cara dan proses turunnya alqur\'an

July 5, 2017 | Autor: Azizah Nur Rahmawati | Categoria: Islamic Studies, Alquran Studies, Ilmu Alquran
Share Embed


Descrição do Produto

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan mengetahui isi makalah yang bertema cara dan proses
diturunkannya al-Qur'an kita dapat mengetahui bagaimana cara-cara al-Qur'an
itu diturunkan serta bisa mengulas kembali sejarah tentang sedikit proses
penerimaan wahyu pertama Nabi Muhammad, yaitu diturunkannya al-Qu'an. Maka
dari itu kita akan tau hikmah diturunkannya al-Qur'an, yang bagaimana telah
diturunkan secara berangsur-angsur.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses al-Qu'an itu di turunkan menurut para ahli?
2. Mengapa al-Qur'an berbahasa Arab?
3. Apa hikmah diturunkannya al-Qur'an secara berangsur-angsur?

C. Tujuan

1. Mengetahui proses ditunkannya al-qur'an menurut para ahli
2. Mengerti alas an al-Qu'an berbahasa Arab
3. Mengetahui hikmah dari diturunkannya al-Qur'an secara berangsur-
angsur









BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara dan Proses Turunnya al-Qur'an

Al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui proses yang disebut inzal, yaitu proses perwujudan al-Qur'an
(izhhar al-Qur'an) dengan cara: Allah mengajarkan kepada malaikat Jibril,
kemudian Jibril menyampaikannya kepada nabi Muhammad SAW. Ada juga ulama
yang membedakan antara al-inzal dan al tanzil. Yang pertama berarti proses
turunnya al-Qur'an ke al-lawh al-mahfuzh, sedangkan yang kedua berarti
proses penyampaian al-Qur'an dari al-lawh al-mahfuzh kepada nabi melalui
Jibril.[1]

Terdapat beberapa pendapat beberapa pendapat mengenai proses turunnya
al-Qur'an kepada nabi Muhammad SAW, antara lain sebagai berikut:

1. Al-Qur'an diturunkan sekaligus ke al-lawh al-mahfuzh, sebagaimana
firman Allah dalam QS. Al-Buruj/85:21-22:

فِىۡ لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ ,بَلۡ هُوَ قُرۡاٰنٌ مَّجِيۡدٌ ۙ

"Bahkan (yang didustakan mereka itu) ialah al-Qur'an yang mulia.
Yang tersimpan di al-lawh al-mahfuzh."[2]

2. Al-Qur'an diturunkan ke al-lawh al-mahfuzh ke langit bumi
sekaligus, kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada
Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun, sebagai firmannya dalam QS.
Al-Baqarah/2:185

"Bulan Ramadhan bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan batil)."[3]

B. Proses Turunnya al-Qur'an Menurut Para Ahli



Al-Zarqani dalam Manahil al-'Irfan berpendapat bahwa proses turunnya
al-Qur'an terdiri atas 3 tahapan: pertama, turunnya al-Qur'an ke al-lawh al-
mahfuzh; kedua, dari al-lawh al-mahfuzh ke bayt al-'izzah; dan ketiga, dari
bayt al-'Izzah kepada nabi Muhammad SAW. Al-Zarqani membahas masalah ini
secara rinci dengan mengungkapkan beberapa dalil yang mendukungnya.[4]

Sehubungan dengan pewahyuan al-Qur'an, dikemukakan bahwa ia pertama
kali duturunkan pada malam al-qadr atau malam yang diberkahi Tuhan. Malam
ini, menurut penjelasan bagian al-Qur'an lainnya, terjadi pada salah satu
malam di bulan Ramadhan. Sejumlah besar mufassir berupaya
menginterprestasikan malam tersebut dengan merujuk, yang mengindikasikan
pewahyuan Furqon pada "hari bertemunya dua pasukan"- yakni bertemunya
pasukan Islam dengan bala tentara Quraysi dalam perang Badr- dan menetapkan
tanggal 17 Ramadhan sebagai yang yang dimaksud oleh bagian-bagian al-Qur'an
di atas. Tetapi, sebagaiman telah dijelaskan sebelumnya, pemberian furqon
dalam perang Badr lebih merefleksikan "penyelamatan" atau pertolongan Tuhan
berupa penganugerahan kemenangan kepada kaum Muslimin dalam pertempuran
yang tidak seimbang itu. Lebih jauh, beberapa hadits member penjelasan lain
tentangnya. Sebagian hadits mengemukakan laylatu-l-qadr terjadi pada malam
ganjil di bulan Ramadhan, sementara hadits lain menjelaskannya terjadi pada
malam ganjil di pertigaan terakhir bulan tersebut.[5]

Penurunan pertama al-Qur'an ini setidak-tidaknya dalam bentuk
embrionik dari lawh al-mahfudz ke bayt al-'izzah di langit dunia atau hati
nabi, sebagaiman dikemukakan sejumlah pemikir seperti Al-Ghazali dan Syah
Wali Allah al-Dihlawi. Dari bentuk embrionik ini kemudia berkembang rinci-
rincian al-Qur'an selama kurang lebih 20 (atau 23 atau 25) tahun, selaras
dengan perkembangan misi kenabian Muhammad SAW. Ibn Abbas, salah seorang
sahabat Nabi yang memiliki otorotas dalam study al-Qur'an, misalnya,
mengemukakan bahwa al-qur'an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada
laylat al-qadr, setelah itu bagian demi bagiannya diturunkan secara
berangsur-angsur kepada Muhammad dari waktu ke waktu.[6]

Pendapat di atas dipandang paling sahih dan dipegang mayoritas
sarjan muslim. Tetapi, terdapat juga pandangan minoritas lainnya yang
berkembang di dalam Islam. Sebagian kecil sarjana Muslim, misalnya,
menganggap bahwa al-Qur'an diturunkan kelangit dunia dalam 20 (atau 23 atau
25) kali laylatul qadr. Pada setiap malam tersebut diturunkan wahyu
tersebut untuk kebutuhan satu tahun, yang kemudian disampaikan kepada Nabi
di sepanjang tahun itu secara berangsur-angsur. Sementara minoritas sarjan
Muslim lainnya memandang bahwa permulaan turunnya al-Qur'an adalah pada
malam al-Qadr. Setelah itu wahyu disampaikan dalam beberapa kesempatan
selama masa kenabian Muhammad secara berangsur-angsur.[7]




C. Al-Qur'an Berbahasa Arab



Bentuk lahir Al-Qur'an berbahasa Arab, karena itu kedudukan bahasa
Arab menjadi penting. Bahasa Arab dimuliakan bukan karena iaa sebagai
bahasa cultural atau bahasa ilmiah, sebab dalam hal ini bahasa Persia juga
memegang peranan penting tetapi tidak sama posisinya dengan bahasa Arab.
Bahasa Arab dianggap penting sekali karena menjadi bagian integral al-
Qur'an, yang bunyi dan pengucapannya memegang perana penting dalam ibadah
Islam. Ibadah sholat, misalnya, semua bacaan-bacaannya berbahasa Arab.
Karena itu setiap Muslim dan Muslimah setidaknya harus menghafal ayat-ayat
al-Qur'an tertentu, seperti surat al-Fatihah yang menjadi salah satu syarat
sahnya sholat.[8]

" Tujuh puluh tujuh ribu empat ratus lima puluh lima,sesuai dengan
jumlah kata-kata al-Qur'an yang dikalikan empat. Sebagian ulama salaf
mengatakan setiap kata mempunyai (makna) lahir, batin, ujung, dan
permulaan. Ini ketentuan umum diluar struktur dannn koherensinya. Dalam
hal ini, hanya Allah 'azza wa jalla saja yang mengetahui jumlahnya."

Apabila pendapat diatas berpendapat bahwa kode bahasa dalam proses
komunikasi wahyu adalah bahasa Arab, baik dalam komunikasi vertical (Allah-
Jibril) maupun dalam taraf horizontal (Jibril-Muhammad) maka mengubah
wahyu dari taraf 'ilham ke taraf komunikasi bahasa, maksudnya, tugas
merumuskan bahasa merupakan tugas Jibril pada satu sisi, dan sebagai tugas
Muhammad pada satu sisi lain.[9]




D. Masa Turunnya Al-Qur'an di Bagi Menjadi 2 Periode



Jumbur ulama berpendapat bahwa al-Qur'an diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW selama kurang lebih 23 tahun. Al-Qur'an mulai diturunkan
ketika Nabi Muhammad SAW sedang berkhalwat seorang diri di gua Hira pada
malam Senin, tanggal 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran, bertepatan
tanggal 6 Agustus 610 M. Masa turunnya al-Qur'an dibagi dua periode.
Periode pertama disebut periode Makiyyah, yaitu masa ayat-ayat yang turun
ketika \'Nabi Muhammad SAW masih bermukim di Makah selama 12 tahun 5 bulan
13 beradaZhari, persisnya sejak 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi
sampai permulaan Rabi'ul Awal tahun 54 dari kelahiran Nabi. Peride kedua
disebut periode Madaniah, yaitu masa ayat-ayat yang turun setelah Nabi
Muhammad hijrah ke Madinah, yaitu selama 9 tahun 9 bulan 9 hari; persisnya
dari permulan Rabi'ul Awal tahun 54 dari kelahiran Nabi sampai 9 Zulhijjah
tahun 63 dari kelahiraan Nabi atau tahun 10 Hijrah.

Ayat-ayat yang turun dalam periode Mekah disebut ayat-ayat Makkiyah,
dan ayat-ayatbyang turun dalam periode Madinah diaebut ayat-ayat Madaniyah.
Jika direkapitulasi, al-Qur'an yang terdiri dari 30 juz, jumlah ayat-ayat
Makkiyah sekitar 19/30 dan ayat-ayat Madaniyah sekitar 11/30.[10]




E. Tugas Rosul Hanya Sebagai Penyampai Al-Qur'an

Kata pertama dan dalam Islam, adalah sebuah perintah yang ditujukan
kepada Nabi, yang secara linguistic menunjukkan bahwa penyusunan teks al-
Qur'an berada diluar kewenangan Muhammad.gaya serupa ini tetap
dipertahankan di seluruh isi al-Qur'an. Ia berbicara kepada atau tentang
Nabi dan tidak mengizinkannya berbicara atas kehendaknya sendiri. Al-Qu'an
menggambarkan dirinya sendiri sebagai sebuah kitab yang "diturunkan" Allah
kepada Nabi: ungkapan "diturunkan", dalam pelbagai kata bentuknya ,
digunakan dalam bahasa al-Qur'an lebih dari 200 kali.

Dalam bahasa Arab, kata ini secara instrinstik dan langsung
mengetengahkan konsep al-Qur'an berasal dari langit dan bahwa Muhammad
hanyalah sekedar seorang penerima. Allalah Dzat yang berfirman dalam al-
Qur'an: sedangkan Muhammad hanyalah objek yang dituju, "Wahai Nabi", "Wahai
Rasul", "Kerjakanlah ", "Jangan Kerjakan", "Mereka bertanya kepadamu …" ,
"Katakanlah" (kata " Katakanlah" dipakai dalam al-Qur'an lebih dari 300
kali). Nabipun kadang-kadang dikritik dalam al-Qur'an. Kedudukan Muhammad
dengan jelas didefinisikan sebagai "Utusan" (rasul) dan acap kali
diingatkan bahwa kewajibannya hanyalah menyampaikan (al-balagh) pesan
kepada umat.[11]




F. Hikmah Diturunkannya al-Qur'an secara Berangsur-angsur



Turunnya al-Qur'an secara berangsur-angsur mempunyai beberapa
hikmah. Menurut Manna' al-Qattan sebagai berikut:

1. Untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW. Mengngat watak keras
yang dihadapi Nabi, dengan turunnya al-Qur'an secara berangsur-
angsur memperkuat hati Nabi. Tidak sedikit ayat yang secara
langsung meminta Nabi untuk bersabar dalam mengembangkan misinya,
seperti QS. Al-An'am/6:33-34 dan QS. Al-Ahqaf/46:35.

2. Sebagai mu'jizat. Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi
Nabi dari kaun kafir, termasuk pertantaan-pertanyaan yang bernada
memojokkan, seperti tentang hal-hal gaib, Nabi merasa terbantu
dengan turunnya ayat yang menjelaskan tersebut.

3. Untuk memudahkan hafalan dan pemahaman al-Qur'an. Sekiranya al-
Qur'an turun sekaligus, sulit untuk segera dihafal dan dipahami
isinya.

4. Untuk menerapkan hukum secara bertahap. Penghapusan beberapa
tradisi masyarakat Arab secara serentak amat sulit. Dengan proses
pentahapan , lambat laun masyarakat tersebut lebih bisa menerima
hukum-hukum baru dari al-Qur'an

5. Sebagai bukti bahwa al-Qur'an adalah bukan rekayasa Nabi Muhammad
atau manusia biasa. Meskipun rangkaian ayat-ayatnya turun selama
23 tahun, tetapi kandungannya tetap konsisten secara
keseluruhan.[12]














































BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mengetahui isi makalah yang bertema Cara dan
Proses diturunkannya al-Qur'an kita dapat mengetahui bagaimana proses al-
Qur'an diturunkan, sebagai mana menurut Al-Zarqani dalam Manaqil al-'Irfan
bahwa proses turunnya al-Qur'an terdiri dari tiga tahapan: pertama,
turunnya al-Qur'an ke al-lawh al-mahfuzh; kedua, dari al-lawh al-mahfuzh ke
bayt al-'izzah; dan ketiga, dari bayt al-'Izzah kepada nabi Muhammad SAW.
Lalu dijelaskan pula kenapa al-Quran berbahasa Arab. Karena bentuk lahir Al-
Qur'an berbahasa Arab, maka kedudukan bahasa Arab menjadi penting. Bahasa
Arab dimuliakan bukan karena iaa sebagai bahasa cultural atau bahasa
ilmiah, sebab dalam hal ini bahasa Persia juga memegang peranan penting
tetapi tidak sama posisinya dengan bahasa Arab. Bahasa Arab dianggap
penting sekali karena menjadi bagian integral al-Qur'an, yang bunyi dan
pengucapannya memegang perana penting dalam ibadah Islam. Dan adapun hikmah
diturunkannya al-Qur'an secara berangsur-angsur mempunyai beberapa hikmah.
Menurut Manna' al-Qattan sebagai berikut:

1. Untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW. Mengingat watak keras
yang dihadapi Nabi, dengan turunnya al-Qur'an secara berangsur-
angsur memperkuat hati Nabi. Tidak sedikit ayat yang secara
langsung meminta Nabi untuk bersabar dalam mengembangkan misinya,
seperti QS. Al-An'am/6:33-34 dan QS. Al-Ahqaf/46:35.

2. Sebagai mu'jizat. Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi
Nabi dari kaun kafir, termasuk pertantaan-pertanyaan yang bernada
memojokkan, seperti tentang hal-hal gaib, Nabi merasa terbantu
dengan turunnya ayat yang menjelaskan tersebut.

3. Untuk memudahkan hafalan dan pemahaman al-Qur'an. Sekiranya al-
Qur'an turun sekaligus, sulit untuk segera dihafal dan dipahami
isinya.

4. Untuk menerapkan hukum secara bertahap. Penghapusan beberapa
tradisi masyarakat Arab secara serentak amat sulit. Dengan proses
pentahapan , lambat laun masyarakat tersebut lebih bisa menerima
hukum-hukum baru dari al-Qur'an

5. Sebagai bukti bahwa al-Qur'an adalah bukan rekayasa Nabi Muhammad
atau manusia biasa. Meskipun rangkaian ayat-ayatnya turun selama
23 tahun, tetapi kandungannya tetap konsisten secara keseluruhan.


B. SARAN

Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan pembuatan makalah
berikutnya.


























































Daftar Rujukan
Abdel, Muhammad Haleem. Memahami al-Qur'an: Pendekatan Gaya dan
Tema,Bandung:
Penerbit Marja', 2002
Adnan, Taufik Amal. Rekonstruksi Sejarah al-Qur'an,Jakarta:Pustaka Alvabet,
2005
Hamid, Nasr Abu Zaid. Tekstualitas al-Qur'an,Yogyakarta:LKiS, 2005
Sejarah dan 'Ulum al-Qur'an, Tim. Penulis, M Qhuraish Shihab dkk.,Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2008























































-----------------------
[1] Quraish Shihab, dkk,Sejarah dan 'Ulum al-Qur'an,Jakarta,2008,hal:18.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Quraish Shihab, dkk,Sejarah dan 'Ulum al-Qur'an,Jakarta,2008,hal:19.
[5] Taufik Adnan Amal,Rekonstruksi Sejarah Al-Qur'an,Jakarta,2005,hal:79.
[6] Taufik Adnan Amal,Rekonstruksi Sejarah Al-Qur'an,Jakarta,2005,hal:79.
[7] Ibid., hal.79-80.
[8] Quraish Shihab, dkk,Sejarah dan 'Ulum al-Qur'an,Jakarta,2008,hal:19-20.
[9] Nash Hamid Abu Zaid, Tekstualitas al-Qur'an,Yogyakarta,2005,hal:.46-47
[10] Quraish Shihab, dkk,Sejarah dan 'Ulum al-Qur'an,Jakarta,2008,hal:20
[11] Muhammad Abdel Haleem,Memahami al-Qur;an: Pendekatan Gaya dan
Tema,Bandung,2002,hal:15
[12] Quraish Shihab, dkk,Sejarah dan 'Ulum al-Qur'an,Jakarta,2008,hal:21
Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.