Coffee as A Social Drink

June 1, 2017 | Autor: Kelly Mayasari | Categoria: Urban Sociology, Lifestyle & Consumption, Commodification
Share Embed


Descrição do Produto

Kopi tidak pernah habis menjadi bahan pembicaraan, mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, teknik penyeduhan, teknik penyajian, hingga teknik untuk meminumnya. Kopi mampu menarik banyak orang untuk menikmatinya dengan daya tarik yang dimiliki. Salah satu artikel berita dalam harian bergengsi <em>'The New York Times'</em> (Strand, update:30 November 2009) menuliskan bahwa kopi sebagai sebuah minuman sosial yang sering dinikmati dalam arena publik. Hal tersebut berlaku disebabkan oleh pertumbuhan kedai-kedai kopi didirikan sebagai sesuatu pola yang berkelanjutan sampai dengan hari ini. Pertama, kopi sebagai suatu minuman sosial, sering dinikmati di area publik. Kedua, negara-negara dengan iklim yang tidak mendukung produksi kopi merupakan konsumer terbesar dari biji kopi. Kopi tumbuh pada ketinggian dengan iklim tropis dari negara-negara bergunung yang memeluk garis khatulistiwa, seperti Kolombia, Kenya, India, dan Indonesia. Tetapi menurut Strand, kultur kopi terkuat ada di Amerika Serikat, Eropa (terutama di negara utara seperti Denmark dan Swedia), dan pengaruh tersebut datang sebagai suatu hal mengherankan, yaitu Jepang. Dimana baru-baru ini melampaui Italia dan Perancis untuk menjadi importir kopi terbesar ketiga di dunia. Pengecualian terkemuka adalah Brazil, produsen kopi terbesar di dunia dan konsumer kedua terbesar di dunia. Pertumbuhan kopi di Indonesia sendiri menjadi lebih berkualitas dan semakin banyak yang memproduksi. Kedai-kedai kopi di Indonesia sudah memasukkan menu spesial kopi asli Indonesia, tidak hanya Espreso atau Capuccino dan Latte lainnya. " Orang luar lebih menghargai kopi kita. Mereka tahunya kopi enak itu dari Indonesia, misalnya kopi luwak " Menurut Mela yang menyandang gelar sebagai Putri Kopi Indonesia 2011 (Kompas.com, 21 September 2011) Orang luar dalam hal ini adalah orang-orang asing di negara-negara konsumer kopi. Keberadaan kedai-kedai kopi premium dunia menyajikan menu jenis kopi luwak arabika dan robusta di negara-negara konsumer kopi. Kopi sering menjadi objek dan 'teman' dalam kehidupan kita sekarang. Kata kopi cukup sering muncul dalam update status dijejaring sosial, misalnya " <em>menikmati senja dengan secangkir kopi dan sebatang rokok, nyamannya hari ini " </em>atau <em> " sedang minum kopi @KeiKo nih ada yang mo ikut? " </em> dan ucapan lain yang dimunculkan dalam status, kebanyakan yang menggunakan adalah kawula muda atau usia dewasa. Hal tersebut menunjukkan citra kopi sebagai objek yang senantiasa hadir dalam kehidupan kita, entah sebagai pendamping atau teman. Mengadaptasi pemikiran bahwa kopi adalah teman dan kebersamaan yang mampu mencairkan suasana dalam ruang publik. Minum kopi sendirian tidak akan senikmat apabila dinikmati bersama-sama sambil berbincang-bincang atau berdiskusi. Kopi dapat meningkatkan konsentrasi dalam berpikir. Seperti cerita dalam sebuah kafe yang menyediakan permainan catur ditemani kopi agar permainan dapat lebih santai dan suasana menjadi tidak kaku. Kultur kopi di Indonesia juga membentuk bagaimana kopi menjadi minuman sosial. Seperti ada istilah <em>coffee time, coffeebreak, coffeelycious,</em> dan secangkir semangat kopi. Kopi pada awalnya dimaknai bagi masyarakat Indonesia sebagai penghilang rasa kantuk, namun seiring perkembangan kopi dan masuknya kultur kafe atau kedai kopi di Indonesia maka pemaknaan kopi lebih dari sebagai penghilang rasa kantuk saja. Melainkan telah lebih dari itu, presiden kita saja menghadiahkan kopi luwak kepada perdana menteri Australia. Dalam hal ini, kopi luwak sebagai simbol dan status keaslian kopi asli yang dimiliki oleh Indonesia. Kopi yang memiliki keunikan proses fermentasi alamiah dan cita rasa yang khas dan rasa pahit yang seimbang. Penikmat kopi dapat saling bertemu untuk berdiskusi mengenai kopi luwak. Kualitas interaksi yang terjadi dengan mengangkat tema kopi luwak banyak ditemui dengan adanya grup-grup penggemar kopi luwak baik dijejaring sosial ataupun dalam kafe. Menurut seorang teman yang bekerja di Jakarta ada sekitar puluhan penggemar kopi luwak yang selalu berkumpul disalah satu kafe untuk mendiskusikan kopi luwak, tidak ada kata jenuh dan bosan karena mereka sama-sama mencintai kopi luwak, sementara di Yogyakarta, penggemar kopi
Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.