contoh proposal tugas akhir

May 22, 2017 | Autor: Veronica Haziholan | Categoria: Engineering, Mining Engineering
Share Embed


Descrição do Produto







KAJIAN PEMISAHAN PASIR BESI MENGGUNAKAN MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


Proposal skripsi


Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048











PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN"
YOGYAKARTA
2016
KAJIAN PEMISAHAN PASIR BESI MENGGUNAKAN MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA



PROPOSAL SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan
Skripsi pada Program Studi Teknik Pertambangan





Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048






PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN"
YOGYAKARTA
2016

KAJIAN PEMISAHAN PASIR BESI MENGGUNAKAN MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


PROPOSAL SKRIPSI



Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048



Mengetahui,

Pembimbing 1



Dr. Edy Nursanto, ST, MT
NIK : 2.6601.96.0127.1

Pembimbing II



Ir. Untung Sukamto, MT
NIP : 030 211 995

HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB.
PENDAHULUAN
Judul
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Maksud dan tujuan penelitian
Batasan Masalah
Metode Penelitian
Manfaat Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN


Dasar Teori
Siklus Hidrologi
Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
Tujuan Sistem Penyaliran Tambang
Penanganan Sistem Penyaliran Tambang
Faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN



Pengolahan dan Analisis Data
Pembuktian Masalah
Rencana Jadwal Penelitian

DAFTAR PUSTAKA














BAB I
PENDAHULUAN

1.1. JUDUL
KAJIAN PEMISAHAN PASIR BESI MENGGUNAKAN MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

1.2. LATAR BELAKANG
Pasir besi Indonesia mempunyai cadangan cukup besar terutama di daerah sekitar pantai Selatan Jawa. Salah satu potensi pasir besi yang akan di teliti adalah pasir besi dari daerah Pantai Depok, Parangtritis, Bantul . Pemanfaatan pasir besi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri baja yang dalam perkembangan dan kebutuhannya semakin meningkat. Tujuan penelitian untuk mendapatkan kualitas pasir besi yang baik untuk proses selanjutnya, sehingga perlu dilakukan konsentrasi untuk meningkatkan kadar besi dengan cara magnetik.
Pemisahan secara magnetik terjadi karena adanya perbedaan sifat fisik antar mineral magnetik dan mineral nonmagnetik yang dipengaruhi oleh kuat arus, sehingga mineral yang magnetik dan bersifat non-magnetik dapat terpisah. Kedudukan magnet permanen yang tetap pada posisinya, menyebabkan medan magnet selama proses akan tetap. Sebaliknya, perbedaan arus dapat menyebabkan perubahan jarak medan magnet terhadap daerah aliran muatan sehingga akan terjadi perubahan pemisahan antara mineral magnetik (konsentrat), namun pada penelitian ini tidak terdapat peubah arus sehingga tidak terjadi perubahan jarak medan magnet terhadap mineral magnetik. Proses pemisahan pada magnetik separator terjadi akibat adannya perbedaan sifat magnetik dari mineral. Dimana mineral yang bersifat ferromagnetik dan magnetik akan tertarik ke daerah medan magnetnya paling besar (produk), kemudian para magnetik dan dia magnetik tidak akan tertarik dan akan menuju ke tempat tailing (produk D), untuk mineral non magnetik.mekanisme pemisahan adalah bijih pasir besi yang sudah dipreparasi masuk pada cover A, dengan adanya pemisahan secara magnetik sedemikian mineral terbagi dalam mineral yang bersifat magnetik ( konsentrat ) pada posisi dekat medan magnet terangkut ke tempat konsentrat ( produk ), sedang nonmagnetik ( tailing ) jauh dari posisi magnet dan lepas sebagai tailling.


Gambar 1.1
Magnetic Separator

1.3. RUMUSAN MASALAH
Pemisahan pasir besi menggunakan magnetik separator dengan peubah ukuran butir dan kecepatan serta ketebalan lapisan pengumpanan dapat di maksimalkan dalam proses pemisahan. Rumusan masalah sebagai berikut :
1. Berapa ukuran yang paling efisien dalam pemisahan pasir besi menggunakan magnetik separator?
2. Berapakah kecepatan dan ketebalan lapisan pengumpanan yang paling efektif dalam pemisahan pasir besi?

1.4. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
Mendapatkan ukuran butir yang paling efisien dalam pemisahan pasir besi menggunakan magnetik separator.
Mendapatkan kecepatan dan ketebalan lapisan pengumpanan yang paling efektif dalam pemisahan pasir besi.

1.5. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
Penelitian hanya berlaku untuk alat yang digunakan dalam penelitian.
Terbatas hanya mencakup peubah ukuran butir dan kecepatan serta tebal lapisan pengumpanan.

1.6. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan menggunakan dua metode penelitian yaitu penelitian langsung dilapangan dan penelitian tidak langsung dengan pencarian, pengumpulan, dan pengolahan data yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Studi Literatur
Yaitu mencari dan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dilapangan melalui buku ataupun literatur-literatur. Selain itu juga dapat mempelajari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yang berupa skripsi atau sumber lain.
Orientasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara menyeluruh dengan cara mengunjungi tempat-tempat yang terutama berada di sekitar pantai depok.
Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung terhadap masalah yang akan dibahas didalam penelitian, yaitu pengamatan topografi daerah penelitian, kondisi disekitar daerah pengambilan sampel, dan pengamatan komponen yang berkaitan dengan penelitian bahan galian pasir besi. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh keakuratan data yang akan digunakan dalam penelitian.
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setelah studi literatur, orientasi lapangan, dan observasi lapangan selesai dilaksanakan. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung dari pengukuran atau pengamatan dilapangan/ laboratorium, seperti spesifikasi alat, kadar mineral, berat (feed,konsentrat dan tailing), Ukuran butir, kecepatan, dan tebal pengumpanan. Data sekunder adalah data yang diambil dari literatur atau laporan perusahaan, seperti profil daerah, peta kesampaian daerah, peta topografi,dan data kependudukan,.
Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, baik data primer maupun data sekunder, kemudian dilakukan perhitungan dan pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan yaitu perhitungan kadar (feed,konsentrat,tailing), perhitungan material balance, perhitungan metallurgical balance, perhitungan % recovery, perhitungan % loose, perhitungan nisbah konsentrasi. Setelah data diolah kemudian dilakukan analisis data, untuk membandingkan perolehan data aktual dan data dari hasil perhitungan,kemudian data akan disajikan sedemikian rupa untuk memperoleh hasil penelitian.

1.7. MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian diharapkan dapat :
Dapat memberikan rekomendasi komponen-komponen dalam pemisahan pasir besi menggunakan alat magnetik separator yang efisien dan efektif.
Sebagai bahan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemisahan pasir besi menggunakan magnetik separator.






BAB II
METODOLOGI PENELITIAN


2.1. DASAR TEORI
Sistem penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Mifa bersaudara Tbk. menggunakan sistem tambang terbuka (surface mining) dengan pola berjenjang dan dilakukan dengan peralatan mekanis dan peledakan. Adapun kegiatan penambangan secara garis besar meliputi :
Pembersihan lahan (clearing).
Pengupasan lapisan tanah penutup (stripping).
Penggalian (loosening).
Pemuatan dan Pengangkutan (hauling).
Pemasaran (marketing).
Reklamasi.
Pasca tambang.

Berikut adalah bagan alir dari penelitian dengan data yang akan dicari dan digunakan dalam pengolahan data :

2.2. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air secara global dan juga menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air. Air di bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi + penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan di mana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan ke permukaan tanah.
Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah (inflitrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan tiba ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-sungai (disebut aliran intra = interflow). Tetapi sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah (disebut groundwater runnof = limpasan air tanah).

Gambar 2.1.
Siklus Hidrologi
2.3. Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk ke front penambangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan terutama pada saat musim penghujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat mekanis yang digunakan mempunyai umur yang lama.

2.4. Tujuan dan Sasaran Penyaliran Tambang
Tujuan dari Penyaliran tambang adalah :
Mencegah masuknya air kedalam front penambangan.
Mengeluarkan air yang telah ada dalam front penambangan.
Memastikan air tidak mengganggu proses penambangan.

2.5. Penanganan Sistem Penyaliran Tambang
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi :
Mine drainage system, merupakan upaya untuk mencegah masuk atau mengalirnya air front penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari air permukaan.
Beberapa metode penyaliran mine drainage system adalah :
Metode Siemens
Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor kemudian ke dalam lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap bawah pipa tersebut diberi lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah penambangan.
Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump)
Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas rendah dan jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian dimasukkan pompa ke dalam lubang bor dan pompa akan bekerja secara otomatis jika tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 meter sampai 60 meter.
Metode Elektro Osmosis
Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana elemen-elemen dialiri arus listrik maka air akan terurai, H+ pada katoda dinetralisir menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa.
Small Pipe With Vacuum Pump
Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang impermiabel dengan membuat lubang bor. Kemudian dimasukkan pipa yang ujung bawahnya diberi lubang-lubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan diameter kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa dan lubang bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa lubang bor kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.
Metode Pemotongan Air Tanah
Metode ini biasanya digunakan untuk mengamati kondisi air tanah, dimana lapisan tanah yang digali sampai sebatas akuifer. Dengan terpotongnya aliran air tanah maka daerah hilir akan menjadi kering.
Metode Kombinasi Dengan Lubang Bukaan Bawah Tanah
Dilakukan dengan membuat lubang bukaan mendatar di dalam tanah guna menampuang aliran air dari permukaan. Beberapa lubang sumur dibuat menyalurkan air permukaan ke dalam terowongan bawah tanah tersebut. Cara ini cukup efektif karena air akan mengalir sendiri akibat pengaruh gravitasi sehingga tidak memerlukan pompa.
Mine dewatering system, merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke front penambangan, terutama untuk penanganan air hujan.
Beberapa metode penyaliran mine dewatering system adalah :
Sistem Paritan
Merupakan metode penyaliran yang paling murah dibandingkan dengan metode yang lainya. Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari. Beberapa lubang paritan dibuat pada lokasi penambangan guna menampung sementara serta mengalirkan air limpasan menuju kolam penampungan kemudian dialirkan ke sungai atau diarahkan ke selokan. Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih dari satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan dengan memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk saluran terbuka yang paling sederhana dan umum digunakan saat ini adalah saluran dengan bentuk trapesium.
Sistem Adit
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang dibuat dari tempat kerja menembus ke shaft yang dibuat disisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut dan shaft.
Sistem Kolam Terbuka (Open Sump System)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke daerah penambangan. Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian di pompa keluar dan pemasangan jumlah pompa tergantung kedalaman penggalian. Dengan kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang masuk kedalam lokasi penambangan. Apabila kapasitas pompa lebih besar dari yang debit air yang masuk, maka penggunaan pompa bisa secara periodik sehingga pompa tidak mengalami kelelahan.


2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
Curah hujan
Satuan curah hujan adalah mm, yang berarti jumlah air hujan yang jatuh pada satu satuan luas tertentu. Jadi 1 mm berarti pada luas 1 m2 jumlah air hujan yang jatuh sebanyak 1 liter. Data curah hujan yang akan dianalisa adalah besar curah hujan harian maksimum dalam satu tahun selama 10-20 tahun. Pengolahan data dilakukan dengan distribusi Gumbels yang didasarkan atas distribusi normal. Distribusi ini beranggapan bahwa variabel-variabel hidrologi tidak terbatas sehingga digunakan data-data distribusi dengan harga yang paling besar (maksimum). Pengolahan data dilakukan dengan metode analisis frekuensi langsung (direct frequency analysis). Analisis ini dilakukan untuk menentukan curah hujan rencana berdasarkan data curah hujan yang tersedia. Untuk menghitung nilai hujan maksimum menggunakan persamaan Gumbels :
Xr = x +
Keterangan :
Xr = hujan harian maksimum
x = curah hujan rata-rata
x = standar deviasi curah hujan
n = standar deviasi dari reduksi variat
Yr = nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat
Periode Ulang Hujan (PUH)
Merupakan periode atau waktu dimana hujan dengan intensitas hujan yang sama akan berulang dalam jangka waktu tertentu. Penetapan periode ulang hujan dapat digunakan untuk rancangan intensitas curah hujan. Jika angka tersebut dikorelasikan dengan durasi maka dapat dihitung intensitas hujannya.
Penentuan periode ulang hujan dilakukan dengan menyesuaikan data dan keperluan pemakaian saluran yang berkaitan dengan umur tambang serta tetap memperhitungkan resiko hidrologi. Dapat pula dilakukan perhitungan dengan metode distribusi normal menggunakan konsep peluang. Acuan untuk menentukan PUH dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Periode Ulang Hujan Recana
Keterangan
Periode ulang hujan
Daerah terbuka
0 – 5
Sarana tambang
2 – 5
Lereng–lereng tambang dan penimbunan
5 – 10
Sumuran utama
10 – 25
Penyaliran keliling tambang
25
Pemindahan aliran sungai
100
Intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan adalah curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam (mm/jam). Intensitas curah hujan biasanya dinotasikan dengan huruf "I". Intensitas hujan digunakan dalam menentukan debit air limpasan guna penentuan dimensi suatu penampang saluran terbuka.
Intensitas curah hujan rata-rata dalam t jam dinyatakan dengan rumus Mononobe sebagai berikut :

Keterangan :
I = intensitas curah hujan ()
t = waktu (jam)
R24 = curah hujan maksimum (mm)
Resiko hidrologi
Resiko hidrologi adalah kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal satu kali pada periode ulang tertentu.
P = 1-1- 1Tr TL
Keterangan :
P = resiko hidrologi
Tr = periode ulang
TL = umur tambang
Daerah tangkapan hujan (Catchment area)
Daerah tangkapan hujan adalah luasnya permukaan yang bila terjadi hujan maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju titik pengaliran. Daerah tangkapan hujan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi, serta keadaan geologi.
Penentuan luas daerah tangkapan hujan berdasarkan pada peta daerah yang akan diteliti, kemudian dilakukan pengukuran luasnya menggunakan planimeter dengan memperhatikan daerah aliran air limpasan yang mengalir sesuai dengan kontur masing-masing daerah. Hasil dari pembacaan planimeter kemudian dikalikan dengan skala yang digunakan dalam peta sehingga didapatkan luas tangkapan hujan dalam m2.
Air limpasan
Air limpasan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang langsung masuk ke dalam tanah sedangkan ada sebagian air hujan yang langsung mengalir diatas permukaan tanah dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Besarnya limpasan adalah besarnya curah hujan dikurangi dengan besarnya penyerapan (infiltrasi) dan penguapan. Besarnya air limpasan tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah jenis presipitasi, intensitas curah hujan, lamanya hujan, distribusi curah hujan dalam daerah penyaliran, arah pergerakan curah hujan, dan lain-lain. Faktor yang paling berpengaruh adalah kondisi penggunaan lahan dan kemiringan atau perbedaan ketinggian.
Penentuan besarnya air limpasan maksimum ditentukan dengan Metode Rasional sebagai berikut :
Q = 0,278 x C x I x A
Keterangan :
Q = debit limpasan (m3s)
C = koefisien limpasan
I = intensitas curah hujan ()
A = luas daerah limpasan (km2)
Koefisien limpasan
Koefisien air limpasan adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir diatas permukaan tanah dengan curah hujan. Koefisien limpasan dapat ditentukan berdasarkan pengamatan di lapangan yang tergantung pada keadaan tanah, jenis tanaman, dan vegetasi. Dari hasil pengamatan kemudian disesuaikan dengan tabel koefisien limpasan (Tabel 2.2.).
Tabel 2.2.
Beberapa Harga Koefisien Limpasan
Kemiringan Lahan
Kegunaan Lahan
Koefisien Limpasan
Datar
Kemiringan < 3%
Persawahan rawa-rawa
Hutan, perkebunan
Pemukiman
0,2
0,3
0,4
Agak miring
(3-15%)
Hutan, perkebunan
Pemukiman
Vegetasi ringan
Tanah gundul
0,4
0,5
0,6
0,7
Curam
Kemiringan > 15%
Hutan
Pemukiman
Vegetasi ringan
Tanah gundul, penambangan
0,6
0,7
0,8
0,9
Dalam penentuan koefisien limpasan faktor-faktor yang harus diperhatikan :
Kerapatan vegetasi
Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil, karena air hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah, melainkan akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang gundul akan memberi nilai C yang besar.
Tata guna lahan
Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil daripada daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah persawahan misalnya padi, air hujan yang jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah, sebelum akhirnya menjadi limpasan permukaan.
Kemiringan tanah
Daerah dengan kemiringan yang kecil (
Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.