LAPORAN SFPH SISTEM PENCERNAAN FIX

June 14, 2017 | Autor: Yosefin Margaretta | Categoria: Sciences of Education, Laporan Praktikum Biologi
Share Embed


Descrição do Produto



1



LAPORAN STRUKTUR FUNGSI PERKEMBANGAN HEWAN
"SISTEM PENCERNAAN MAKANAN"












DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6

Sapitri Rahayu (13030654014)
Maria Nur U (13030654024)
Yosefin M (13030654036)
Fenti Levitasari S. (13030654040)


PRODI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
SISTEM PENCERNAAN MAKANAN
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan sistem pencernaan makanan pada hari rabu, 25 November dan 2 Desember 2015 di Laboratorium Pendidikan IPA UNESA. Tujuan dari percobaan ini yaitu, mengetahui macam-macam enzim pencernaan pada ikan mas, mengetahui fungsi empedu, dan mengidentifikasi kandungan nutrisi pada berbagai sampel makanan. Percobaan ini dilakukan dengan mengambil ekstrak usus dan empedu dengan proses pembedahan ikan serta menguji kandungan nutrisi makanan dari beberapa sampel. Sistem pencernaan makanan merupakan sistem yang berurusan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diasimilasi tubuh. Larutan sampel yang mengandung karbohidrat meliputi kentang, roti dan ketela. Sedangkan larutan sampel yang mengandung protein meliputi tahu, tempe,keju, dan susu. membuang limbah tubuh tertentu (terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Keberadaan enzim pencernaan diketahui secara tidak langsung dengan menggunakan reagen Benedict untuk enzim amilase dan enzim maltase dan reagen Biuret untuk enzim tripsin.

Kata kunci : sistem pencernaan makanan, pembedahan ikan, usus, empedu, ekstrak, Benedict, Biuret, enzim amylase, enzim maltase
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Abstrak ii
Daftar Isi iii
BAB I. Pendahuluan 1
BAB II. Kajian Teori 3
BAB III. Metode Percobaan 24
BAB IV. Data dan Analisis 32
BAB V. Pembahasan 41
BAB VI. Penutup 53
Daftar Pustaka iv
Lampiran Foto v

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem pencernaan terdiri dari berbagai organ yang membantu dalam pencernaan makanan dan asimilasi nutrisi. Jadi, pencernaan adalah proses pemecahan partikel makanan yang kompleks, baik secara mekanis dan kimiawi, dalam bentuk yang lebih sederhana dari nutrisi, yang dapat dengan mudah digunakan oleh tubuh.
Sistem pencernaan merupakan proses yang kompleks yang terdiri dari pemecahan massa organik besar menjadi partikel kecil yang tubuh mampu dalam menggunakannya sebagai bahan bakar. Pencernaan mekanik adalah dipatahkannya partikel makanan menjadi partikel yang lebih kecil dengan proses fisik seperti mengunyah, menghancurkan dll. Pencernaan mekanik meningkatkan luas permukaan untuk reaksi enzimatik, sehingga meningkatkan laju reaksi kimia secara tidak langsung.
Proses transformasi makanan menjadi partikel yang lebih kecil melalui reaksi enzimatik disebut pencernaan kimiawi. Enzim yang digunakan untuk katalisis reaksi dengan memisahkan ikatan kimia dalam proses hidrolisis. Ada tiga jenis enzim pencernaan, yaitu; karbohidrat, lipase, dan protease, yang hidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein masing-masing. Enzim ini ditemukan dalam air liur, asam lambung, cairan pankreas, dan getah usus, disekresikan oleh kelenjar ludah, kelenjar lambung, pankreas, dan dinding usus kecil masing-masing.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah praktikum mengenai system pencernaan makanan. Dimana pada praktikum ini akan menguji kandungan nutrisi dalam makanan dan mengulas tentang struktur organ system pencernaan. Dalam eksperimen ini, akan digunakan beberapa indicator untuk menguji keberadaan nutrisi dalam larutan.



Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada praktikum ini adalah :
Bagaimana cara membuat daftar nutrisi penting yang ditemukan dalam makanan ?
Bagaimana komposisi kimia dasar karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin ?
Bagaimana kandungan nutrisi dalam berbagai macam makanan dan menguji nutrisi makanan dari beberapa sampel ?
Bagaimana macam-macam enzim pencernaan yang terdapat pada usus ikan mas ?
Bagaimana fungsi empedu dalam pencernaan makanan ?
Bagaimana struktur dan fungsi organ-organ sistem pencernaan manusia ?
Bagaimana fungsi nutrisi-nutrisi utama dalam tubuh ?

Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari praktikum ini adalah :
Dapat membuat daftar nutrisi penting yang ditemukan dalam makanan.
Dapat mendeskripsikan komposisi kimia dasar karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.
Dapat mengidentifikasi kandungan nutrisi dalam berbagai macam makanan dan menguji nutrisi makanan dari beberapa sampel.
Dapat mengetahui macam-macam enzim pencernaan yang terdapat pada usus ikan mas.
Mengetahui fungsi empedu dalam pencernaan makanan.
Dapat memahami struktur dan fungsi organ-organ sistem pencernaan manusia.
Dapat menjelaskan fungsi nutrisi-nutrisi utama dalam tubuh.

BAB II
KAJIAN TEORI
Sistem pencernaan makanan berurusan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diasimilasi tubuh. Seluruh saluran pencernaan dibatasi dengan selaput lendir (membrane mukosa), dari bibir sampai ujung akhir esophagus, yang ditambah dengan lapisan-lapisan epithelium. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan yang terjadi karena kerja berbagai enzim yang berkembang di dalam cairan pencerna setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya (Pearce, 2009: 212-213).
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan serta banyak menghasilkan lender, tetapi tidak menghasilkan air ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat dibelakang insang dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umunya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Dari lambung makanan masuk ke usus melalui pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya, usus bermuara di anus. Kelenjar pencernaan pada ikan , meliputi hati dan pankreas (Syarifuddin, 2006: 155).
Proses pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana. Ukuran molekul yang kecil ini memungkinkan darah dan cairan getah bening mengangkut menuju sel-sel yang memerlukan. Proses pencernaan makanan meliputi pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi.


Pencernaan Mekanik
Pencernaan mekanik yaitu proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi lebih kecil dengan bantuan alat-alat pencernaan. Alat yang membantu pencernaan mekanik seperti gigi, lambung, usus. Gerakan gigi seri memotong makanan, gigi taring merobek makanan, gigi geraham mengunyah makanan serta lambung dan usus melakukan gerakan meremas makanan merupakan pencernaan mekanik. Pada pencernaan mekanik umumnya tidak mengubah susunan molekul bahan makanan yang dicerna. Pencernaan mekanik menjadi lebih mudah karena adanya saliva (air ludah) dan getah lambung. Pencernaan mekanik dibantu oleh gerakan saluran pencernaan seperti gerakan peristaltik, gerak segmentasi dan gerak ayun (pendular). Gerakan-gerakan ini memungkinkan makanan di dorong, kemudian diremas dan dicampur dengan enzim pencernaan (pengadukan).

Pencernaan Kimiawi

Gambar 2.1. Sumber : fitri-smanda2.blogspot.com
Pencernaan makanan secara kimiawi terjadi dengan bantuan zat kimia tertentu. Enzim pencernaan merupakan zat kimia yang berfungsi memecahkan molekul bahan makanan yang kompleks dan besar menjadi molekul yang lebih sederhana dan kecil. Molekul yang sederhana ini memungkinkan darah dan cairan getah bening (limfe) mengangkut ke seluruh sel yang membutuhkan. Secara umum enzim memiliki sifat: bekerja pada substrat tertentu, memerlukan suhu tertentu dan keasaman (pH) tertentu pula. Suatu enzim tidak dapat bekerja pada substrat lain. Molekul enzim juga akan rusak oleh suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Demikian pula enzim yang bekerja pada keadaan asam tidak akan bekerja pada suasana basa dan sebaliknya. Macam-macam enzim pencernaan yaitu :
Enzim ptialin
Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar ludah. Fungsi enzim ptialin untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi glukosa.
Enzim amilase
Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah (parotis) di mulut dan kelenjar pankreas. Amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase memecah molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa.

Enzim maltase
Enzim maltase terdapat di usus dua belas jari, berfungsi memecah molekul maltosa menjadi molekul glukosa.
Enzim pepsin

Gambar 2.2. Sumber : fitri-smanda2.blogspot.com
Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar di lambung berupa pepsinogen. Selanjutnya pepsinogen bereaksi dengan asam lambung menjadi pepsin. Enzim pepsin memecah molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana yaitu pepton.
Enzim tripsin
Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum). Asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana jika dibanding molekul pepton.
Enzim renin
Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi enzim renin untuk mengendapkan kasein dari air susu.
Asam khlorida (HCl)
Asam khlorida (HCl) sering dikenal dengan sebutan asam lambung, dihasilkan oleh kelenjar didalam dinding lambung. Asam khlorida berfungsi untuk membunuh mikroorganisme tertentu yang masuk bersama-sama makanan.
Cairan empedu



Gambar 2.3. Sumber : fitri-smanda2.blogspot.com
Gambar 2.3. Sumber : fitri-smanda2.blogspot.com



Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantong empedu. Empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin yang menyebabkan kotoran sisa pencernaan berwarna kekuningan. Empedu berasal dari rombakan sel darah merah (erithrosit) yang tua atau telah rusak dan tidak digunakan untuk membentuk sel darah merah yang baru. Fungsi empedu yaitu memecah molekul lemak menjadi butiran-butiran yang lebih halus sehingga membentuk suatu emulsi. Lemak yang sudah berwujud emulsi ini selanjutnya akan dicerna menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana lagi.
Enzim lipase
Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum). Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah bening, sehingga perlu dipecah lebih dahulu menjadi molekul yang lebih kecil. Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserol yang memiliki molekul lebih sederhana dan lebih kecil.

Makanan berisi zat-zat gizi yang memberikan tubuh energi untuk bergerak dan bahan pembangun untuk pertumbuhan. Kita semua membutuhkan berbagai macam zat gizi agar tetap bugar dan sehat. Makanan yang beragam ini disebut diet berimbang. Tanpa asupan gizi yang cukup maka kemungkinan besar kita mudah terkena penyakit, misalnya penyakit yang menyerang pencernaan. Fungsi makanan bagi tubuh kita adalah:
Penghasil bahan bakar atau sumber energi (karbohidrat, lemak, dan protein).
Bahan pembangun tubuh dan menggantikan sel-sel tubuh yang rusak (protein dan mineral).
Pengatur proses yang terjadi dalam tubuh dan sebagai pelindung tubuh terhadap berbagai macam penyakit (protein, vitamin, dan mineral).

Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur. Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida). Karbohidrat adalah kelompok besar senyawa yang umumnya disebut gula, pati, dan selulosa (yang semuanya adalah gula atau polimer gula). Umumnya gula merupakan sumber penyimpanan energi. Dengan memecah gula turun menjadi karbon dioksida dan air, organisme hidup dapat melepaskan energi yang terkunci di dalamnya digunakan untuk kebutuhan energi.
Susunan Karbohidrat
Gambar 2.4.Sumber : bpptk.lipi.go.idKarbohidrat terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Contohnya adalah glukosa (C6H12O6), Sukrosa (C12H22O11) dan selulosa (C6H10O5). Sebagaimana tampak dalam tiga contoh tersebut, karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)m. Rumus molekul glukosa misalnya, dapat dinyatakan sebagai C6(H2O)6. Oleh karena komposisi demikian, kelompok senyawa ini pernah di sangka sebagai hidrat karbon sehingga diberi nama karbohidrat. Akan tetapi, sejak tahun 1880-an disadari bahwa senyawa tersebut bukanlah hidrat dari karbon. Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida. Kata sakarida berasal dari Arab "sakkar" yang artinya manis.
Gambar 2.4.
Sumber : bpptk.lipi.go.id
Karbohidrat yang dibangun oleh polihdroksi dan gugus aldehid disebut dengan aldosa, sedangkan yang disusun oleh polihidroksi dan gugus keton dikenal dengan ketosa.


Gambar 2.5. Sumber : bpptk.lipi.go.id
Molekul karbohidrat yang paling sederhana adalah polihidroksi aldehida dan polihidroksi keton yang empunyai tiga hingga enam atom karbon. Atom C memiliki kerangka tetrahedral yang membentuk sudut 105,90C menyebabkan molekul karbohidrat cukup sulit berbentuk rantai lurus. Berdasarkan kerangka tetrahedral inilah, molekul polihidroksi ini lebih stabil dalam struktur siklik.

Bagan Rantai lurus dan bentuk siklik dari karbohidrat
Karbohidrat sederhana dibangun oleh 5 (lima) atom C disebut dengan pentosa. Sedangkan yang dibangun oleh 6 (enam) atom C dikenal dengan heksosa.
Gambar 2.6.Sumber : bpptk.lipi.go.idSelain dibentuk oleh sejumlah atom C yang mengandung gugus polihidroksi, strukturnya karbohidrat semakin kompleks dengan adanya atom karbon asimetri, yaitu atom karbon yang mengikat empat atom atau molekul yang berbeda pada struktur tetrahedralnya. Kehadiran C asimetri menyebabkan molekul karbohidrat bersifat optik aktif, yaitu mampu memutar bidang cahaya terpolarisasi. Pada karbohidrat juga dijumpai keisomeran optik, molekul-molekul yang komposisinya identik tetapi berbeda orientasinya dalam ruang dan keaktifan optiknya.
Gambar 2.6.
Sumber : bpptk.lipi.go.id
Karbohidrat yang paling sederhana ditemukan di alam mengandung tiga atom C disebut triosa. Jika dengan gugus aldehida dinamakan aldotriosa (HOCH2-CHOH-CHO) dan dan dengan gugus keton disebut dengan ketotriosa (HOCH2-CO-CH2OH).

Klasifikasi Karbohidrat
Karbohidrat biasanya digolongkan menjadi monosakarida, disakarida dan polisakarida. Penggolongan ini didasarkan pada reaksi hidrolisisnya. Monosakarida adalah karbohidrat paling sederhana, tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat lebih sederhana; disakarida dapat dihidrolisis menjadi dua monosakarida; sedangkan polisakarida dapat dihidrolisi menjadi banyak molekul monosakarida.
Monosakarida
Satuan karbohidrat yang paling sederhana dengan rumus CnH2nOn dimana n = 3 – 8 .Monosakarida sering disebut gula sederhana (simple sugars) adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi. Molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja. Monosakarida dapat dikelompokkan berdasarkan kandungan atom karbonnya, yaitu triosa, tetrosa, pentosa, dan heksosa atau heptosa.
C3H6O3 : triosa
C4H8O4 : tetrosa
C5H10O4 : pentose
C6H12O4 : heksosa
Monosakarida atau gula sederhana hanya terdiri atas satu unit polihidroksialdehida atau keton atau hanya terdiri atas satu molekul sakarida. Kerangka monosakarida adalah rantai karbon berikatan tunggal yang tidak bercabang. Satu diantara atom karbon berikatan ganda terhadap suatu atom oksigen membentuk gugus karbonil, masing-masing atom karbon lainnya berikatan dengan gugus hidroksil. Jika gugus karbonil berada pada ujung rantai karbon, monosakarida tersebut adalah suatu aldosa, dan jika gugus karbonil berada pada posisi lain, monosakarida tersebut adalah suatu ketosa. Berbagai jenis monosakarida ialah aldosa dan ketosa.
Aldosa: monosakarida yang mengandung gugus aldehid.
Contoh: Gliseraldehid
Ketosa: monosakarida yang mengandung gugus keton
Contoh: Dihidroksiaseton

Contoh beberapa monosakarida :
Glukosa
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa, disebut juga dekstrosa karena memutar bidang polarisasi ke kanan. Glukosa merupakan komponen utama gula darah, menyusun 0,065- 0,11% darah.
Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen, dan maltosa. Glukosa sangat penting bagi kita karena sel tubuh menggunakannya langsung untuk menghasilkan energi. Glukosa dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti pereaksi Tollens sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi.





Gambar 2.7.Sumber : bpptk.lipi.go.id
Gambar 2.7.Sumber : bpptk.lipi.go.id

Galaktosa
Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa dan kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa, galaktosa juga merupakan gula pereduksi.






Gambar 2.8.Sumber : bpptk.lipi.go.id
Gambar 2.8.Sumber : bpptk.lipi.go.id


Fruktosa
Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa.
Fruktosa dapat terbentuk dari hidrolisis suatu disakarida yang disebut sukrosa. Sama seperti glukosa, fruktosa adalah suatu gula pereduksi.






Gambar 2.9.Sumber : bpptk.lipi.go.idStruktur fruktosa: (a) struktur terbuka (b) struktur siklis
Gambar 2.9.Sumber : bpptk.lipi.go.id

Disakarida
Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari 2 satuan monosakarida. Dua monosakarida dihubungkan dengan ikatan glikosidik antara C-anomerik dari satu unit monosakarida dengan gugus – OH dari unit monosakarida yang lainnya. Beberapa disakarida yang sering dijumpai: Maltosa, Laktosa, Sukrosa
Jenis disakarida:
Maltosa






Gambar 2.10.Sumber : bpptk.lipi.go.id
Gambar 2.10.Sumber : bpptk.lipi.go.id

Maltosa adalah suatu disakarida dan merupakan hasil dari hidrolisis parsial tepung (amilum). Maltosa tersusun dari molekul α-D-glukosa dan β-D-glukosa.
Dari struktur maltosa, terlihat bahwa gugus -O- sebagai penghubung antarunit yaitu menghubungkan C 1 dari α-D-glukosa dengan C 4 dari β-D-glukosa. Konfigurasi ikatan glikosida pada maltosa selalu α karena maltosa terhidrolisis oleh α-glukosidase. Satu molekul maltosa terhidrolisis menjadi dua molekul glukosa.
Sukrosa
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-hari sukrosa dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α.
Gambar 2.11.Sumber : bpptk.lipi.go.idSukrosa terhidrolisis oleh enzim invertase menghasilkan α-D-glukosa dan β-D-fruktosa. Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih manis daripada sukrosa.
Gambar 2.11.
Sumber : bpptk.lipi.go.id
Jika kita perhatikan strukturnya, karbon anomerik (karbon karbonil dalam monosakarida) dari glukosa maupun fruktosa di dalam air tidak digunakan untuk berikatan sehingga keduanya tidak memiliki gugus hemiasetal.
Akibatnya, sukrosa dalam air tidak berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid atau keton sehingga sukrosa tidak dapat dioksidasi. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi.
Laktosa
Laktosa adalah komponen utama yang terdapat pada air susu ibu dan susu sapi. Laktosa tersusun dari molekul β-D-galaktosa dan α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-β.







Gambar 2.12.Sumber : bpptk.lipi.go.id
Gambar 2.12.Sumber : bpptk.lipi.go.id

Hidrolisis dari laktosa dengan bantuan enzim galaktase yang dihasilkan dari pencernaan, akan memberikan jumlah ekivalen yang sama dari α-D-glukosa dan β-D-galaktosa. Apabila enzim ini kurang atau terganggu, bayi tidak dapat mencernakan susu. Keadaan ini dikenal dengan penyakit galaktosemia yang biasa menyerang bayi.

Polisakarida
Polisakarida atau glikan tersusun atas unit-unit gula yang panjang. Polisakarida dapat dibagi menjadi dua kelas utama yaitu homopolisakarida dan heteropolisakarida. Homopolisakarida yang mengalami hidrolisis hanya menghasilkan satu jenis monosakarida, sedangkan heteropolisakarida bila mengalami hidrolisis sempurna menghasilkan lebih dari satu jenis monosakarida. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n.
Jenis polisakarida adalah:
Selulosa




Gambar 2.13. Sumber : bpptk.lipi.go.id
Gambar 2.13. Sumber : bpptk.lipi.go.id
Selulosa C6(H10O5)n adalah polimer berantai panjang polisakarida karbohidrat, dari beta-glukosa. Selulosa merupakan komponen struktural utama dari tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh manusia.

Glikogen
Glikogen adalah salah satu jenis polisakarida simpanan dalam tubuh hewan. Pada manusia dan vertebrata lain, glikogen disimpan terutama dalam sel hati dan otot. Glikogen terdiri atas subunit glukosa dengan ikatan rantai lurus (α1 4) dan ikatan rantai percabangan (α1 6). Glikogen memiliki struktur mirip amilopektin (salah satu jenis pati) tetapi dengan lebih banyak percabangan, yaitu setiap 8-12 residu.

Pati atau amilum
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin.







Gambar 2.13. Sumber : bpptk.lipi.go.id
Gambar 2.13. Sumber : bpptk.lipi.go.id


Protein
Protein adalah senyawa polipeptida yang tersusun atas satuan – satuan dasar kimia, yaitu asam amino. Dalam molekul protein, asam – asam amino ini saling berhubung – hubungan dengan suatu ikatan yang disebut ikatan peptide (-CO-NH-). Ikatan peptida terbentuk jika gugus amino (-NH2) dari satu asam amino bereaksi dengan gugus karboksil (- COOH) dari asam amino berikutnya. Protein dapat terdiri dari 12 sampai 18 macam asam amino dan dapat mencapai jumlah ratusan asam amino (Suharjo dan Clara M.Kusharto, 2003). Keistimewaan dari protein ini ialah bahwa strukturnya yang mengandung N disamping C, H, O ( seperti juga karbohidrat dan lemak ), S edan kadang-kadang P, Fe,dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan protein). Protein dalam bahan makanan tertentu sangat penting dalam proses kehidupan organisme yang heterotrof seperti hewan dan manusia. Protein alamiah mula-mula dibentuk dari asam-asam amino yang dirakit sama sekali baru oleh organisme autrotofdari unsure-unsur anorganik C, H, O, N, dan S yang ada dalam tanah atau udara.
Molekul protein yang besar menyebabkan protein mudah sekali mengalami perubahan bentuk fisik ataupun aktivitas biologisnya. Banyak agensia yang yang dapa menyebabakan perubahan sifat alamiah protein misalnya panas, asam, basa, solven organic,garam, logam berat, radiasi sinar radioaktiv.Perubahan sifat fisik yang mudah diamati, adalah terjadinya penjedalan . dalam bahan makanan tertentu bahan yang digunakan untuk menguji kandungan protein meliputi putih telur, larutan KOH dan larutan CuSO4. (Slamet Sudarmaji, 1996). Untuk mengetahui bahwa protein tertentu memberikan warna tertentu dengan pereaksi tertentu, sruktur dan fungsi protein akan dapat diketahui lebih jauh. Dengan terbentuknya warna, maka protein dan asam. Asam amino yang dikandungnya dapat diketahui dengan bantuan kromatografi atau elektroforesis (Darjanto, 1989).

Jenis-Jenis Protein
Dalam jenis atau macam-macam protein terbagai atas 3 bagian antara lain :
Jenis Protein Berdasarkan Fungsinya
Protein terdiri atas 3 macam atau jenis berdasarkan Fungsinya antara lain sebagai berikut :
Protein Sempurna : protein sempurna adalah protein yang didalamnya terkandung asam amino yang lengkap. Contohnya kasein pada susu dan albumin pada putih telur. Protein sempurna pada umumnya terdapat pada protein hewan. 
Protein Kurang Sempurna : protein kurang sempurna adalah protein yang asam aminonya lengkap tetapi jumlah dari beberapa asam amino sedikit. Protein kurang sempurna tidak mampu mencukupi pertumbuhan, tetapi protein kurang sempurna ini dapat mempertahankan jaringan yang telah ada. Contohnya protein pada lagumin yang terdapat pada kacang-kacangan dan giladin pada gandum. 
Protein Tidak Sempurna : protein tidak sempurna adalah protein yang kurang atau tidak memiliki asam amino esensial. Protein tidak sempurna tak mampu mencukupi pertumbuhan dan mempertahankan yang telah ada sebelumnya. Contohnya, Zein yang terdapat pada jagung, dan beberapa protein yang ada pada tumbuhan.

Jenis Protein Berdasarkan Komponen-Komponen Penyusunnya
Jenis-jenis protein berdasarkan komponen-komponen penyusunnya terbagi atas 3 antara lain.
Protein Sederhana (Simple Protein) : protein sederhana adalah protein dari hasil hidrolisa, total protein ini merupakan campuran atas berbagai macam asam amino.
Protein Kompleks (Complex Protein) : protein kompleks adalah protein dari hasil hidrolisa total protein jenis ini yang terdiri dari berbagai macam asam amino selain itu juga tedapat komponen-komponen yang lain seperti unsur logam, gugusan phospat. dll Contohnya hemoglobin, lipoprotein, glikoprotein dan masih banyak lagi).
Protein Derivat (Protein derivative) : protein derivat adalah protein yang merupakan ikatan antara (intermediate product) yang merupakan hasil dari hidrolisa parsial yang berasal dari protein native. Contohnya albumosa, peptone dan masih banyak lagi.

Jenis Protein Berdasarkan Sumber Protein
Protein dibedakan menjadi protein nabati dan protein hewani. 
Protein Nabati : Protein nabati adalah protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Contohnya, kedelai, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
Protein Hewani : Protein nabati adalah protein yang berasal dari hewan. Contohnya, daging, susu, keju, telur dan ikan. 

Fungsi Protein
Fungsi protein pada umumnya, protein berfungsi sebagai zat pembangun tubuh dan pelindung tubuh, pendorong metabolisme dan penyokong organ tubuh dalam berbagai aktivitasnya, tidak hanya itu saja, ada banyak fungsi protein selain itu yang dapat dilihat dibawah ini.
Membantu dan mendorong pertumbuhan dan memelihara susunan/struktur tubuh dari sel, jaringan hingga ke organ-organ tubuh. 
Protein sebagai sumber karbohidrat. 
Membantu tubuh dalam melawan, menghancurkan dan menetralkan zat-zat dari luar atau asing yang masuk di dalam tubuh. 
Protein berfungsi sebagai penyediaan energi bagi tubuh.
Protein berfungsi sebagai asupan diet dan rendah gula. 
Memelihara dan menjaga keseimbangan asam basa dan cairan tubuh karna protein juga berfungsi sebagai buffer (penahan). 
Mengatur dan menjalankan metabolisme tubuh karna protein sebagai enzim artinya protein mengaktifkan dan masuk kedalam reaksi kimia.
Protein juga berfungsi sebagai biokatalisator
Protein merupakan bahan dalam sintesis substansi penting seperti halnya hormon, enzim, antibodi dan kromosom.
Lipid
Lipid atau lemak merupakan penyusun 15% dari tubuh. Senyawa ini terutama terdiri atas hidrokarbon dan mempunyai afinitas yang kecil dengan air. Beraneka ragam molekul termasuk dalam kelompok lipid ini. Yang paling sederhana diantaranya adalah asam-asam lemak Sebagian besar asam lemak adalah senyawa dengan rantai lurus yang mengandung atom C dalam jumlah genap. Asam lemak seluruhnya dibentuk oleh hidrokarbon, kecuali gugus asam yang berkutub atau polar pada salah satu ujungnya. Oleh karena salah satu ujung molekulnya bersifat polardan yang lain tidak, maka dikatakan bahwa asam lemak bersifat amfipatik.
Lemak adalah golongan senyawa hidrofobik yang sangat penting untuk penyimpanan bahan pembakaran, untuk membentuk struktur membran pembawa vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, sebagai hormon dan sebagi pengemban oligisakarida. Sebagian besar sintesis asam-asam lemak berlangsung di sitoplasma sel-sel hati. Berdasarkan fungsi dan strukturnya lipid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
Trigliserida (asam lemak)
Berfungsi sebagai sumber energi yang tersusun atas ester gliserol dari asam lemak (asam karboksliat suku tinggi). Trigliserida disebut juga lemak yang terdiri atas 2 jenis. Yaitu lemak yang tersusun atas asam lemak yang jenuh dan minyak yang tersusun atas asam lemak tak jenuh. Lemak berbentuk padat sedangkan minyak berwujud cair. Rumus umumnya adalah:

Gambar 2.15. Sumber : sherchemistry.wordpress.com
Dimana R, R' dan R" dapat merupakan gugus yang sejenis atau berbeda, misalnya C17H33 atau C17H35 dan yang lainnya. Reaksi antara lemak dan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun yang dikenal dengan reaksi penyabunan (saponifikasi).
Fospolipid
Fospolipid merupakan komponen utama pembentuk membran sel dan merupakan senyawa yang polar. Fospolipid merupakan ester dari gliserol yang mengandung ester asam posfat dengan rumus umum :

Gambar 2.16. Sumber : sherchemistry.wordpress.com
Dimana Gugus R" adalah kolin (disebut fosfatidilkolin), etanolamin (fosfatidil etanolamin), serin (fosfatidil serin), dan inositol (fosfatidil inositol). Membran sel yang tersusun atas fospolipida merupakan senyawa polar dimana bagian luar adalah hidrofil sedangkan bagian dalam adalah hidrofob.
Steroid
Steroid merupakan lipid yang berperan dalam proses-proses biologis dalam organisme hidup. Misalnya kolesterol, asam-asam empedu, testoteron dan lain-lain.
Strukturnya adalah:

Gambar 2.17. Sumber : sherchemistry.wordpress.com
Steroid tidak mengandung komponen asam lemak ataupun gliserol dan tidak dapat mengalami penyabunan.

Fungsi lemak adalah sebagai berikut:
Sumber Energi
Lemak dan minyak merupakan sumber energi paling padat, yang menghasilkan 9 kalori untuk tiap gram, yaitu 21/2 kali besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama. Sebagai simpanan lemak, lemak merupakan cadangan energi tubuh paling besar. Simpanan ini berasal dari konsumsi berlebihan salah satu atau kombinasi zat-zat energi: karbohidrat, lemak, dan protein. Lemak tubuh pada umumnya disimpan sebagai berikut: 50% dijaringan bawah kulit (subkutan), 45% di sekeliling organ dalam rongga perut, dan 5% di jaringan intramuskular.
Sumber Asam Lemak Esensial
Lemak merupakan sumber asam lemak esensial, asam linoleat dan linolenat.
Alat Angkut Vitamin Larut Lemak
Lemak mengandung vitamin yang larut dalam lemak tertentu. Lemak susu dan minyak ikan laut tertentu mengandung vitamin A dan D dalam jumlah berarti. Hampir semua minyak nabati merupakan sumber vitamin E. Minyak kelapa sawit mengandung banyak karotenoid (provitamin A). Lemak membantu transportasi dan absorbsi vitamin larut lemak yaitu A, D, E, dan K.
Menghemat Protein
Lemak menghemat penggunaan protein untuk sintesis protein, sehingga protein tidak digunakan sebagai sumber energi.
Memberi Rasa Kenyang dan Kelezatan
Lemak memperlambat sekresi asam lambung dan memperlambat pengosongan lambung, sehingga lemak memberi rasa kenyang lebih lama. Disamping itu lemak memberi tekstur yang disukai dan memberi kelezatan khusus pada makanan.
Sebagai Pelumas
Lemak merupakan pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan.
Memelihara Suhu Tubuh
Lapisan lemak di bawah kulit mengisolasi tubuh dan mencegah kehilangan panas tubuh secara cepat, dengan demikian lemak berfungsi juga dalam memelihara suhu tubuh.
Pelindung Organ Tubuh
Lapisan lemak yang menyelubungi organ-organ tubuh, seperti jantung, hati, dan ginjal membantu menahan organ-organ tersebut tetap ditempatnya dan melindunginya terhadap benturan dan bahaya lain (Almatsier, 2002).

Pereaksi Benedict
Reagen Benedict adalah bahan kimia pereaksi bernama setelah seorang kimiawan Amerika, Stanley Rossiter Benediktus. Benedict's reagen digunakan sebagai ujian bagi kehadiran mengurangi gula . Hal Ini termasuk semua monosakarida dan disakarida , laktosa dan maltosa . Bahkan lebih umum, kita coba Benediktus akan mendeteksi kehadiran aldehid (kecuali yang aromatik), dan alpha-hydroxy-keton , termasuk yang terjadi di ketoses tertentu.
Cara kerja Benedict:
Ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa, di mana glukosa memiliki elektron untuk diberikan, tembaga (salah satu kandungan di reagen benedict) akan menerima elektron tersebut dan mengalami reduksi sehingga terjadilah perubahan warna. Selama proses ini CU2+ tereduksi menjadi CU+. Ketika Cu mengalami reduksi, glukosa memberikan salah satu elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa mampu mereduksi Cu pada benedict, maka glukosa disebut sebagai gula pereduksi. Tujuan dilakukannya pemanasan untuk mempercepat reaksi antara logam Cu dalam pereaksi benedict dengan glukosa. Warna yang terbentuk dari uji benedict yaitu warna hijau, kuning, jingga hingga warna merah. Terbentuknya warna-warna ini dikarenakan konsentrasi glukosa dalam larutan, dimana makin besar kadar glukosa maka banyak endapan orange atau merah yang terbentuk. Namun jika tidak terbentuk endapan orange atau merah menandakan bahwa konsentrasi rendah karena baru sedikit glukosa yang mereduksi kuprisulfat dan kemudian tertutup warnanya dengan pereaksi benedict yang berwarna biru.

Pereaksi Biuret
Biuret adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H 2 NC (O) NHC (O) NH 2 . Ini adalah hasil dari kondensasi dua molekul urea dan merupakan kotoran yang bermasalah di berbasis pupuk urea. Putih solid ini larut dalam air panas. Istilah biuret juga menggambarkan keluarga senyawa organik dengan gugus fungsional - (HN-CO-) 2 N-. Jadi biuret dimetil adalah CH 3 HN-CO-NR'-CO-NHCH 3. Berbagai turunan organik yang mungkin. uji biuret sebuah uji kimia untuk protein dan polipeptida . Hal ini didasarkan pada pereaksi biuret , larutan biru yang mengubah violet pada kontak dengan protein, atau zat-zat denganikatan peptida . Uji dan reagen tidak benar-benar mengandung biuret, mereka dinamakan demikian karena baik biuret dan protein memiliki respon yang sama untuk menguji.
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Tujuan dari pengujian biuret ini adalah untuk mengetahui adanya ikatan peptide. Adapun prosedurnya yaitu pertama – tama, protein bereaksi dengan NaOH dan CuSO4. Fungsi dari NaOH itu adalah mencegah endapan Cu (OH)2, dan memecah ikatan protein menjadi urea, sebagai katalisator. Adapun fungsi CuSO4adalah sebagai pendonor Cu2+ . seperti yang telah diuraikan sebelumnya reaksi positif ditandai dengan terjadinya warna ungu karena adanya kompleks yang terjadi antara ikatan peptida dengan O dari air. Reaksi ini disebut reaksi biuret karena positif terhadap kondensasi 2 molekul urea.

BAB III
METODE PERCOBAAN

Alat dan Bahan
Rak tabung reaksi 1 buah
Tabung reaksi 10 buah
Kertas label secukupnya
Gelas kimia 250 ml 2 buah
Penjepit tabung reaksi 1 buah
CuSO4 0.5% secukupnya
NaOH 10% secukupnya
Larutan protein albumin secukupnya
Larutan benedict secukupnya
Larutan biuret secukupnya
Larutan glukosa 5% secukupnya
Larutan fruktosa 10% secukupnya
Larutan sukrosa 5% secukupnya
Larutan iodine (IKI) secukupnya
Larutan gul/pati secukupnya
Akuades secukupnya
Korek api 1 buah
Toluene 4-5 tetes
Gliserin 50% 20 ml
Mortar dan alu 1 buah
Dissecting set 1 set
Botol gelap 1 buah
Kertas karbon hitam secukupnya
Ikan mas 1 ekor
Papan seksi 1 buah
Sampel eksperimen yang berbeda secukupnya.

Rancangan Percobaan
Tahap Persiapan
Membuat Ekstrak Usus

Ikan dibedahDiambil usus dan dihaluskanDimasukkan ke botol gelap dan dilapisi kertas karbon. Disimpan di ruang gelap 6-7 hari
Ikan dibedah
Diambil usus dan dihaluskan
Dimasukkan ke botol gelap dan dilapisi kertas karbon. Disimpan di ruang gelap 6-7 hari


Membuat Larutan Sampel




Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDihaluskanSampel uji dan kontrol
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Dihaluskan
Sampel uji dan kontrol


Tahap Eksperimen
Tes Pengaruh Empedu terhadap Lemak




Empedu ikan
Empedu ikan
Diencerkan dengan akuades, tabung lainnya hanya diisi aquades sebagai kontrol
Diencerkan dengan akuades, tabung lainnya hanya diisi aquades sebagai kontrol


Dikocok dan didiamkan selama 5-10 menit
Dikocok dan didiamkan selama 5-10 menit

Ditetesi NaOH dan CuSO4Identifikasi Protein
Ditetesi NaOH dan CuSO4





Larutan sampel yang telah dibuat
Larutan sampel yang telah dibuat
Pembuktian Adanya Tripsin


Ditambahkan 1 ml akuades
Ditambahkan 1 ml akuades

Ditambahkan 1 ml ekstrak usus
Ditambahkan 1 ml ekstrak usus
Ditetesi 5 tetes biuretLarutan sampel dipanaskan
Ditetesi 5 tetes biuret
Larutan sampel dipanaskan


Ditetesi benedict 1,5 mlIdentifikasi Karbohidrat
Ditetesi benedict 1,5 ml







DipanaskanLarutan sampel yang telah dibuat
Dipanaskan
Larutan sampel yang telah dibuat

Pembuktian adanya Amilase


Larutan sampel + akuadesLarutan sampel + ekstrak ususDCBA
Larutan sampel + akuades
Larutan sampel + ekstrak usus
D
C
B
A


Dimasukkan Benrdict 2 ml
Dimasukkan Benrdict 2 ml


Ditetesi 5 tetes larutan C ke A dan larutan D ke B
Ditetesi 5 tetes larutan C ke A dan larutan D ke B

Pembuktian adanya Maltase
(Sampel yang digunakan mengandung maltosa)


Larutan sampel + akuadesLarutan sampel + ekstrak ususDCBA
Larutan sampel + akuades
Larutan sampel + ekstrak usus
D
C
B
A


Dimasukkan Benrdict 2 ml
Dimasukkan Benrdict 2 ml


Ditetesi 5 tetes larutan C ke A dan larutan D ke B
Ditetesi 5 tetes larutan C ke A dan larutan D ke B

Identifikasi Pati
Ditetesi IKI 2-3 tetes
Ditetesi IKI 2-3 tetes




6 larutan sampel
6 larutan sampel

Langkah Percobaan
Tahap persiapan
Membuat Ekstrak Usus
Membedah ikan mas pada bagian perut.
Memisahkan usus dari organ lainnya dengan hati-hati. Mengambil usus halus dengan cara memotongnnya dari bagian akhir lambung hingga awal usus besar.
Mengambil kantung empedu dengan hati-hati dan jangan sampai pecah.
Membuka usus halus dengan cara menyayatnya secara longitudinal.
Membersihkan usus halus dengan aquades.
Menghaluskan usus halus dengan 20 ml gliserin 50% dengan menggunakan mortar. Mengambil 4-5 toluene. Menghaluskan kembali. Setelah halus, memasukkan usus tersebut kedalam botol, kemudian menutup rapat. Membungkus botol dengan kertas karton hitam.
Menyimpan ekstrak usus halus dalam ruang gelap selama 6-7 hari.
Setelah 6-7 hari, menyaring ekstrak usus dengan kertas saring. Ekstrak usus siap digunakan untuk uji enzim.
Membuat Larutan Sampel
Membuat prediksi kandungan makanan yang mungkin terkandung dalam sampel yang diuji. Mencatat prediksi.
Membuat sampel kontrol untuk memastikan validitas hasil eksperimen. Sampel kontrol merupakan sampel yang diketahui hasilnya. Jika sampel kontrol yang diuji hasilnya tidak sesuai harapan, maka hasil eksperimen tidak valid dan mengevaluasi ulang rancangan eksperimen (mungkin bahan kimia yang digunakan untuk tes tidak baik).
Pengontrol negatif tidak akan menghasilkan perubahan warna. Sampel pengontrol negative merupakan sampel yang berisi zat nonreaktif seperti air. Misalnya, jika ingin menguji keberadaan monosakarida. Uji kimia yang dilakukan menggunakan larutan Benedict akan menghasilkan warna biru ketika dicampur dengan air. Warna biru ini merupakan warna asli Benedict.
Pengontrol positif akan menghasilkan perubahan warna yang mengindikasikan keberadaan senyawa kimia yang diuji sebagai contoh, larutan 5% glukosa akan bereaksi dengan larutan Benedict dan merubah warna biru menjadi warna merah kecoklatan.
Persiapan Sampel
Jika sampel eksperimen padat, memotong menjadi bagian kecil-kecil lalu menghaluskan dengan mortar. Mengambil sedikit sampel yang sudah dihaluskan sehingga dapat dilarutkan dengan aquades sebanyak 1.5 ml didalam tabung reaksi. Jika sampel cair, memasukkan sampel kedalam tabung reaksi sebanyak 1.5 ml.
Masing-masing tabung harus diisi dengan volume yang sama jika sampelnya sama.
Tahap Eksperimen
Bagian I. Tes Pengaruh Empedu terhadap Lemak
Menyediakan dua tabung reaksi. Member label 1 dan 2. Menuang isi kantong empedu dalam tabung 1 dengan cara menggunting sedikit permukaannya diatas tabung reaksi.
Mengencerkan empedu dengan aquades sehingga volumenya menjadi 2 ml.
Memasukkan 2 ml aquades kedalam tabung 2 sebagai kontrol.
Menambahkan 2 ml minyak goreng kedalam masing masing tabung reaksi. Mengocok kedua tabung dengan kuat dan membiarkan selama 5-10 menit. Mengamati apa yang terjadi pada kedua larutan dalam tabung. Membandingkan besar gumpalan lemak dalam masing-masing tabung.
Mencatat hasilnya pada Tabel 1.
Bagian II. Protein
Identifikasi Protein
Memprediksikan senyawa organic yang mungkin terkandung dalam sampel eksperimen. Mencatat prediksi dalam Tabel 2.
Member label pada tabung reaksi, tabung 1 s.d. tabung 6.
Menyiapkan larutan sampel yang telah dibuat sebelumnya.
Meneteskan larutan NaOH 10% kedalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 20 tetes. Mengocok tabung reaksi perlahan.
Menambahkan 4 tetes 0.5% CuSO4 ke masing-masing tabung reaksi. Mengocok tabung reaksi perlahan.
Mendiamkan tabung reaksi selama beberapa menit sampai terlihat perubahan warna yang miri p dengan pengontrol positif
Mencatat hasil eksperimen pada Tabel 3.
Membersikan tabung reaksi yang telah digunakan.
Pembuktian Adanya Tripsin
Menyiapakan dua tabung reaksi dan member label A dan B.
Memasukkan 1 ml sampel yang terindikasi mengandung protein kedalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 1 ml.
Memanaskan tabung hingga mendidih
Mendinginkan kedua tabung reaksi. Setelah dingin, memasukkan 1 ml ekstrak usus kedalam tabung A dan 1 ml aquades kedalam tabung B . mendiamkan selama 5-10 menit.
Meneteskan masing-masing 5 tetes reagen biuret kedalam tabung A dan B. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada maisng-masing tabung reaksi.
Mencatat hasilnya pada Tabel 4.
Membersihkan tabung reaksi yang telah digunakan.
Bagian III. Karbohidrat
Identifikasi Karbohidrat
Menyiapakan kaki tiga, bunsen, dan kasa untuk memanaskan air sebanyak 150 ml menggunakan gelas beker berukuran 400 ml. memanaskan air hingga mendidih.
Member label tabung reaksi dengan angka 1 s.d. 8. Usahakan agar kertas label tidak mudah lepas.
Menyiapkan larutan sampel yang telah dibuat sebelumnya.
Meneteskan larutan Benedict sebanyak 1.5 ml ke masing-masing tabung reaksi.
Mengocok tabung reaksi perlahan sehingga larutan sampel tercampur dengan larutan Benedict.
Meletakkan setiap tabung reaksi ke dalam gelas beker yang berisi air mendidih selama lima menit. Memindahkan tabung reaksi dari gelas beker tersebut. Mengamati apa yang terjadi.
Mancatat hasil pengamatan pada Tabel 5.
Membersihkan tabung reaksi yang telah digunakan.
Pembuktian Adanya Amilase
Menyediakan dua tabung reaksi dan member label A dan B. memasukkan 2 ml reagen Benedict kedalam masing-masing tabung reaksi.
Menyiapkan duat tabung lain dan memberi label C dan D. Memasukkan 2 ml larutan sampel yang terindikasi adanya karbohidrat kedalam tabung C dan D.
Memasukkan 1 ml ekstrak usus kedalam tabung C dan 1 ml aquades kedalam tabung D. menggoyang kedua tabung selama 5-10 menit.
Meneteskan sebanyak 5 tetes larutan dalam tabung C kedalam tabung A dan larutan dalam tabung D ke tabung B.
Memanaskan tabung A dan B selama 5 menit dan mengamati perubahan warna yang terjadi pada larutan A dan B.
Mencatat hasil yang teramati pada Tabel 6.
Membersihkan tabung reaksi yang telah digunakan.
Pembuktian Adanya Maltase
Langkah pembuktian adanya maltase seperti langkah pengujian adanya amilase. Hanya saja sampel yang digunakan untuk menguji adanya amilase tadi diganti dengan maltose. Mencatat hasil pengamatan pada Tabel 7.
Identifikasi Pati (Oligosakarida)
Memberi label pada setiap tabung reaksi mulai tabel 1 s.d. 6.
Menyiapkan larutan sampel yang telah dibuat sebelumnya.
Meneteskan 2 sampai 3 IKI ke masing-masing tabung reaksi. Mengocok tabung reaksi perlahan.
Mancatat hasil eksperimen pada Tabel 8.
Membersihkan tabung reaksi yang telah digunakan.

BAB IV
DATA DAN ANALISIS
Data
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Prediksi Senyawa Organik yang Mungkin Ditemukan dalam Sampel Ujicoba
No
Sampel Ujicoba
Warna Sampel
Prediksi Senyawa Organik
1
Tahu
Putih keruh
Mengandung protein
2
Tempe
Putih kekuningan
Mengandung protein
3
Susu
Putih
Mengandung protein
4
Keju
Putih
Mengandung protein
5
Nasi
Putih
Mengandung karbohidrat
6
Ketela
Kuning kecoklatan
Mengandung karbohidrat
7
Roti
Putih
Mengandung karbohidrat
8
Kentang
kuning
Mengandung karbohidrat

Tabel 2. Identifikasi Pengaruh Empedu terhadap Lemak
Tabung
Larutan
Warna Larutan
Pengaruh Empedu terhadap Lemak


Sebelum reaksi
Sesudah reaksi

1
2 ml larutan empedu
Hijau kehitaman
Tidak terbentuk cincin
Hijau kehitaman
Terbentuk cincin tebal
Antara minyak dan empedu terpisah
Warna minyak masih terlihat asli.
2
2 ml akuades
Tidak berwarna
Tidak terbentuk cincin
Tidak berwarna
Terbentuk cincin tipis
Warna cincin bening

Tabel 3. Identifikasi Protein
No
Larutan
Warna Hasil Reaksi
Keberadaan Protein
(Ada/ Tidak Ada)
1
1,5 ml larutan albumin
Ungu bening
Ada
2
1,5 ml akuades
Bening, tidak berwarna
Tidak ada
3
Sampel 1 (Tahu)
Ungu keruh (+++)
Ada
4
Sampel 2 (Tempe)
Ungu keruh (++++)
Ada
5
Sampel 3 (Susu)
Ungu keruh (+++)
Ada
6
Sampel 4 (Keju)
Ungu muda keruh (+)
Ada

Tabel 4. Pembuktian Adanya Tripsin
Larutan sampel
Dipanaskan
Ditambah ekstrak usus (A)
Ditambahkan 1 ml aquades (B)

sebelum
sesudah


Susu
Berwarna putih
Berwarna putih
Hijau kekuningan
Hijau
Terdapat lapisan
Keju
Berwarna putih
Berwarna putih
Warna putih agak kekuningan
Tidak terdapat lapisan
Warna putih agak kekuningan
Terdapat lapisan

Tabel 5. Identifikasi Monosakarida (Identifikasi Karbohidrat)
Tabung
Larutan
Warna Larutan
Keberadaan Monosakarida
(Ada/ Tidak)


Sebelum dipanaskan
Susudah dipanaskan

1
1,5 ml larutan glukosa 5 %
Biru muda
Orange
(+++++)
Ada
2
1,5 ml larutan fruktosa
Biru muda
Orange
(++++)
Ada
3
1,5 ml larutan sukrosa 5 %
Biru muda
Orange
(+++)
Ada
4
1,5 ml akuades
Biru muda
Biru
Tidak ada
5
Nasi
Biru bening
Biru kecoklatan
Tidak ada
6
Ketela
hijau
Orange (+++)
Ada
7
Roti
biru
Orange (++)
Ada
8
Kentang
Biru tua
Orange (++++)
Ada

Tabel 6. Pembuktian Adanya Amilase
No.
Larutan sampel
Digoyang
Ditambah benedict
Warna setelah dipanaskan

Kentang + Aquades
Kuning
Biru
Terdapat lapisan hijau
Terdapat lapisan biru (bening)
2.
Kentang + Usus
Kuning keruh
Biru
Hijau terdapat endapan warna kuning keruh
3.
Ketela + Aquades
Putih kekuningan
Biru bening jernih
Hijau tua keruh
4.
Ketela + Usus
Biru keruh
Biru keruh
Kuning tua keruh

Tabel 7. Pembuktian Adanya Maltase
Larutan sampel
Digoyang
Ditambahkan benedict
Warna setelah dipanaskan
Roti + Aquades
Putih keruh
Biru
Hijau muda
Roti + ekstrak usus
Putih kekuningan
Biru
Hijau kekuningan

Tabel 8. Identifikasi Pati (Oligosakarida)
No.
Larutan
Warna hasil reaksi
Keneradaan pati (Ada atau Tidak)
1.
1,5 ml pati yang dipanaskan
Ungu
Ada
2.
1,5 ml Aquades
Kuning jernih
Tidak ada
3.
Sampel 1 : ketela
Kuning kecoklatan (+)
Tidak ada
4.
Sampel 2 : kentang
Kuning kecoklatan (++)
Tidak ada
5.
Sampel 3 : roti
Kuning kehitaman
Ada
6.
Sampel 4 : nasi
Ungu
Ada


Analisis
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, tahap pertama yaitu membuat larutan sampel dan memprediksi kandungan yang mungkin terkandung dalam sampel yang akan diuji. Sampel yang kami ujicoba menggunakan tahu dengan prediksi senyawa organik mengandung protein, tempe dengan prediksi senyawa organik mengandung protein, susu dengan prediksi senyawa organik mengandung protein, keju dengan prediksi senyawa organik mengandung protein, nasi dengan prediksi senyawa organik mengandung karbohidrat, ketela dengan prediksi senyawa organik mengandung karbohidrat, roti dengan prediksi senyawa organik mengandung karbohidrat,dan kentang dengan prediksi senyawa organik mengandung karbohidrat.
Bagian I
Tes Pengaruh Empedu terhadap Lemak
Pada Tabel 2 yaitu tes pengaruh empedu terhadap lemak. Pertama 2 ml larutan empedu berwarna hijau kehitaman dan tidak terbentuk cincin. Setelah ditambahkan 2 ml minyak goreng dan mengocok tabung dengan kuat serta membiarkan selama 5-10 menit berwarna hijau kehitaman dan terbentuk cincin tebal. Antara minyak dan empedu terpisah serta warna minyak masih terlihat asli. Pada 2 ml akuades sebelum ditambahkan minya goreng tidak brwarna dan tidak terbentuk cincin. Setelah ditambahkan 2 ml minyak goreng dan mengocok tabung dengan kuat serta membiarkan selama 5-10 menit tidak berwarna dan terbentuk cincin tipis yang bening.
Bagian II. Protein
Identifikasi Protein
Pada Tabel 3 yaitu identifikasi protein. Larutan sampel uji coba yang digunakan yaitu 1,5 ml larutan albumin; 1,5 ml akuades; larutan tahu; larutan tempe; larutan susu; dan larutan keju. Larutan albumin sebelum ditetesi NaOH 10% dan CuSO4 0,5 % tidak berwarna dan bening, namun setelah ditetesi NaOH 10% dan CuSO4 0,5 % berwarna ungu dan bening. Yang kedua yaitu 1,5 ml akuades tidak terjadi perubahan warna ketika ditetesi NaOH 10% dan CuSO4 0,5 % yaitu tidak brwarna dan bening. Yang ketiga yaitu larutan tahu, sebelum ditetesi NaOH 10% dan CuSO4 0,5 % berwarna putih dan larutan keruh, namun setelah ditetesi berwarna ungu dan larutan keruh. Yang keempat yaitu larutan tempe, sebelum ditetesi NaOH 10% dan CuSO4 0,5 % berwarna putih kekuningan, namun setelah ditetesi berwarna ungu yang lebih tua dari pada larutan tahu dan larutan keruh. Yang kelima yaitu larutan susu, sebelum ditetesi NaOH 10% dan CuSO4 0,5 % berwarna putih, namun setelah ditetesi berwarna ungu yang warnanya sama dengan larutan tahu dan larutan keruh. Yang keenam yaitu larutan keju, sebelum ditetesi NaOH 10% dan CuSO4 0,5 % berwarna putih, namun setelah ditetesi berwarna ungu muda dan larutan keruh. Keberadaan protein ditandai dengan warna hasil reaksi yang berwarna ungu.
Pembuktian Adanya Tripsin
Pada Tabel 4 yaitu pembuktian adanya tripsin Pada Tabel 2 yaitu tes pengaruh empedu terhadap lemak. Pertama 2 ml larutan empedu berwarna hijau kehitaman dan tidak terbentuk cincin. Setelah ditambahkan 2 ml minyak goreng dan mengocok tabung dengan kuat serta membiarkan selama 5-10 menit berwarna hijau kehitaman dan terbentuk cincin tebal. Antara minyak dan empedu terpisah serta warna minyak masih terlihat asli. Pada 2 ml akuades sebelum ditambahkan minya goreng tidak brwarna dan tidak terbentuk cincin. Setelah ditambahkan 2 ml minyak goreng dan mengocok tabung dengan kuat serta membiarkan selama 5-10 menit tidak berwarna dan terbentuk cincin tipis yang bening.
Yang kedua menggunakan sampel keju pada tabung A (ditambahkan ekstrak usus), tabung B (ditambahkan 1 ml aquades), yang pertama dapat dilihat bahwa pada perlakuan Tabung A yaitu dengan menggunakan larutan sampel keju sebelum dipanaskan berwarna putih, sesudah dipanaskan berwarna putih, setelah dingin ditambahkan 1 ml ekstrak usus kedalam tabung setelah didiamkan selama 5 menit berwarna putih agak kekuningan dan tidak terdapat lapisan. tabung B yaitu dengan menggunakan larutan sampel keju sebelum dipanaskan berwarna putih, sesudah dipanaskan berwarna putih, setelah dingin ditambahkan 1 ml aquades kedalam tabung setelah didiamkan selama 5 menit berwarna putih agak kekuningan dan terdapat endapan.
Bagian III. Karbohidrat
Identifikasi Karbohidrat ( Identifikasi Monosakarida)
Pada Tabel 5 yaitu identifikasi monosakarida. Pada larutan sampel yang pertama menggunakan 1,5 ml larutan glukosa 5%. Ketika ditambahkan 1,5 ml larutan benedict larutan glukosa berwarna biru muda namun setelah dipanaskan larutan menjadi berwarna oranye. Pada larutan sampel yang kedua menggunakan 1,5 ml larutan fruktosa. Ketika ditambahkan 1,5 ml larutan benedict larutan fruktosa berwarna biru muda namun setelah dipanaskan larutan menjadi berwarna oranye namun tidak sepekat pada larutan yang menggunakan glukosa. Pada larutan sampel ketiga menggunakan 1,5 ml larutan sukrosa 5%. Ketika ditambahkan 1,5 ml larutan benedict larutan sukrosa berwarna biru muda namun setelah dipanaskan larutan menjadi berwarna oranye namun tidak sepekat pada larutan yang menggunakan glukosa dan fruktosa. Pada larutan sampel keempat menggunakan 1,5 ml akuades. Ketika ditambahkan 1,5 ml larutan benedict larutan akuades berwarna biru muda namun setelah dipanaskan larutan berwarna biru. Pada larutan sampel kelima menggunakan larutan nasi. Ketika ditambahkan 1,5 ml larutan benedict larutan nasi berwarna biru bening namun setelah dipanaskan larutan berwarna biru kecoklatan. Pada larutan sampel keenam menggunakan larutan sampel ketela. Ketika ditambahkan 1,5 ml larutan benedict larutan ketela berwarna hijau namun setelah dipanaskan larutan berwarna oranye. Pada larutan sampel ketujuh menggunakan larutan sampel roti. Ketika ditambahkan 1,5 ml larutan benedict larutan roti berwarna biru namun setelah dipanaskan larutan berwarna oranye. Pada larutan sampel kedelapan menggunakan larutan sampel kentang. Ketika ditambahkan 1,5 ml larutan benedict larutan kentang berwarna biru tua namun setelah dipanaskan larutan berwarna oranye. Keberadaan monosakarida ditandai dengan warna hasil reaksi setelah dipanaskan berwarna oranye.
Pembuktian Adanya Amilase
Pada Tabel 6 yaitu pembuktian adanya amilase dengan menggunakan larutan sampel yang pertama yaitu kentang, yaitu dengan perlakuan setelah kentang ditambahkan dengan 1 ml aquades setelah digoyang berwarna kuning, setelah ditambah 2 ml reagen benedict kedalam tabung larutan berubah warna menjadi biru, setelah dipanaskan terdapat lapisan hijau (+++) dan terdapat lapisan biru bening.
Sampel kedua yaitu kentang, yaitu denga perlakuan setelah ditambahkan dengan 1 ml ekstrak usus setelah digoyang berwarna kuning keruh, setelah ditambahkan larutan 2 ml reagen benedict kedalam tabung larutan berubah warna menjadi biru, setelah dipanaskan berwarna hijau dan terdapat endapan warana kuning keruh.
Sampel ketiga yaitu ketela, yaitu dengan perlakuan setelah ditambahkan dengan 1 ml aquades setelah digoyang berwarna putih kekuningan, setelah ditambahkan 1 ml reagen benedict kedalam tabung larutan berwarna biru bening jernih, setelah dipanaskan berwarna hijau tua keruh.
Sampel keempat yaitu ketela, yaitu dengan perlakuan setelah ditambahkan dengan 1 ml aquades setelah digoyang berwarna putih kekuningan, seletah ditambahkan 1 ml reagen benedict berwarna biru keruh, setelah dipanaskan berwarna kuning tua keruh.
Pembuktian Adanya Maltase
Pada Tabel 7 yaitu pembuktian adanya maltase dengan menggunakan larutan sampel yang pertama yaitu roti, yaitu dengan perlakuan setelah ditambahkan 1 ml aquades setelah digoyang berwarna putih keruh, setelah ditambahkan 1 ml reagen benedict berwarna biri, setelah dipanaskan berwarna hijau muda. Sampel kedua yaitu roti, yaitu dengan perlakuan setelah ditambahkan 1 ml ekstrak usus setelah digoyang berwarna putih kekuningan, setelah dipanaskan berwarna hijau kecoklatan.
Identifikasi Pati (Oligosakarida)
Pada Tabel 8 yaitu identifikasi pati dengan menggunakan larutan sampel 1,5 ml pati yang dipanaskan, warna hasil reaksi ungu, dengan keberadaan terdapat pati. Untuk yang 1 ml aquades, warna hasil reaksi kuning jernih, dan tidak terdapat pati. Pada sampel pertama, yaitu ketela dengan perlakuan menambahkan 3 tetes IKI warna hasil reaksi berwarna kuning kecoklatan (+), dan tidak terdapat pati. Pada sampel kedua, yaitu kentang dengan perlakuan menambahkan 3 tetes IKI warna hasil reaksi kuning kecoklatan (++), dan tidak terdapat pati. Pada sampel ketiga, yaitu roti dengan perlakuan menambhakan 3 tetes IKI warna hasil reaksi ungu kehitaman, dan terdapat pati. Pada sampel keempat, yaitu nasi dengan petlakuan menambahkan 3 tetes IKI warna hasil reaksi ungu, dan terdapat pati.




















BAB V
PEMBAHASAN

Tahap Persiapan
Membuat Ekstrak Usus
Pada tahap persiapan yaitu membuat ekstrak usus. Pembuatan ekstrak usus dilakukan dengan membedah perut ikan mas (Cyprinus carpio). Sebelum dibedah, ikan mas terlebih dahulu ditenangkan dengan menusuk bagian depan (kepala) dan bagian belakang (ekor) dengan penusuk. Setelah ikan mas tenang, maka dilakukanlah pembedahan. Pembedahan dimulai dari bagian ventral kemudian mengarah ke bagian dorsal hingga daging perut membuka, hal ini untuk mempermudah pengambilan usus dan empedu. Pembedahan dilakukan dengan hati-hati agar pisau bedah tidak merobek organ bagian dalam ikan.
Setelah organ pencernaan terlihat, praktikan mencari usus ikan. Usus yang ditemukan berupa saluran yang kecil dan panjang. Usus dipisahkan dari organ lainnya yang menempel pada usus secara hati-hati. Kemudian mengambil usus halus, yaitu usus yang terletak di antara bagian akhir lambung hingga awal usus besar dan memotong usus secara longitudinal, setelah itu membersihkannya dengan akuades. Penggunaan usus ikan mas (Cyprinus carpio) yang masih segar dikarenakan agar proses metabolisme masih berlangsung dan enzim-enzim yang ada di dalam usus halus pun masih aktif (tidak mati).
Setelah bersih, usus dimasukkan ke dalam mortar dan ditambahkan 20 ml gliserin 50%. Gliserin berperan untuk menghilangkan lemak yang berada pada permukaan usus serta dapat membantu proses peluruhan enzim pencernaan yang ada di usus halus. Kemudian menghaluskan usus halus tersebut, penghalusan usus bertujuan untuk mengeluarkan enzim-enzim pencernaan yang ada di dalamnya. Jika sel rusak dan terbuka membrannya, maka zat yang berada di dalam sel akan keluar. Dengan menghaluskan usus, enzim pencernaan yang berada di dalam usus akan terekstrak keluar dari sel mukosa usus, setelah itu ditambahkan 5 tetes toluen. Toluen merupakan senyawa kimia yang berfungsi dalam pengawetan usus tanpa merubah struktur/konformasi senyawa yang diawetkan. Toluen akan menjaga agar usus tidak busuk, toluen juga berperan sebagai pelarut materi organik.
Ekstrak usus yang telah menjadi suspensi lalu dimasukkan ke dalam botol gelap berpenutup dan dibungkus kertas karbon (hitam). Penggunaan botol berpenutup agar larutan yang berada di dalam botol tidak menguap dan menyebabkan usus menjadi rusak. Penggunaan botol gelap bertujuan agar tidak terjadi reaksi oksidasi larutan sehingga komponen enzim yang berupa protein menjadi terdenaturasi jika terkena panas yang berlebih. Sedangkan penggunakan kertas karbon adalah untuk mencegah cahaya masuk ke dalam botol.
Setelah botol ditutup dan dibungkus, maka botol disimpan selama 7 hari. Penyimpanan bertujuan agar enzim yang dikeluarkan sel-sel usus adalah optimal dan tidak rusak. Setelah 7 hari penyimpanan, ekstrak usus disaring untuk dilakukan uji pembuktian adanya enzim amilase, maltase dan tripsin. Proses penyaringan larutan usus bertujuan untuk mendapatkan ekstrak usus yang berisi enzim. Enzim yang berada di dalam larutan berupa sekresi dari sel. Selain untuk mendapatkan ekstrak enzim, penyaringan berfungsi untuk memisahkan larutan dari kotoran usus yang tidak halus. Reaksi akan lebih mudah dilakukan jika enzim terdapat dalam larutan, bukan dalam bentuk padat (sisa potongan usus yang kurang halus).
Membuat Larutan Sampel
Pada pembuatan sampel, praktikan menggunakan sampel tahu, tempe, susu, keju, nasi, ketela, roti, dan kentang. Jika sampel padat maka dipotong kecil-kecil dan dihaluskan dengan mortar. Kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 1,5 ml. Dalam eksperimen terdapat dua pengontrol yaitu pengontrol negatif dan pengontrol positif. Pengontrol negatif tidak akan menghasilkan perubahan warna. Sampel pengontrol negatif merupakan sampel yang berisi zat nonreaktif seperti air sehingga air digunakan dalam setiap eksperimen.


Tahap Eksperimen
Bagian I. Tes Pengaruh Empedu terhadap Lemak
Berdasarkan hasil praktikum pengaruh empedu terhadap lemak didapatkan hasil bahwa tabung A (cairan empedu + minyak) berwarna hijau kehitaman dan terbentuk cincin tebal berwarna kuning setelah dikocok dengan kuat dan dibiarkan selama 5-10 menit sedangkan tabung B (akuades + minyak) tidak berwarna dan terbentuk cincin tipis yang bening setelah dikocok dengan kuat dan dibiarkan selama 5-10 menit. Pada praktikum ini digunakan minyak sebagai sumber lemak.
Emulsifikasi merupakan proses pelapisan lemak untuk memperkecil ukuran lemak sehingga memiliki luas permukaan yang lebih besar. Dengan luas permukaan yang lebih besar ini enzim lipase akan lebih mudah menghidrolisis lemak dan lemak dapat dengan mudah diedarkan ke seluruh tubuh. Pada percobaan ini pelapis lemak adalah cairan empedu ikan mas sehingga dapat dikatakan bahwa cairan empedu adalah emulgator dan lebih lanjut lagi dapat dikatakan bahwa empedu berfungsi untuk membantu penyerapan lemak.
Cairan empedu terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen empedu, kolesterol dan lemak. Fungsi empedu antara lain yaitu untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
Bagian II. Protein
Identifikasi Protein
Pada praktikum Identifikasi Protein, larutan sampel ditambahkan NaOH terlebih dahulu kemudian larutan sampel tersebut ditambahkan CuSO4. Kedua pereaksi tersebut adalah pereaksi Biuret. Fungsi dari penambah pereaksi biuret ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya ikatan peptida dalam suatu sampel. Karena ada tidaknya suatu protein dalam suatu sampel dapat dilihat apakah ada tidaknya ikatan peptida dalam sampel tersebut. Dengan kata lain suatu protein pasti memiliki ikatan peptida. Ikatan peptida adalah ikatan yang menghubungkan antara asam amino satu dengan asam amino lainnya. Ikatan ini terjadi antar atom N pada suatu asam amino dengan atom C pada asam amino lain yang mengikat atom O. Reaksi yang terjadi pada uji biuret adalah ikatan peptida tersebut membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu dengan ion Cu2+ pada larutan CuSO4 dalam basa. Pada praktikum ini menggunakan 1,5 ml larutan albumin sebagai pengontrol positif yang menghasilkan perubahan warna ungu yang mengindikasikan keberadaan senyawa kimia yaitu protein. Digunakan air sebagai pengontrol negatif yang tidak menghasilkan perubahan warna. Dari hasil percobaan tahu, tempe, susu dan keju mengandung protein karena warna hasil reaksi berwarna ungu yang hampir sama dengan warna dari pengontrol positif.
Pembuktian Adanya Tripsin
Tripsin adalah suatu enzim pemecah protein atau proteosa, yang dihasilkan oleh sel-sel pankreas dalam bentuk molekul tripsinogen yang tidak aktif. Tripsinogen diaktifkan menjadi tripsin oleh enterokinase, suatu enzim yang dihasilkan dalam usus. Pada sampel pertama yaitu, perlakuan 1 ml susu yang sudah diencerkan sebagai kontrol tabung A, dipanaskan sampai mendidih, pemanasan ini dilakukan untuk mendenaturasikan (menggumpalkan) protein yang menjadi bahan penyusun utama yaitu susu. setelah dipanaskan tetap berwarna putih. Setelah dingin ditambah 1 ml ekstrak usus sambil didiamkan 5-10 menit dan terjadi perubahan warna menjadi hijau kekuningan, Pada percobaan ini digunakan usus ikan yang masih segar, kerana diduga pada usus ikan yang masih segar mengandung enzim-enzim yang bekerja secara aktif, Ekstrak usus harus harus disimpan selam satu bertujuan agar enzim yang dikeluarkan sel-sel usus optimal dan tidak rusak. fungsi proses pendinginan adalah untuk menurunkan suhu bahaan penyususn utama susu, Karena jika pada saat suhu panas, ekstrak usus diberikan, maka enzim pada ekstrak usus akan rusak dan tidak dapat bekerja. Sedangkan pada 1 ml susu yang sudah diencerkan sebagai kontrol tabung B, dipanaskan sampai mendidih, setelah dipanaskan tetap berwarna putih, dan setelah ditambahkan 1 ml aquades berubah warna hijau dan terjadi endapan.
Pada sampel kedua yaitu, perlakuan 1 ml keju yang sudah diencerkan sebagai kontrol tabung A, dipanaskan sampai mendidih, pemanasan ini dilakukan untuk mendenaturasikan (menggumpalkan) protein yang menjadi bahan penyusun utama yaitu susu. setelah dipanaskan tetap berwarna putih. Setelah dingin ditambah 1 ml ekstrak usus sambil didiamkan 5-10 menit dan terjadi perubahan warna menjadi putih agak kekuningan dan tidak terdapat lapisan, fungsi proses pendinginan adalah untuk menurunkan suhu bahaan penyususn utama susu, Karena jika pada saat suhu panas, ekstrak usus diberikan, maka enzim pada ekstrak usus akan rusak dan tidak dapat bekerja. Sedangkan pada 1 ml keju yang sudah diencerkan sebagai kontrol tabung B, dipanaskan sampai mendidih, setelah dipanaskan tetap berwarna putih, dan setelah ditambahkan 1 ml aquades berubah warna putih agak kekuningan dan terdapat lapisan.
Pada praktikum untuk uji pembuktian adanya tripsin kelompok kami tidak sesuai dengan teori hal ini terjadi karena konsentrasi dan volume enzim dan ekstrak usus yang kurang, penyimpanan ekstrak usus yang kurang sesuai, penyimpanan reagen kimia yang tidak sesuai. Seharusnya larutan yang dihasilkan berwarna ungu dikarenakan pada ekstrak usus ikan mas terdapat enzim tripsin yang mengubah protein (keju dan susu) menjadi asam-asam amino, berarti terjadi reaksi kimia sehingga akan tampak adanya perubahan warna.
Enzim tripsin adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang dapat memecah polipeptida menjadi asam-asam amino penyusunnya. Keberadaan enzim ini diindikasikan dengan pembentukan warna ungu dari reagen biuret yang ditambahkan.
pepsin tripsin, kimotripsinProtein [proteosa, pepton, polipeptida] peptidase [polipeptida + asam amino] asam-asam amino
pepsin tripsin, kimotripsin
Protein [proteosa, pepton, polipeptida]
peptidase
[polipeptida + asam amino] asam-asam amino







Bagian III Karbohidrat
Identifikasi Karbohidrat (Identifikasi Monosakarida)
Pada praktikum identifikasi monosakarida menggunakan larutan Benedict sebagai indikator. Mekanisme dari uji benedict ini adalah reagen benedict yang tersusun atas tembaga sulfat dan larutan natrium karbonat dan natrium sitrat, mula-mula glukosa dioksidasi menjadi garam asam glukoranat yang kemudian mampu mereduksi CuO menjadi Cu2O menjadi merah bata. Persamaan reaksi yang terjadi pada uji Benedict :

RCHO + 2 Cu2+ + 5 OH- RCO2- + Cu2O + 3 H2O

Pada dasarnya reaksi positif uji benedict ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi merah bata. Namun reaksi yang terjadi pada praktikum ini menunjukkan belum adanya reaksi yang kuat dari gugus pereduksi bebas pada glukosa dan fruktosa yang seharusnya bereaksi positif terhadap benedict. Keduanya menunjukkan perubahan warna menjadi orange tua (+++++) dan orange (++++). Monosakarida yang bersifat reduktor, dengan diteteskannya reagen seharusnya menimbulkan endapan merah bata. Tujuan menggunakan fruktosa dan glukosa sebagai pengontrol positif yang menghasilkan perubahan warna. Glukosa dan fruktosa termasuk dalam monosakarida.Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat pereduksi)
Sedangkan pada sukrosa dalam uji monosakarida merupakan pengontrol negatif karena sukrosa termasuk dalam disakarida namun ketika direaksikan dengan benedict menunjukkan perubahan warna biru muda. Sukrosa sendiri tidak memiliki gugus pereduksi bebas. Hal ini disebabkan sukrosa terdiri dari glukosa dan fruktosa yang berikatan sehingga tidak lagi memiliki gugus pereduksi bebas menjadi rantai terbuka.
Akuades digunakan sebagai pengontrol negative karena tidak menghasilkan perubahan warna. Ketika akuades ditetesi larutan benedict berwarna biru muda dan setelah dipanaskan tetap berwarna biru.
Pada larutan sampel yang pertama yaitu menggunakan nasi. Ketika ditetesi dengan benedict berwarna biru namun setelah dipanaskan tidak berubah menjadi orange atau merah bata tetapi tetap berwarna biru kecoklatan. Hal ini tidak sesuai teori dimana nasi mengandung glukosa dan jika direaksikan dengan benedit dan dipanaskan akan menghasilkan warna merah bata. Hal ini dikarenakan kurang halusnya dalam membuat larutan sampel sehingga senyawa kimia yang ada di dalam nasi tidak bereaksi secara sempurna.
Pada larutan sampel ketela, roti dan kentang menunjukkan adanya glukosa dan fruktosa. Pada larutan sampel ketela ketika ditambahkan benedict berwarna hijau dan setelah dipanaskan berwarna orange (+++). Pada larutan sampel roti ketika ditambahkan benedict berwarna biru dan setelah dipanaskan berwarna orange (++) . Pada larutan sampel kentang ketika ditambahkan benedict berwarna biru tua dan setelah dipanaskan berwarna orange (++++).
Pembuktian Adanya Amilase
Pada uji karbohidrat dengan menggunakan reagen benedict, reaksi positif ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata. Pereaksi benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari kupri sulfat menjadi ion Cu+yang bereaksi dengan gula (pereduksi) akan menjadi Cu2O yang ditandai dengan endapan merah bata.
Uji pembuktian adanya enzim amilase pada sampel pertama yaitu, menunjukkan hasil bahwa tabung A (kentang, aquades & Benedict) berwarna biru sedangkan tabung B (kentang, akuades, & Benedict) berwarna biru. Pada praktikum ini tidak terbentuk endapan merah bata, hanya perubahan warna dari biru menjadi biru kehijauan dan terdapat lapisan pada tabung A. Pada tabung B warna dari biru menjadi hijau dan terdapat endapan warna kuning keruh.
Pada sampel kedua yaitu, menunjukkan hasil bahwa tabung A (ketela, aquades & Benedict) berwarna biru bening sedangkan tabung B (ketela, akuades, & Benedict) berwarna biru keruh. Pada praktikum ini tidak terbentuk endapan merah bata, hanya perubahan warna dari biru menjadi hijau tua keruh tabung A. Pada tabung B warna dari biru keruh menjadi kuning tua keruh.
Perubahan warna ini menunjukkan adanya reaksi yang terjadi antara kentang sebagai sumber amilum, ekstrak usus dan Benedict. Warna yang terbentuk merupakan pelepasan ion Cu2+ oleh katalis. Amilum dalam larutan bereaksi dengan enzim yang terdapat dalam ekstrak usus. Amilum dipecah oleh enzim menjadi senyawa yang lebih sederhana. Hasil dari reaksi pemecahan tersebut bereaksi dengan reagen Benedict dan menghasilkan perubahan warna.
Tidak terbentuknya endapan dimungkinkan terjadi karena konsentrasi enzim yang kurang mencukupi untuk mengkatalis substrat (amilum) sehingga kurang dihasilkan produk. Penyebab lain dapat disebabkan oleh proses penyimpanan ekstrak usus yang kurang sesuai, kesalahan perlakuan terhadap bahan dan terlalu lamanya waktu pemanasan larutan sehingga enzim terdenaturasi. Reaksi Benedict dan amilum dapat diilustrasikan seperti di bawah ini:
Amilum + amilase disakarida +maltosa
R-CH (maltosa) + 2CuO R-COOH + Cu2O (endapan merah bata) tidak terebentuk
Proses penguraian pati, glikogen dan polisakarida lain menghasilkan D-glukosa berlangsung terus dan disempurnakan di dalam usus halus, sebagian besar oleh kerja pankreatik amilase,dibuat oleh pankreas dan disekresimelalui saluran pankreatik ke bagian atas usus halus. Bagian usus halus ini, tempat terjadinya hampir seluruh proses pencernaan disebut usus dua belas jari (duodenum).
Pembuktian Adanya Maltase
Jika pati dihidrolisis dengan enzim amilase akan dihasilkan maltosa dan maltosa akan dihidrolisis oleh enzim maltase menjadi galaktosa. Untuk membuktikan keberadaan enzim maltase tersebut dilakukan pengujian yang prosedurnya sama dengan proses pengujian keberadaan enzim amilase, hanya saja larutan kanji encer diganti dengan maltosa.
Maltosa adalah disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. Ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon nomor 4, oleh karenanya maltosa masih mempunyai gugus –OH glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat mereduksi. Maltosa merupakan hasil antara dalam proses hidrolisis amilum (roti) dengan asam maupun dengan enzim. Telah diketahui bahwa hidrolisis amilum (roti) akan memberikan hasil akhir glukosa + glukosa. Dalam tubuh, amilum mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim amilase. Maltosa ini kemudian diuraikan oleh enzim maltase menjadi glukosa yang digunakan oleh tubuh. Uji pembuktian adanya enzim maltase menunjukkan hasil bahwa tabung A (roti aquade & Benedict) berubah warna dari biru menjadi hijau muda sedangkan tabung B (roti, ekstrak usus, & Benedict) berubah warna dari biru menjadi hijau kecoklatan. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika terjadi reaksi antara maltosa, enzim & Benedict dalam pengujian adanya enzim amilase menunjukkan terbentuknya endapan merah sebagai indikasi terdapat enzim maltase pada usus. Namun pada hasil praktikum ini menunjukkan hasil yang berkebalikan, reaksi antara maltosa, enzim dan benedict ternyata tidak merubah warna, sedangkan reaksi antara maltosa, akuades & benedict malah menunjukkan perubahan warna. Kesalahan hasil praktikum ini disebabkan karena penyimpanan reagen benedict yang tidak sesuai. Warna biru benedict merupakan karakteristik utama keberadaan atom tembaga. Atom ini mudah bereaksi dengan oksigen dari disakarida atau gula sederhana lain pada gugus aldehid atau keton membentuk tembaga (II) oksida. Dalam hal ini, atom tembaga yang berada dalam bentuk ion Cu2+ akan membentuk ikatan ionik dengan oksigen. Jadi dapat dikatakan bahwa reaksi antara reagen benedict dengan oksigen dapat merusak komponen reagen tersebut sehingga jika digunakan dalam uji deteksi karbohidrat maka menunjukkan hasil yang salah.
Reaksi positif adanya enzim maltase pada ekstrak usus ditunjukkan dengan adanya perubahan warna, warna menjadi agak merah. Perubahan warna ini disebabkan karena adanya suatu reaksi, yaitu maltosa bereaksi dengan enzim yang berada pada ekstrak usus dan hasil reaksi dideteksi oleh reagen Benedict membentuk warna kemerahan.
Sukrosa + maltase maltosa+glukosa
R-CH (maltosa)+2CuO --> R-COOH+Cu2O (endapan merah bata) --> tidak terbentuk
Tidak terbentuknya endapan merah bata dan hasil yang berkebalikan dari praktikum ini selain disebabkan oleh penyimpanan reagen yang tidak sesuai juga dapat disebabkan karena kelebihan waktu pemanasan sehingga kerja enzim menjadi tidak maksimal karena terdenaturasi serta kurangnya volume enzim yang digunakan sehingga hasil reaksi kurang. Ringkasan reaksi yang terjadi adalah :
Maltase + Maltosa Kompleks Maltase-maltosa Glukosa + Maltase E + S Kompleks ES P + E
Maltase + Maltosa Kompleks Maltase-maltosa Glukosa + Maltase
E + S Kompleks ES P + E




Identifikasi Pati (Oligosakarida)
Pada uji pati dengan menggunakan larutan IKI, pada sampel untuk pembuktianya yaitu 1 ml pati yang dipanaskan, setelah ditambahkan 3 tetes IKI warna hasil reaksinya menjadi ungu terbukti bahwa adanya pati, sedangkan pada 1,5 ml aquades setelah ditambahkan 3 tetes IKI warna hasil reaksinya menjadi kuning jernih terbukti bahwa tidak mengandung pati.
Pada sampel pertama yaitu ketela, setelah ditambahkan 3 tetes IKI warna hasil reaksinya kuning kecoklatan (+), dan tidak mengandung pati, begitupun pada sampel kedua yaitu kentang. Pada sampel ketiga, setelah ditambahakn 3 tetes IKI warna hasil reaksinya ungu ternukti bahwa adanya pati, begitupun pada sampel keempat yaitu nasi.
Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel pertama dan kedua tidak sesuai dengan teori seharusnya warna yang dihasilkan adalah ungu. Tetapi pada sampel ketela dan kentang masih terdapat amilum dalam larutan pati kentang dan ketela tersebut,namun amilum yang terkandung di dalamnya berada dalam keadaan rusak sehingga tidak menunjukkan perubahan warna yang signifikan.
Sedangkan pada sampel roti dan nasi sesuai dengan teori karena terjadi perubahan warna yang signifikan, Perubahan warna pada percobaan ini disebabkan karena terjadinya pemecahan molekul karbohidrat dari yang lebih kompleks (polisakarida)menjadi molekul yang lebih sederhana (monosakarida).
Secara umum amilum dan air akan menjadi glukosa.
(C6H12O6)n + n H2O n C6H10O6
Amilase
Amilum + H2O maltosa + H2O
(Hidrolisis) (Hidrolisis)

Maltase

Glukosa


Perbandingan hasil eksperimen dengan prediksi awal yang dilakukan sama. Namun pada nasi seharusnya mengandung karbohidrat tetapi setelah melakukan eksperimen hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori. Dimana nasi yang sudah ditambahkan benedict berwarna biru dan setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan warna (tetap berwarna biru kecoklatan) yang seharusnya berwarna orange atau merah bata. Hal ini dikarenakan kurang halusnya dalam pembuatan larutan sampel.




Berikut ini daftar senyawa kimia yang terkandung dalam sampel yang kami uji:
No
Sampel Ujicoba
Senyawa Kimia
1
Tahu
Mengandung protein
2
Tempe
Mengandung protein
3
Susu
Mengandung protein
4
Keju
Mengandung protein
5
Nasi
Mengandung karbohidrat
6
Ketela
Mengandung karbohidrat
7
Roti
Mengandung karbohidrat
8
Kentang
Mengandung karbohidrat

Berdasar apa yang telah dipelajari dari eksperimen ini kita perlu mengkonsumsi berbagai macam makanan untuk menjaga sel kita. Karena untuk mendapatkan tubuh yang sehat, kita harus mengkonsumsi makanan yang bergizi. Makanan yang bergizi yaitu makanan yang mengandung zat-zat makanan yang penting bagi tubuh yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Karbohidrat memiliki peranan yang berguna untuk menghasilkan energy dan kalor serta sebagai cadangan makanan bagi tubuh. Protein berguna untuk menghasilkan kalori, membentuk sel baru dan mengganti sel-sel yang rusak. Pada sel makhluk hidup, lemak berfungsi sebagai komponen membrane plasma, hormone dan vitamin.

BAB VI
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Larutan sampel yang mengandung karbohidrat meliputi kentang, roti dan ketela. Sedangkan larutan sampel yang mengandung protein meliputi tahu, tempe,keju, dan susu.
Fungsi empedu dalam pencernaan makanan antara lain yaitu untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
Keberadaan enzim pencernaan diketahui secara tidak langsung dengan menggunakan reagen Benedict untuk enzim amilase dan enzim maltase dan reagen Biuret untuk enzim tripsin. Namun, dari praktikum yang dilakukan, terdapat hasil yangt tidak sesuai, diantaranya pada praktikum tripsin, amilase, dan maltase yang tidak terbentuk warna sesuai dengan teori. Hal ini terjadi karena konsentrasi dan volume enzim dan ekstrak usus yang kurang, penyimpanan ekstrak usus yang kurang sesuai, penyimpanan reagen kimia yang tidak sesuai

Saran
Sebaiknya konsentrasi larutan dan volume larutan disesuaikan agar diperoleh hasil yang optimal. Penyimpanan ekstrak usus harus benar-benar diperhatikan di tempat yang gelap. Penyimpanan reaksi kimia juga harus diperhatikan dan ketepatan waktu dalam pemanasan larutan harus diperhatikan agar diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2014.Susunan Senyawa Karbohidrat, Online. http://bpptk.lipi.go.id/seminar-sprint/potensi-polisakarida-dari-pulp-buah-kopi-sebagai-aditif-makanan/.Diakses pada tanggal 06 Desember 2015.
Anonim.2015.Lemak.Online.https://sherchemistry.wordpress.com/kimia-xii-2/8-makromolekul/3-lemak/. Diakses pada tanggal 06 Desember 2015.
Anonim. Analisis Lemak pada makanan.online.http:// bilkimiazone.com / Analisis Makanan_3. Analisis Lemak /. Diakses pada tanggal 06 Desember 2015.
Darjanto, SU.Ir.1988.Ilmu Kimia Organik.Purwokerto:Fakultas pertanian dan peternakan UNSOED.
Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Fitri Hadi.2013.Sistem Pencernaan Makanan. Online. http://fitri-smanda2.blogspot.co.id/2014/01/bab-6-sistem-pencernaan-makanan.html.Diakses pada tanggal 06 Desember 2015.
Girinda, Aisyah. 1986. Biokimia. Jakarta: Gramedia.
Irianto, K., 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Yrama Widya. Bandung.
Leztyqamah.2014.pencernaanmekanikdankimiawi.online.http://istiqamahroseholic.blogspot.co.id/2012/11/pencernaan-mekanik-dan-pencernaan.html. Diakses pada tanggal 06 Desember 2015.
Kimball, J.W., 1994. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Pearce, E. C., 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Raiwan, S. 1990. Kimia Organik Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara.
Santoso, Anwar. 2008. Rumus Lengkap Kimia SMA. Jakarta : PT. Wahyu Media.
Sudarmadji, Slamet. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogayakarta. Yogaykarta.
Syarifuddin, 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Tim Dosen SFPH. 2015. LKM Sistem Pencernaan Makanan. Surabaya : Pendidikan IPA, Universitas Negeri Surabaya.


LAMPIRAN FOTO






























Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.