HIDI_2014130029_RIA RESTA_SEJARAH KHILAFAH DAN IMAMAH.docx

Share Embed


Descrição do Produto

Nama : Ria Resta Tamara
NPM : 2014130029
Mata Kuliah : Hubungan Internasional dalam Islam/ Al Islam III
SEJARAH KHILAFAH DAN IMAMAH DALAM ISLAM
Menurut bahasa kata 'khilafah' berasal dari bahasa Arab Khalafa, Yakhlifu, Khilafatan yang artinya menggantikan atau menjadi khalifah atau penguasa . Kata Khalafa dapat diartikan kekuasaan atau pemerintahan.
Sedangkan menurut istilah, Khilafah yaitu susunan pemerintahan yang diatur menurut ajaran Islam, dimana aspek-aspek yang berkenaan dengan pemerintahan seluruhnya berlandaskan ajaran Islam.
Istilah Imamah berasal dari kata Imam yang berarti pemimpin. Jadi imamah berarti kepemimpinan. Dan pada uraian yang lain dapat dijumpai kata Imam sinonim dengan khalifah. Kata imam sendiri berasal dari kata "amma" yang berarti "menjadi ikutan". Kata imam yang berarti pemimpin dalam arti luas dan bersifat umum bisa digunakan untuk sebutan pemimpin pemerintahan atau pemimpin politik (sekuler), dan bisa pula untuk pemimpin agama. Sedangkan dalam arti pemimpin yang bersifat khusus, yakni sebagai pemimpin spiritual, bisa saja berimplikasi politik karena dipengaruhi oleh tuntutan keadaan. Karena, pada kenyataannya, upaya melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat dalam ajaran Islam, tidak hanya menyangkut pribadi tapi juga kehidupan kolektif, sebab itu, urusan seorang imam bisa berdimensi politis.
Kata imam yang berarti pemimpin dalam arti luas dan bersifat umum bisa digunakan untuk sebutan pemimpin pemerintahan atau pemimpin politik (sekuler), dan bisa pula untuk pemimpin agama. Sedangkan dalam arti pemimpin yang bersifat khusus, yakni sebagai pemimpin spiritual, bisa saja berimplikasi politik karena dipengaruhi oleh tuntutan keadaan. Karena, pada kenyataannya, upaya melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat dalam ajaran Islam, tidak hanya menyangkut pribadi tapi juga kehidupan kolektif, sebab itu, urusan seorang imam bisa berdimensi politis.
Persoalan utama pada dasarnya terdapat dalam perbedaan siapa pemimpin pengganti Nabi Muhammad yang berhak berkuasa setelah wafatnya beliau. Pertama, muncul pendapat dari kalangan Islam Sunni, yang mengatakan bahwa didalam masalah kekhalifahan haruslah bersandar kepada konsep Syura (musyawarah). Sehingga mereka meyakini bahwa pemilihan pemimpin haruslah berdasarkan musyawarah. Oleh karena itu, Kalangan Sunni mensahkan kepemimpinan Abu Bakar melalui musyawarah di Bani Saqifah Sa'idah. Sedangkan pandangan
Kedua kalangan Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib lah yang berhak mendapatkan gelar sebagai pemimpin (Imamah) setelah wafatnya Nabi Muhammad sebagai penerus kekuasaan melaui wasiat Allah SWT. Akan tetapi, hal tersebut muncul pertentangan dari kalangan Islam Sunni dengan mengatakan bahwa penunjukan atau wasiat Nabi Muhammad terhadap Ali bin Abi Thalib untuk menjadi pemimpin sepeninggalan Nabi dalam peristiwa Ghadir Khum itu tidak ada.


Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.