Islam Yes....Negara Islam No!

July 15, 2017 | Autor: R. Pomalingo | Categoria: Religion
Share Embed


Descrição do Produto


Islam Yes…Negara Islam No…!!!
Samsi Pomalingo

ISIS "Islamic State of Iraq and Syria atau al-Dawlah al-Islāmīyah fī al-ʻIrāq wa-al-Shām" sebuah organisasi ekstrim dan ekstra radikal yang akhir-akhir ini menajadi diskursus hangat dikalangan pemeluk agama dan aparat pemerintah. Betapa tidak, organisasi ini diyakini sebagai organisasi yang secara radikal menuntut pembentukan Negara Islam yang berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul. Sehingga segala sesuatu yang tidak disandarkan pada al-Quran dan Sunnah Rasul maka diklaim sebagai bentuk kekufuran dan wajib diperang (baca dibunuh).
Sebenarnya selain ISIS ada juga yang disebut dengan ISIL "Islamic State of Iraq and Levant" yang keduanya merupakan sebuah kelompok militan jihad yang sama-sama tidak diakui di dua Negara yaitu di Irak dan Suriah. Kelompok ini sebanarnya didukung oleh berbagai kelompok radikal Sunni, diantaranya Dewan Syura Mujahidin dan Al-Qaeda di Irak (AQI), juga kelompok pemberontak Jund al-Sahaba , Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah dan Jeish al-Taiifa al-Mansoura, dan Jaysh al-Fatiheen serta sejumlah suku Irak yang mengaku Sunni.
ISIS begitu sangat dikenal karena memiliki interpretasi yang keras pada ajaran Islam dan kekerasan brutal seperti bom bunuh diri, menjarah bank, membunuh dan meneror. Sasaran target serangan kelompok ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim Syiah dan umat Kristen. Pemberontakan yang dilakukan ISIS di Irak dan Suriah telah menewaskan ribuan orang. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan lebih dari 2.400 warga Irak yang mayoritas warga sipil tewas sepanjang bulan Juni 2014. Jumlah korban tewas ini merupakan yang terburuk dari aksi kekerasan di Irak dalam beberapa tahun terakhir.
Abu Bakar al-Baghdadi merupakan tokoh sentral atau pemimpin dibalik militan ISIS. Abu Bakar al-Baghdadi secara tegas menyatakan bahwa ISIS bergabung dengan Front Al Nusra, sebagai satu-satunya kelompok yang menyatakan diri afiliasi Al-Qaedah di Suriah. ISIS dan Al-Qaedah memiliki hubungan dekat hingga tahun 2014. Namun karena misi berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah dan penggunaan aksi-aksi kekerasan, Al-Qaidah lalu tidak lagi mengakui ISIS sebagai bagian dari kelompoknya. Abu Bakar al-Baghdadi bahkan bersumpah untuk memimpin penaklukan Roma. Pemimpin militan ISIS Abu Bakar al-Baghdadi ini juga menyerukan umat Islam untuk tunduk kepadanya.
Secara ideologis ISIS lahir dari Ikhwanul Muslim sebagai kelompok Islam pertama di dunia pada tahun 1920-an di Mesir. ISIS sebagai kelompok anti Barat dan menganggap jika ada yang tidak setuju dengan tafsiran mereka walupun daari umat Islam sendiri maka mereka disebut kafir dan murtad. Organisasi ini memeiliki tujuan yaitu untuk mendirikan Negara Islam Salafi yang berorientasi di irak, Suriah dan bagian lain di Syam.
Pertanyaan sederhana yang muncul adalah apakah ada perintah atau dalil dalam al-Quran maupun dalam Hadits Rasul yang memerintahkan umat Islam untuk mendirikina Negara Islam dan sampai memerangi atau membunuh siapa saja yang tidak mematuhinya hanya karena sebuah negara? Pertanyaan ini harus dijawab dengan kesadaran teologis yang hakiki bukan didasarkan pada hawa nafsu belaka. Memang agak "kolot" jika ada pemikiran yang muncul dikalangan sebagian umat Islam untuk mendirikan Negara Islam. Sebab Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah mengungkapkan hal ini dalam Kitab-Nya memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mendirinkan Negara di atas Negara apalagi itu adalah Negara Islam. Selain itu, seharusnya kelompok-kelompok radikal yang secara terang-terangan dan tegas bahkan bersikap "memaksa"-kan kehendak untuk sebuah Negara dengan sistem khilafah lebih banyak bertanya pada diri mereka sendiri. "Apa yang akan menjadai asas, undang-undang dasar, dan perundangan yang ingin diterapkan? Apa sesungguhnya pilar sebuah Negara? Bagaimana pemerintahan itu bisa dijalankan? Bagaimana pemikiran tentang sistem ekenomi yang akan diadopsinya? Apa-apa saja batasannya? Begitupun sistem keamanannya?" Kita belum melihat itu dengan jelas, tidak ada atau mungkin belum diumumkan atau disebarluaskan dan dijelaskan kepada masyarakat.
Sekolompok orang yang selalu memaksakan kehendaknya untuk mendirikan Negara Islam dengan sistem khilafah apalgi itu dilakukan di Negera Indonesia adalah orang-orang yang tidak pernah belajar dan tau akan sejarah bangsa ini. Apalagi sekelompok umat Islam yang menggabungkan dirinya masuk dalam gerakan ISIS adalah pertanda mereka itu tidak memahami Islam secara holistic dan komprehensif sebagai agama perdamaian disatu sisi, dan disisi lain mereka itu tidak paham alias taqlid atas apa yang disampaikan oleh pimpinan mereka.
Kelompok organisasi Islam Radikal seperti ISIS dan lain-lain sebagainya yang senantiasa memaksakan kehendaknya untuk mendirikan Negara Islam sebenarnya tidak didasarkan pada kesadaran yang hakiki melainkan hanya didasarkan pada hawa nafsu belaka. Sehingga yang terjadi adalah terror, pembunuhan dan kekerasan lainnya.
Hawa nafsu adalah suatu kekuatan yang selalu menyimpan potensi destruktif dan membuat jiwa selalu resah, gelisah, dan tidak pernah tenang. Para ulama kerap membandingkan hawa nafsu dengan binatang liar. Siapa pun yang telah menjinakkan hawa nafsunya, dia akan tenang dan mampu menggunakan nafsunya untuk melakukan aktivitas dan/atau mencapai tujuan-tujuan luhur. Sebaliknya, siapa pun yang masih dikuasai hawa nafsunya, dia akan selalu gelisah dan ditunggangi oleh hawa nafsunya, dia membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti yang kemukakan oleh K.H. Abdur Rahman Wahid (Gus Dur) dalam bukunya "Ilusi Negara Islam" bahwa prinsip "Bhinneka Tunggal Ika" Mpu Tantular telah mengilhami para penguasa Nusantara dari jaman Hindu-Budha hingga dewasa ini, dan Sunan Kalijogo yang terkenal akomodatif terhadap tradisi local mendidik para penguasa pribumi tentang Islam yang damai, toleran, dan spiritual. Melalui para muridnya, antara lain Sultan Adiwijoyo, Juru Martani, dan Senopati ing Alogo, Sunan Kalijogo berhasil menyelamatkan dan melestarikan nilai-nilai luhur tersebut yang manfaatnya tetap bisa kita nikmati hingga dewasa ini.
Sehubungan dengan klaim-klaim implisit para aktivis garis keras bahwa mereka sepenuhnya memahami maksud kitab suci, dan karena itu mereka berhak menjadi wakil Allah (khalîfat Allâh) dan menguasai dunia ini untuk memaksa siapa pun mengikuti pemahaman 'sempurna' mereka, sama sekali tidak bisa diterima baik secara teologis maupun politis. Mereka benar bahwa kekuasan hanya milik Allah swt. (lâ hukm illâ li Allâh), tetapi tak seorang pun yang sepenuhnya memahami kekuasaan Allah swt. Karena itu Nabi bersabda, "Kalian tidak tahu apa sebenarnya hukum Allah."
Ringkasnya, sekalipun didasarkan pada al-Qur'an dan sunnah, fiqh yang lazim digunakan sebagai justifikasi teologis kekuasaan oleh mereka sebenarnya adalah hasil usaha manusia yang terikat dengan tempat, waktu, dan kemampuan penulis fiqh yang bersangkutan. Wallahu a'lam bishowab.

Samsi Pomalingo
Tenaga pengajar di UNG dan Ketua Forum Komunikasi Lintas Iman Provinsi Gorontalo





Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.