(Do Not Edit) Contoh Esai : Pariwisata Bahari

June 15, 2017 | Autor: Ria N. Puspa S. | Categoria: Essay, Pariwisata, Wisata Bahari
Share Embed


Descrição do Produto



Please do not edit this document because this is originally made by me and my teammates. You can use this document as your reference and pelase just for good purpose. Remember, plagiarism is unnecessary and unacceptable. Please kindly respect our hard work on making this essay. Thank you so much for your obedience .

Ria Nur Puspa Sari


Pendayagunaan Sektor Wisata Bahari Dalam Peningkatan Perekonomian Masyarakat Lokal
Titik Kecil di Penghujung Sumatera Sebagai fondasi Ekonomi Bangsa


Tidak ada negara kepulauan seperti Indonesia dengan begitu luas wilayah lautnya yang mencapai 3,1 juta kilometer persegi dengan garis pantainya hingga 80.000 kilometer serta belasan ribu pulau tersebar di wilayahnya. Beberapa dari pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau kecil yang berpenghuni maupun tak berpenghuni. Salah satu dari pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia ialah Pulau Pisang yang terletak di ujung Pulau Sumatera dan hanya terpisah beberapa kilometer oleh laut. Pulau Pisang menyimpan kekayaan biota laut di perairannya serta memiliki keadaan alam yang menjadi andalan untuk pengembangan wisata bahari dan menarik wisatawan sebagai senjata untuk memajukan ekonomi masyarakat lokal. Dimulai dari peninjauan potensi-potensi wisata bahari secara mendetail di Pulau Pisang, dilanjutkan dengan pengelolaan terstruktur dan pengembangan secara berkala dengan mengikutsertakan masyarakat lokal sebagai pemegang peranan penting dalam pengelolaannya, niscaya ekononomi masyarakat lokal di sekitar Pulau Pisang akan meningkat dan terus membaik. Hal yang sama tentunya akan dapat terjadi pada masyarakat Indonesia apabila seluruh pulau–pulau kecil di wilayah Indonesia dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik demi kemajuan ekonomi bangsa di masa yang akan datang.

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang sangat luas yaitu sekitar 2/3 dari luas keseluruhan wilayah negara ini. Dengan cakupan wilayah laut yang begitu luasnya, maka Indonesia pun diakui secara internasional sebagai Negara Maritim yang ditetapkan dalam UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) tahun 1982. UNCLOS memberikan kewenangan kepada Indonesia untuk dapat memperluas wilayah lautnya dengan segala ketetapan yang mengikutinya. Selain itu juga, Indonesia diberikan kewenangan untuk memperluas hak-haknya untuk berdaulat atas kekayaan alam di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) serta landas kontinen. Hal tersebut memungkinkan Indonesia untuk dapat memiliki hak atas pengelolaan natural reseources di laut bebas dan di dasar samudera. Semuanya ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang sangat kaya akan sumber daya.

Disamping itu, secara geografis Indonesia terletak di antara dua benua, Asia dan Australia serta di antara dua samudra, Hindia dan Pasifik yang merupakan kawasan paling dinamis dalam percaturan dunia baik secara ekonomis dan politis. Keunikan letak geografis tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor kelautan, dan sangat logis jika ekonomi kelautan dijadikan tumpuan bagi pembangunan ekonomi nasional.

Dengan cakupan yang demikian besar dan luas, tentu saja laut Indonesia mengandung keanekaragaman sumberdaya alam laut yang sangat potensial, baik hayati dan non-hayati yang tentunya memberikan peluang yang besar pada pengembangan sumberdaya alam seperti ikan dan terumbu karang dengan kekayaan biologi yang bernilai ekonomi tinggi, sumber energi terbarukan maupun minyak dan gas bumi, mineral langka, media transportasi antar pulau yang sangat ekonomis, serta wisata bahari.

Besarnya peluang ekonomi dari pemanfaatan potensi sumberdaya laut, khususnya wisata bahari yang sedemikian besar ini sudah sepatutnya memberikan kontribusi yang besar pula bagi peningkatan perekonomian bangsa, bahkan sudah sepatutnya pula menjadi sektor penggerak ekonomi nasional yang utama.

Dalam Seminar Nasional Pariwisata Bahari Indonesia yang digelar di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (8/12/2014), Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengutarakan bahwa saat ini kecenderungan wisata bahari di Asia, khususnya Indonesia, terus meningkat. Data kunjungan di destinasi wisata bahari unggulan di Indonesia pun menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam tiga tahun terakhir. Diantaranya adalah: Taman Nasional Komodo (NTT) dengan jumlah kunjungan wisman meningkat sebesar 9,42 persen di tahun 2013 dibanding tahun 2011 (41.833 per tahun 2011 menjadi 45.776 per tahun 2013) serta Kepulauan Raja Ampat (Papua Barat) meningkat sebesar 56,48 persen di tahun 2012 dibandingkan tahun 2010 (3.858 per tahun 2010 menjadi 6.037 per tahun 2012). Kecenderungan yang besar terhadap wisata bahari ini apabila dikelola dan didayagunakan dengan baik tentunya akan berdampak positif dalam peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat di wilayah pesisir.

Namun pada kenyataannya sektor pariwisata bahari masih belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini diperlihatkan dari data secara kasat mata bahwa masyarakat pesisir yang merupakan masyarakat yang paling dekat dengan sumberdaya pesisir dan laut umumnya masih tergolong pada masyarakat miskin atau dikategorikan sebagai masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah.

Sebagai referensi sekaligus contoh, dapat kita lihat pada salah satu pulau kecil yang berada di Provinsi Lampung, yaitu Pulau Pisang. Pulau Pisang merupakan pulau di wilayah Kabupaten Pesisir Barat, Propinsi Lampung. Pulau Pisang memiliki luas daratan 148,82 Ha. Secara Geografis pulau Pisang terletak pada koordinat 5° 7' 15.000" LS dan 103° 50' 45.138" BT. Bagian barat dan selatan pulau tersebut berbatasan langsung dengan Samudera Hinda, sedangkan bagian utara dan timur berbatasan dengan Pulau Sumatera. Pulau Pisang memiliki enam desa, yaitu Pekon Labuhan, Pekon Pasar, Sukadana, Suka marga, Pekon Lok, dan Bandar Dalam. Secara administrasi Pulau Pisang terletak pada kecamatan Pulau Pisang, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Status tanah yang berada di pulau pisang sebagian bersertifikat dan sisanya berstatus kepemilikan ulayat atau adat. Aksesibilitas Pulau Pisang dari Kota Bandar Lampung sangat mudah, tetapi harus memperhatikan cuaca jika ingin menggunakan transportasi laut (perahu). Untuk mengunjungi pulau ini, dari Bandar Lampung kita akan menuju pelabuhan Kuala (Kecamatan Krui) dengan menggunakan transportasi darat yang berjarak tempuh ±280 km dan membutuhkan waktu ±8 Jam. Dari pelabuhan Kuala, kita akan menuju Pulau Pisang dengan menggunakan transportasi laut yang berjarak tempuh ±12 km dengan waktu ±1 jam. Jika ingin lebih cepat, masyarakat biasanya menggunakan jalur penyeberangan dari desa Tembakak. Perjalanan dari desa Tembakak menuju Pulau Pisang hanya membutuhkan waktu lima belas menit dengan menggunakan perahu bermesin.

Pulau Pisang termasuk pulau kecil yang berpenduduk cukup ramai. Jumlah penduduknya 2346 jiwa/497 KK. Tetapi setiap harinya pulau ini terlihat sepi. Sebagian besar masyarakat Pulau Pisang beraktivitas sekaligus merantau keluar pulau.

Pulau Pisang merupakan pulau yang memiliki sejarah peradaban yang kuat. Adat istiadat Marga Way Sindi Olok Pandan sangat kental terasa. Rumah-rumah tinggi berdinding kayu yang lazim disebut lamban balak menjadi pemandangan paling menarik ketika berada di Pulau Pisang meskipun keadaannya mulai rapuh karena banyak yang tidak bepenghuni sebab ditinggal sang pemilik untuk merantau keluar pulau.

Pulau pisang memiliki sektor perkebunan yang lumayan baik. Perkebunan di Pulau Pisang di dominasi oleh tanaman cengkeh. Tidak hanya tanaman cengkeh saja yang ada di Pulau Pisang, tetapi ada beberapa jenis tanaman lain yang tumbuh di pulau ini, seperti kelapa, kakao (cokelat), singkong, tales, ubi, pisang dan pepaya. Hasil dari perkebunan biasanya dikonsumsi pribadi dan dijual ke daratan Sumatera di kecamatan Krui. Masyarakat yang bekerja di perkebunan berjumlah ±80 orang (termasuk nelayan yang tidak bisa melaut).

Selain bekerja pada sektor perkebunan, masyarakat di Pulau pisang juga bekerja di sektor industri. Terdapat satu tempat usaha pengasapan ikan dengan kapasitas industri rumahan dan buka satu kali dalam seminggu, pada hari kamis saja. Hal ini disebabkan keinginan masyarakat untuk mengembangkan usaha tersebut sangat kurang. Sebelumnya jumlah usaha ini mencapai 3-4 usaha, tetapi banyak diantaranya yang tidak melanjutkan lagi, karena penerusnya yang sudah tidak ada dan pembeli yang tidak banyak. Selain pengasapan ikan, para ibu-ibu di Pulau Pisang juga membuat kerajinan tangan berupa kain tapis. Setelah selesai dibuat, kain tersebut didistribusikan ke berbagai tempat, seperti kecamatan Krui, dan Kota Bandar Lampung.

Terkait dengan pengelolaan wisata bahari, berdasarkan hasil penelitian Nugraha tahun 2011 (diterbitkan Journal Of Marine Research - UNDIP pada tahun 2013), Kabupaten Lampung Barat memiliki tingkat kesesuaian perairan yang sangat besar untuk pariwisata bahari seperti olahraga air dan permainan air. Untuk olahragaair seperti selancar, pulau ini mempunyai kriteria yang sangat sesuai. Sedangkan untuk kegiatan permainan air, pulau ini mempunyai kriteria sesuai, tetapi dilakukan dalam kondisi tertentu. Perairan pulau Pisang juga merupakan salah satu jalur perlintasan lumba-lumba di Samudera Hindia. Hampir setiap harinya lumba-lumba dapat dilihat pada pagi hari. Oleh sebab itu banyak wisatawan domestik maupun mancanegara datang untuk melihat hewan mamalia tersebut dari jarak dekat.

Pantai Pulau Pisang yang indah dengan hamparan pasir putih dan vegetasi pantai yang alami juga dapat membuat banyak wisatawan domestik dan mancanegara tertarik untuk datang. Di pantai ini wisatawan dapat menyusuri keindahan pantai dan juga berjemur, serta menikmati flora maupun fauna yang ada di sekitar pantai.

Pulau Pisang merupakan pulau berpenghuni yang memiliki aktivitas antropogenik yang cukup mempengaruhi kondisi perairan. Kondisi kualitas air yang baik sangat dibutuhkan untuk mendukung lestarinya sumberdaya di Pulau Pisang. Kandungan nitrat di perairan sekitar pulau ini dikategorikan tinggi yakni 0,038 - 0,015 mg/L (Kepmen-LH 51 Tahun 2004). Kandungan fosfat di Pulau Pisang masih dalam kisaran ambang baku mutu yakni 0,011 mg/L - 0,021 mg/L. Adanya peningkatan kandungan nitrat merupakan hal yang wajar akibat aktivitas metabolisme biota dalam perairan ataupun muatan dari daratan akibat aktivitas manusia. Sedangkan kandungan amoniak di Pulau Pisang tergolong rendah, yakni 0,094 - 0,091 mg/L dimana kondisi ini menggambarkan perairan masih baik dan tidak tercemar.

Bantuan yang datang dari pemerintah untuk keperluan penunjang kebutuhan masyarakat Pulau Pisang sudah sering dilakukan, seperti Program Pengembagan Kecamatan (PPK) pada tahun 2004, Program Kompensasi Subsidi - Bahan Bakar Minyak (PKS-BBM) pada tahun 2005, dan Program Gerakan Pembangunan Beguai Jejama Sai Betik (BJSB) pada tahun 2009. Namun, seluruh kekayaan yang dimiliki oleh pulau ini termasuk kekayaan bawah lautnya serta bantuan – bantuan yang datang tersebut masih belum dapat diolah atau dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat.

Menurut masyarakat Pulau Pisang, setiap hari wisatawan mancanegara berkunjung ke Pulau Pisang dengan tujuan berbeda-beda. Mereka datang pada pagi hari dan pulang pada sore hari, dikarenakan hanya terdapat satu sarana penginapan dan sarana-sarana penunjang kegiatan wisata yang juga masih kurang, seperti toko kebutuhan sehari-hari, rumah makan, dan listrik yang tidak tersedia 24 jam. Maka dari itu, penghasilan masyarakat setempat yang didapat dari sektor wisata sangatlah minim.

Oleh karena kurangnya penunjang-penunjang dalam kegiatan wisata tersebut, maka perlu diadakan perbaikan dan pengembangan dalam sektor wisata bahari di Pulau Pisang. Pemerintah harus datang langsung ke Pulau Pisang dan meninjau ulang seluruh kegiatan sosial dan ekonomi serta keadaan alam yang ada di Pulau Pisang.

Perbaikan dan pengembangan sektor wisata bahari ini harus dimulai dari peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Pulau Pisang tersebut dengan adanya perbaikan sarana pendidikan. Terlebih dahulu, pemerintah harus membentuk suatu badan atau kepengurusan khusus yang bertugas mengurus dana-dana bantuan atau anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah. Anggotanya dapat terdiri dari orang-orang Pemerintahan itu sendiri dan beberapa warga setempat. Setelah Badan atau kepengurusan khusus terbentuk, yang harus dilakukan adalah memperbaiki sektor-sektor yang tidak beroperasi dengan baik, seperti sektor pendidikan bagi masyarakat setempat. Perbaikan sarana dan prasaranapun seperti gedung sekolah harus segera dilakukan.

Apabila pendidikan masyarakat setempat sudah terorganisasi dengan baik, maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah memperbaiki sarana penunjang kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, seperti air bersih, listrik yang memadai, dan perbaikan rumah-rumah penduduk yang tidak layak ditinggali. Selanjutnya, perlu juga dilakukan penyediaan dan perbaikan sarana prasarana bagi masyarakat setempat untuk bekerja. Bagi masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, perlu dilakukan perbaikan atau penyediaan perahu, jala ikan, alat pancing, dan peralatan lainnya yang dapat menunjang pekerjaan nelayan tersebut. Selain itu perbaikan sarana dan prasarana dalam bidang lain seperti perkebunan, dan industri di Pulau Pisang juga perlu dilakukan. Apabila sektor perkebunan dalam hal ini perkebunan Cengkeh dan tanaman lain di Pulau Pisang dan sektor industri dalam hal ini industri pembuatan kain tapis (kain khas Lampung) atau souvenir-souvenir berbahan dasar kerang atau benda laut lainnya dapat dikelola dengan baik, tentunya akan menambah nilai jual untuk wisata di pulau ini sekaligus meningkatkan perekomian warganya.

Hal yang selanjutnya dilakukan adalah penyediaan dan perbaikan sarana prasarana sektor transportasi yakni transportasi pulang-pergi pulau, dan transportasi di dalam pulau itu sendiri yang menghubungkan tempat satu ke tempat lainnya.

Setelah SDM dan sarana prasarana sehari-hari masyarakat telah terorganisasi dengan baik, hal yang selanjutnya harus dilakukan adalah peninjauan secara detail keadaan alam dan laut Pulau Pisang tersebut guna menunjang kegiatan dan pembangunan objek-objek wisata bahari yang sesuai dengan minat wisatawan di pulau ini.

Seperti yang kita ketahui, Pulau Pisang terletak di Samudera Hindia yang menyebabkan perairannya memiliki ombak yang cukup besar di bagian Tenggara, Selatan, Barat Daya, dan Barat. Sehingga dapat digunakan sebagai objek Surfing bagi para wisatawan. Untuk bagian Barat Laut, Utara, dan Timur laut Pulau ini, keadaan perairannya tidak memiliki ombak yang kuat, dan relatif tenang sehingga dapat digunakan sebagai objek snorkeling, diving, speedboat, banana boat, dan water sport lainnya. Apalagi ditambah dengan keindahan pemandangan bawah lautnya yang dihiasi dengan terumbu karang, hewan-hewan dan tanaman laut yang masih terjaga akan semakin menambah nilai jual wisata bahari di Pulau Pisang ini. Sarana prasarana untuk membangun objek wisata bahari tersebut tentu saja perlu disediakan oleh pemerintah dengan mendayagunakan masyarakat setempat.

Pulau Pisang juga memiliki potensi perikanan tangkap yang baik. Hasil tangkapan yang beragam dapat terlihat saat kita berada di Pulau Pisang. Hasil tangkapan tersebut antara lain Ikan Tongkol, Ikan Kembung, Ikan Tuna, Ikan Kerapu, dan Ikan Blue Marlin. Akan tetapi harga jual yang ditawarkan relatif masih rendah sehingga merugikan para nelayan. Oleh karena harga jual ikan tangkapan tersebut masih rendah jika dijual keluar pulau, maka akan lebih baik jika masyarakat setempat mengolah sendiri hasil tangkapan ikan tersebut dan menjualnya di rumah makan yang dikelola oleh masyarakat setempat.

Namun, aktivitas penangkapan ikan hanya dapat dilakukan pada saat kondisi alam baik, dikarenakan kapal yang digunakan berjenis perahu motor tempel dan kapasitas hanya 15 GT serta letak pulau yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Alat tangkap yang digunakan bersifat tradisional, seperti alat pancing dan tombak. Di sinilah peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk memberikan alat tangkap modern sebagai penunjang bagi para nelayan.

Wisatawan yang datang ke Pulau Pisang setiap harinya pun hanya datang untuk berwisata dalam waktu yang sangat singkat karena kurangnya fasilitas penginapan yang tersedia. Maka dari itu, diperlukan juga adanya perbaikan dan pembangunan kembali sarana prasarana penginapan yang ada di pulau ini seperti hotel, cottage, atau bisa juga dibangun wisata kampung laut (wisatawan dapat tinggal dirumah dan berinteraksi dengan masyarakat setempat) yang diurus sendiri oleh masyarakat setempat. Tentu saja harus dibangun juga fasilitas yang menunjang kenyamanan wisatawan seperti toko yang menjual alat-alat keperluan sehari-hari (minimarket), toko yang menjual perlengkapan wisata (alat renang, diving, pakaian ganti) dan rumah makan atau café sebagai sarana hiburan wisatawan.

Agar masyarakat dapat mengelola wisata bahari di Pulau Pisang ini dengan baik, tentunya masyarakat tersebut harus diberikan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan atau kegiatan-kegiatan lain sehubungan dengan wisata bahari tersebut agar masyarakat dapat didayagunakan dengan baik dan tidak kalah saing dengan kepengurusan asing. Hal ini merupakan salah satu peranan penting yang harus dilakukan oleh pemerintah.

Apabila perbaikan dan pendayagunaan serta pelatihan masyarakat sudah dikelola dengan baik, yang dilakukan selanjutnya adalah mempromosikan pulau tersebut. Hal ini merupakan peranan dan kewajiban bagi masyarakat yang tinggal di Provinsi Lampung untuk mempromosikan Pulau Pisang ke dunia luar.

Hal-hal di atas akan dapat dilakukan dengan baik apabila masyarakat dan pemerintah, baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat, dapat bekerja sama dengan baik dan saling mendukung serta tidak saling menyalahkan. Apabila sektor wisata bahari di Pulau Pisang dapat didayagunakan dengan baik, maka perekonomian dan kesejahteraan masyarakat lokal pun akan meningkat. Jika sektor bahari di Pulau Pisang sudah didayagunakan dengan baik dan mendapat hasil yang maksimal, bayangkan apabila sektor bahari di seluruh pulau-pulau kecil di Indonesia lainnya didayagunakan dengan baik, pasti perekonomian masyarakat pun akan jauh lebih baik, bukan?

Namun pada kenyataannya saat ini, paradigma pembangunan kita umumnya masih memusatkan perhatiannya untuk mengalokasikan sumber daya pembangunan yang ada kepada sektor-sektor atau wilayah-wilayah yang berpotensi besar dalam menyumbang pada pertumbuhan ekonomi, yang pada umumnya berlokasi di kawasan darat. Dimana paradigma yang terus berlangsung sampai saat ini oleh para pengambil kebijakan di tingkat pusat dan daerah lebih berorientasi ke darat daripada sektor laut.

Sudah saatnya bangsa kita merubah cara pandang pembangunan dari pembangunan yang semata berbasis daratan (Land based development) menjadi lebih berorientasi kepada pembangunan berbasis kelautan (Ocean based development), mengingat negara kita adalah negara kepulauan yang sudah diakui dunia. Paradigma pembangunan di sektor kelautan yang menyimpan kekayaan alam yang luar biasa menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mengembalikan kejayaan bangsa ini sebagai negara maritim yang sejahtera dan maju.

Memang, untuk mewujudkan itu semua, modal yang dibutuhkan pasti tidaklah sedikit. Namun, bukankah hal tersebut merupakan investasi yang akan mendatangkan keuntungan berlipat-lipat bagi masyarakat kita serta generasi penerus?










Daftar Pustaka :

Sumber Buku:
Dewan Kelautan Indonesia, 2011.Satukan NKRI Dengan Mewujudkan Negara Maritim Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Wibowo, Prof. H. J. 2006. Tata Krama Suku Bangsa. Yogyakarta: Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012.Kebijakan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru, Jakarta.
Atmadja, W., 1996.Eksistensi Indonesia sebagai Negara Kepulauan, disampaikan pada peringatan Sarasehan Syukuran Makassar Serui (SSMS96) di Ujung Pandang, 30 Juli 1996, dalam rangka mengenang 50 tahun pembuangan ketujuh tokoh pergerakan kebangsaan Makassar ke Serui, Yapen, Irian Jaya.
Kompas, 2011.Mengubah Wawasan, Membangun Kelautan, edisi 8 Februari 2011, Jakarta.

Sumber Internet:
http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/
http://www.indonesia.travel/id/news/detail/1499/mengembangkan-pariwisata-bahari-indonesia
http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/ver2/news/read/115/membangun-kelautan-untuk- mengembalikan-kejayaan-sebagai-negara-maritim.html









Lembar Lampiran Biodata

Judul Esai : Titik Kecil di Penghujung Sumatera Sebagai
Fondasi Ekonomi Bangsa
Nama Tim : The Savior
Asal Sekolah : SMA N 2 Bandar Lampung
Alamat Sekolah : Jln. Amir Hamzah No. 1, Gotong Royong,
Bandarlampung, Lampung 35119, Indonesia.

Biodata Guru Pendamping
Nama : Dra. Dewi Pujiastuti
Tempat Tanggal Lahir : Banjarnegara, 18 Agustus 1961
Alamat : Jln. Gunung Kawi 276 Way Halim
Bandarlampung
E-mail : [email protected]
Nomor Telepon / HP :- / 08127972170
Motto : Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik
untuk hari tua.
Foto :








Biodata Peserta
Nama : Daniel Juan Carlos Napitupulu (Ketua)
Tempat Tanggal Lahir : Bandarlampung, 14 Juni 1998
Kelas / Jurusan : XI / IPA
Alamat : Jln. Dr. Harun 2 No. 85 Kotabaru, Bandarlampung
E-mail : [email protected]
Nomor Telepon / HP : (0721) 255375 / 081369348503
Motto : Orang bodoh mengandalkan emosi, orang cerdas
mengandalkan akal sehat.
Foto :








Nama : Muhammad Nurraihan Naufal (Anggota 1)
Tempat Tanggal Lahir : Bandarlampung, 30 Oktober 1999
Kelas / Jurusan : XI / IPA
Alamat : Jln. Cabe 2 C5 No. 25 Perum Beringin Raya
Kemiling, Bandarlampung
E-mail : [email protected]
Nomor Telepon / HP : (0721) 271436 / 089656709342
Motto : Sukses bukanlah tujuan, tapi pilihan.
Foto :








Nama : Ria Nur Puspa Sari (Anggota 2)
Tempat Tanggal Lahir : Metro, 30 Maret 1998
Kelas / Jurusan : XI / IPA
Alamat : Jln. Amir Hamzah No. 42 Gotong Royong,
Bandarlampung
E-mail : [email protected]
Nomor Telepon / HP : (0821) 262218 / 085267871159
Motto : Usaha tidak akan pernah berbohong.
Foto :


Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.