hortikultural

June 29, 2017 | Autor: Nana Solihin | Categoria: Horticulture
Share Embed


Descrição do Produto

BAB I
PENDAHULUAN


 Latar Belakang
Pertanian sebagai salah satu sumber penghidupan masyarakat Indonesia dengan penerapan akal dan karya manusia melalui pengendalian proses produksi biologis tumbuh-tumbuhan sehingga tumbuh-tumbuhan tersebut menjadi lebih bermanfaat bagi manusia. Teknologi budidaya tanaman memiliki prinsip membudidayakan tanaman liar yang kemudian digunakan atau dimanfaatkan sebagai tanaman pangan, untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Tanaman dibudidayakan dengan maksud agar tanaman tersebut memberikan hasil tinggi secara kuantitatif atau kualitatif. Melalui metode pemuliaan tanaman yang berkembang pesat manusia dapat menciptakan tanaman yang berpotensi tinggi dengan cepat sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Potensi tanaman dapat berupa produktifitas, toleransi terhadap pengganggu atau toleransi terhadap keterbatasan faktor pertumbuhan. Tanaman berpotensi tinggi lazim disebut varietas unggul atau kultival unggul.
Pemilihan tanaman (seperti benih) dan manipulasi lingkungan untuk mencapai pertumbuhan tanaman optimum biasa disebut Panca Usaha Tani, terdiri atas (1) Pemilihan benih; (2) Pengolahan tanah; (3) Pengairan atau irigasi; (4) Pengendalian pengganggu; dan (5) Pemupukan. Selain pemilihan tanaman, pemeliharaan juga sangat penting. Pemeliharaan tanaman merupakan hal yang penting dalam budidaya tanaman. Pemeliharaan tanaman harus rutin dikerjakan agar tananam selalu dalam keadaan yang baik. Kegiatan dalam pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pembersihan gulma-gulma, pengendalian hama, serta pemupukan. Pemupukan bertujuan memaksimalkan pertumbuhan tanaman agar proses produksinya optimal.
Kegiatan panen merupakan kegiatan terakhir yang dilakukan dilahan budidaya sebelum ke proses pengelolaan pasca panen. Kegiatan panen juga harus memperhatikan beberapa hal, misalnya umur tanaman, ciri buah atau sayur yang siap panen, serta teknik-teknik pemanenan. Teknik budidaya tanaman yang baik akan memaksimalkan hasil produksi tanaman, oleh karena itu praktikum budidaya tanaman ini penting dilakukan agar kita mengetahui bagaimana cara budidaya yang baik. Untuk mengetahui lebih lanjut teknik budidaya tanaman hortikultura seperti mentimun dan kacang hijau, penulis mencoba melakukan budidaya tanaman tersebut dengan memakai metode vertikultur.
Rumusan Masalah
Bagaimana teknik budidaya tanaman mentimun dan kacang hijau?
Bagaimana cara pemeliharaan tanaman mentimun dan kacang hijau?
Apa saja hasil dari budidaya tanaman mentimun dan kacang hijau?
Tujuan
Mengetahui teknik budidaya tanaman mentimun dan kacang hijau
Mengetahui cara pemeliharaan tanaman mentimun dan kacang hijau
Mengetahui hasil dari budidaya tanaman mentimun dan kacang hijau
Manfaat
Dapat mengetahui teknik budidaya tanaman mentimun dan kacang hijau
Dapat mengetahui cara pemeliharaan tanaman mentimun dan kacang hijau
Dapat mengetahui hasil dari budidaya tanaman mentimun dan kacang hijau














BAB II
KAJIAN TEORI




Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sementara itu, vertikultur organik adalah budidaya tanaman secara vertikal dengan menggunakan sarana media tanam, pupuk, dan pestisida berasal dari bahan organik non kimiawi. Sistem vertikultur merupakan solusi atau jawaban bagi yang berminat dalam budidaya tanaman namun memiliki ruang atau lahan sangat terbatas (Irawan, 2007).
Kelebihan sistem pertanian vertikultur: (1) Efisiensi dalam penggunaan lahan. (2) Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida. (3) Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu. (4) Mudah dalam hal monitoring/pemeliharaan tanaman. Namun demikian, sistem budidaya vertikultur juga memiliki kelemahan, yaitu: (1) Investasi awal cukup tinggi. (2) Sistem penyiraman harus kontinyu serta memerlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman, dan lain-lain (Sumpena, 2001).
Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem ini sangat banyak, misalnya a) tanaman sayur semusim (mentimun, kacang hijau, sawi, selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan lain-lainnya), b) tanaman bunga seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dll; dan c) tanaman obat-obatan yang sekulen (Hanafiah, 2005).
Mentimun (Cucumis sativus)
Mentimun merupakan salah satu tanaman yang mempunyai daya adaptasi tinggi. Mentimun dapat tumbuh pada daerah yang memiliki suhu rendah maupun tinggi, namun pertumbuhan mentimun yang paling optimum pada iklim kering. Mentimun membutuhkan cukup banyak sinar matahari, dengan temperatur 21,1°C – 26,7°C dan tidak banyak hujan. Ketinggian optimum yang baik untuk mentimun adalah pada ketinggian 1.000 – 1.200 m dpl (Irawan, 2007).
Pertumbuhan mentimun dapat menjadi optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari yang cukup dengan suhu optimal antara 21-30 ºC. Perkecambahan biji optimal yang dibutuhkan antara 25-35 ºC. Kelembapan udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun agar hidup dengan baik adalah antara 80-85%. Sementara curah hujan optimal untuk budidaya mentimun adalah 200-400 mm/bulan, curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan apalagi pada saat berbunga karena akan mengakibatkan menggugurkan bunga (Sumpena, 2001).
Tanah untuk budidaya mentimun diolah dengan dibajak atau dicangkul untuk membuat guludan dengan tinggi antara 40-50 cm, lebar 60 cm, jarak antar guludan 40 cm. Pupuk dasar diberikan pada saat penanaman biji mentimun, yaitu SP-36, NPK dan ZA. Pembuatan bedeng dengan cara pencangkulan akan mempengaruhi sifat fisik tanah yang berfungsi memperbaiki ruang pori-pori tanah yang terbentuk diantara partikel-partikel tanah (tekstur dan stuktur). Kerapatan dan rongga-rongga akibat pencangkulan akan memudahkan air dan udara bersirkulasi di dalamnya (drainase dan aerasi). Selain tempat untuk bersirkulasi, pori-pori tanah olahan akan memudahkan pergerakan akar tanaman dalam penyerapan unsur hara lebih mudah dan memungkinkan tanaman tumbuh subur (Hanafiah, 2005).
Media tanam yang baik untuk mentimun adalah tanah gembur yang banyak mengandung humus. Budidaya mentimun menghendaki tanah yang memiliki tata air baik (irigasi) serta drainase yang baik pula. Tanah yang gembur mudah meresapkan air. Tanah yang baik adalah tanah yang memiliki pH 6-7, pH tanah yang mendekati netral merupakan pH yang dikehendaki oleh mayoritas tanaman termasuk mentimun. Biji mentimun termasuk golongan biji yang berukuran kecil sehingga membutuhkan persemaian dalam budidayannya. Mentimun sebelum disemai harus di peram. Proses pemeraman buah mentimun dilakukan selama 12 jam, setelah itu benih yang diperam ditiriskan. Benih yang berkecambah dapat dipindahkan ke polibag yang ternaungi sedalam 0,5-1 cm (Sumpena, 2001).
Buah mentimun siap panen umumnya dapat dipetik 1-2,5 bulan setelah tanam. Kriteria buah yang dapat di panen adalah buah telah mencapai ukuran maksimal dan masih terlihat duri-duri halus yang menempel pada buah. Buah mentimun dipanen dengan menggunakan pisau yang tajam, hal ini bertujuan agar tangkai buah tidak terluka dan dapat lekas berbuah kembali. Mentimun baik dipanen pada pagi hari, sebelum pukul 09.00. Mentimun umumnya dipanen 3-7 hari sekali tergantung dari varitas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki (Siswadi, 2007).
Upaya peningkatan hasil mentimun dapat di- tempuh melalui penggunaan varietas unggul, perbaikan teknik bercocok tanam (budidaya) dan pe-nerapan pola tanam yang tepat. Salah satu perbaik-an teknik bercocok tanam adalah memperbaiki ke-suburan media tanam, yaitu melalui pemupukan. Tanaman semusim seperti mentimun, ketersediaan unsur P yang cukup pada tahap awal pertumbuhan adalah sangat penting (Rosliani, 2006).
Kacang hijau (Vigna radiata L.)
Kacang hijau adalah tanaman tropis dataran rendah yang dapat dibudidayakan pada ketinggian 5-700 m dpl. Di daerah dengan ketinggian di atas 750 m dpl produksi kacang hijau menurun. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada suhu udara optimal antara 25-27 derajat celcius. Tanaman ini menyukai daerah yang memiliki kelembaban udara antara 50-89%. Selain itu, tanaman ini memerlukan cahaya matahari lebih dri 10 jam/hari (Irawan, 2007).
Kacang hijau merupakan tanaman yang tumbuh didaerah tropis, ketinggian tanah yang cocok untuk tanaman ini yaitu 500 m dpl. Suhu yang dibutuhkan untuk budidaya kacang hijau ini suhu yang panas. Pada musim hujan, pertumbuhan vegetative sangat cepat sehingga mudah rebah. Tanah yang cocok untuk budidaya kacang hijau adalah yang memiliki pH 5,8. Jika pH kurang dari 5, tanah sebaiknya di beri kapur terlebih dahulu, dengan waktu 2-4 minggu sebelum penanaman (Hanafiah, 2005).
Kacang hijau menyukai tanah gembur dengan saluran pembuangan air yang baik. Tanah sawah bekas padi bisa digunakan untuk lahan penanaman kacang hijau, dan sisa-sisa tumbuhan padi seperti jerami bisa langsung dibenamkan. Pengolahan kering dilakukan dengan cara mencangkul atau dibajak supaya dapat diratakan. Dan setiap 5-6 m dibuat saluran pengairan. Pada lahan kering, kacang hijau ditananam pada akhir musim hujan. Dan tanaman ini bisa ditanam secara tumpang sari dengan tanaman jagung atau umbi kayu (Sumpena, 2001).
Pengolahan kering dilakukan dengan cara mencangkul atau dibajak supaya dapat diratakan. Dan setiap 5-6 m dibuat saluran pengairan. Pada lahan kering, kacang hijau ditananam pada akhir musim hujan. Dan tanaman ini bisa ditanam secara tumpang sari dengan tanaman jagung atau umbi kayu. Untuk lahan yang belum pernah ditanami kacang sebelumnya, maka harus dilakukan inokulasi bakteri. Caranya, yaitu benih kacang dibasahi dengan air secukupnya dan dicampur secara merata dengan legin 10 gram dan sedikit dibasahi. Selama 1-4 jam diangin-anginkan. Benih yang sudah dionokulasi segera ditanam (Rosliani, 2006).
Tanaman kacang hijau relative tahan kering, namun tetap memerlukan pengairan terutama pada periode kritis yaitu pada waktu perkecambahan, menjelang berbunga dan pembentukan polong. Kacang hijau dipanen sesuai umur varietas. Tanda-tanda lain bahwa kacang hijau telah siap untuk dipanen adalah berubahnya warna polong dari hijau menjadi hitam atau coklat dan kering. Keterlambatan panen dapat mengakibatkan polong pecah saat di lapangan. Panen dilakukan dengan cara dipetik (Siswadi, 2007).



Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.