CONTOH MAKALAH RAMALIS

June 15, 2017 | Autor: R. Hakim Mangkudun | Categoria: Instructional Technology
Share Embed


Descrição do Produto

MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR KEBUDAYAAN Oleh: Dr. Ramalis Hakim M.Pd Dipresentasikan pada Seminar Peranan Museum dalam Pendidikan Museum Adytiawarman Padang, 2008 PENGANTAR Ternyata setalah dicoba mencari referensi yang akurat tentang permuseuman, apalagi yang berkaitan dengan judul di atas, memang sulit didapatkan, sehingga perlu dipahami oleh semua peserta diskusi bahwa tulisan yang ada ditangan kita ini di dasarkan pada pemahaman penulis yang ada selama ini tentang permusiuman, kemudian ditambah dengan beberapa hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan staf musium Aditiawarman Sumatera Barat beberapa hari yang lalu. Dengan demikian, penulis memperkirakan akan terjadi diskusi yang sangat menarik untuk disimak dan diikuti karena semua peserta memiliki peluang untuk berpartisipasi. LATAR BELAKANG Membaca perjalanan sejarah museum dapat diketahui terjadi perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum berfungsi sebagai gudang barang tempat di mana disimpan benda-benda warisan budaya yang bernilai luhur dan dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya meluas kefungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran, dan akhirnya fungsi ini meluas lagi sampai kefungsi untuk pendidikan. Seperti membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknolog, dan seni dalam rangka peningkatan dan penghayatan nilai budaya dan kecerdasan kehidupan bangsa. Dalam upaya pembinaan kebudayaan, secara implisit terkandung pengertian tentang pelestarian, khususnya menyangkut nilai-nilai luhur budaya bangsa. Pembinaan kebudayaan pada umumnya dilaksanakan melalui pendidikan atau lebih khusus disampaikan melalui pembelajaran di sekolah sekolah dasar, menengah, tinggi dan lembaga formal lainnya seperti museum. Kebudayaan akan mengalami perkembangan terkait dengan dinamika masyarakat pendukungnya yang mampu memanfaatkan museum sebagai sumber pembelajaran kebudayaan. Pesan-pesan pembelajaran tentang kebudayaan yang ada dalam museum dapat diterima oleh seluruh masyarakat, termasuk siswa atau mahasiswa. Pertanyaan yang muncul dalam pikiran kita adalah apa sumber belajar belajar itu dan seperti apa musium yang berfungsi sebagai sumber belajar, serta bagaimana strategi yang digunakan untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar. SUMBER BELAJAR SEBAGAI KOMPONEN SISTEM PENGAJARAN Sumber belajar dalam pengertian sempit adalah, misalnya buku-buku atau bahan-bahan tercetak lainnya. Pengertian itu masih banyak dipakai dewasa ini oleh sebagian besar guru. Misalnya dalam program pengajaran yang bisa disusun oleh para guru terdapat komponen sumber belajar, dan pada umumnya akan diisi dengan buku teks atau buku wajib yang dianjurkan. Pengertian sumber belajar tersebut sama sempitnya bila diartikan sebagai semua sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan secara auditif maupun visual saja, misalnya OHP, slide, video, film, dan perangkat keras (hard ware) lainnya. Pengertian yang lebih luas tentang

sumber belajar diberikan Edgar Dale yang menyatakan bahwa pengalaman itu adalah sumber belajar Sumber belajar dalam pengertian tersebut menjadi sangat luas maknanya, seluas hidup itu sendiri, karena segala sesuatu yang dialami dianggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman yang menyebabkan belajar. Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurnya sesuai dengan tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. Edgar Dale berpendapat bahwa pengalaman yang dapat memberikan sumber belajar diklasifikasikan menurut jenjang tertentu, berbentuk kerut pengalaman (cone of experience). Penjenjangan jenis-jenis pengalaman tersebut disusun dari yang kongkret sampai yang abstrak (lihat bagan). Sebagaimana yang telah diuraikan, sumber belajar adalah segala daya yang dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya. Dalampengembangan sumber belajar itu terdiri dari dua macam, yaitu: pertama, sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau dipergunakan untukmembantu belajar mengajar, biasa disebut learning resources by design, (sumber belajar yang dirancang). Misalnya buku, brosur, ensiklopedi, film, video, tape, slide, film strips, OHP. Semua perangkat keras ini memang secara sengaja dirancang guna kepentingan kegiatan pengajaran. Kedua, sumber belajar yang dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar berupa segala macam sumber belajar yang ada disekeliling kita. Sumber belajar tersebut tidak dirancang untuk kepentingan tujuan suatu kegiatan pengajaran. Sumber belajar ini disebut learning resources by utilization. Misalnya pasar, toko, museum, tokoh masyarakat, dan sebagainya yang ada dilingkungan sekitar seperti taman, gedung dan lain-lain. Segala macam sumber belajar baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan, tidak selalu harus dibedakan karena mamang sulit untuk diidentifikasi secara tegas. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa makna sumber belajar kebudayaan adalah segala sesuatu yang terdapat dalam lingkungan kebudayaan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Misalnya, benda-benda purbakala, situs-situs bersejarah merupakan sumber belajar. Untuk mengklasifikasi sumber belajar yang dimaksud tidak mudah. Hal itu disebabkan oleh sulitnya membuat batas yang tegas dan pasti tentang perbedaan atau ciri-ciri yang terdapat pada sumber belajar tersebut. Misalnya kegiatan diskusi seperti ini bisa diklasifikasikan sebagai sumber belajar yang dirancang, namun dapat juga dimasukkan ke dalam klasifikasi sumber belajar yang dimanfaatkan, sebab kegiatan diskusi yang spontan dalam kegaiatan pengajaran bisa terjadi tanpa direncanakan sebelumnya. Pengklasifikasian yang dianggap klasik dari sumber belajar adalah pembagian menurut Edgar Dale, terinci dalam kerucut pengalamannya. Pengklasifikasian itu mudah dipahami, menggambarkan pelbagai sumber dari tingkat yang paling kongret ke tingkat yang paling abstrak. Asal saja makna dari pengalaman diartikan sebagai sumber belajar, sekalipun banyak orang berpendapat bahwa pengalaman itu lebih luas daripada sumber belajar. Jika dilihat peran utama sumber belajar adalah membawa atau menyalurkan stimulus dan informasi kepada siswa. Dari dua klasifikasi sumber belajar, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak sengaja dirancang untuk pembelajaran seperti yang telah disinggung di atas sama-sama dapat dimanfaatkan dalam kegiatan instruksional, karena keduanya memberikan kemudahan belajar kepada siswa atau pebelajar.

Dalam kaitan tulisan ini, museum dengan seluruh koleksinya merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan pebelajar untuk kegiatan instruksional, baik oleh lembaga pendidikan formal maupun nonformal. MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR Seperti yang telah digambarkan di awal tulisan ini bahwa fungsi museum pada mulanya sebagai tempat menyimpan benda-benda bersejarah, meluas kefungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran, dan akhirnya fungsi ini perluas sampai kefungsi untuk pendidikan yaitu sebagai sumber belajar bagi pebelajar yang ada disekitarnya baik lembaga formal seperti sekolah maupun lembaga nonformal, organisasi masyarakat, individual sekalipun . Dibeberapa musium besar dunia, memang sudah memfungsikan museum sebagai sumber belajar, banyak hasil-hasil penelitian yang muncul dari hasil studi peneliti di museum besar. Para siswa maupun mahasiswa menggunakan museum sebagai salah satu pilihan untuk mendapatkan informasi yang akurat, bukti-bukti nyata yang ada pada museum. Para guru-guru sekolah dasar, menengah, dan atas membawa siswa-siswa mereka untuk belajar di museum. Tidak hanya guru, siswa, mahasiswa, para inspirator seperti seniman dari berbagai bidang, seni rupa, musik, tari, perancang busana, menjadikan koleksi museum sebagai bahan untuk memunculkan ide atau gagasan baru mereka. Di Indonesia, sebagian masyarakat masih menganggap bahwa museum semata-mata sebagai tempat rekreasi, melihat-lihat hal-hal yang sudah tidak pada zaman mereka atau sudah langka. Sepengetahuan penulis belum ada undangundang atau aturan apa saja namanya yang mewajibkan sekolah untuk menjadikan museum sebagai sumber belajr. Misalnya di daeran Sumatera Barat, mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah mempelajari bidang studi Budaya Alam Minangkabau (BAM). Sebagian besar materi pembelajaran ini mampu disajikan melalui sumber belajar yang ada di Museum ini. Tidak hanya itu, berbagai bidang studi lain juga terdapat pada sumber belajar ini seperti mata pelajaran sejarah, ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam dan lain-lain. STRATEGI PEMANFAATAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELASJAR Sebagian strategi ini memang sudah dilaksanakan oleh pihak museum, seperti melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah memperkenalkan museum ini kepada siswa dan guru. Namun strategi ini belum mampu membelajarkan peserta didik, mereka hanya tertarik untuk berkunjung yang lebih banyak bersifat rekreasi. Kalaupun ada yang memberikan penjelasan dari pihak museum kepada siswa atau guru, menurut penulis tidak efektif. Banyak hal yang menyebabkan tidak efektif, pertama; waktu terbatas, tidak dikondisikan untuk belajar, keadaan pisik penerima pesan pembelajaran (siswa) dalam keadaan lelah setelah melakukan perjalanan jauh (misalnya dari daerah). Cara ini menurut pandangan penulis lebih bersifat “promosi”. Strategi kedua untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar adalah membuka kesempatan yang luas kepada setiap pebelajar, peneliti untuk melakukan aktivitas belajar tanpa ada hambatan adminstratif maupun birokrasi yang mungkin sulit dipenuhi oleh pebelajar. Strategi ketiga adalah menjalin kerja sama dengan instansi terkait, misalnya dengan Diknas Propinsi, Kabupaten/Kota dalam hal pemanfaatan museum sebagai sumber belajar. Misalnya, pada tahap awal mungkin dapat dimulai dengan

kewajiban setiap sekolah menggunakan museum sebagai sumber belajar untuk mata pelajaran BAM. Dalam diskusi hari ini, penulis memperkirakan akan muncul berbagai gagasan tentang strategi menjadikan museum sebagai sumber belajar. PENUTUP Pada bagian akhir tulisan singkat ini, perlu disampaikan beberapa kesimpulan dan saran. Kesimpulan: 1. Fungsi museum yang ada sekarang sudah meluas ke beberapa aspek yang esensial dari keberadaan sebuah museum di tengah-tengah masyarakat. Tidak hanya untuk penyimpan benda-benda bersejarah, tetapi sudah membelajarkan masyarakat untuk lebih mencintai budayanya sendiri maupun budaya orang lain. 2. Strategi pemanfaatan museum sebagai sumber belajar dengan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan pihak yang berkepentingan, membuka kesempata yang lebih luas kepada pebelajar dan peneliti untuk melakukan aktivitas belajar atau meneliti, dan menjalin kerja sama yang lebih inten dengan instansi terkait dengan pebelajar. Saran 1. Perluasan fungsi museum sebagai sumber belajar perlu dilakukan segera, mengingat masalah kebudayaan dan pembelajarannya dirasakan kurang efektif dilaksanakan oleh sekolah. 2. Perlu diciptakan berbagai strategi yang ampuh untuk menjadikan museum sebagai salah satu sumber belajar penting, terutama dibidang kebudayaan oleh guru maupun siswa.

Terimakasih.

Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.