DESAIN KRIYA KONTEMPORER

June 14, 2017 | Autor: Kuntari Erimurti | Categoria: Urban Design
Share Embed


Descrição do Produto

Desain Kriya Kontemporer

DESAIN KRIYA KONTEMPORER Kuntari Eri Murti1

PENDAHULUAN Dalam bahasa Sansekerta, Kriyā artinya tindakan atau usaha, kebanyakan digunakan dalam konteks kegiatan yang lengkap dalam mempraktekkan yoga untuk mencapai hasil yang spesifik. Arti kriya yang lain adalah manifestasi dari kekuatan kundalini, misalnya gerakan tubuh spontan yang berkaitan dengan aliran energi tubuh. Sebagai contoh, Kriya Shakti adalah kekuatan berpikir (Blavatsky, 1888). Kriya juga diartikan sebagai kegiatan seni, menitik-beratkan kepada keterampilan tangan untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis (wikipedia.org). Hasil kerja kriya bisa berupa karya seni fungsional maupun dekoratif dengan bahan tekstil, kayu, tanah liat, logam, kulit, berbagai bahan serat alam serta kombinasi dari berbagai bahan tersebut. Perguruan tinggi yang memiliki program studi kriya mendefinisikan kriya dari berbagai sudut pandang. Kriya adalah bidang keilmuan mempelajari pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas berkarya rupa, yang bertolak dari pendekatan medium, kepekaan estetik, kebutuhan keseharian (utiliatrian) dan mengandalkan keterampilan manual (manual dexterity). Hasil karya kriya diutamakan mengandung nilai keunikan konseptual, tema, imajinatif, emosional dan inderawi (visual, tactile, olfactory). Kriya juga merupakan metoda berkarya sekaligus mendesain produk yang mengutamakan nilai kualitas estetika, fungsional, keunikan, tema, makna dan pesan filosofis (www.fsrd.itb.ac.id). Kriya adalah salah satu cabang Seni Rupa yang tumbuh dan berkembang berdasar pada akar budaya bangsa yang menciptakan karya-karya Seni yang memenuhi kebutuhan fungsional dan atau non fungsional yang dalam mewujudkanya dilaksanakan secara kreatif, inovatif, serta dengan craftsmanship yang tinggi, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maupun eksklusif (isi.ac.id). 1

Kuntari Eri Murti,Trainer Manajemen Pemasaran, Manajemen Seni dan Desain, Desain Interior dan Desain Produk, PPPPTK SB, Jogjakarta.

© 2014 Kuntari Eri Murti | 1

Desain Kriya Kontemporer

Selain produk kriya dengan konten tradisional, saat ini kriya kontemporer (contemporary craft) sedang berkembang di Eropa, Australia, Amerika dan negara-negara maju lainnya tidak ketinggalan di Indonesia. Pendidikan kriya kontemporer menjadi favorit, karena hasil karyanya bisa mencapai pasar dunia di pasar konvensional maupun pasar online. Sebagai ilustrasi, pendidkan kriya komtemporer di Inggris misalnya, telah menghasilkan desainerdesainer kriya kelas dunia, dan tergabung dalam Contemporary Crafts Network (CCN). CCN menyelenggarakan pameran reguler untuk mempromosikan karya-karya kriya kontemporer. Demikian pula karya desainer kriya kontemporer Amerika sudah di pamerkan secara reguler di Fuller Craft Museum (fullercraft.org). Sebagai tambahan, desain kriya kontemporer saat ini, sebagian sudah menjadi produk manufaktur yang bisa dimiliki oleh setiap orang.

PERKEMBANGAN DESAIN KRIYA KONTEMPORER Desain kriya kontemporer berkembang seriring dengan perkembangan pendidikan desain kriya kontemporer. Di Inggris, mahasiswa jurusan krya kontemporer pada tingkat pendidikan tinggi mengalami peningkatan 13 persen untuk bachelor degrees dan 22 persen untuk Certificate dan diploma. Jumlah mahasiswa dari luar Inggris sebanyak 46 persen pada tingkat undergraduate dan 79 persen pada tingkat postgraduate. Partisipan dari golongan kulit hitam dan etnik minoritas mengalami peningkatan dari 16 persen menjadi 58 persen untuk Certificate dan diploma dan dari 9 persen ke 18 persen untuk tingkat bachelor. Di Indonesia, belum ada data hasil riset tentang perkembangan jumlah mahasiswa seni kriya untuk perguruan tinggi seni. Namun dari data yang tersedia, jumlah mahasiswa seni kriya mengalami pasang surut dari tahun ke tahun. Sebagai ilustrasi Institut Teknologi Bandung, pada tahun 2008, jumlah mahasiswa seni kriya mencapai 6 orang, tahun 2009 ada 12 orang, tahun 2010 terdapat 30 orang, 2011 mencapai 46 orang, dan 2012 diminati oleh 42 orang. Perguruan tinggi lain yang membuka jurusan kriya belum ditemukan datanya di internet. Desain kriya kontemporer berkembang pesat sejalan dengan perkembangan masyarakat urban (perkotaan). Desain urban diperkenalkan oleh V. Gordon Childe (1950). Childe mensintesakan data arkeologi untuk mengembangkan konsep urbanisme, dan mengenali transformasi sosial radikal yang menjadi asal usul perkotaan dan kawasan (Smith, 2009). © 2014 Kuntari Eri Murti | 2

Desain Kriya Kontemporer

Konsep desain urban ini menitik beratkan pada upaya menyesuaikan kawasan dan perkotaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat penggunanya, baik yang berkunjung, maupun yang tinggal dan bekerja di tempat tersebut. Pengunjung dan masyarakat yang tinggal dan bekerja di kawasan dan perkotaan tersebut, tentunya memiliki struktur kebutuhan dasar sampai kebutuhan untuk mengaktualiasasi diri (Maslow, 1954). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, para desainer menghubungkan konsep desain produk dengan konsep desain urban, untuk menciptakan desain produk yang memiliki citarasa perkotaan dan dibutuhkan oleh masyarakat urban. Masyarakat urban memiliki keterbatasan lahan untuk mendirikan tempat tinggal, kawasan perbelanjaan dan berbagai fasilitas lain yang digunakan untuk mendukung kegiatan mereka. Keterbatasan lahan menciptakan standard minimal, bentuk bangunan vertikal dan multifungsi, untuk memberikan keamanan dan kenyamanan kepada penghuninya (Department of the Environment, Transport and the Regions, 2000). Konsep minimalis, vertikal, dan multifungsi memberikan peluang kepada desainer produk untuk menciptakan desain produk dengan konsep yang sama sehingga menghasilkan produk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat urban. Desain urban melibatkan desain bangunan, kelompok bangunan, kawasan dan lansekap, di desa, di perkampungan dan di kota, serta menetapkan kerangka kerja dan roses yang memfasilitasi keberhasilan pengembangan. Desain urban termasuk didalamnya keamanan masyarakat, dan bagaimana penampilannya. Desain urban juga bertanggungjawab atas keterhubungan antara orang dan tempat, bentuk dan gerakan perkotaan, alam dan manufaktur dan proses untuk memastikan keberhasilan suatu desa, perkampungan dan perkotaan. Desain urban merupakan kunci untuk menciptakan pengembangan berkelanjutan dan penggunaan sumber daya alam yang hati-hati dan untuk pengembangan masyarakat dan peningkatan perekonomian rakyat. Good design dapat membantu menciptakan tempat yang penuh kehidupan dengan karakter unik. Good design juga menciptakan ruang-ruang yang aman dan nyaman serta berskala manusia. Pencapaian good design snagat bergantung pada kemampuan

desainer

untuk

menjaga

komitmen

dan

bertanggungjawab

terhadap

pengembangan baru.

© 2014 Kuntari Eri Murti | 3

Desain Kriya Kontemporer

Tujuan desain urban adalah abstrak. Desain urban memiliki dampak pada kehidupan manusia hanya dengan menerjemahkannya ke dalam pengembangan. Bentuk bangunan, struktur dan ruang merupakan ekspresi fisik dari desain urban. Desain inilah yang mempengaruhi pola penggunaan, kegiatan dan pola gerak di tempat tersebut, dan memberikan pengalaman kepada orang yang berkunjung, hidup dan bekerja di tempat tersebut. Konsep desain urban yang diterapkan untuk kawasan dan perkotaan, selanjutnya diadaptasi untuk menciptakan produk-produk yang digunakan oleh masyarakat urban (perkotaan) dan para pengunjungnya yang hidup dan bekerja di tempat tersebut.

KARAKTERISTIK DESAIN KRIYA KONTEMPORER Karakteristik desain kriya kontemporer mengadaptasi karakter desain produk yang digunakan oleh penduduk urban. Menciptakan Keseimbangan Lokal dan Modern 1. Desain kriya kontemporer mencerminkan karakter lokal untuk meunjukkan identitas sebuah kawasan. Karakteristik tersebut meliputi lansekap, materi, tradisi, pola kehidupan lokal, dan faktor lain yang membuat desain kriya tersebut berbeda dengan desain kriya lainnya. Kriya kontemporer yang paling baik adalah kriya yang memiliki kenangan, dan karakter yang dapat diapresiasi oleh masyarakat dengan mudah. 2. Mempertimbangkan keseimbangan antara lingkungan bergaya lama dengan lingkungan bergaya baru, supaya mencapai keselarasan, dan menciptakan perbedaan. 3. Merespon budaya lokal, untuk menciptakan desain kriya baru, sehingga ada keterkaitan antara budaya lokal dan desain kriya kontemporer yang baru. 4. Menggunakan bahan-bahan lokal, metode dan detil desain untuk memperkaya perbedaan lokal.

© 2014 Kuntari Eri Murti | 4

Desain Kriya Kontemporer

Mengutamakan Mualitas Desain kriya kontemporer juga bisa menghiasi area publik. Kriya kontemporer ini bisa dalam bentuk furnitur jalanan (street furniture) yang terintegrasi dengan kawasan publik untuk menciptakan identitas dan memperkaya kesan kawasan urban. Koordinasi elemen seni dan kawasan urban sangat penting, untuk menghindari kebingungan masyarakat pengguna. Elemen ini meliputi grafik, pencahayaan, railling (pegangan bagi pejalan kaki orang tua dan penderita cacat), keranjang sampah, pengerasan jalan (paving), tempat duduk, halte bus, kios-kios, jalur sepeda, patung-patung dan pancuran air minum (fountains). Desain kriya kontemporer yang dipaparkan di kawasan urban tersebut harus terintegrasi dengan proses desain kawasan untuk mencapai hasil yang efektif. Demikian pula furniture dan bangku-bangku yang ditempatkan di kawasan dan halte bus harus dapat diduduki dengan aman dan nyaman. Kemudahan Gerak Area urban yang berhasil adalah area yang menyenangkan, nyaman, dan aman untuk bepergian tinggal dan bergerak diantara padatnya bangunan. Jalan-jalan diantara padatnya bangunan di area urban tidak lebih dari lalulintas untuk kendaraan, harus memberikan kenyamanan, keamanan sekaligus daya tarik untuk pengguna. Jalan yang didesain dengan baik akan mendorong orang untuk menggunakannya dan memiliki pengalaman yang penuh kedamaian dan rasa yang menyenangkan. Berkenaan dengan situasi jalan di area urban yang pada umumnya sempit, pejalan kaki, pengendara sepeda dan kendaraan bermotor harus sama-sama dapat menikmati lingkungan disekitarnya. Orang yang lalulalang di jalan, suatu ketika bisa berhenti dan duduk duduk menikmati lalulintas di jalan, atau menikmati pertunjukan yang ada di lingkungan tersebut. Konsep ini menciptakan ide-ide untuk mendesain furnitur jalanan (street furniture) yang nyaman, aman, bernilai seni dan menyenangkan bagi pengguna jalan, serta terintegrasi dengan suasana lingkungan sekitarnya.

© 2014 Kuntari Eri Murti | 5

Desain Kriya Kontemporer

Gambar 1: (a) John Cederquist (American, b 1946), “Couchabunga,” 1992; (b) Urban Street Furniture Sumber: The Daphne Farago Collection. Courtesy Museum of Fine Arts, Boston; http://movementbureau.blogs.com/

Kemudahan untuk Dimengerti Desain urban membutuhkan citra semacam landmarks, gateways dan focal points yang membantu orang menemukan jalan. Tanda-tanda ini harus didesain sesuai dengan nuansa lokal yang dapat dikenali dengan baik oleh para pengunjung dan orang-orang yang tinggal dan bekerja di area tersebut. Peranan desainer urban sangat penting untuk memberikan visualisasi pencitraan lokal yang mudah dimengerti oleh para pengunjung. Proses desain yang berhubungan dengan landmark, gateways dan focal point tersebut haruslah memperhitungkan bahwa tidak semua orang mau membaca, menginterpretasikan dan menikmati area tersebut dengan cara yang sama. Laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, tua, muda, penghuni, dan pengunjung dari berbagai budaya akan memiliki pengalaman yang berbeda dan didoring untuk merasakan dengan mudah melalui berbagai aspek. Dengan demikian pengembangan desain yang ditujukan untuk mempermudah orang dalam memahaminya, harus mempertimbangkan aspek kebaruan, konektivitas budaya, dan dapat membantu orang untuk menemukan jalan atau objek yang dicari. Desain, lokasi, fungsi dan asesoris dapat memperkuat identitas dan karakter rute dan area yang di gunakan publik. Desain yang baik akan meningkatkan kemudahan dengan menciptakan ketertarikan visual dan memberikan kontribusi kepada identitas yang unik dan berbeda. Sifat-sifat kemudahan ini dapat ditingkatkan melalui: 1. Desain yang mudah dipahami 2. Detail yang kaya, khususnya di level bawah, yang dapat dijangkau orang dengan meraba. 3. Material yang beragam dan unik serta memiliki kualitas intrinsik

© 2014 Kuntari Eri Murti | 6

Desain Kriya Kontemporer

Adaptif Suatu area bisa mengalami perubahan dengan cepat. Meskipun tinggal, bekerja dan melakukan perjalanan dengan berbagai cara yang berbeda, namun struktur dasar dari bentuk fisik memiliki pola yang tidak berubah sesuai dengan pola kehidupan manusia. Dengan demikian, area urban yang berhasil, akan menghindari pengembangan-pengembangan yang bersifat destruktif dan memiliki tujuan yang sempit untuk tujuan yang sangat khusus. Sebagai ilustrasi, sebuah rumah memenuhi permintaan yang berbeda sehingga akan dapat menampung kegiatan penghuninya, dari kelahiran seorang anak sampai menginjak dewasa. Kota dan kota besar harus beradaptasi dengan peningkatan dan penurunan industri, permintaan perumahan dan perubahan tata cara bekerja serta usia bangunan dan infrastruktur. Dengan demikian, diperlukan desain yang adaptif untuk interior rumah tinggal, sehingga dapat disesuaikan dengan perubahan kebutuhan penghuninya. Tempat-tempat umum juga harus memiliki fleksiblitas untuk berbagai kegiatan yang dibutuhkan oleh publik. Perubahan terus menerus ini diadaptasi oleh desain kriya kontemporer dengan menciptakan berbagai pola dan bentuk yang disukai oleh masyarakat urban tersebut. Sebagai ilustrasi, berbagai motif kain tenun lurik klasik yang dimodifikasi untuk memenuhi selera pasar konsumen urban.

Gambar 2: Adaptasi kalin lurik tradisional menjadi lurik modern Sumber: jogjareview.net; radarjogja.co.id; fashionbeautytrends.com

© 2014 Kuntari Eri Murti | 7

Desain Kriya Kontemporer

Mengakomodasi Keragaman Konsep desain urban juga harus dapat mengakomodasi keragaman, sehingga dapat digunakan secara bersamaan untuk berbagai kegiatan (mix of uses), baik untuk area publik di luar (outdoor) maupun di dalam (indoor). Suatu tempat bisa diubah sebagai tempat tinggal, toko, ruang untuk kegiatan publik atau diubah sebagai asrama. Semakin banyak ragam kegiatan yang dapat dilakukan di suatu area, maka tempat tersebut menjadi semakin ekonomis dan memiliki faktor kegunaan (use factors) yang tinggi. Pengembangan mixed-use ini dapat memberikan peluang yang lebih banyak untuk menciptakan karya desain kriya kontemporer selaras dengan trend desain di tempat tersebut. Konsep mix of uses menginspirasi furniture, desain produk, dekorasi dan asesoris multi-fungsi. Sebagai ilustrasi karya kriya kontemporer Katie Almond (Inggris) bisa difungsikan sebagai mug atau jar, dan bisa juga digunakan sebagai hiasan dekorasi interior, atau asesoris untuk interior café.

Gambar 3: Mug dan jar keramik oleh KatieAlmond Sumber: madebyhandonline.com

© 2014 Kuntari Eri Murti | 8

Desain Kriya Kontemporer

Desain kriya kontemporer yang diturunkan dari desain urban, akan mengisi ruang-ruang di area publik (enclosure), di jalan dan di dalam ruang-ruang privat (perumahan). Desain kriya kontemporer merupakan refleksi dari kearifan lokal (local wisdom) dan konteks lokal (local context) yang digunakan oleh masyarakat perkotaan dan sekitarnya. Kriya kontemporer cenderung dikemas menjadi desain kriya fungsional dan mengedepankan estetika. Dibawah ini beberapa contoh hasil karya desain kriya kontemporer masa kini.

Ann Povey Keamik dan gelas

Julie Willoughby Quilt dan aplikasi tekstil

Liz Pearson Gelas dan enamel

Lyn Jenkins Felt

Lynn Baker Gelas

Sheena Maxwell Gelas

Ann Povey (glass and ceramics), Jeanette Killner (metal) and Caroline Mattaei (ceramics).

Margherita Marchioni Pensil

Laurie Herrick Tenun

© 2014 Kuntari Eri Murti | 9

Desain Kriya Kontemporer

PEMASARAN KRIYA KONTEMPORER DAN PENINGKATAN EKONOMI KREATIF Ekonomi kreatif diperkenalkan secara luas oleh John Howkins pada tahun 2001 dalam bukunya yang berisi tentang: bagaimana orang memperoleh uang dari ide. Selanjutnya, pada tahun 2008, Departemen Perdagangan Republik Indonesia mensosialisasikan cetak biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2025. Dalam makalahnya disebutkan bahwa Indonesia mencanangkan pengembangan 14 subsektor ekonomi kreatif, meliputi industri periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kriya, desain, fesyen, film, video dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak dan radio dan televisi. Ekonomi Kreatif adalah wujud dari upaya mencari pengembangan yang berkelanjutan melalui kreatifitas. Pengembangan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan (Pangestu, 2009). Ekonomi kreatif sangat penting dikembangkan di Indonesia karena (1) memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, (2) menciptakan iklim bisnis yang positif, (3) membangun citra dan identitas bangsa, (4) berbasis pada sumber daya yang terbarukan, (5) menciptakan inovasi dan kreatifitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa, dan (6) memberikan dampak sosial yang positif (Pangestu, 2009). Pada tahun 2012, ekonomi Kreatif menempati posisi ke tujuh dari sepuluh sektor ekonomi nasional dengan menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) 6,9 persen atau senilai 573,89 Triliun Rupiah dari total kontribusi ekonomi nasional pada 2012. PDB Industri Kreatif banyak disumbangkan oleh kelompok fesyen, kerajinan, periklanan dan desain dengan rata-rata nilai PDB kelompok industri kreatif tersebut tahun 2002-2006 secara berturutturut adalah 46 triliun rupiah (44,18 persen), 29 triliun rupiah (27,72 persen), 7 triliun rupiah (7,03 persen), dan 7 triliun rupiah (6,82 persen). Sektor ekonomi kreatif berada di posisi ke sepuluh dan menyumbang 0,7 persen atau 62,13 triliun rupiah dari total kontribusi ekonomi nasional; sektor pengangkutan dan komunikasi di posisi ke sembilan, menyumbang 6,5 persen atau 542,25 triliun rupiah dari total kontribusi ekonomi nasional; dan keuangan, real estate, dan jasa perusahaan di posisi ke delapan menyumbang 6,7 persen atau 554,68 triliun rupiah dari total ekonomi nasional. Ekonomi kreatif menyumbang 11.799.568 tenaga kerja atau 10,65 persen pada total angkatan © 2014 Kuntari Eri Murti | 10

Desain Kriya Kontemporer

kerja nasional yang mencapai 110.808.154 orang. Tiga sektor yang berada di atas ekonomi kreatif adalah: Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan di posisi pertama dengan 38.882.134 tenaga kerja atau 35,1 persen dari total angkatan kerja nasional; jumlah ini lebih dari dua kali lipat tenaga kerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang berada pada posisi kedua dengan 17.631.338 tenaga kerja atau 15,9 persen dari total angkatan kerja nasional; dan sektor Jasa-Jasa di posisi ketiga dengan 16.245.691 orang atau 14,7 persen dari total angkatan kerja nasional. Riset yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan tahun 2007 menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor industri kreatif mencapai 5,4 juta pekerja dengan tingkat partsipasi 5,8 persen. Sedangkan nilai ekspor mencapai 81,4 triliun rupiah dan berkontribusi sebesar 9,13 persen terhadap total nilai ekspor nasional. Pada tahun 2012, tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif melonjak mencapai 11.799.568 orang atau 10,65 persen dari total tenaga kerja nasional. Dalam waktu lima tahun, tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif ini meningkat dua kali lipat. Di masa krisis ekonomi tahun 1998, hampir semua perusahaan makro yang bergerak di sektor perbankan, industri dasar dan industri berat mengalami permasalahan finansial, dan banyak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawannya. Sedangkan sektor ekonomi kreatif tidak terpengaruh krisis sama sekali, bahkan tetap melakukan kegiatan ekonomi seperti biasa. Bertahannya industri kreatif di masa krisis memberikan pelajaran yang berharga bahwa sektor industri kreatif cukup signifikan memberikan dampak positif bagi pengembangan ekonomi berkelanjutan. Perkembangan ekonomi kreatif sangat didukung oleh perkembangan industri kreatif. Industri kreatif, merujuk pada seperangkat sektor industri yang saling mengunci (interlocking) dan merupakan bagian yang sedang tumbuh di era ekonomi global. Industri kreatif sering dikaitkan dengan cultural industries (industri budaya) namun sebenarnya industri budaya adalah sektor tambahan dari industri kreatif, termasuk di dalamnya (a) wisata budaya dan peninggalan sejarah, (b) museum dan perpustakaan dan (c) olahraga dan kegiatan outdoor. Industri budaya lebih mengarah pada menyampaikan nilai selain nilai moneter kepada masyarakat, antara lain kesejahteraan sosial, studi budaya dan pendidikan budaya. Industri kreatif merupakan industri yang fokus pada kegiatan mengkreasikan dan mengeksploitasi

© 2014 Kuntari Eri Murti | 11

Desain Kriya Kontemporer

produk kekayaan intelektual seperti seni, film, permainan, desain fesyen, atau layanan kreatif untuk antar perusahaan misalnya iklan. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi kreatif sangat didukung oleh interaksi sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan perkembangan berkelanjutan. Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep berbasis pada aspek kreatif yang memiliki potensi untuk menghasilkan pertumbuhan dan pengembangan ekonomi (UNCTAD, 2010). Ekonomi kreatif (1) meningkatkan penghasilan, menciptakan pekerjaan dan meningkatkan ekspor, dengan melibatkan aspek sosial, keragaman budaya dan pengembangan sumber daya manusia, (2) menyiapkan aspek ekonomi, budaya dan sosial agar dapat berinteraksi dengan teknologi, kekayaan intelektual dan pariwisata, (3) merupakan kegiatan ekonomi yang berbasis pada pengetahuan dengan dimensi pengembangan yang memiliki keterhubungan dengan ekonomi mikro dan makro, (4) merupakan pilihan untuk mengembangkan kebijakan antar kementrian yang inovatif dan multidisiplin (5) memiliki industri kreatif sebagai jantungnya. Ekonomi kreatif merujuk pada rentang kegiatan ekonomi yang menitikberatkan pada eksploatasi pengetahuan (en.wikipedia.org/wiki/Creative_economy, diunduh Mei 2013). Ekonomi kreatif merupakan evolusi konsep ekonomi yang didasarkan pada kreativitas didalam mengelola bisnis untuk mengembangkan ekonomi yang berkelanjutan. Didalam bisnis, menggunakan kreativitas adalah cara yang paling efektif untuk mencapai keunggulan kompetitif. Berkompetisi hanya pada harga, bukan merupakan strategi yang berhasil, dibandingkan dengan berkompetisi dengan menciptakan produk dan jasa yang orijinal dan inventif. Di sektor industri kreatif, kreativitas dapat menjadi akar untuk menciptakan produk yang lebih inovatif dan eisien untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kreativitas bukan merupakan hadiah yang datang begitu saja untuk seorang jenius atau pelaku industri kreatif. Kreativitas adalah sesuatu yang setiap orang bisa melakukan. Kreativitas adalah tentang menghasilkan gagasan baru dan menemukan solusi untuk mengatasi masalah dengan melakukan pemikiran yang berbeda. Kreativitas penting bagi pelaku industri kreatif, apalagi setelah mereka menemukan informasi yang ‘kering’ tentang kebutuhan konsumen, untuk diolah menjadi produk dan jasa aktual dan mutakhir. Pekerjaan pelaku industri kreatif akan menjadi lebih mudah dan bekerja lebih efektif, ketika mereka bekerjasama dengan orang-orang yang mengadopsi pemikiran yang hampir sama, dibandingkan dengan jika memperlakukan

© 2014 Kuntari Eri Murti | 12

Desain Kriya Kontemporer

dirinya terisolasi dan bekerja sendiri. Dalam sektor industri kreatif, pelaku industri kreatif berinteraksi dengan masyarakat lainnya untuk menciptakan produk dan jasa layanan baru yang memberikan manfaat lebih kepada konsumen. Karena konsumen memiliki berbagai segmen dan latar belakang budaya yang berbeda, dengan tingkat kebutuhan teknologi yang berbeda. Dengan demikian pelaku industri kreatif akan sangat terbantu jika mereka bekerjasama dengan orang-orang yang berkecimpung di bidang budaya, sosial, teknologi dan lingkungan yang berkelanjutan. Pengendali Ekonomi Kreatif Pengendali utama ekonomi kreatif adalah (1) teknologi, (2) kebutuhan akan karya kreatif dan (3) pariwisata. Didalam lingkup ekonomi kreatif, pengetahuan baru merupakan rantai perkembangan ilmu dan teknologi yang mengendalikan kreatifitas dalam menciptakan jasa dan karya kreatif. Teknologi Produk berteknologi dan inovasi proses dalam menciptakan karya dan jasa kreatif didalam lingkup ekonomi kreatif adalah konstan, karena penelitian karya kreatif akan diikuti dengan perkembangan teknologi dan inovasi. Demikian seterusnya, ketika diciptakan jasa dan karya kreatif yang baru, akan membutuhkan teknologi dan inovasi yang lebih unggul daripada teknologi yang digunakan sebelumnya. Semakin inovatif suatu jasa dan karya kreatif, semakin tinggi teknologi yang digunakan. Sebagai contoh, sebuah telepon seluler mengalami perkembangan teknologi yang inovatif karena didorong oleh adanya kebutuhan fitur yang lebih lengkap dan sistem operasi lebih kompatibel terhadap platform dan operator telepon seluler yang beragam. Contohnya semakin canggih seluler semakin kompatibel tehadap sistem operasi android dan windows, dan bahkan bisa menggunakan dua sistem secara bergantian. Permintaan Karya Kreatif Ekonomi kreatif juga didorong oleh peningkatan kebutuhan konsumen akan jasa dan karya kreatif. Semakin tinggi kebutuhan akan karya kreatif semakin tinggi peningkatan ekonomi kreatif. Beberapa faktor mendasari dorongan kebutuhan ini. Pertama peningkatan pendapatan © 2014 Kuntari Eri Murti | 13

Desain Kriya Kontemporer

riil di negara-negara industri, telah meningkatkan kebutuhan akan produk dan jasa yang bersifat rekreatif (income elastic products). Artinya, semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi pula kebutuhan akan jasa dan produk kreatif yang bersifat rekreatif. Sebagai ilustrasi, jika pendapatan seseorang meningkat, maka kebutuhan makan akan menjadi kebutuhan yang bersifat rekreatif, yaitu makan di rumah makan mewah, atau café ternama. Kedua, perubahan pola konsumsi produk budaya juga merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. Perkembangan teknologi komunikasi mendasari transformasi ini. Saat ini, konsumen dari generasi baru dari seluruh benua menggunakan internat, telepon seluler, dan media digital. Budaya ini tidak hanya memperluas pengalaman budaya, tetapi juga mentrasformasi budaya pasif menjadi budaya aktif yaitu menciptakan isi produk budaya. Sebagai contoh, disediakannya portal youtube, seseorang tidak hanya menjadi penikmat isi produk budaya yang disajikan oleh protal youtube, tetapi mereka juga bisa mengunggah isi budaya ke portal youtube tersebut. Penyebarluasan isi produk budaya ini merupakan pendorong utama peningkatan kebutuhan akan koneksi internet, komputer dan alat komunikasi lainnya (gadget) dan pada akhirnya akan meningkatkan ekonomi kreatif. Pertumbuhan konsumen menjadi pencipta dan ko-pencipta isi produk budaya menstimulasi sejumlah besar interaksi budaya dan pertukaran informasi. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang melibatkan konsumen dalam memproduksi produk atau jasa kreatif adalah produsen perangkat lunak bebas akses (open source software) dan informasi yang diproduksi antar rekan (peer-producced information) antara lain dropbox dan webblog. Pariwisata Demografik merupakan elemen lain yang secara positif mempengaruhi kebutuhan akan karya kreatif. Data tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah penduduk dunia adalah 7.017.846.922 (internetworldstats.com, diunduh Mei 2013), dan akan tumbuh menjadi lebih dari 9 miliar pada tahun 2050 (UNCTAD, 2010). Pada saat itu, populasi penduduk pensiun juga akan mengalami peningkatan. Mereka biasanya memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan rekreatif, berwisata, dan akan lebih banyak melakukan kegiatan budaya, serta membelanjakan uangnya untuk produk dan jasa kreatif. Dengan demikian, kebutuhan

© 2014 Kuntari Eri Murti | 14

Desain Kriya Kontemporer

akan jasa dan produk kreatif bertumbuh setiap tahun, baik untuk generasi muda maupun generasi tua. Dimensi Ekonomi Kreatif Ekonomi kreatif memiliki empat dimensi utama yaitu (1) ekonomi, (2) budaya, (3) sosial dan (4) pengembangan berkelanjutan (UNCTAD, 2010). Masing-masing dimensi dijelaskan berikut ini. Ekonomi Ekonomi kreatif berakar dari perekonomian nasional. Tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berasal dari sektor jasa dan manufaktur menghasilkan diversifikasi ekonomi, pendapatan, perdagangan dan inovasi. Hal ini juga akan membuka dan mengembangkan area pedesaan sekaligus mempromosikan konservasi lingkungan pedesaan dan peninggalan budaya. Konribusi ekonomi kreatif pada tahun 2010 terhadap ekonomi global masih sulit di hitung secara akurat. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pendekatan dan klasifikasi sektor kreatif di setiap negara dan peringkat dunia. Cara yang sering digunakan untuk mengukur kontribusi ekonomi kreatif pada ekonomi nasional suatu negara adalah dengan mengukur pertambahan nilai (value added). Jumlah pertambahan nilai dari seluruh industri sama dengan produk domestik bruto (PDB) yang merupakan ukuran standard ekonomi domestik suatu negara. Belum adanya klasifikasi standard industri kreatif dan data resmi dari pemerintah mengakibatkan kesulitan dalam mengestimasikan kontribusi ekonomi kreatif terhadap perkembangan ekonomi dunia. Sosial Dampak sosial ekonomi kreatif adalah kontribusi tenaga kerjanya. Industri kreatif membutuhkan ketrampilan spesifik dan kualifikasi tenaga kerja yang cukup tinggi, khususnya untuk pekerjaan kreatif dengan konsentrasi tinggi, antara lain produksi film dan teater. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap ketenagakerjaan sangat signifikan, yaitu sekitar dua sampai delapan persen tenaga kerja bekerja untuk sektor ekonomi kreatif. Potensi penciptaan pekerjaan di sektor ekonomi kreatif ini menjadi penting dalam arti politis, antara lain strategi © 2014 Kuntari Eri Murti | 15

Desain Kriya Kontemporer

untuk mengembangkan kawasan industri di beberapa negara, menetapkan industri kreatif sebagai cara efektif untuk memberdayaan tenaga kerja, karena setiap orang adalah pelaku industri kreatif. Data Badan Pusat Statistik tidak menyebutkan secara rinci jumlah tenaga kerja Indoensia yang bekerja untuk setiap subsektor industri kreatif, hanya disebutkan jumlah tenaga kerja di industri pada tahun 2012 adalah 15.367.242 orang. Ada kemungkinan, tenaga kerja di sektor industri kreatif juga dimasukkan dalam klasifikasi Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan, karena ada sebagian industri perorangan yang diklasifikasikan sebagai industri kreatif, antara lain fotografer, penulis, sasterawan, pemain film, pelukis dan pekerja seni lainnya. Klasifikasi Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan menyerap tenaga kerja sebanyak 17.100.896 orang tahun 2012. Dengan demikian, jika dua klasifikasi tersebut meliputi subsektor industri kreatif, maka jumlah tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif menjadi 32.468.138, atau 29,30 persen dari total angkatan kerja di Indonesia, atinya kontribusi ekonomi kreatif di Indonesia terhadap angkatan kerja cukup signifikan. Budaya Dimensi budaya merupakan dimensi penting dalam perkembangan ekonomi kreatif. Budaya diinterpretasikan sebagai berbagi nilai dan tradisi yang memberi indetitas suatu komunitas atau suatu bangsa dan merupakan kesatuan. Dalam arti fungsional, budaya berarti praktik suatu kesenian. Ekonomi kreatif merupakan dampak dari kegiatan budaya tersebut. Nilai-nilai budaya sangat penting sebagai identitas suatu bangsa, kota, pedesaan atau komunitas. Keragaman budaya dari seluruh dunia menjadi semakin jelas dan dominan. Ketika proses globalisasi budaya terus berjalan, nilai keragaman budaya menjadi lebih nyata berperan dalam industri kreatif. Keragaman budaya merupakan dimensi kunci untuk pengembangan dan perdamaian yang berkelanjutan. Keragaman budaya juga merupakan kunci untuk meguji empat aspek yang mempengaruhi evolusi keragaman budaya yaitu bahasa, pendidikan, komunikasi dan isi budaya, serta kreatifitas dan pasar karya kreatif. Keragaman budaya ini merupakan dimensi ekonomi kreatif yang akan memberikan banyak manfaat dalam pengembangan komunitas internasional. Keberlangsungan budaya berpengaruh pada proses perawatan semua aset budaya, dari bahasa dan ritual tradisi sampai ke pekerjaan seni, artefak dan lokasi serta © 2014 Kuntari Eri Murti | 16

Desain Kriya Kontemporer

bangunan cagar budaya. Aset budaya tersebut berpengaruh pada industri kreatif yang berkaitan dengan kebijakan budaya tentang strategi untuk menjaga investasi untuk mengembangkan dan mempromosikan industri budaya melalui cara-cara yang berkelanjutan. Industri kreatif berpartisipasi langsung dalam menjaga pengembangan berkelanjutan, dan berimplikasi pada (1) kesetaraan antar generasi, (2) kesetaraan intra generasi, (3) perlindungan keragaman budaya dan keragaman hayati, (4) peraturan keselamatan cagar budaya, dan (5) keterhubungan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Pengembangan Berkelanjutan Dimensi pengembangan berkelanjutan merupakan dimensi keempat dari ekonomi kreatif. Industri kreatif juga memberikan kontribusi kepada pengembangan bekelanjutan. Konsep berkelanjutan memiliki lingkup yang lebih luas dari sekedar aplikasinya di lingkup lingkungan. Modal budaya yang riil dan terhitung (tangible) maupun yang tidak riil (intangble) dari suatu komunitas, daerah maupun negara, merupakan modal untuk generasi mendatang sebagai sumberdaya alam dan kebutuhan ekosistem yang harus dijaga untuk memastikan keberlangsungan bagi kehidupan manusia di planet ini. Pemasaran Kriya Kontemporer Kriya kontemporer merupakan produk industri kreatif yang berperan sangat penting dalam peningkatan ekonomi kreatif dan pada akhirnya akan meningkatkan PDB (produk domestik bruto). Di beberapa negara maju karya-karya kriya kontemporer berkembang pesat atas dukungan pemerintah dan pihak swasta. Dukungan tersebut berupa fasilitas untuk berkarya dan arena promosi produk kriya kontemporer secara berkelanjutan. Data menyebutkan bahwa 116 negara menyelenggarakan pemasaran kriya kontemporer secara reguler setiap tahun, termasuk Indonesia (10times.com). Hasil karya kriya kontemporer pada umumnya di promosikan di area craft fair atau craft festival. Beberapa contoh kegiatan promosi kriya kontemporer di Inggris, Amerika dan Australia disajikan berikut ini.

© 2014 Kuntari Eri Murti | 17

Desain Kriya Kontemporer

Gambar 4: The Contemporary Craft Festival Shop, Littlecote, Fore Street, Bovey Tracey, TQ13 9AD Sumber: http://craftsatboveytracey.co.uk/

Gambar 5: Contemporary craft fair Brightstripe – Cultural Health C.I.C. College Road Campus, College Road, Hereford HR1 1EB Sumber: http://www.brightstripe.co.uk/

© 2014 Kuntari Eri Murti | 18

Desain Kriya Kontemporer

Gambar 6: Contemporary craft fair - Salisbury Rotary Club and Salisbury Chamber of Commerce Sumber: salisburycraftfayre.org

Gambar 7: Arts and Crafts Fair Chicago 2014 Sumber: http://www.eastwoodgallery.com/

© 2014 Kuntari Eri Murti | 19

Desain Kriya Kontemporer

Gambar 8: Melbourne art fair 2014 Sumber: http://melbourneartfair.com.au/

Gambar 9: Adelaide craft fair 2014 Sumber: http://www.craftfair.com.au/

© 2014 Kuntari Eri Murti | 20

Desain Kriya Kontemporer

PENUTUP Desain kriya kontemporer merupakan pengembangan dari produk kriya masa lalu yang cenderung mengutamakan konten tradisional. Kriya kontemporer saat ini mengisi kawasan urban dan dapat dikenali dengan mudah, karena mempertimbangkan budaya urban. Budaya urban merupakan hasil percampuran budaya penduduk aseli yang tinggal di perkotaan, pendatang, pekerja dari kawasan lain dan para wisatawan yang berkunjung di kota tersebut. Semakin banyak ragam budaya di suatu kawasan urban, maka semakin kaya budaya yang diadaptasi untuk menciptakan desain-desain kriya kontemporer tersebut. Karya kriya kontemporer sudah memiliki psosisi kuat di pasar dunia. Hal ini dibuktikan dengan meluasnya promosi untuk memasarkan karya kriya kontemporer tersebut, bahkan sampai 116 negara. Di Indonesia, pemerintah dan pihak swasta menyelenggarakan promosi untuk memasarkan karya kriya kontemporer secara reguler setiap tahun, di berbagai wilayah yaitu Jakarta, Bali, Yogyakarta dan Bandung. Kriya kontemporer akan tetap menjadi produk masa kini dan masa datang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat urban yang semakin meluas.

© 2014 Kuntari Eri Murti | 21

Desain Kriya Kontemporer

DAFTAR PUSTAKA Blavatsky, Helena Petrovna (1888), The Secret Doctrine, London Theosophical Pub. House, ISBN 0-900588-74-8. Childe, V. Gordon (1950) The Urban Revolution, The Town Planning Review, Vol. 21, No. 1, pp. 3-17. De Bono, Edward (1992) Sur/Petition: Going Beyond Competition, London, Harper Collins Publisher. Design Council (2007) Lesson from Europe, Report on the Design Council/HEFCE fact-finding, Visit to Netherland, Denmark and Finland, 5-10 September. Dyer, Jeffrey H.; Gregersen, Hal B., and Christensen, Clayton M. (2009) The innovator’s DNA, Harvard Business Review, December 2009, pp. 1-10. Hamidi, Daniel Yar; Wennberg, Karl and Berglund, Henrik. (2008) Creativity in entrepreneurship education, Journal of Small Business and Enterprise Development, Vol. 15 No. 2, pp. 304320. Hisrich, Robert D., Peters, Michael P. and Shepherd, Dean A. (2005) Entrepreneurship, 6 ed., New York: McGraw-Hill Irwin. http://10times.com/contemporary-crafts-market, diunduh Oktober 2014. http://antiquesandthearts.com/news/2013/03/05/farago-s-contemporary-craft-gift-mfaboston-larges/170175#.VDtbqJRLXdc, diunduh Oktober 2014 http://craftsatboveytracey.co.uk/, diunduh Oktober 2014 http://fullercraft.org/craft-directory-resources/, diunduh Oktober 2014 http://isi.ac.id/program/sarjana/seni-rupa/jurusan-kriya/, diunduh Oktober 2014 http://lincolnschoolofartanddesign.blogspot.com/2011/02/nineteen-artists-fromcontemporary.html, diunduh Oktober 2014 http://mocoloco.com/archives/016540.php, diunduh Oktober 2014 http://salisburycraftfayre.org/, diunduh Oktober 2014 http://www.brightstripe.co.uk/services/herefordshire-contemporary-craft-fair/, diunduh Oktober 2014 http://www.craftfair.com.au/wp/Adelaide/gallery/#sthash.KwZBc0uR.dpbs, diunduh Oktober 2014 http://www.craftscouncil.org.uk/about/press/crafts-council-research-into-craft-educationreveals-reduction-in-participa/, DIUNDUH Oktober 2014. http://www.finecraftnetwork.com/cat/glass_index.html, diunduh Oktober 2014 http://www.fsrd.itb.ac.id/?page_id=12, diunduh Oktober 2014 http://www.greatnorthernevents.co.uk/homepage-gnccf.aspx, diunduh Oktober 2014 http://www.madebyhandonline.com/news/article/madebyhandonline_sponsors_the_great_no rthern_contemporary_craft fair/, diunduh Oktober 2014. http://www.oregonlive.com/art/index.ssf/2011/03/art_review_weaver_laurie_herri.html, diunduh Oktober 2014 http://www.southaustralia.com/info.aspx?id=9003003&rs=b%7cAU%7cAU, diunduh Oktober 2014 http://www.thesteelrooms.com/art-gallery/new-exhibition-contemporary-crafts-network-ccn7-june-23-july-2014/#lightbox[auto_group1]/0/, diunduh Oktoer 2014 © 2014 Kuntari Eri Murti | 22

Desain Kriya Kontemporer

Kotler, Philip and Keller, Kevin, Lane (2006) Marketing Management” 12th Ed., NJ, Pearson Education. Maslow, Abraham Harold (1954) Motivation and Personality, 3rd edition, Harper and Row Publisher Inc. Maslow, Abraham Harold (1954) Motivation and Personality, 3rd edition, Harper and Row Publisher Inc. McLennan, J. F. (2004), The Philosophy of Sustainable Design, Packham, Gary; Jones, Paul; Miller, Christopher; Pickernell, David and Thomas, Brychan. (2010) Attitudes towards entrepreneurship education: a comparative analysis, Education and Training, Vol. 52 No. 8/9, pp. 568-586. Rahutami, Ika dan Erimurti, Kuntari (2007) “Pemampuan knowledge management dalam meningkatkan kinerja usaha mikro, kecil dan menengah”, dalam Immovation 2007, Bank Indonesia, Jakarta Rasmussen, Einar A., dan Sørheim, Roger (2006) Action-based entrepreneurship education, Technovation, No. 26, pp. 185–194. Schiavone, Francesco; Pierini, Marco and Eckert, Vincent (2008) “Strategy-based approach to eco-design: an innovative methodology for systematic integration of ecologic /economic considerations into product development process,” International Journal of Sustainable Design, Vol. 1, No. 1, pp. 29-44. Smith, Michael E. (2009) V. Gordon Childe and the Urban Revolution: a historical perspective on a revolution in urban studies, Centenary Paper, TPR, 80 (1), pp. 3-29. Smith, Michael E. (2009) V. Gordon Childe and the Urban Revolution: a historical perspective on a revolution in urban studies, Centenary Paper, TPR, 80 (1), pp. 3-29. StarNewsOnline.com diakses Januari 2008. Walker, Stuart (2008) “Extant objects: designing things as they are,” International Journal of Sustainable Design, Vol. 1, No. 1, pp: 4-12. www.adaptinternational.it

© 2014 Kuntari Eri Murti | 23

Desain Kriya Kontemporer

DATA PENULIS

Nama NIP Pendidikan

Instansi Telepon Email

Kuntari Eri Murti 19580109 198603 2 002 1982, S1 Desain Interior, STSRI ASRI 2000, S2 Magister Manajemen, UGM 2012, S3 Manajemen Pemasaran, UGM Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya Yogyakarta +62(0)811253980 [email protected]

© 2014 Kuntari Eri Murti | 24

Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.