensi.
Klasifikasi menurut WHO (1999) disebut bahwa yang dikatakan hipertensi apabila mempunyai tekanan darah sisitoliknya 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya 90 mmHg. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg atau tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan (Gray, 2005).
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Menurut Gray dkk (2005), sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, diantaranya adalah penyakit parenkim ginjal (3%), penyakit renovaskuler (1%), kelainan endokrin (1%), koarktasio aorta, kaitan dengan kehamilan, dan akibat penggunaan obat. Hipertensi yang telah diketahui penyebabnya disebut dengan hipertensi sekunder (Gray, 2005).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh kejadian hipertensi).
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab, beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hipertensi esensial adalah salah satu faktor resiko penting untuk terjadinya penyakit cerebrovaskuler dan penyakit jantung koroner. Hipertensi esensial merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang cukup banyak dalam masyarakat. Bila dilihat persentase kasus hipertensi secara keseluruhan, maka kasus hipertensi esensial meliputi lebih kurang 90-95% dan 5-10% lainnya adalah kasus hipertensi sekunder (Budiyanto,2002). Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya.
Penderita hipertensi esensial sering tidak menimbulkan gejala sampai penyakitnya menjadi parah. Bahkan sepertiganya tidak menunjukkan gejala selama 10 atau 20 tahun. Penyakit hipertensi sering ditemukan sewaktu pemeriksaan kesehatan lengkap, dengan gejala sakit kepala, pandangan kabur. Gejala-gejala lain merasa letih, badan terasa lemah, palpitasi atau jantung berdebar-debar dengan cepat dan keras bisa teratur atau tidak, dan susah tidur (Sidabutar dan Prodjosujadi, 1990).
Diagnosis dari hipertensi esensial ditegakkan oleh eksklusi, apabila tidak ada sebab-sebab patologis yang terang. Apabila karena kemajuan penelitian lebih banyak ditemukan faktor-faktor lain dari patologi yang mendasari tekanan darah tinggi, diagnosis hipertensi esensial jumlahnya akan mengurang. Hipertensi esensial diperkirakan banyak terdapat pada keluarga tertentu secara turun-menurun, dasarnya adalah adanya faktor genetik yang dapat bersifat single dominant gene atau dapat pula poligenik. Pada penelitian yang dilakukan ternyata bahwa peningkatan tekanan darah sebetulnya sudah mulai pada umur sekitar 20-30 tahun, tetapi baru akan nyata gejalanya pada umur yang lebih lanjut, yaitu pada umur 50 tahun atau lebih. Biasanya pada penderita berumur lebih dari 50 tahun dan tidak dapat ditemukan faktor-faktor etiologi yang pasti, maka dibuat diagnosis hipertensi esensial (Tierney, 2001).
Patogenesis hipertensi dimulai dari tekanan darah yang dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer serta dipengaruhi juga oleh tekanan atrium kanan. Pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap. Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi esensial terjadi secara bertahap dalam waktu yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu yang singkat (Ibnu, 1996).
Peningkatan curah jantung dan tahanan perifer dapat terjadi akibat dari berbagai faktor seperti genetik, aktivitas saraf simpatis, asupan garam, dan metabolisme natrium dalam ginjal dan faktor endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi esensial (Sidabutar dan Prodjosujadi,1990). Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial dapat dibuktikan dengan kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada pasien kembar monozigot dari pada heterozigot, jika salah satu diantaranya menderita hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Sidabutar dan Prodjosujadi, 1990).
Faktor lain yang ikut berperan, yaitu sistem reninangiotensin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah. Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan pada timbulnya hipertensi (Susalit dkk, 2001). Faktor lain adalah faktor lingkungan seperti stres psikososial, obesitas, merokok, dan kurang olah raga juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi primer (susalit dkk, 2001).
Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi, dibuktikan pula bahwa faktor ini berkaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari. Obesitas atau kelebihan berat badan akan meningkatkan kerja jantung dan dapat mengebabkan hipertropi jantung dalam jangka lama dan tekanan darah akan cenderung naik. Selain itu fungsi endokrin juga terganggu, sel-sel beta pancreas akan membesar, insulin plasma meningkat, dan toleransi glukosa juga meningkat (Kaplan, 1983).
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Stres yang berlangsung lama akan dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap (Susalit dkk, 2001). Dalam keadaan stres pembuluh darah akan menyempit sehingga menaikkan tekanan darah. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang ada dalam rokok yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses arteriosclerosis dan tekan darah tinggi. Selain itu, merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung (Kaplan, 1983).
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi, Dimana peminum alkohol akan cenderung hipertensi (Sidabutar dan Prodjosujadi, 1990). Namun diduga, peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Alkohol juga diduga mempunyai efek pressor langsung pada pembuluh darah, karena alkohol menghambat natrium dan kalium, sehingga terjadi peningkatan natrium intrasel dan menghambat pertukaran natrium dan kalsium seluler yang akan memudahkan kontraksi sel otot. Otot pembuluh darah akan menjadi lebih sensitive terhadap zat-zat pressor (pemicu tekanan) seperti angiotensin dan katekolamin.

2.2.2 Manfaat Sari Buah Delima untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
Khasiat buah delima antara lain adalah untuk mencegah berbagai penyakit, antara lain gangguan perut, jantung, kanker, gigi, rematik, kurang darah, dan diabetes. Sari buah delima mengandung flavonoid, antioksidan kuat untuk mencegah radikal bebas di dalam tubuh, sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan mampu memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung, kanker kulit, dan kanker prostat, mencegah penyumbatan pada pembuluh darah arteri oleh kolesterol yang dapat menyebakan darah tinggi.
Sebagai penyedia antioksidan berupa sari buah delima (jus), banyak mengandung flavonoid kaya dengan anti karsinogenik, yaitu senyawa antioksidan yang mampu mencegah radikal bebas di dalam tubuh sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Mampu memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung, kanker kulit, dan kanker prostat. Antioksidan yang terkandung di dalamnya membantu mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah arteri oleh kolesterol, khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi, delima membantu mengatur gula darah, meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, mampu melawan peradangan, dan meningkatkan berbagai faktor lain yang terlibat dalam sindrom metabolis yang kerap dikaitkan dengan obesitas dan pemicu diabetes. Karena efek ini, delima dapat membantu penurunan berat badan, dan jus delima dapat menyebabkan kematian sel kanker.

Cara Pembuatan Sari Buah Delima
Buah delima di Indonesia kurang mendapat perhatian. Pada umumnya buah delima hanya ditanam sebagai tanaman hias dan sangat jarang di budidayakan secara umum di Indonesia. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat dari buah delima itu sendiri sedangkan di Amerika bagian California buah delima telah di budidayakan secara besar-besaran sebagai komoditas perkebunan, karena buah ini mempunyai kandungan antosianin dan polifenol yang merupakan agensia antioksidan. Di Amerika, produk sari buah delima dikenal sebagai jenis minuman kesehatan terbaru (Wijanarko, 2008).
Minuman sari buah delima dikenal sebagai sari buah sehat, tinggi khasiatnya. Sari buah delima tinggi kandungan ion kalium (potasium), vitamin A, C dan E serta asam folic. Dari bagian biji yang dapat dimakan, kandungan kalium per 100 gram (259 mg/gr), energi 63 kal, 30 mg vitamin C. Komponen ini dianggap sangat penting bagi kesehatan jantung (Erin, 2012).
Sari buah delima juga tinggi kandungan flavonoidnya, suatu jenis antioksidan kuat yang penting perannya untuk mencegah berkembangnya radikal bebas di dalam tubuh sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, serta mampu dalam memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung, kanker kulit, dan kanker prostat. Antioksidan yang terkandung didalamnya membantu mencegah penyumbatan pada pembuluh darah arteri oleh kolesterol (Erin, 2012).
Sari buah delima dapat dibuat dengan mudah yakni, hanya membutuhkan beberapa delima yang telah dibersihkan dari kulitnya. Kemudian di blender, ditambahkan gula dan di saring. Hingga didapati sari buah delima yang siap diminum dan berkhasiat bagi kesehatan tubuh (Astuti, 2013).








BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Komposisi gizi per 100 gram bagian yang dapat dimakan dari buah delima adalah: energi 68 kkal, air 81 g; protein 0,95 g; lemak 0,3 g; karbohidrat 17,2 g. Kandungan penting lain yang terdapat pada delima adalah golongan polifenol yang merupakan senyawa terbesar yang ditemukan pada tumbuhan, seperti flavonoid dan tanin. Akar buah delima mengandung alkaloid pelletierine. Kulit buah dan kulit batang delima mengandung 20-30 persen. Elligatanin(tanin), triterpenoid ,dan 0,5-1 persen alkaloid yang terdiri dari pelletierine yang toksik atau beracun, methylpelletierine, dan pseudopelletierine. Kulit kayu dengan per 100 g (3.5 oz). Energi 346 kJ (83 kcal), Karbohidrat 18,7 g, Gula 13.7 g, Diet serat 4,0 g, Lemak 1,2 g, Protein 1,7 g, Thiamine (Vit. B1) 0.07 mg (5%), Riboflavin (Vit. B2) 0,05 mg (3%), Niacin (Vit. B3) 0,29 mg (2%), Asam pantotenat (B5) 0,38 mg (8%), Vitamin B 6 0,08 mg (6%), Folat (Vit. B9) 38 mg (10%), Vitamin C 10 mg (17%) Kalsium 10 mg (1%), Besi 0,30 mg (2%), Magnesium 12 mg (3%) Fosfor 36 mg (5%), Kalium 236 mg (5%), dan Seng 0,35 mg (3%).
2. Khasiat buah delima antara lain adalah untuk mencegah berbagai penyakit, antara lain gangguan perut, jantung, kanker, gigi, rematik, kurang darah, dan diabetes. Sari buah delima mengandung flavonoid, antioksidan kuat untuk mencegah radikal bebas di dalam tubuh, sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan mampu memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung, kanker kulit, dan kanker prostat, mencegah penyumbatan pada pembuluh darah arteri oleh kolesterol yang dapat menyebakan darah tinggi.


Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.