MAKALAH Zoobenthos.docx

May 20, 2017 | Autor: N. Putri | Categoria: Marine Biology
Share Embed


Descrição do Produto




MAKALAH ZOOBENTOS


NAMA : MADINATUL MUNAWARA YUSUF
NIM : H4114033
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)


















FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016


BAB I
PENDAHULUAN


I.1. Latar Belakang
Ekosistem perairan pesisir di Indonesia merupakan kawasan yang akhir-akhir ini mendapat perhatian cukup besar dalam berbagai kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan di Indonesia. Wilayah ini kaya dan memiliki beragam sumber daya alam yang telah dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani. Dahuri (2002), meyatakan bahwa secara empiris wilayah pesisir merupakan tempat aktivitas ekonomi yang mencakup perikanan laut dan pesisir, transportasi dan pelabuhan, pertambangan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata serta kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah.
Selain memiliki potensi yang besar, beragamnya aktifitas manusia di wilayah pesisir menyebabkan daerah ini merupakan wilayah yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Akibat lebih jauh adalah terjadinya penurunan kualitas perairan pesisir, karena adanya masukan limbah yang terus bertambah. Pengkajian kualitas perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan analisis fisika dan kimia air serta analisis biologi. Untuk perairan yang dinamis, analisa fisika dan kimia air kurang memberikan gambaran sesungguhnya kualitas perairan, dan dapat memberikan penyimpangan-penyimpangan yang kurang menguntungkan, karena kisaran nilai-nilai peubahnya sangat dipengaruhi keadaaan sesaat. Bourdeau and Tresshow (1978) dalam Butler (1978) menyatakan bahwa dalamlingkungan yang dinamis, analisis biologi khususnya analisis struktur komunitas hewan bentos, dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kualitas perairan.
Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan bentos yang
relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah
jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih
dikenal dengan makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993).
Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien
di dasar perairan. Montagna et all. (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.

I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik makrozoobentos ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberadaan
makrozoobentos?
3. Bagaimana pemanfaatan makrozoobentos sebagai indikator kualitas
perairan pesisisir

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui karakteristik makrozoobentos
2. Untuk mmengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan
makrozoobentos
3. Untuk mengetahui pemanfaatan makrozoobentos sebagai spesies
indikator kualitas perairan pesisir










BAB II
PEMBAHASAN


Defenisi Zoobenthos
Kata bentos berasal dari kata yunani "vanthos" yang berarti dalam dan mengacu pada komunitas kehidupan organisme di zona bentuk pada ekosistem aquatik. Salah satu fauna perairan tawar adalah kelompokm fauna invertebrata yang hidup didasar perairan yang disebut kelompok zoobentos. Diantara kelompok zoobentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadapa perubahan lingkungan perairan adalah speseis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro, kelompok tersebut lebih dikenal dengan makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993).
Organisme benthos merupakan organisme yang hidup dan tinggal di dalam sedimen yang memproduksi berjuta larva dalam bentuk meriplankton yang mendukung populasi ikan dan menjaga keseimbangan ekosistem dengan membuat lubang, sehingga air dan udara dapat masuk ke dalam tanah . Bentos terbagi menjadi epifauna dan infauna. Epifauna adalah bentos yang hidup diatas permukaan tanah sedangkan infauna merupakan bbentos yang hidup didalam sedimen (Odum, 1994).
Makrozoobenthos
Makrozoobenthos adalah organisme yang hidup pada dasar perairan dan merupakan bagian dari rantai makanan yang keberaannya bergantung pada populasi organism yang tingkatnya lebih rendah sebagai sumber pakan mislnya ganggang (Noortiningsih., 2008).
Secara umum makrozoobenthos merupakan organisme yang tersaring pada ayakan dengan ukuran 500 µm. Selain itu, makrozoobenthos merupakan sumber makanan utama bagi organism lainnya seperti demersal. Makrozoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan baik yang sesil, merayap yang menggali lubang. Organisme yang termasuk makrozoobenthos diantaranya crustaceae, isopoda, decapoda, oligochaeta, nematida dan annelida.
Klasifikasi makrozoobenthos menurut ukurannya yaitu makrozoobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0,04 inch), contohnya cacing pelecpod, anthozoa, echinodermata dan crustaceae. Mikrozoobenthos merupakan bentos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,1 mm, contohnya bakteri diatom, ciliate, amoeba dan flagellata.
Makrozoobenthos memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar, mobilitas yang rendah mudah ditangkap serta memiliki kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran makrozoobenthos dalam keseimbangan suatu ekosistem perairan ternasuk lahan budidaya dapat menjadi indicator kondisi ekologi terkini pada suatu kawasan tertentu. Dengan system hidupnya yang sesil, makrozoobenthos ini sering digunakan untuk menduga ketidakseimbangan lingkungan fisik, kimia dan biologi perairan. Suatu perairan yang sehat atau belum tercemar akan menunujukan jumlah individu yang seimbang dari hampir jumlah spesies yang ada. Sebaliknya suatu perairan tercemar, penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies yang mendominasi ( Odum, 1994).
Barnes and Hughes (1999) dan Nybakken (1997) menyatakan bahwa berdasarkan keberadaannya di dasar perairan,
Makrozoobentos yang hidupnya merayap di permukaan dasar perairan disebut dengan epifauna, seperti Crustacea dan larva serangga.


Sedangkan makrozoobentos yang hidup pada substrat lunak di dalam lumpur disebut dengan infauna, misalnya Bivalve dan Polychae

Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida (Cummins, 1975).

Oligochaeta
Taksa-taksa tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam komunitas perairan karena sebagian dari padanya menempati tingkatan trofik kedua ataupun ketiga. Sedangkan sebagian yang lain mempunyai peranan yang penting di dalam proses mineralisasi dan pendaurulangan bahan-bahan organik, baik yang berasal dari perairan maupun dari daratan (Janto et all., 1981 dalam Nurifdinsyah, 1993).
Gaufin dalam Wilhm (1975) mengelompokkan spesies makrozoobentos berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik, yaitu kelompok intoleran, fakultatif dan toleran.
Organisme intoleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya organik. Organisme ini tidak dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas.
 Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi ling-kungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran. Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup di perairan yang banyak bahan organik, namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan.
Organisme toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme tersebut tidak peka terhadap berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh bahan organik. Jumlah organisme intoleran, fakultatif dan toleran dapat menunjukkan derajat pencemaran.
Faktor- faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Benthos
Sebagaiamana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti:
Pasang Surut
Pasang surut adalah proses naik turunnya muka air secara berbeda yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa (terutama matahri dan bulan). Terhadap massa air dibumi
Salinitas
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu, natrium (Na), Kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), Klorit (Cl).
Kecerahan
Kejernihan sangat ditentukan oleh partikel-partikel terlarut dalam lumpur. Semakin banyak partiekl atau bahan organik terlarut maka kekeruhan semakin meningkat. Hal ini menyebabkan turunnya efesiensi makan dari organisme pemakan suspensi.
Suhu
Suhu air di daerah estuaria biasanya memperlihatkan flujktuasi annual yang lebih besar daripada laut, terutama apabila estuaria tersebut dangkal dan air yang dating (pada saat pasang surut) ke perairan estuaria tersebut kontak dengan daerah yang substratnya terekspor.
Arus
Arus secara langsung berpengaruh terhadap organism bentos dan secara tidak langsung pada substrat perairan. Pengendapan partikel lumpur di dasar perairan tergantung kecepatan arus, apabila perairan memiliki arus yang kuat maka partiekl yang mengendap adalah partikel yang ukurannya lebih besar. Sebaliknya pada tempat yang arusnya lemah, maka yang mengendap di dasar perairan adalah lumpur halus. Penyebab utamanya timbulnya arus adalah pasang surut.
Oksigen Terlarut
Oksigen adaah gas yang penting bagi hewan. Perubahan kandungan ioksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh terhapat hewan air. Kebutuhan oksigen bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia, dan aktivitas. Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis makrozoobenthos di perairan. Semakin tinggi kadar oksigen terlarut maka jumlah benthos semakin besar.
Derajat Keasaman (pH)
Nilai derajat keasaman suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hydrogen dalam larutan. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5.

Benthos Sebagai Spesies Indikator
Berdasarkan nilai indeks keragaman jenis zoobentos yang dihitung berdasarkan formulasi Shannon-Wiener, dapat ditentukan beberapa kualitas air. Wilhm (1975) menyatakan bahwa air yang tercemar berat, indeks keragaman jenis zoobentosnya kecil dari satu. Jika berkisar antara satu dan tiga, maka air tersebut setengah tercemar. Air bersih, indeks keragaman zoobentosnya besar dari tiga. Staub et all. dalam Wilhm (1975) menyatakan bahwa berdasarkan indeks keragaman zoobentos, kualitas air dapat dikelompokkan atas: tercemar berat (0 Sedangkan Lee et all. (1978) menyatakan bahwa nilai indeks keragaman (H) pada perairan tercemar berat, kecil dari satu (H2,0).

Berdasarkan ukurannya, zoobenthos dapat digolongkan ke dalam kelompok zoobenthos mikroskopik atau mikrozoobenthos dan zoobenthos makroskopik yang disebut juga dengan makrozoobenthos. Menurut Cummins (1975), makrozoobenthos dapat mencapai ukuran tubuh sekurang-kurangnya 3 - 5 mm pada saat pertumbuhan maksimum. APHA (1992) menyatakan bahwa makrozoobenthos dapat ditahan dengan saringan. Selanjutnya Slack et all. (1973) dalam Rosenberg and Resh (1993) menyatakan bahwa makrozoobenthos merupakan organisme yang tertahan pada saringan yang berukuran besar dan sama dengan 200 sampai 500 mikrometer. Organisme makrozoobenthos diantaranya adalah Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida (Cummins, 1975).
Gaufin dalam Wilhm (1975) mengelompokkan spesies makrozoobenthos berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik, yaitu kelompok intoleran, fakultatif dan toleran. Organisme intoleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya organik. Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hiduppada kisaran kondisi lingkungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran. Organisme toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Berdasarkan teori Shelford (Odum, 1993) maka makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga sempit.
a. Fungsi Zoobentos
Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Lind, 1985), serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993).
Zoobentos membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik.
Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan.
Berbagai jenis zoobentos ada yang berperan sebagai konsumen primer dan ada pula yang berperan sebagai konsumen sekunder atau konsumen yang menempati tempat yang lebih tinggi. Pada umumnya, zoobentos merupakan makanan alami bagi ikan-ikan pemakan di dasar
Salah satu makrozobentoos yakni Porifera:
Porifera adalah hewan invertebrata yang tidak memiliki jaringan sejati (parazoa), tanpa organ dan jaringan yang tidak terspesialisasi dantubuhya memiliki terdapat banyak pori. Porifera merupakan anggota dari Animalia yang merupakan paling sederhana atau primitif. Habitat dan Cara hidup porifera adalah sebagian besar hidupnya di laut dan sebagin kecil lagi hidup di air tawar. Pada umumn ya porifera hidupnya ada didaerah pada perairan yang dangkal danjuga jernih, namun juga diperairan berpasir atau berlumpur. Porifera dewasa hidupnya sesil atau melekat di suatu substrak. Profera hidup secara heterotrof dengan jenis makanan bakteri dan plankton.

Morfologi:
Memiliki banyak pori pada permukaan tubuhnya
 Bagian internal tubuhnya dilengkapi dengan apendiks
 Bentuk tubuh menyerupai batang dan berwarna putih kecoklatan
Pada ujung cabangnya terdapat oscukulum dan daerah bannya terdapat ostium
tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipunada yang simetri radial.
Berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan
Warnanya bervariasi
Tidak berpindah tempat (sesil).
Pencernaan bersifat amoeba, sel-sel pinociolity menangkap oksigen yang berlarut dalam air dan diteruskan kedalam yakni sel-sel dianosyt selanjutnya oksigen diedarkan keseluruh tubuh oleh anebocyt
10.Berkembangbiak secara seksual dan aseksual perkembangbiakan belum dilakukan denbgan alat kelamin khusus. Ovum dan spermatozoid
Anatomi:
Memiliki tiga tipe saluran air yaitu , askonoid, sikonoid, danleukonoid
Pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit danamoebosit
Dinding tubuh tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan luar (epidermis) dan lapisan dalam. Lapisan dalam yang terdiri dari jajaran sel-sel leher yang disebut seanosit yang berbentuk botol tidak memiliki flagellum
 Mempunyai ruang central yang berfungsi sebagai kloaka. Ruang ini dikelilingi oleh dinding yang ditembus saluran yang tersusun majemuk







E. Cara Hidup dan Habitat
Porifera hidup secara heterotof. Makanannya adalah bakteri dan plankton.Makanan yang masuk kedalam tubuhnya berbentuk cairan sehingga porifera disebut juga sebagai pemakan cairan. Pencernaan dilakukan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit.
Habitat porifera umumnya di laut, mulai dari tepi pantai hingga laut dengan kedalaman 5 km.Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas Demospongia.
Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut. Karena porifera yang bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap sebagai tumbuhan.

Peran Porifera dalam Kehidupan Manusia
 Sebagai makanan hewan laut lainnya
Sebagai sarana kamuflase bagi beberapa hewan laut
Sebagai hiasan akuarium
Sebagai alat penggosok untuk mandi dan mencuci jenis hippospongia 
Porifera yang dijadikan obat kontrasepsi (KB)
Sebagai obat penyakit kanker dan penyakit lainnya
Sebagai campuran bahan industri (kosmetik)







Demospongia





 


















BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang (Kendeigh, 1980; Odum 1993; Rosenberg dan Resh, 1993). Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Lind, 1985), serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993). Struktur komunitas zoobentos dipengaruhi berbagai faktor lingkungan abiotik dan biotik. Secara abiotik, faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan makrozoobentos adalah faktor fisika-kimia lingkungan perairan, diantaranya; penetrasi cahaya yang berpengaruh terhadap suhu air; substrat dasar; kandungan unsur kimia seperti oksigen terlarut dan kandungan ion hidrogen (pH), dan nutrien. Sedangkan secara biologis, diantaranya interaksi spesies serta pola siklus hidup dari masing-masing spesies dalam komunitas (Tudorancea et all. 1979).


III.2 Saran
kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang menghuni pemukiman disekitar pesisir pantai dan aliran sungai agar tidak membuang sampah ke badan sungai maupun di pesisir pantai karena dapat mencemari air sungai dan laut sehingga mengganggu pertumbuhan biota air seperti makrozoobentos.






DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Sutrisno. 1984. Distribusi dan Kelimpahan. Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro. Semarang

Dahuri, R. 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia melalui Sektor Perikanan dan Kelautan. LIPI. Jakarta.

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia ( Indonesian Shells ). Jakarta: PT.
Sarana Graha
Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas air. Managemen Sumberdaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
259 hal.

Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogayakarta. Gajah Mada University press.
Koestoer Y, Sehati. Penerjemah. Jakarta . UI Press

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta

Rosenberg, D. M. and V. H. Resh. 1993. Freshwater Biomonitoring and Benthic Macroinvertebrates. Chapman and Hall. New York. London.

.




Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.