KELAS SOSIAL DALAM NOVEL DU CONTRAT SOCIAL

May 25, 2017 | Autor: Rohayu Rudi | Categoria: French Studies, Literature
Share Embed


Descrição do Produto

23



1





KELAS SOSIAL DALAM NOVEL DU CONTRAT SOCIAL
KARYA JEAN JACQUES ROUSSEAU
ANALISIS KONFLIK KARL MARX


Théorie de Prose et de Poésie
Dosen Pengampu: Sunahrowi, M.Hum




Oleh:
Rohayu
2311415051




JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul "Kelas Sosial dalam Novel Du Contrat Social Karya Jean Jacques Rousseau: Analisis Konflik Karl Marx". Makalah ini disusun sebagai acuan untuk menganalisis novel karya sastrawan Perancis.
Penulis menyajikan karya tulis ini dengan bahasa yang sederhana dan lugas dengan menekankan pada teori yang akan digunakan untuk anilisis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, baik yang langsung maupun yang tidak langsung.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan perbaikan makalah ini.


Semarang, Desember 2016


Penulis,










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
BAB II 5
LANDASAN TEORI 5
2.1 Teori Konflik Karl marx 5
2.2 Teori Kelas 7
BAB III 9
ANALISIS 9
3.1 Konflik Kelas 9
3.2.1 Kelas Borjuis 11
3.2.2 Kelas Proletar 12
3.2.3 Masyarakat tanpa kelas 14
BAB IV 21
KESIMPULAN 21
Daftar Pustaka 23
Lampiran-Lampiran 24




BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Abad pertengahan (500-1700) adalah zaman ketika sastra pertama kali muncul sekaligus mendunia. Sastra ini terdiri atas sastra Eropa, Cina, India, Arab dan Jepang. Di Eropa, muncul epik Beowulf dari Inggris, terbit sekitar tahun 725 dan penulisnya tidak diketahui. Epik ini mengisahkan keksatriaan yang menjadi ciri utama sastra Eropa abad pertengahan. Dari Perancis terbit Chanson de Roland (Nyanyian Roland) yang bertemakan keksatriaan pada tahun 1100. Di Italia kisah ini menjadi Orlando yang memang berdasarkan peristiwa sejarah, yakni gugurnya Panglima Karel Agung, Hrulandus, ketika dalam perjalanan pulang dari penyerbuan ke Spanyol mereka diserang orang-orang Bask. Dari Jerman muncul Nibelungenlied (Nyanyian Kaum Nibelung) pada tahun 1200. Pada tahun 1200-an dari Skandinavia muncul kisah saga yang menceritakan keperwiraan para ksatria.
Sementara itu cerita-cerita roman yang berkisar pada kesetiaan ksatria kepada Raja hampir diseluruh Eropa. Salah satu roman paling terkenal adalah King Arthur's Knight of the Roundtables (Para Ksatria Meja Bundar Raja Arthur).
Karya terpenting periode ini inilah Divina Co media, karangan Dante Alighieri yang muncul sekitar tahun 1300. Karya ini ditulis untuk pertama kalinya dalam bahasa "nasional", bahasa Italia, berbeda dengan sastra lain (ditulis dalam bahasa latin) sehingga dianggap sebagai pelopor penulisan sastra dalam bahasa Eropa modern. Secara etimologi (menurut asal-usul kata) kesusastraan berarti karangan yang indah. Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tulisan, karangan. Sebuah karya sastra yang indah, bukanlah karena bahasa yang beralun-alun dan penuh irama. Ia harus dilihat secara keseluruhan: tema, amanat, dan struktur. Ada beberapa nilai yang harus dimiliki oleh sebuah karya sastra, yaitu: nilai estetika, nilai moral, dan nilai-nilai yang bersifat konsepsionil. Dalam dunia sastra, ada juga yang bersifat kritikan. Seiring perkembangannya, para sastrawan yang juga berprofesi sebagai penulis maupun filsuf mengembangkan sastranya dalam bentuk lisan dan tulisan. Salah satu karya sastra yang muncul dari seorang tokoh filsafat paling populer di Perancis adalah novel Du Contrat Social. Dalam karya tersebut berisi perbedaan golongan atau kelas sosial. Kelas tertinggi dipegang oleh kaum Borjuis.
Borjuis merupakan istilah yang pertama kali muncul di antara akhir abad pertengahan di berbagai negara di Eropa dengan nama yang berbeda seperti Burgeis di Inggris dan Burger di Jerman. Istilah Borjuis dan borju berasal dari bahasa Perancis, yang berarti "Penghuni kota". Dalam dunia barat, diantara akhir abad pertengahan dan saat sekarang, kaum Borjuis merupakan sebuah kelas sosial dari orang-orang yang dicirikan oleh kepemilikan modal. Mereka adalah bagian dari kelas menengah atau kelas pedagang, dan mendapatkan kekuatan ekonomi dan sosial dari pekerjaan, pendidikan, dan kekayaan. Kaum tersebut secara tidak langsung memisahkan diri dari kelas Proletar yang bukan pemilik modal.
Adapun Proletar adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifasikan kelas sosial rendah. Awalnya istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan orang tanpa kekayaan; istilah ini biasanya digunakan untuk menghina. Di Eropa, khususnya saat sebelum Revolusi Perancis terjadi, jumlah masyarakat ini mendominasi Perancis, namun tidak memiliki kekuatan. Kekuatan dibawa oleh kaum Bangsawan yang biasanya juga dianggap sebagai masyarakat pemerintah dan pemegang kapital bersama kaum Pendeta.
Terjadinya perbedaan golongan (kelas sosial) di Perancis dimana membawa pengaruh besar dalam dunia kesusastraan di Perancis. Banyak penulis, sastrawan serta filsuf yang menuangkan ide, ekspresi dan pemikiran mereka ke dalam sebuah karya yang bersifat mengkritik. Salah satu penulis sekaligus filsuf yang mengkritik Penguasa dalam sistem pemerintahan monarki adalah J.J. Rousseau.
Jean Jacques Rousseau (1712-1778) adalah seorang tokoh filosofi besar, penulis dan komposer pada abad pencerahan. Pemikiran filosofinya memengaruhi revolusi Perancis, perkembangan politik modern dan dasar pemikiran edukasi. Salah satu kontribusinya di bidang sastra yaitu dengan menciptakan sebuah karya novel berjudul Du Contrat Social.

Dalam Du Contrat Social (1762), Jean Jacques Rousseau mengambilnya berdasarkan peristiwa dan fakta-fakta yang terdapat di kota Paris tepatnya pada masa pemerintahan monarki di tahun 1744 ketika di kota tersebut Rousseau memilih untuk tinggal dan menemukan lapangan kerjanya dimana gagasannya mulai terbentuk. Namun, novel ini menimbulkan gejolak dikalangan penguasa akibat buah hasil pemikiran Rousseau sebagai kritik kelas sosial yang terdapat pada masa pemerintahan saat itu. Melalui Du Contrat Social, Rousseau ingin menegaskan bahwa pemerintahan apapun, dalam bentuk apapun, harus dipisah menjadi dua: Penguasa (yang menurut Rousseau harus meliputi seluruh penduduk) yang mewakili kehendak umum dan Pemerintahan yang terpisah dari penguasa demi kedaulatan, keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Kalangan Borjuis terdiri atas pedagang dan pengusaha. Sampai abad ke-19 umumnya bersinonim dengan "kelas menengah", yaitu orang-orang yang masuk dalam spektrum sosial ekonomi yang luas antara bangsawan dan petani (proletar). Karena kekuatan dan kekayaan kaum bangsawan memudar di paruh kedua abad ke-19, dan karena kelas pedagang dan kelas komersial menjadi dominan, kaum borjuis muncul sebagai pengganti dari digulingkannya kaum bangsawan dan kelas penguasa yang baru.
Adapun sejak terbitnya novel Du Contrat Social, Geneva, kota asli Rousseau, menolak Du Contrat Social agar tidak terbit dan beredar. Karya Rousseau sebagian mendapatkan sambutan negatif dari kalangan Penguasa di era tersebut, berbanding terbalik dengan generasi setelahnya yang justru menuai banyak pujian atas karya sekaligus kebenarian Jean Jaques Rousseau.
Du Contrat Social (1762) atau yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul 'Kontrak sosial' (1986) menggambarkan kehidupan sekaligus perjalanan Rousseau (1744-1778) dimana semakin banyak ia menemukan formalitas penuh dengan tatakrama salon kota paris yang dirasakannya sebagai sesuatu yang menindas dirinya, semakin ia bernostalgia mengidealisasikan kejujuran tatakrama Geneva yang sederhana. Adapun kebebasan kehidupan kota Paris tampak tidak bermoral bagi seseorang yang dibesarkan dalam kesederhanaan Geneva yang beragama Calvanis. Novel ini ditujukan bagi penguasa bahwa kekuasaan haruslah digunakan sebaik mungkin demi kepentingan rakyat. Dan untuk menggapai lebih banyak hal dan meninggalkan keadaan alam, maka manusia harus masuk ke dalam kontrak sosial.




























BAB II
LANDASAN TEORI

Teori Konflik Karl marx
Teori konflik muncul sebagai suatu bentuk reaksi dari adanya teori struktural fungsional yang tumbuh namun belum memiliki perhatian lebih terhadap fenomena konflik sebagai salah satu gejala di masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian. Pemikiran mendasar atau paling berpengaruh dari teori konflik ini adalah pemikiran Karl Marx (1818-1883).
Konflik berasal dari kata kerja latin "Configere" yang berarti "saling memukul". Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih yang mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya.
Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori struktural fungsional dimana pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai merebak. Teori ini bertujuan untuk menganalisis asal usulnya suatu kejadian terjadinya sebuah pelanggaran peraturan atau latar belakang seseorang yang berperilaku menyimpang. Konflik disini menekankan sifat pluralistis dari masyarakat dan ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi di antara berbagai kelompok, karena kekuasaan yang dimiliki kelompok-kelompok elit maka kelompok-kelompok itu juga memiliki kekuasaan untuk menciptakan peraturan, khususnya hukum yang bisa melayani kepentingan-kepentingan mereka.
Dalam teori konflik, masing-masing elemen mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Sehingga mereka berjuang untuk saling mengalahkan satu sama lain guna memperoleh kepentingan sebesar-besarnya. Teori konflik mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial.
Karl Marx dalam teori konfliknya memandang adanya sebuah kehidupan sosial yang terbagi-bagi menjadi beberapa elemen atau kelas sosial. Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya.
Menurut Karl Marx, kehadiran konflik didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi. Dimana pemilikan sarana-sarana produksi tersebut menyebabkan adanya perbedaan hak kepemilikan atas sarana-sarana produksi yang dimiliki oleh setiap individu atau kelompok. Dan perbedaan kepemilikan itulah yang kemudian akan menjadi unsur pokok adanya pemisahan kelas di dalam masyarakat.

"Barang siapa memiliki sarana produksi lebih besar, maka dialah yang akan menduduki kelas atas. Sedangkan barang siapa yang memiliki sarana produksi lebih sedikit atau bahkan tidak memiliki sarana produksi, maka dialah yang akan menduduki kelas bawah."

Oleh karenanya, Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Namun ia tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke-19 di Eropa di mana dia hidup, terdiri dari dua kelas atau kelompok diantaranya:
Kelas Borjuis : kelompok yang memiliki sarana dan alat produksi yaitu perusahaan sebagai modal dalam usaha.
Kelas Proletar : kelompok yang tidak memiliki suasana dan alat produksi maka hanya menjual tenaga untuk memenuhi kebutuhan.
Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hierarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka sehingga memutuskan untuk mengorganisasi massa menjadi gerakan sosial yang besar untuk diarahkan pada perjuangan menuju perubahan sosial yang lebih baik seperti yang mereka inginkan.
Teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Dalam pandangan Karl Marx kehidupan sosial merupakan sebagai berikut:
Masyarakat serbagai arena yang didalamnya terdapat berbagai bentuk
pertentangan.
Negara dipandang sebagai pihak yang terlibat aktif dalam pertentangan dengan berbagai pihak kepada kekuatan yang dominan.
Paksaan (coercion) dalam wujud hukum dipandang sebagai faktor utama untuk memelihara lembaga-lembaga sosial, seperti milik pribadi (property), perbudakan (slavery), kapital yang menimbulkan ketidaksamaan hak dan kesempatan. Kesenjangan sosial terjadi dalam masyarakat karena bekerjanya lembaga paksaan tersebut yang bertumpu pada cara-cara kekerasan, penipuan, dan penindasan. Dengan demikian, titik tumpu dari konflik sosial adalah kesenjangan sosial.
Negara dan hukum dlihat sebagai alat penindasan yang digunakan oleh kelas yang berkuasa (kapitalis) demi keuntungan pribadi.
Kelas-kelas dianggap sebagai kelompok-kelompok sosial yang mempunyai kepentingan sendiri yang bertentangan satu sama lain.

Teori Kelas
Teori konflik aliran Marx beranggapan bahwa asas kepada pembentukan sebuah masyarakat disebabakan oleh faktor-faktor ekonomi seperti tanah, modal, industri dan perdagangan. Asas kepada perubahan sebuah struktur masyarakat adalah disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengeluaran ekonomi. Faktor lain seperti agama, institusi politik, kekeluargaan dan pendidikan pula menjadi superstruktur masyarakat. Sedangkan perubahan yang berlaku pada superstruktur masyarakat hanya akan berlaku jika terdapat perubahan pada asasnya. Marx menjelaskan bahwa ekonomi yang menjadi pendorong perkembangan modal akan membawa perubahan hidup kepada masyarakat terutama dalam meningkatkan taraf hidup dan mengeluarkan mereka dari kesengsaraan hidup. Namun perkembangan modal yang pesat akan menyebabkan berlakunya penindasan terhadap sesuatu golongan yang mempunyai taraf rendah dan mengalami perkembangan modal yang tidak konsisten.
Setelah berlakunya penindasan terhadap golongan proletar atau golongan pekerja maka timbulah satu perasaan atau kesadaran yang dikenali sebagai 'kesadaran kelas' yang lahir dari satu perasaan yang dikenali sebagai 'Perasaan kelas'. Hal ini akan menyebabkan berlakunya suatu bentuk tentangan yang bersifat penghapusan terhadap golongan berkelas (class society) dan menggantikannya dengan satu golongan baru yang tidak berkelas (classless society).
Karl Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya. Ia merupakan seorang filsuf, tokoh sosiologi, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia yang lahir pada 5 Mei 1818 dan meninggal di London, Inggris pada tanggal 14 Maret 1883. Ia paling dikenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai berikut:

"Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah pertentangan kelas" (Marx, 1848).

Adapun teori Konflik Karl Marx ini dapat dijadikan acuan sebagai landasan teori dalam analisis Novel Du Contrat Social karya Jean Jacques Rousseau. Sehingga Penulis dapat memperkuat ide, konsep dan pendapat mengenai kelas sosial menggunakan teori Konflik Karl Marx.







BAB III
ANALISIS

Konflik Kelas
Konflik antarkelas sosial adalah konflik yang umumnya terjadi karena perbedaan kepentingan masing-masing kelas sosial. Contohnya seperti yang diungkapkan oleh Karl Marx yaitu konflik antara kelas borjuis dan proletar (buruh). Teori konflik kelas ini muncul karena adanya penggolongan suatu kaum atau kelas tertentu dimana kelas atas menindas kelas bawah dan terus mengeksploitasinya sehingga terjadiah perbedaan kasta atau kelas yang cukup signifikan. Dan dalam suatu tempo, ketika muncul perasaan maupun kesadaran dari kelas yang tertindas, maka akan muncul suatu pergerakan sosial ataupun revolusi yang dilakukan oleh kalangan bawah untuk menentang kekuasaan yang telah menindasnya.
Konflik kelas dibutuhkan untuk menggerakan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bagi kepentingan umum (masyarakat), kesetaraan, keadilan dan kemakmuran sosial bermasyarakat.
Dalam novel Du Contrat Social, konflik kelas terjadi karena adanya perbudakan yang berasal dari kelas bawah atas penguasa yang memimpin pada masa itu. Bahkan, terkadang ada beberapa orang yang menganggap atau menempatkan dirinya pada posisi kelas menengah jika ia tidak mampu menjadi kelas atas demi menghindari perbudakan. Hal ini tertera pada buku 1 bab 1 pokok pembicaraan buku pertama:

"Tel se croit le maître des autres, qui ne laisse pas d'être plus esclave qu'eux."

"Mereka yang merasa bahwa dirinya adalah pemimpin bagi yang lain, akan berpikir untuk berhenti agar tidak menjadi budak yang lebih besar dari rakyat yang diperintahnya."
Selain itu, konflik kelas muncul karena adanya kekuataan dari kelas atas (borjuis) dimana justru masyarakat kelas bawah (proletar) tidak memiliki kekuatan sama sekali dalam dominannya. Hal ini tertera pada buku 1 bab 3 keadilan bagi mereka yang terkuat:
"Obéissez aux puissances. Si cela veut dire : Cédez à la force."

Bila orang mengatakan, "Marilah kita mentaati orang yang paling kuat", maksudnya yang sebenanrnya adalah, "Marilah kita menyerah pada kekuatan." (hal.9)

Dalam konflik kelas pun terjadi suatu unsur paksaan dari kelas atas agar rakyat dapat mematuhi peraturan yang telah dibuat penguasa atau pemimpin suatu negara. Hal ini tertera pada buku 1 bab 1 pokok pembicaraan buku pertama:

"Tant qu'un peuple est contraint d'obéir et qu'il obéit, il fait bien; sitôt qu'il peut secouer le joug, et qu'il le secoue, il fait encore mieux : car, recouvrant sa liberté par le même droit qui la lui a ravie, ou il est fondé à la reprendre, ou on ne l'était point à la lui ôter"

"Bila rakyat dipaksa untuk patuh dan mereka benar-benar patuh, itu baik. Tetapi, segera sesudah rakyat merasa mampu untuk melemparkan penindasan atas dirinya dan mereka benar-benar melakukannya, itu lebih baik lagi. Untuk memperoleh kembali kebebasannya, sudah tentu rakyat pun boleh menggunakan hak yang sama yang dahulu dipakai untuk mencabut kebebasan itu dari tangan mereka. Kebebasan itu dibenarkan untuk dikembalikan kepada rakyat, atau kebebasan itu dibenarkan untuk direnggut dari tangan rakyat." (hal: 6)




3.2 Kelas Sosial
Kelas sosial atau golongan sosial merujuk kepada perbedaan hierarkis atau stratifikasi antara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya. Berdasarkan teori konflik Karl Marx, kelas sosial terbagi menjadi dua diantaranya:
Kelas Borjuis
Borjuis merupakan istilah yang pertama kali muncul di antara akhir abad pertengahan di berbagai negara di Eropa dengan nama yang berbeda seperti Burgeis di Inggris dan Burger di Jerman. Istilah Borjuis dan borju berasal dari bahasa Perancis, yang berarti "Penghuni kota". Dalam dunia barat, diantara akhir abad pertengahan dan saat sekarang, kaum Borjuis merupakan sebuah kelas sosial dari orang-orang yang dicirikan oleh kepemilikan modal. Mereka adalah bagian dari kelas menengah atau kelas pedagang, dan mendapatkan kekuatan ekonomi dan sosial dari pekerjaan, pendidikan, dan kekayaan. Kaum ini mulanya berasal dari para bangsawan atau elit religi (rohaniwan). Grotius (1583-1645) menyangsikan pada buku 1 bab 2 masyarakat pertama:

"Si le genre humain appartient à une centaine d'hommes, ou si cette centaine d'hommes appartient au genre humain"

"Apakah seluruh manusia itu menjadi milik seratus orang saja, ataukah justru seratus orang itu menjadi milik seluruh ras manusia." (Grotius, 1625:7)

Kaum tersebut secara tidak langsung memisahkan diri dari kelas Proletar yang bukan pemilik modal maupun berasal dari kelas bangsawan.


Kelas Proletar
Proletar adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifasikan kelas sosial rendah. Awalnya istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan orang tanpa kekayaan; istilah ini biasanya digunakan untuk menghina. Di Eropa, khususnya saat sebelum Revolusi Perancis terjadi, jumlah masyarakat ini mendominasi Perancis, namun tidak memiliki kekuatan. Kekuatan dibawa oleh kaum Bangsawan yang biasanya juga dianggap sebagai masyarakat pemerintah dan pemegang kapital bersama kaum Pendeta.
Dalam pemikiran Karl Marx, ini adalah kelas kedua dalam stratifikasi sosial yang ia ciptakan. Proletar adalah kelas yang menerima gaji oleh kelas pertama yaitu kelas majikan. Mereka bekerja guna memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Sedang kelas majikan bekerja dengan mencari untung atau laba.
Dalam kaum proletar, mereka tidak memiliki suasana dan alat produksi sehingga hanya menjual tenaganya saja untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan hidupnya. Kelas ini sering menjadi target eksploitasi para majikan yang berorientasi kapitalis. Untuk itu mereka sering diperas tenaganya dan diberikan gaji yang rendah guna kepentingan meraup laba sebesar-besarnya. Para proletar ingin hidup dengan tenang, maka dia yang hidup untuk bekerja akan mengalami alienasi atau keterasingan. Mereka adalah orang-orang yang tak bisa menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga menumpang pada para pemodal untuk menciptakan barang dengan nilai lebih. Nilai lebih ini tercipta dari rumusan nilai barang dikurangi nilai seluruh hasil produksi dan menciptakan untung. Oleh karena itu, proletar yang kehilangan kebebasannya akan memprotes tirani kapitalis tersebut dengan demonstrasi dan hal-hal lain yang diperlukan. Namun para kapitalis tersebut akan menolaknya. Mereka dipihak pemerintah karena merekalah yang memberi kekayaan negara, terutama di negara-negara berideologi liberalisme. Jika pemerintah tidak mengimbangi hak-hak kaum proletar dan mengejar untung dari para majikan tersebut, sebuah gerakan anarkisme pun terjadi dan mungkin akan menciptakan revolusi. Pasca revolusi maka terciptalah perubahan dari kapitalisme yang mencekik menjadi negara sosialis yang mendukung rakyat atau kaum proletar. Namun, berikut adalah penjelasan yang seharusnya ditindaklanjuti, dipirkan bahkan direnungkan oleh kaum proletar agar kebebasannya dapat digunakan sebaik mungkin dalam menjalankan kehidupannya seperti pada buku 1 bab 1 pokok pembicaraan buku pertama:

"L'homme est né libre, et partout il est dans les fers, Tel se croit le maître des autres, qui ne laisse pas d'être plus esclave qu'eux."

"Manusia dilahirkan bebas. Kendatipun demikian kita melihat dimana mereka hidup terbelenggu. Mereka yang merasa bahwa dirinya adalah pemimpin bagi yang lain, akan berpikir untuk berhenti agar tidak menjadi budak yang lebih besar dari rakyat yang diperintahnya."

Dapat dikatakan bahwa kelas sosial dilatar belakangi oleh keinginan, hasrat untuk berkuasa; menguasai atau mengepalai rakyat kalangan bawah agar dirinya tidak menjadi budak oleh kelas yang lebih diatasnya lagi.
Namun begitu, muncul sebuah model kelas masyarakat baru yang akan didirikan oleh kelas proletar dan bukan bercirikan sistem kelas sosial feudalisme dan kapitalisme seperti dalam wujud sebelumnya. Melainkan sebaliknya, suatu Masyarakat tanpa kelas.





Masyarakat tanpa kelas
Masyarakat tanpa kelas (classless) merupakan sebuah model kelas tanpa memandang dari segi golongan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan lain-lain. Kelas ini tercipta karena adanya keinginan persamaan ataupun kesetaraan dalam ruang lingkup masyarakat sehingga mendapat pengakuan dan perlakuan yang adil tanpa memandang berasal dari kalangan apa.
Masyarakat tanpa kelas ini diciptakan oleh kaum proletar yang berinisiatif untuk melakukan perubahan sosial dan sistem maupun tata cara dalam pergaulan dan kehidupan sosial. Selain itu, kebebasan yang diciptakan oleh kelas buruh hanya diimplementasikan untuk menghapuskan semua kelas masyarakat. Masyarakat tanpa kelas (classless) yang diperjuangkan oleh mereka merupakan titik permulaan kepada lenyapnya jurang pemisah antara kelas masyarakat dan kuasa pengeluaran akan jatuh ke tangan rakyat. Oleh yang demikian, sistem kekuasaan tersebut tidak lagi berfungsi sebagai alat penindasan terhadap masyarakat (McLellan 1977: 341). Sementara itu, permusuhan dan persengketaan antara kelas bourgeois dan proletariat hanya disifatkan sebagai perjuangan satu kelas menentang satu kelas yang lain hingga membawa kepada highest expression of total revolution.
Masyarakat tanpa kelas dapat dilakukan oleh rakyat lewat penyuaraannya terhadap pemerintah ataupun monarki. Seperti yang tertera lewat pernyataan buku 4 bab 2 tentang suara:

"Plus le concert règne dans les assemblées, c'est-à-dire plus les avis approchent de l'unanimité, plus aussi la volonté générale est dominante; mais les longs débats, lès dissensions, le tumulte, annoncent l'ascendant des intérêts particuliers et le déclin de l'État."

"Dalam perbandingan pada derajat persesuaian yang berlaku dalam majelis yaitu semakin opini mendekati kebulatan suara, kehendak umum akan semakin dominan; sementara kegaduhan, percekcokan dan perdebatan yang berkepanjangan mewarnai pengaruh kekuasaan kepentingan pribadi dan situasi Negara yang sedang menurun." (hal.92)

Perbudakan
Bukti-bukti keberadaan perbudakan sudah ada sebelum tulis-menulis, dan telah ada dalam berbagai kebudayaan. Kuburan prasejarah di Mesir Bawah sejak
8000 SM menunjukkan bahwa suatu masyarakat Lybia telah memperbudak suatu suku. Pada catatan terawal perbudakan sudah dianggap sebagai institusi yang mapan. Kode Hammurabi (sekitar 1760 SM) contohnya, menyatakan bahwa hukuman mati dijatuhkan bagi siapa saja yang membantu seorang budak melarikan diri sebagaimana orang yang menyembunyikanseorang buronan.
Perbudakan dikenal hampir dalam semua peradaban dan masyarakat kuno, termasuk Sumeria, Mesir Kuno,Tiongkok Kuno, Imperium Akkad, Asiria, India Kuno,Yunani Kuno, Kekaisaran Romawi, Khilafah Islam, orang Ibrani di Palestina dan masyarakat-masyarakat sebelum Columbus di Amerika. Institusi tersebut berupagabungan dari perbudakan-hutang, hukuman atas kejahatan,
perbudakan terhadap tawanan perang, penelantaran anak, dan lahirnya anak dari rahim seorang budak.
Perbudakan adalah suatu kondisi di saat terjadi pengontrolan terhadap seseorang oleh orang lain. Perbudakan biasanya terjadi untuk memenuhi keperluan akan buruh atau kegiatan seksual. Orang yang dikontrol disebut dengan budak. Para budak adalah golongan manusia yang dimiliki oleh seorang tuan, bekerja tanpa gaji dan tidak mempunyai hak asasi manusia. Kaum budak tersebut merupakan kelompok yang dapat dibilang tertindas dan termarginalkan posisinya, namun dibutuhkan hanya sebagai alat tanpa 'dihargai' sama sekali.
Dalam konteks Du Contrat Social, dijelaskan bahwa perbudakan merupakan suatu tindakan pengorbanan kebebasan dari seseorang atau kelompok manusia yang rela untuk menjadi budak bagi tuannya. Mengapa seluruh penduduk tidak dapat pula mengorbankan kebebasannya untuk menjadi hamba seorang raja? 'Hamba' disini menjelaskan identitas sosial atau kalangan yang lebih baik dari seorang budak bagi suatu sistem kerajaan atau monarki. Sebab, jika 'budak' merupakah golongan pesuruh kelas paling bawah, maka 'hamba' setidaknya merupakan golongan atau kelas yang lebih tinggi dari budak dan secara identitas lebih diakui atau dianggap. Selain itu, menjadi seorang hamba berarti memindahkan kebebasannya dalam suatu bentuk 'memberi atau menjual dirinya' paling tidak untuk sekedar mencari nafkah hidupnya. Namun pada kenyataannya, kita akan dilogiskan pada suatu hal bahwa: untuk apa kita melakukan itu semua? 'Menjual diri' hanya untuk sebagai budak tuannya? Sedangkan apa yang dapat sang tuan atau rajanya berikan kepada seorang budak setelah kesetiannya dalam melayani tuannya. Hanyalah bentuk ketiada penghargaannya kecuali akan langsung dibuang atau dimanfaatkan selama masih dibutuhkan. Adapun kutipan mengenai perbudakan pada buku 1 bab 4 perbudakan:

"Bien loin qu'un roi fournisse à ses sujets leur subsistance, il ne tire la sienne que d'eux ; et, selon Rabelais, un roi ne vit pas de peu. Les sujets donnent donc leur personne, à condition qu'on prendra aussi leur bien ? Je ne vois pas ce qu'il leur reste à conserver."

"Sampai sekarang, seorang raja bukannya melengkapi hambanya dengan nafkah hidupnya (subsistence), tetapi sebaliknya ia mendapatkan nafkah hidupnya justru dari hambanya. Menurut Rabelais, penghidupan seorang raja tidaklah kecil. Apakah si hamba memberikan dirinya dengan syarat bahwa sang pangeran atau raja bersedia pula dengan ramah-tamah menerima harta kekayaan milik hambanya? Setelah memberikan upeti semacam itu, jelas bagi si hamba bahwa pada dirinya tidak lagi ada sesuatu sedikitpun yang tertinggal bagi keperluan hidupnya." (hal.9)


Aristoteles telah menegaskan bahwa:

"Manusia itu secara alami mempunyai nasib yang tidak sama: sebagian dilahirkan untuk menjadi budak dan sebagian lainnya untuk berkuasa."

Aristoteles benar, tetapi ia melakukan kesalahan ketika memandang akibat sebagai sebab. Tidak ada yang lebih pasti, bahwa semua orang yang dilahirkan dalam perbudakan adalah dilahirkan hanya untuk menjadi budak pula. Para budak telah demikian direndahkan martabatnya oleh belenggu yang mengikat mereka. Keadaan semacam ini menyebabkan mereka kehilangan semangat untuk mematahkan belenggu itu. mereka bahkan lebih menyukai perhambaan, seperti halnya para rekan Ulyses yang lebih menyukai perilaku kasar. Apabila ada beberapa budak alami, sebab pokoknya ialah manusia dijadikan budak untuk melawan alam. Kekuatanlah yang telah menciptakan perbudakan yang pertama dengan jalan merendahkan serta menyalahgunakan para korbannya, dan mengabadikan belenggu mereka.

Penguasa
Penguasa adalah gelar yang diberikan bagi orang yang menguasai; orang yang berkuasa untuk menyelenggarakan sesuatu, memerintah suatu kaum, sistem pemerintahan di suatu wilayah dan negara.
Penguasa dan pemerintah jelaslah bukan dua hal yang sama. Jika penguasa lebih identik dengan kepentingannya sendiri, sedangkan pemerintah adalah alat untuk mengatur negara berdasarkan kepentingan umum (rakyat). Penguasa tidak bisa mengurus urusan tertentu yang membuatnya bertindak untuk kehendak tertentu bukan kehendak umum. Seperti ditulis pada buku 1 bab 7 penguasa:

"Mais le corps politique ou le souverain, ne tirant son être que de la sainteté du contrat, ne peut jamais s'obliger, même envers autrui, à rien qui déroge à cet acte primitif, comme d'aliéner quelque portion de lui-même, ou de se soumettre à un autre souverain. Violer l'acte par lequel il existe, serait s'anéantir; et qui n'est rien ne produit rien."

"Negara hukum atau penguasa yang memperoleh eksistensinya dari kekeramatan kontrak, tidak mungkin mengikat dirinya sendiri; bahkan dengan pihak luar sekalipun tentang segala sesuatu yang akan mengurangi arti tindakannya yang asli (original), seperti memindahkan begiannya sendiri atau menyerah pada penguasa lainnya. Melanggar kontrak dimana dirnya beerada dalamnya, hanya berarti akan menghapuskan atau meniadakan keberadaan dirinya. Siapa pun yang tidak berada di dalamnya pasti tidak menghasilkan sesuatu." (hal.17)

Pemerintahan
Pemerintahan adalah proses atau cara pemerintah memegang wewenang ekonomi, politik, sosial guna mengelola urusan-urusan negara untuk kesejahteraan masyarakat.

Rousseau menyatakan bahwa pemerintahan apapun, dalam bentuk apapun, harus dipisah menjadi dua. Yaitu antara Penguasa (yang menurut Rousseau harus meliputi seluruh penduduk) yang mewakili kehendak umum harus ada dan merupakan kekuatan legislatif di Negara dan Pemerintahan yang terpisah dari penguasa. Pemisahan ini harus dilakukan karena penguasa tidak bisa mengurus urusan tertentu (yang membuatnya bertindak untuk kehendak tertentu bukan kehendak umum), seperti penerapan hukum. Maka pemerintahan harus terpisah dari tubuh penguasa. Hal ini ditulis oleh pengarang pada buku 3 bab 1 pemerintah pada umumnya:

"Toute action libre a deux causes qui concourent à la produire : l'une morale, savoir : la volonté qui détermine l'acte ; l'autre physique, savoir : la puissance qui l'exécute."

"Setiap tindakan yang bebas harus dihasilkan oleh persaingan dua sebab, yaitu: yang satu adalah moral, kehendak yang harus memutuskan tindakan itu; dan yang lain adala fisik. Kekuasaan yang harus melaksanakannya." (hal.49)

Negara hukum mempunyai kekuatan gerak yang sama, dan kita menemukan hal yang sama di dalamnya seperti yang terdapat dalam tubuh alami, yaitu kekuatan dan kehendak; dan yang terakhir dibedakan dengan nama "kekuasaan legislatif" dan yang terdahulu dengan "kekuasaan eksekutif". Tidak satu pun yang akan dikerjakan dan akan dilakukan tanpa persaingan kedua kekuasaan ini.
Kekuasaan legislatif adalah milik rakyat, dan hanya dapat dimiliki oleh lembaga itu. karena dasar sudah ditetapkan, maka sebaliknya mudah dilihat bahwa kekuasaan eksekutif tidak bisa menjadi kekuatan umum sebagaimana pembuat undang-undang atau penguasa.

Rakyat
Rakyat adalah bagian dari suatu negara atau unsur penting dari suatu pemerintahan. Bahkan, Presiden pertama Amerika Serikat, Abraham Lincoln, menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dalam sistem pemerintahan demokrasinya:

"Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat" (Lincoln)

Dalam suatu negara, maka rakyatlah yang seharusnya paling dipentingkan atau diutamakan diluar daripada kepentingan penguasa. Sebab, segala sesuatu berasal dari rakyat. Bahkan sebenarnya yang menggaji pemerintah maupun penguasa sekalipun adalah rakyat sendiri. Maka seharusnya, hal itu dilakukan sebaik mungkin oleh pemerintahan suatu negara agar kembali kepada rakyat dengan kepuasan melalui kesejahteraan rakyat. Seperti yang diungkapkan Rousseau pada buku 2 bab 10 tentang rakyat (lanjutan):

"À ces conditions pour instituer un peuple, il en faut ajouter une qui ne peut suppléer à nulle autre, mais sans laquelle elles sont toutes inutiles: c'est qu'on jouisse de l'abondance et de la paix."

"Untuk menengakkan kondisi suatu rakyat, kita masih harus menambahkan satu hal lagi yang sangat penting dan tidak bisa diabaikan, yaitu: kegembiraan menikmati perdamaian dengan kehidupan yang serba melimpah. Tanpa ini, maka yang lainnya tidak lagi ada pengaruhnya." (hal.43-44)



















BAB IV
KESIMPULAN

Kontrak sosial merupakan suatu penafsiran tentang perilaku politik yang menjadi patokan kitab injil ilmu politik dewasa ini. Ia bertanggungjawab akan banyaknya keupacaraan dalam ilmu politik modern dan juga bagi perkembangan moral serta intelektual. Kontrak sosial merupakan kitab injil sekuler: Doktrin bahwa rakyat menempati kedudukan tertinggi 'Memaksa orang untuk bebas', 'Menemukan sikap politik kita sendiri'.
Novel ini adalah sumber utama bagi doktrin kedaulatan dimana dewasa ini masalah kedaulatan lebih dari hanya sebagai pernyataan tentang fakta atau cita-cita yang menghubungkan program politik dengan "Rakyat" yang tanpa itu kegiatan politk tidak dapat dilakukan.
Berdasarkan tinjauan historis dalam novel Du Contrat Social, perbedaan kelas sosial sangatlah terlihat pada abad pertengahan di Perancis baik sebelum revolusi maupun setelah revolusi. Khususnya antara rakyat dan penguasa dimana rakyat (kelas bawah) lebih dominan disana namun tidak memiliki kekuatan untuk melawan karena masih membutuhkan perlindungan atas keberlangsungan hidupnya. Dalm hal ini, selain terdapat pemisahan kelas atau perbedaan golongan sosial, juga terdapat konflik sosial yang mewarnai lika-liku perjalanan seorang Rousseau dalam menelaah apa yang terjadi disuatu negara antara rakyat dan penguasa sedangkan hal itu berbanding terbalik dengan negaranya yang memiliki tatakrama dalam kesederhanaan dan ketenagan, yaitu kota aslinya, Jenewa.
Di kota Paris, semakin banyak ia menemukan formalitas penuh dengan tatakrama salon kota paris yang dirasakannya sebagai sesuatu yang menindas dirinya. Adapun kebebasan kehidupan kota Paris tampak tidak bermoral bagi seseorang yang dibesarkan dalam kesederhanaan Geneva yang beragama Calvanis.
Adapaun teori yang digunakan dalam analisis novel Du Contrat Social, yaitu teori konflik kelas Karl Marx untuk memperkuat ide, konsep, gagasan dan pikiran dari Penulis mengenai latar belakang perbedaan kelas sosial, tokoh kelas atas dan kelas bawah, alasan-alasan dibalik itu semua serta konflik sosial yang terjadi. Kembali pada hakikatnya, seperti yang dikatakan Rousseau, "Manusia dilahirkan bebas." Maka tidaklah masuk akal apabila manusia menyerahkan kebebasannya untuk perbudakan. Dan untuk memperoleh kembali kebebasannya, sudah tentu rakyat pun boleh menggunakan hak yang sama yang dahulu dipakai untuk mencabut kebebasan itu dari tangan mereka. Kebebasan itu dibenarkan untuk dikembalikan kepada rakyat, atau kebebasan itu dibenarkan untuk direnggut dari tangan rakyat.

4.1 Saran
Analisis ini masih menyisakan pertanyaan seputar pengaruh dari novel Du Contrat Social terhadap masyarakat dan golongan atas (Borjuis) setelah terjadinya pertentangan atas kaum-kaum yang tertindas (proletar) apakah penggolongan kelas pada zaman sekarang sudah tidak terjadi lagi setelah adanya revolusi atas konflik pertentangan kelas sosial, kekuasaan politik maupun kedaulatan? Dengan demikian, Penulis memerlukan ulasan lebih lanjut mengenai pengaruh dari novel Du Contrat Social dan hal apa yang melatarbelakangi konflik sulit dikendalikan dan tidak terjadi lagi pebedaan maupun penggolongan kelas kasta maupun sosial.













Daftar Pustaka

Rousseau, Jean Jacques. 1986. Kontrak Sosial (edisi terjemahan oleh Sumardjo). Jakarta: Erlangga.
Rousseau, Jean Jacques. 1762. Du Contrat Social. Paris: Union Générale d'Éditions.
Setiawan, Diyon Iskandar. 2014. "Wacana Sekularisme dalam Drama Dom Juan Karya Molière: Analisis Wacana Kritis". Skripsi. Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Wibowo, Anton Setyo. 2010. "Konflik Sosial dan Politik dalam Novel Tanah Api Karya S.JAI". Skripsi. Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Sumber Internet:
https://id.wikipedia.org/wiki/Du_contrat_social diakses pada 05 Desember 2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jean-Jacques_Rousseau diunduh pada 02 Januari 2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_konflik diunduh pada 07 Desember 2016.
https://www.academia.edu/9642760/Teori_Konflik_Karl_Max diunduh pada tanggal 10 Desember 2016.
http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-sastra-abad-pertengahan-500-1700/ diakses pada 05 Januari 2017.






Lampiran-Lampiran

Sinopsis
Du Contrat Social (1762) adalah novel yang terbit di kota Paris, Perancis diciptakan oleh seorang tokoh filsafat besar, penulis sekaligus komposer bernama Jean Jacques Rousseau (1712).
Novel ini merupakan sebuah karya sastra beraliran filsafat paling populer di dunia. Buku ini ditulis dengan tujuan untuk menentukan apakah kekuasaan politik yang resmi itu bisa ada atau tidak. Untuk menggapai lebih banyak hal dan meninggalkan keadaan alam, manusia harus masuk ke dalam kontrak sosial dengan orang lain. Dalam kontrak tersebut, semuanya bebas karena mereka melepaskan kebebasan yang setara dengan kewajiban yang dikenakan kepada semuanya. Rousseau juga menyatakan bahwa tidaklah masuk akal apabila manusia menyerahkan kebebasannya untuk perbudakan; dan maka peserta kontrak haruslah bebas. Lebih jauh lagi, meskipun kontrak menghasilkan hukum baru, terutama yang menjaga dan mengatur properti, seseorang dapat keluar dari kontrak kapan saja (kecuali pada saat genting, karena ini adalah desersi), dan sekali lagi bebas seperti saat ia lahir.
Rousseau menyatakan bahwa pemerintahan apapun, dalam bentuk apapun, harus dipisah menjadi dua. Penguasa (yang menurut Rousseau harus meliputi seluruh penduduk) yang mewakili kehendak umum harus ada dan merupakan kekuatan legislatif di negara. Pembagian kedua adalah pemerintahan yang terpisah dari penguasa. Pemisahan ini harus dilakukan karena penguasa tidak bisa mengurus urusan tertentu (yang membuatnya bertindak untuk kehendak tertentu bukan kehendak umum), seperti penerapan hukum. Maka pemerintahan harus terpisah dari tubuh penguasa.
Penulis mengaku bahwa besar wilayah yang diperintah seringkali menentukan sifat pemerintahan. Menurut Rousseau, semakin besar suatu wilayah, semakin besar kekuatan yang harus dimiliki pemerintah untuk mengatur penduduk. Baginya pemerintah monarki memunyai kekuatan terbesar karena hanya menggunakan sedikit kekuatan untuk dirinya sendiri, sementara itu menurut Rousseau demokrasilah yang terlemah. Secara umum, semakin besar birokrasi, semakin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendisiplinkan pemerintahan. Biasanya hubungan ini mengharuskan negara menjadi aristokrasi atau monarki. Penting untuk dicatat bahwa saat Rousseau berbicara tentang aristokrasi atau monarki, bukan berarti bahwa sistem-sistem tersebut bukanlah demokrasi seperti sekarang - aristokrat atau penguasa monarki dapat dipilih, seperti kabinet atau presiden sekarang; sementara itu, ketika Rousseau memakai kata demokrasi, ia merujuk ke demokrasi langsung daripada demokrasi representatif seperti negara-negara demokratik sekarang. Di antara ini semua, Rousseau berargumen bahwa, seperti Jenewa yang merupakan tempat kelahirannya, negara-kota kecil merupakan bentuk negara yang paling baik dalam menumbuhkan kebebasan. Untuk negara yang cukup besar sehingga memerlukan perantara antara rakyat dan pemerintah, aristokrasi terpilih mungkin lebih baik, dan di negara yang sangat besar penguasa monarki yang penuh kebajikan yang cocok; namun penguasa monarki agar sah harus menjadi bawahan regnum legis.















Biografi Pengarang
Jean Jacques Rousseau lahir di Jenewa, Swiss pada tanggal 28 Juni 1712 dan meninggal di Ermenonville, Oise, Perancis pada tanggal 02 Juli 1778 pada umur 66 tahun. Ia adalah seorang tokoh filosofi besar, penulis dan komposer pada abad pencerahan. Pemikiran filosofinya memengaruhi revolusi Prancis, perkembangan politika modern dan dasar pemikiran edukasi. Karya novelnya, Emile, atau On Education yang dinilai merupakan karyanya yang terpenting adalah tulisan kunci pada pokok pendidikan kewarganegaraan yang seutuhnya. Julie, ou la nouvelle Héloïse, novel sentimental tulisannya adalah karya penting yang mendorong pengembangan era pre-romanticism dan romanticism di bidang tulisan fiksi.
Karya autobiografi Rousseau adalah: 'Confession', yang menginisiasi bentuk tulisan autobiografi modern, dan Reveries of a Solitary Walker (seiring dengan karya Lessing and Goethe in German dan Richardson and Sterne in English), adalah contoh utama gerakan akhir abad ke 18 "Age of Sensibility", yang memfokus pada masalah subjectivitas dan introspeksi yang mengkarakterisasi era modern. Rousseau juga menulis dua drama dan dua opera dan menyumbangkan kontribusi penting dibidang musik sebagai teorist. Pada periode revolusi Prancis, Rousseau adalah filsafat terpopuler di antara anggota Jacobin Club. Dia dimasukan sebagai pahlawan nasional di Panthéon Paris, pada tahun 1794, enam belas tahun setelah kematiannya.


Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.