Carbon Trade & Biogas

Share Embed


Descrição do Produto

ENERGI TERBARUKAN “CARBON TRADE & BIOGAS”

OLEH :

NOVIA N. FATMAWATI 2412 031 036

PROGRAM STUDI D3 METROLOGI & INSTRUMENTASI JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2015

I.

CARBON TRADE 1.1 Pengertian Perdagangan emisi karbon adalah bentuk perdagangan emisi yang secara khusus menargetkan karbon dioksida ( CO2 ) yang dihitung dalam ton karbon dioksida ekuivalen atau tCO2e. Saat ini merupakan bagian terbesar dari perdagangan emisi.[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Carbon_emission_trading

1.2 Konsep Konsep dalam carbon trade atau perdagangan karbon ini yaitu, negara yang menghasilkan emisi karbon melebihi kuota yang ditentukan oleh Protokol Kyoto, diharuskan untuk memberikan sejumlah kompensasi kepada Negara yag bisa menyerap karbon melalui proyek penanaman hutannya. Setiap negara/industri mempunyai kuota karbon yang boleh diemisikannya dan memperbolehkan industri yang berhasil mengurangi emisinya untuk menjual kredit karbon yang tersisa ke industri lain.[2] http://ksdasulsel.org/pjlwa-a-hl/177-carbon-trade-siapkah-kita

1.3 Tujuan Untuk mengurangi perubahan iklim di masa depan.[1] 1.4 Potensi di Indonesia Dengan mekanisme perdagangan karbon, peluang Indonesia untuk menjadi negara penjual karbon sangat besar. Indonesia memiliki hamparan hutan yang luas, dengan luas hutan Indonesia sebesar 99.6 juta hektar atau 52,3% luas wilayah Indonesia. (data: Buku Statistik Kehutanan Indonesia Kemenhut 2011 yang dipublikasi pada bulan Juli 2012) 1.5 Kondisi kekinian Indonesia Melihat kondisi hutan di Indonesia saat ini dirasa masih kurang mampu atau belum mencukupi untuk memanfaatkan perdagangan karbon. Dari luas hutan 99.6 juta hektar yang dimiliki Indonesia tidak semuanya dalam kondisi baik. Selain dari kondisi hutan, pemerintah belum membuat perjanjian ataupun peraturan terkait perdangan karbon atau carbon trade. Sehingga hal ini masih terasa asing di telinga masyarakat Indonesia sendiri, kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia ini juga akan menimbulkan kerugian nantinya. 1.6 Solusi Alternatif Untuk solusi yang dapat diberikan pada kondisi saat ini, yaitu: a. Pengurangan emisi harus dilakukan dalam bentuk kesepakatan/tuntuan bersama. b. Adanya standarisasi nilai pertukaran karbon c. Sosialisasi kepada masyarakat Indonesia. d. Penguatan kelembagaan. Sebagai contoh, pembentukan Kawasan Pengelolaan Hutan yaitu The Balikpapan Orangutan Survival Foundation, WWF Indonesia. Untuk perlindungan hutan dan pengelolaan. e. Kesiapan sarana dan prasarana yang mendukung. f. Sumber daya manusia yang dapat diandalkan untuk penilaian total karbon. g. Penguatan posisi tawar secara politik. (negara penjual karbon pada umumnya adalah negara berkembang). h. Adanya lembaga pengawas yang dapat menjamin perdagangan karbon berlangsung secara adil dan bijaksana, serta dapat menyelesaikan masalah jika terjadi persengketaan.

II.

BIOGAS 2.1 Pengertian Merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahanbahan organik termasuk di antaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida.[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas 2.2 Macam-Macam Digester di Asia & Eropa 1. Floating Dome (India) Penambahan biogas ditunjukkan dengan semakin tedorongnya tangki penyimpanan ke atas.

2. Fixed Dome (China) Penambahan biogas ditunjukkan oleh peningkatan tekanan pada manometer. Sampai pada tinggi tertentu yang dianggap cukup, biogas dapat dipakai seperlunya secara efisien.

3. Balloon Type

4. Batch digester Dilakukan sekali poses yakni pemasukan limbah organik, digestion, dan penghasilan biogas dan slury (lumpur) kompos yang kaya nutrisi bagi tanah.

5. Plug flow digester dengan proses daur ulang Dapat melakukan proses digestion (pencernaan limbah organik) beberapa kali.

6. Digester pengadukan penuh (CFSTR) untuk mempercepat waktu cerna (HRT) dalam tangki digester anaerob.

7. Digester anaerob dengan pengadukan berkala untuk mempercepat waktu cerna (HRT) dalam tangki digester anaerob.

2.3 Macam-Macam Bahan Baku Biogas di Asia & Eropa 1. Limbah peternakan/kotoran sapi. (Asia & US) Limbah kotoran sapi atau limbah peternakan banyak digunakan sebagai bahan baku biogas. Ini digunakan banyak di Asia khususnya Indonesia, dan juga di US.[6] http://en.wikipedia.org/wiki/Biogas

2. Limbah Makanan. (Inggris, perusahaan Biffa) Biffa salah satu perusahaan terbesar untuk pengelolaan limbah di Inggris. Truk sainsburry memberikan limbah makanan dari seluruh Inggris ke pabrik Biffa di Staffordshire. Biffa kemudian mengubahnya menjadi biogas. Biogas ini kemudian dibakar untuk memenuhi kebutuhan energi kota Cannock.[4] http://www.news.tridinamika.com/4045/mengolah-limbah-makanan-jadi-biogas

3. Limbah Sampah Sayuran (Lebih banyak di Asia) Sampah sayur di pasar-pasar tradisional sangat berlimpah jumlahnya, terdiri dari beberapa bahan buangan sisa proses penyortiran untuk dijual seperti sayur kangkung, kubis, bayam, sawi, daun ubi jalar, daun ubi kayu, kacang panjang, dan brokoli. Sesungguhnya semua sisa sayur yang akhirnya menjadi sampah ini dapat dimanfaatkan untuk dijadikan bahan guna diproses agar menghasilkan gas bio yang

merupakan energi panas alternative dengan bahan baku dapat diperbarui.

[5]

Sutrisno,Joko. 2010. Pembuatan biogas dari bahan sampah sayuran (kubis,kangkung,bayam). Surabaya. Unipasby.

4. Limbah cair tahu (Lebih banyak di Asia) Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik tinggi dan kadar BOD, COD yang cukup tinggi pula, jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu, pemanfaatan sumbersumber energi alternatif yang terbaharukan dan ramah lingkungan, salah satunya yaitu biogas.

5. Sampah daun taman (Asia dan Eropa)

6. Limbah pertanian (China) Orang Cina telah bereksperimen aplikasi biogas sejak 1958. Sekitar tahun 1970, China telah dipasang 6.000.000 digester dalam upaya untuk membuat pertanian lebih efisien. Selama tahun-tahun terakhir teknologi telah memenuhi tingkat pertumbuhan yang tinggi. Hal ini tampaknya menjadi perkembangan awal dalam menghasilkan biogas dari limbah pertanian.[6]

7. Limbah Fermentasi Tanaman (Jerman) Biogas di Jerman terutama diekstraksi oleh co-fermentasi tanaman energi (disebut 'NawaRo', singkatan dari 'nachwachsende Bahan Baku', yang Jerman untuk sumber daya terbarukan) dicampur dengan pupuk kandang. Tanaman utama yang digunakan adalah jagung. Sampah organik dan residu industri dan pertanian seperti limbah dari industri makanan juga digunakan untuk pembangkit biogas. Dalam hal ini, produksi biogas di Jerman berbeda secara signifikan dari Inggris, di mana biogas yang dihasilkan dari lokasi pembuangan yang paling umum.[6]

2.4 Lokasi dan Kapasitas Biogas di Indonesia Energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan. Karena produksi biogas dari kotoran peternakan sapi ditunjang oleh kondisi yang kondusif perkembangan peternakan sapi di Indonesia akhir-akhir ini. Disamping itu regulasi di bidang energi seperti kenaikan tarif listrik, kenaikan harga LPG (Liquefied Petroleum Gas), premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel dan minyak bakar telah mendorong pengembangan sumber energi alternatif yang murah, berkelanjutan dan ramah lingkungan. Untuk kapasitas biogas di Indonesia sendiri masih belum stabil dan belum berkembang secara baik, dikarenakan beberapa kendala. Beberapa kendala dalam pengembangan energi terbarukan, termasuk biogas, adalah ketersediaan bahan, keamanan supply, harga, kemudahan penanganan dan penggunaannya. Faktor-faktor eksternal seperti pengembangan teknologi, subsidi, isu-isu lingkungan dan perundang-undangan memainkan peranan dalam pengembangan energi terbarukan (Koopmans, 1998). Dengan mempertimbangkan potensi produksi biogas dan penggunaannya untuk bidang pertanian di pedesaan, penelitian-penelitian energi terbarukan dalam hal pengelolaan konservasi energi dan penggunaan secara efisien adalah penting untuk dilakukan. Perkembangan biogas di Indonesia beradai di Jawa Timur (Malang, Surabaya, Probolinggo), Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, dan lain sebagainya. 1. Daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah Rata-rata pembangunan fisik berupa unit instalasi pemroses biomasa di Indonesia, khususya wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah berupa digester tipe fixed dome dengan kapasitas 18 m³ dan produksi biogas 6 m³/hari serta dilengkapi fasilitas pendukung seperti unit instalasi penyediaan air dan peralatan lainnya. a. Perkembangan Digester Biogas di Wilayah Propinsi Jawa Barat Wilayah Propinsi Jawa Barat sangat potensial untuk pengembangan digester yang menghasilkan energi biogas yaitu selain di Bandung juga Jabar bagian selatan seperti Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan Sukabumi di bagian tengah Kabupaten Bogor, Cianjur, Sumedang, Kuningan. Adapun secara garis besar rata-rata spesifikasi digester biogas di Propinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Spesifikasi Rata-rata Digester Biogas di Wilayah Propinsi Jawa Barat No. Spesifikasi Keterangan 1. Tipe digester 1. Tipe plastik (Kab. Bandung, Garut) 2. Tipe fixed dome (Kab. Bogor, Cianjur) 2. Kapasitas 1. untuk 1-2 sapi potong (Bandung) 2. untuk 6 – 12 sapi potong/sapi perah (Bogor) 3. Kepemilikan 1. Milik sendiri (peternak) (Bandung) 2. Bantuan Dinas peternakan Kab. Bogor 4. Kegunaan 1. Untuk memasak (rumah tangga) (Bandung) 2. Untuk memasak dan penerangan (Bogor) 5. Waktu 1. Tahun 2005 (Bandung) pembangunan 2. Tahun 2000 (Bogor) digester 6. Sumber biomasa Kotoran sapi potong dan sapi perah

1. Kabupaten Bogor Perkembangan pengolahan kotoran ternak menjadi energi Biogas di wilayah Kebon Pedes, Kabupaten Bogor sudah cukup baik, karena didukung oleh instansi pemerintah, yaitu Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Disini digester dikelola oleh kelompok peternak secara mandiri. Masing-masing peternak rata-rata memiliki 6 sapi, apabila peternak hanya memiliki 1-2 sapi, maka bergabung dengan tetangganya sehingga 1 digester untuk beberapa rumah. Digester merupakan jenis fixed dome. Gas yang dihasilkan digunakan oleh masyarakat untuk memasak dan penerangan lampu.

Gambar 1. Proses alur pembuangan kotoran sapi menunuju digester, pengeluaran sludge dan proses memasak di wilayah Kebon Pedes, Kabupaten Bogor Selain itu di wilayah Cibanteng Ciampea Kabupaten Bogor, juga sudah ada digester di Pondok Pesantren Darul Fallah yang merupakan hasil kerjasama antara Ponpes dengan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong. Digester ini dibuat untuk kapasitas 10-12 ekor sapi dan jenis disain fixed dome dengan gas dihasilkan sekitar 6 m³ per hari. Gas yang dihasilkan digunakan untuk proses memasak dan penerangan lampu.

Gambar 2. Tahap-Tahap Pekerjaan Pembuatan Digester di Ponpes Darul Falah Ciampea 2. Bandung Wawancara dengan Bapak Andreas, ST. dia mengatakan proyek pengembangan biogas telah dilakukan beberapa tahun yang lalu, namun perkembangannya sampai saat ini kurang signifikan, karena masyarakat lebih memilih bahan bakar fosil sebagai bahan

bakar , kendala yang dihadapi adalah kurangnya perawatan dan harga BBM yang cukup murah, sehingga apabila digunakan untuk keperluan memasak saja hal ini dirasakan kurang manfaatnya, disamping itu untuk pembuatan digester diperlukan infestasi awal yang cukup mahal, sehingga peternak enggan mengembangkannya. Mempertimbangkan keadaan tersebut diatas Bapak Andreas mencoba membuat digester dengan bahan plastik, ini bertujuan menekan biaya infestasi awal sehingga masyarakat khususnya peternak sapi tertarik untuk memanfaatkan energi biogas dengan pertimbangan murah dan tersedia bahan yang semula hanya diperuntukan sebagai pupuk kompos saja. Adapun spesifikasi digester hasil rancangannya adalah sebagai berikut:  Volume Reaktor : 5.000 liter  Volume penampung gas : 2.000 liter  Kompor biogas : 1 buah  Drum umpan : 1 buah  Pengamanan gas : 1 buah  Selang saluran gas : 20 meter

Gambar 3. Proses pencampuran dan pengadukan kotoran sapi serta Prototipe Reaktor dan Gas Holder Biogas Plastik. Hasil gas perharinya dari digester dengan volume reaktor 5.000 liter ini akan setara dengan 2.5 liter minyak tanah jadi jumlah perbulannya setara dengan 75 liter minyak tanah. Sedangkan infestasi yang diperlukan untuk pembuatan seperangkat alat biogas sekitar 1,75 juta rupiah. Dengan infestasi yang cukup murah diharapkan masyarakat akan tertarik untuk menggantikan bahan fosil ke bahan biogas, namun harapan tersebut juga kurang direspon oleh masyarakat, karena penggunaan biogas dianggap kurang praktis dibandingkan dengan bahan fosil yang murah dan mudah didapatkan. Setelah pemerintah melakukan kebijakan pengurangan subsidi bbm akhir tahun 2005 sehingga harga bahan bakar fosil meningkat tajam baru masyarakat melirik penggunaan bahan biogas, hal ini dilihat dari permintaan masyarakat terhadap reaktor biogas tahun 2005 yang cukup besar yaitu sekitar 200 buah.

Gambar 4. Alat pengukur gas kumulatif dan komponen kompor biogas Kondisi Penempatan Biogas Plastik di Peternak Sapi Perah (4 ekor sapi)

Gambar 5. Penempatan rektor biogas plastik di peternak sapi skala kecil. b. Perkembangan Digester Biogas di Wilayah Propinsi Jawa Tengah Wilayah Propinsi Jawa Tengah juga sangat potensial untuk pengembangan digester yang menghasilkan energi biogas yaitu di wilayah Semarang, Magelang, Boyolali, Kebumen dan lain-lain. Untuk wilayah ini sebagian kecil peternak yang memiliki 6 ekor sapi umumnya mempunyai satu buah digester biogas yang rata-rata menggunakan disain digester model fixed dome. Sebagian besar gas yang dihasilkan digunakan untuk proses pemasakan dan penerangan. Tabel 1. Spesifikasi Rata-rata Digester Biogas di Wilayah Propinsi Jawa Tengah No. Spesifikasi Keterangan 1. Tipe digester Tipe fixed dome 2. Kapasitas Untuk 6 – 12 sapi potong/sapi perah 3. Kepemilikan Milik sendiri (peternak) 4. Kegunaan Untuk memasak dan penerangan 5. Waktu pembangunan 1. Tahun 2000 (Boyolali), Semarang digester 2. Tahun 2006 (Soropadan 6. Sumber biomasa Kotoran sapi potong dan sapi perah

1. Semarang

Gambar 6. Digester biogas jenis fixed dome di wilayah Semarang 2. Soropadan

Gambar 7. Alur proses penyaluran kotoran sapi menuju digester di Soropadan 3. Boyolali

Gambar 8. Digester biogas dan pengeluaran sludge di wilayah Boyolali

Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.