Memaknai Proses Akulturasi WNA di Indonesia Melalui Video Youtube How to Act Indonesian Sacha Stevenson

October 6, 2017 | Autor: Ayu Wardani | Categoria: Political communication, Communication and media Studies
Share Embed


Descrição do Produto





Memaknai Proses Akulturasi WNA di Indonesia Melalui Video Youtube How to Act Indonesian Sacha Stevenson
Oleh Ayu Wardani
(13/355693/ PSP/04763)

Abstract
Paper ini menjelaskan mengenai proses akulturasi yang berlangsung anatara WNA dengan masyarakat Indonesia yang tergambar secara umum melalui video yotube how to act an Indonesia yang dibuat oleh Sacha Stevenson, seorang vloger asal Kanada. Dalam teori speech codes digunakan bahasa verbal dan nonverbal yang menggambarkan identitas budaya dari suatu negara. Berdasarkan penjelasan makalah maka didapatkan suatu kesimpulan bahwa seseorang harus mampu memahami speech codes yang terdapat di suatu negara untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan. Video how to act an Indonesia secara umum mampu menjelaskan speech codes yang digunakan masyarakat Indonesia, sehingga membantu para WNA yang akan menetap atau berkunjung di Indonesia melalui media massa youtube.








Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan culture yang beragam, hal ini terlihat dari beragam etnis dan budaya yang hidup bersama di dalamnya.Sebutan bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetap satu jua, merupakan suatu semboyan yang melambangkan keberagaman kebudayaan bangsa Indonesia.Masyarakat Indonesia hingga saat ini hidup teratur dalam keberagaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Suasana unik dengan keberagaman budaya, menghasilkan suatu pemandangan yang indah, di mana perbedaan bukanlah dijadikan suatu penghalang untuk hidup rukun dan damai. Beragam etnis dari berbagai suku yang tersebar dari sabang sampai merauke merupakan suatu bukti bahwa Indonesia kaya akan kebudayaan yang beragam.
Keberagaman kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia, kemudian menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi masyarakat asing.Hal ini dibuktikan dengan banyaknya turis asing yang mengunjungi Indonesia untuk sekedar berwisata, bahkan ada yang sampai menetap dan tinggal bertahun-tahun di negeri ini.Terdapat beberapa alasan, mengapa para warga negara asing tersebut menetap di Indonesia yaitu berdasarkan kebutuhan pekerjaan, kebutuhan penelitian, serta karena alasan studi atau kuliah. Negara Indonesia dianggap nyaman dan bersahabat untuk ditempati, walaupun pada beberapa dekade lalu sempat terjadi teror bom di Bali yang kemudian menewaskan banyak wisatawan asing, namun pada saat ini Indonesia dianggap relatif aman untuk dijadikan tempat tinggal bagi para WNA (Warga Negara Asing).
Mayarakat Indonesia cenderung terbuka terhadap warga negara asing yang tinggal menetap di Indonesia.Hal ini kemudian menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara dengan masyarakat yang memiliki keramah-tamahan.Hal ini memang terbukti, karena sebagian besar masyarakat Indonesia tidak terlalu mempersoalkan warga negara asing yang tinggal bersamaan dengan mereka di dalam satu lingkungan, selagi mereka tidak mengganggu dan taat terhadap peraturan yang berlaku.
Adanya warga negara asing yang tinggal di Indonesia, menjadikan adanya suatu proses akulturasi. Akulturasi merupakan suatu proses yang dilakukan imigran untuk menyesuaikan diri dengan dan memperoleh budaya pribumi, yang akhirnya mengarah pada asimilasi1. Pendapat mengenai akulturasi ini sangat tepat digunakan dalam mengamati kehidupan para WNA yang menetap di Indonesia.Para WNA tersebut berusaha menyesuaikan diri dengan kebudayaan Indonesia untuk dapat berbaur dengan masyarakat sekitar.
Dalam proses akulturasi tersebut, para WNA dan masyarakat sekitar menggunakan suatu proses komunikasi interpersonal dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini kemudian menjadi pembahasan yang menarik, bagaimana para WNA tersebut mampu melakukan proses adaptasi dengan masyarakat sekitar. Untuk menganalisis hal ini digunakan beberapa teori dalam komunikasi antar budaya, salah satunya adalah speech code theory yang secara garis besar membicarakan mengenai bagaimana bahasa tutur digunakan dalam proses komunikasi antar personal antara dua orang yang berbeda budaya.
Proses adaptasi yang dilakukan WNA di Indonesia tergambar dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini kemudian menginspirasi salah satu WNA asing asal Kanada untuk membuat video mengenai kebiasaan orang Indonesia sehari-hari yang kemudian ditujukan kepada orang asing yang akan mengunjungi Indonesia. Adalah Sacha Stevenson, seorang warga negara berkebangsaan Kanada yang menetap di Indonesia selama 13 tahun yang kemudian menuangkan idenya dalam video youtube berseri yang diberi nama How to Act Indonesian.

1Young Yun Kim, "komunikasi dan akulturasi", Komunikasi Antar Budaya, eds. DR. Deddy Mulyana.M.A., Drs. Jalaluddin Rachmat, M. Sc. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hal. 139
Video youtube How to Act an Indonesian secara garis besar menggambarkan mengenai kebiasaan masyarakat Indonesia dilihat dari kaca mata seorang warga negara asing, Sacha Stevenson.Video ini diperankan oleh dirinya sendiri, dengan memainkan beberapa peran dalam satu episode. Hingga saat ini, satu video unggahannya telah dikunjungi rata-rata 150.000 penonton, hal ini kemudian menguntungkannya karena ia memasang Google AdSense. Dari perolehan pasif ini, ia mengaku bisa lebih leluasa dalam membuat video tanpa harus bekerja yang lain. Sacha kemudian bertekad membuat satu video setiap minggu2.
Berdasarkan ketertarikan ingin mengamati bagaimana warga negara asing melakukan proses akulturasi dengan masyarakat sekitar dengan menggunakan acuan video how to act Indonesian yang diunggah oleh Sacha Stevenson di youtube, maka paper ini akan membahas mengenai 'memaknai proses akulturasi WNA di Indonesia melalui video How to Act Indonesian Sacha Stevenson'. Selain menganalisis makna yang terdapat dalam video tersebut, dalam paper ini juga kaan menggunakan beberapa teori komunikasi antar budaya yang berhubungan dengan proses akulturasi, khususnya teori speech code.





2 Artikel mengenai Sacha sebagai video blogger pernah dimuat dalam harian Kompas yang kemudian disadur oleh
http://baranews.co/web/read/1291/sacha.stevenson.dokumentalis.perilaku.lucu.orang.indonesia diakses pada tanggal 11 April 2014


Pembahasan
Sacha Stevenson vlogger unik asal Kanada
Sebelum membahas lebih jauh mengenai video How to Act an Indonesian, ada baiknya kita mengetahui sosok di balik video ini. Sacha stevenson adalah warga negara Kanada yang menetap di Indonesia sejak 13 tahun yang lalu. Puteri semata wayang dari pasangan Bruce McDonald dan Lois Stevenson ini mengawali karirnya di Indonesia sebagai pengajar bahasa Inggris di salah satu pusat pelatihan bahasa di Jakarta. Saat di Jakarta, Sacha memilih menetap di salah satu kos-kosan di bilangan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Menurutnya, kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan di mana pun dan kapanpun, hal inilah yang kemudian menjadikan Sacha memutuskan berhenti menjadi pengajar dan melakukan aktivitas backpacker berkeliling Indonesia.Adapun wilayah yang telah dikunjunginya, yaitu Pangandaran, Jawa Barat, Medan, Sumatera Utara.Melalui perjalanannya inilah Sacha mendapatkan banyak pelajaran mengenai budaya bangsa Indonesia yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitar.
Sacha Stevenson terinspirasi menjadi seorang vlogger (video blogger) karena terinspirasi seorang bintang youtube asal Amerika Serikat, bernama Jenna Marbles, kelahiran Amerika Serikat.Video Jenna digunakan Sacha untuk meyakinkan ibunya Lois Stevenson yang merupakan seorang profesor di bidang wirausaha perempuan di Kanada. Menurut Sacha, ibunya adalah seorang pekerja keras dan feminis yang sangat aktif. Dalam kurun waktu satu tahun, ibunya bisa mengunjungi tiga negara berbeda. Sacha berharap dengan menjadi video blogger, suatu saat ia bisa mengisi kuliah-kuliah mengenai videonya (how to act Indonesian) di suatu tempat.3

3Nograhany Widhi K, "Update 'How To Act Indonesian' Sacha Ingin Jadi Bintang Youtube," http://news.detik.com/read/2013/10/28/115206/2397109/10/3/update-how-to-act-indonesian-sacha-ingin-jadi-bintang-youtube akses pada tanggal 28 April 2014. Video yang diunggah Sacha menuai pro dan kontra. Sacha menanggapinya secara biasa, karena menurutnya hal terpenting adalah telah menyampaikan apa yang dilihat dan dirasakannya mengenai Indonesia. Bahkan, dengan pembuatan video ini menambah kecintaannya pada Indonesia
Sejak tahun 2009, Sacha telah membuat video-video tentang Indonesia dan diunggah melalui youtube.Pada awalnya Sacha membuat video dengan cerita yang serius, hal ini kemudian kurang menarik minat orang-orang untuk mengunduh videonya, hingga akhirnya Sacha mengubah video buatannya sendiri menjadi lebih kocak dan lucu.Sacha dalam videonya, terkadang terkesan mengkritik kebudayaan masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah dalam salah satu videonya, ia menggambarkan mengenai kebiasaan masyarakat Indonesia yang sangat 'cinta kebersihan'. Setiap harinya masyarakat Indonesia membersihkan rumah mereka, mengepel, mengelap meja, kemudian membersihkan rumah dari sampah.Masyarakat Indonesia memiliki kebudayaan membersihkan sampah di rumah mereka, kemudian memasukkannya ke dalam kantong plastik, lalu sebagian masyarakat terkadang membuang sampah tersebut secara sembarangan di pinggir jalan. Sekilas ketika menonton film ini kita seperti tersadar, bahwa hal ini sering dilakukan oleh masyarakat kita, bahkan oleh diri sendiri mungkin.
Saat ini, video Sacha telah mencapai lebih dari lima belas episode yang kemudian menjadi trend pembicaraan di dunia maya. Sacha memainkan berbagai peran dalam video yang dibuatnya sendiri tersebut.Sebelumnya, Sacha memang telah belajar akting selama enam bulan melalui sekolah peran agar terlihat tidak canggung saat berakting dalam video how to act Indonesian.Sebelum bergelut di bidang vlogger, Sacha pernah mengambil kuliah di bidang Islamic Studies di American Open University tetapi tidak tuntas dan Lembaga Pendidikan Indonesia-Arab Saudi (LIPIA) di Pejaten, Jakarta Selatan. Sacha mengakui bahwa video-video yang dibuatnya bukan untuk mengolok-ngolok atau menghina kebiasaan orang Indonesia, melainkan sebagai sekedar petunjuk dan menggambarkan bagaimana keadaan masyarakat Indonesia kepada orang asing yang akan berkunjung ke Indonesia.
Saat ini, Sacha telah menikah dengan seorang peneliti di Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Indonesia bernama Angga Prasetya. Sacha pernah menjadi salag satu bintang di acara komedi di salah satu televisi swasta di Indonesia yaitu Wara Wiri, tetapi hal itu tidak bertahan lama, karena menurutnya dirinya sama sekali tidak lucu dan tidak berbakat menjadi komedian. Sacha menilai bahwa orang Indonesia memiliki kebiasaan yang unik, seperti dalam salah satu videonya, Sacha berperan sebagai seseorang yang mengalami kecelakaan sepeda motor, ketika kakinya telah berdarah dan patah, Sacha menelpon ibunya untuk segera membawanya pulang dan membawanya ke tukang urut. Makna yang disampaikan Sacha dalam video ini adalah masyarakat Indonesia sebagian besar lebih memilih ke tukang urut ketika mengalami patah kaki dibandingkan pergi ke dokter. Pendapat Sacha ini dapat dibenarkan, karena dalam kenyataannya, sebagian besar orang Indonesia lebih percaya bahwa tukang urut lebih dapatmenyembuhkan penyakit tulang dibandingkan dokter, karena menurut sebagian masyarakat, dokter hanya akan memberikan antibiotik pada pertolongan awal dan biaya ke doktercenderung lebih mahal.
Beragam Cerita di 'How To Act Indonesian'
Berdasarkan beberapa video seri di How To Act Indonesian tergambar beberapa kisah menarik mengenai kebudayaan Indonesia. Dalam episode ke 10 How to Act Indonesian menceritakan mengenai hal apa saja yang akan dikatakan orang Indonesia ketika bertemu dengan orang asing. Dalam setiap bagian awal video Sacha selalu meletakkan tulisan Not All Indonesians Act Like this. But if you visit Indonesia, don't be shocked if you see this. Sacah menekankan bahwa tidak semua orang Indonesia berperilaku seperti ini, tetapi jika anda berkunjung ke Indonesia jangan kaget melihat hal ini.
Dalam episode sepuluh Sacha memaparkan bahwa terdapat 21 pertanyaan yang akan ditanyakan sebagian besar masyarakat Indonesia ketika bertemu dengan orang asing. Adapun beberapa pertanyaan tersebut antara lain, "bisa bahasa Indonesia?, darimana asalmu?, berapa umurmu?, kerja dimana?, apakah sudah menikah?, apakah sudah mempunyai anak?, berapa bersaudara?, apakah keluargamu tinggal di sini (Indonesia) juga?, atau tinggal di Indonesia sendiri?, masih sekolah?, suka Indonesia?, bisa makan nasi?, apakah kamu suka dangdut?, sudah berapa lama di sini (Indonesia)?, bisa mengendarai motor?, suka makan pedas?, pernah ke Monas?, pernah ke Bali?, punya nomor telepon?, punya pin blackberry?", dan yang terakhir disampaikan adalah jika bertemu di Jakarta, orang Indonesia akan menyampaikan, "Jakarta macet ya!".
Kedua puluh satu pernyataan yang mengandung pertanyaan tersebut memang lumrah ditemukan dalam percakapan masyarakat Indonesia ketika pertama kali bertemu orang yang tidak dikenal, tetapi terdapat beberapa hal yang kemudian hanya disampaikan ketika bertemu dengan orang asing, seperti "bisa makan nasi?, suka dangdut?, suka tinggal di Indonesia?, suka makan pedas?, pernah ke Monas?" serta "pernah ke Monas? pernah ke Bali?. Dalam percakapan awal, orang Indonesia selalu berusaha ingin mengetahui segala sesuatu yang menurutnya umum untuk diketahui dari lawan bicaranya. Kebanyakan orang Indonesia memandang bahwa beberapa pernyataan tersebut merupakan suatu kode tutur yang mampu mencairkan suasana dan membentuk suatu keakraban dalam komunikasi antar pribadi yang sedang berlangsung antara dua pihak yang berbeda negara.
Selain beberapa pertanyaan tersebut, episode sepuluh juga menceritakan mengenai 'jika kita ketahuan melakukan hal yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya, maka carilah beberapa alasan untuk menolaknya.Dalam video tersebut digambarkan Sacha sedang membongkar dan menyusun barang-barang dari dalam kardus untuk dipacking. Temannya (yang juga diperankan oleh dirinya), tidak sengaja melihat tumpukan video porno dalam salah satu kardus yang sedang dibereskan, ia pun bertanya, "Sacha, ini punyamu?" sembari memperlihatkan tumpukan video tersebut kepada Sacha dengan tatapan heran. "Hmm.. bukan, itu bukan punyaku," ujar Sacha. "Tapi kok ini ada tulisan "Sacha's DVD," ujar temannya. "Oooh..itu aku kumpulin, untuk dibawa ke Polda sebagai barang bukti untuk melaporkan perlakuan maksiat di masyarakat," ujar Sacha berkelit.
Berdasarkan cerita Sacha dan temannya, tergambar bahwa salah satu kebudayaan masyarakat Indonesia adalah seringkali mencari alasan untuk berkelit, ketika ketahuan melakukan suatu hal yang dianggap tabu, walau terkadang alasan yang diungkapkan tidak masuk akal. Contoh yang lain adalah kebiasaan orang Indonesia untuk mencari-cari alasan, ketika diberikan pertanyaan "mengapa tidak datang tepat waktu?" ketika tidak datang ontime pada suatu pertemuan.
Beberapa hal menarik lainnya yang terdapat dalam seri How to Act Indonesian adalah kebiasaan orang Indonesia yang seringkali mengamati dan menilai seseorang dari pakaian yang ia kenakan. Seseorang seringkali dianggap kaya ketika berpenampilan modis, padahal pada kenyataannya tidak semua orang berpenampilan adalah orang kaya. Selain itu, Sacha juga menggambarkan bahwa orang Indonesia seringkali menggunakan ungkapan kata insyaAllah untuk menghindari kata janji. Misalkan dalam percakapan antara dua orang teman ,"besok kamu datang ke rumahku jam sepuluh ya, janji ya!,". "Iya...insyaAllah," . Dalam percakapan tersebut kata insyaAllah digunakan untuk menjawab sebuah perjanjian yang seolah benar-benar akan ditepati. Tetapi faktanya, kata insyaAllah digunakan sebagian masyarakat Indonesia untuk mengalihkan sebuah janji.Hal ini dikarenakan orang Indonesia sungkan untuk menolak suatu perjanjian, maka kata insyaAllah pun digunakan.Secara harfiah, pengertian kata insyaAllah adalah jika Allah mengizinkan, atau dapat diartikan merupakan suatu janji yang memang harus benar-benar ditepati.Penggunaan kata insyaAllah di Indonesia mengalami pergeseran makna, karena digunakan untuk menolak janji secara halus.
Dalam video yang dibuatnya, Sacha terampil menggambarkan kebiasaan masyarakat Indonesia melalui bahasa verbal.Melalui bahasa verbal yang diucapkan ketika berinteraksi dengan WNA, masyarakat Indonesia secara garis besar telah menunjukkan identitas budaya Indonesia.Identitas budaya merupakan ciri yang ditunjukkan seseorang karena orang itu merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu4.Dengan durasi waktu yang tidak terlalu panjang, Sacha dengan ringan menggambarkan bagaimana budaya orang Indonesia bertutur dalam kehidupan sehari-hari.Selain itu, Sacha juga seringkali menggambarkan kebiasaan sebagian besar masyarakat Indonesia melalui akting ringannya.Dari berbagai seri dalam video ini, orang asing banyak belajar mengenai kebudayaan masyarakat Indonesia.
4Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), halaman 87

Sacha Stevenson, sebagai seorang warga negara asing yang memilih tinggal di Indonesia selama 13 tahun lamanya, telah mengalami suatu proses akulturasi. Faktor yang memperkuat terjadinya proses akulturasi adalah latar belakang pendidikanc. Latar belakang pendidikan imigran sebelum berimigrasi mempermudah akulturasi.Pendidikan, terlepas dari konteks budayanya, ternyata memperbesar kapasitas seseorang untuk menghadapi pengalaman baru dan mengatasi tantangan hidup.Dalam beberapa kasus, proses pendidikan seorang imigran di negara asalnya meliputi kursus bahasa asing yang memberi individu suatu bekal untuk mengembangkan kecakapan berkomunikasi setelah bermigrasi.5
Faktor lainnya yang memperkuat proses akulturasi adalah faktor kepribadian, seperti suka berteman, toleransi, mau mengambil risiko, keluwesan kognitif, keterbukaan dan sebagainya. Beberapa karakteristik inilah yang kemudian dapat membantu imigran dalam membentuk persepsi, perasaan dan perilakunyayang memudahkan dalam lingkungan baru.Pengetahuan imigran tentang budaya pribumi sebelum bermigrasi yang diperoleh dari kunjungan sebelumnya, kontak-kontak antarpersona, dan lewat media massa, juga dapat mempertinggi potensi akulturasi imigran.6 Proses akulturasi tidak terlepas dari sistem sosial, di mana di dalam sistem sosial tersebut, terjadi pemahaman kebudayaan yang berlangsung melalui proses interaksi. Kebudayaan harus menyediakan sebuah lingkungan simbolik yang kondusif bagi aktor-aktor sosial untuk melakukan interaksi7, sehingga proses akulturasi dapat berjalan dengan lancar
5 Young Yun Kim, Op.Cit.hal. 145
6 Kim kembali menyebutkan bahwa keterbukaan individu dalam proses pergaulan dengan warga masyarakat setempat dapat memudahkan proses akulturasi. Selain itu, pengetahuan yang didapat melalui media massa mengenai lokasi yang akan ditempati imigran juga merupakan faktor yang dapat memudahkan proses akulturasi. Melalui penjelasan Kim, maka video how to act Indonesian, merupakan salah satu hal pendukung akulturasi bagi WNA yang akan bermigrasi ke Indonesia.
7 Chris Jenks.Culture Studi Kebudayaan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) halaman 37



Proses akulturasi budaya bagi WNA juga berkaitan erat dengan komunikasi persona8. Komunikasi persona berkaitan erat dengan komunikasi sosial ketika dua atau lebih individu berinteraksi, sengaja atau tidak. Selain itu, komunikasi merupakan suatu proses yang mendasari intersubjektivikasi, di mana merupakan suatu fenomena yang terjadi akibat simbolisasi publik dan penggunaan serta penyebaran simbol9. Komunikasi antar pribadi memiliki dua aturan dalam pelaksanaannya, pertama dalam setiap pembicaraan, seseorang harus mengembangkan prediksi dan mampu memahami penjelasan lawan bicara, sementara yang kedua, perilaku komunikasi yang digambarkan antara komunikator dan komunikan melalui bahasa verbal merupakan hasil dari formulasi dari communication behavior10.
Berdasarkan penjelasan ini, maka dalam proses akulturasi, komunikasi antar pribadi sangat memegang peranan, karena tiap WNA dapat mempelajari kebudayaan daerah yang ditempatinya melalui interaksi sehari-hari, di mana dalam interaksi tersebut digunakan bahasa verbal dan nonverbal. Berdasarkan hal ini, Sacha Stevenson setidaknya telah memberikan gambaran umum mengenai kebudayaan Indonesia melalui video youtubenya yang menampilkan bagaimana komunikasi verbal dan nonverbal berlangsung antara WNA dan orang asli Indonesia.
Untuk lebih memaknai mengenai peran komunikasi dalam proses akulturasi WNA, maka selanjutnya akan lebih dibahas mengenai teori speech code dalam komunikasi antar budaya.Dalam teori speech code digambarkan secara jelas, bagaimana individu berinteraksi dengan menggunakan kode tutur mereka masing-masing dalam komukasi antar budaya. Komunikasi verbal dan nonverbal juga merupakan formulasi dalam speech codes, di mana hubungan antara bahasa verbal tidak bisa terlepaskan dari bahasa nonverbal.

8 Young Yun Kim, Op. Cit. halaman 141
9Ruben, Komunikasi Persona, seperti dikutip oleh Young Yun Kim, Ibid. halaman 141
10Carl Hovland, "Some explanations in Initial Interactions and Beyond" Theorizing Communication, eds. Robert T Craig dan Heidi L Muller. (London: Sage Publications, 2007), halaman 327
Teori Speech Codes
Dalam memahami proses akulturasi WNA, teori speech codes dapat menajdi salah satu acuan, hal ini dikarenakan secara garis besar teori ini membicarakan mengenia komunikasi verbal yang berlangsung antara individu yang berbeda kebudayaan. Teori speech code merupakan dasar bagi ilmu etnografi tentang komunikasi antar budaya yang digunakan untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara kekuatan individualism dan masyarakat untuk memberikan pemahaman identitas bersama , mempertahankan martabat, kebebasan serta kreativitas individu11.
Teori speech code memiliki enam preposisi dalam menjelaskan peran kode tutur dalam proses komunikasi antar budaya. Dalam preposisi pertama tergambar bahwa dalam tiap masyarakat tertentu, orang mengkonstruksikan kode tindakan, termasuk tindakan komunikatif, setiap masyarakat memiliki kode atau simbol, makna, premis dan aturan berbeda.Preposisi kedua menjelaskan mengenai dalam komunitas speech, terdapat beragam kode yang diatur.
Preposisi ketiga menyebutkan bahwa speech code menunjukkan karakteristik kultural psikologi, sosiologi dan retorika. Preposisi keempat menegaskan bahwa signifikasi speech bersifat dependen pada speech code yang digunakan komunikator untuk menyususn makna tindakan komunikasi. Dalam preposisi kelima dijelaskan bahwa prinsip atau aturan coding yang menyesuaikan komunikasi anggota komunitas dibangun di dalam komunikasi mereka sendiri. Sementara preposisi yang terakhir menyebutkan bahwa penggunaan speech code secara bijaksana digunakan sebagai prediksi, penjelasan, kehati-hatian dan moralitas tindakan komunikasi.


11 Philipsen.Speech codes theory. Handbook Ilmu Komunikasi. Berger R, Charles dkk. (Bandung: Nusa Media, 2014).
Fungsi komunikasi di dalam komunikasi antar budaya adalah untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara kekuatan individualisme dan masyarakat, untuk memberikan pemahaman akan identitas bersama yang, betapapun, mempertahankan martabat, kebebasan, dan kreativitas individu. Selain itu, terdapat konteks yang harus dipahami dalam memaknai pesan dalam komunikasi antar budaya, yaitu high context culture dan low context culture.12
Di Indonesia sendiri, terdapat sebagian masyarakat yang kebudayaannya termasuk ke dalam low context culture dan high context culture. Berdasarkan video How to Act Indonesian, masyarakat Sunda termasuk ke dalam high context culture, di mana di dalam pola komunikasi banyak menggunakan metafora pesan-pesan yang implisit, serta cenderung tidak to the point. Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan masyarakat Batak yang secara garis besar termasuk ke dalam low context culture, di mana pesan yang disampaikan cenderung bersifat to the point, penuh rasa ekspresif, serta cenderung meletakkan kesalahan pada orang lain.
Berdasarkan pemaparan mengenai high and low context culture, maka jelas terlihat bahwa dengan mengamati speech code yang digunakan dalam suatu budaya masyarakat maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu kebudayaan masyarakat pun yang secara jelas menggunakan high atau low contextculture.Hal ini dapat dibuktikan ketika memaknai kebudayaan secara keseluruhan, karena banyaknya suku kebudayaan yang terdapat di negara ini.
Dalam video youtube How to Act Indonesian, terdapat kode tutur yang seringkali diungkapkan masyarakat Indonesia secara umum ketika bertemu dengan warga negara asing yang baru pertama kali mereka temui. Seperti telah dibahas sebelumnya, terdapat 21 pernyataan yang akan diungkapkan orang Indonesia ketika mengajak berkenalan dan akan berakhir dengan mennayakan nomor telepon atau pinblackberry.
12Stuart Hall.Laguage and context. 1976 hal.79 seperti yang dikutip oleh Tae Sip Lim. Laguage and Verbal Communication Across Cultures. (Seoul: Kwangwoon University, hal.75)
Salah satu contoh yang mendukung pendapat Sacha pada video How to Act an Indonesian episode sepuluh adalah cerita seorang rekan kuliah saya yang memiliki teman seorang mahasiswa WNA asal Italia bernama Migue, di mana pertemanan mereka dimulai dari saling sapa di bangku depan gedung BA Fisipol UGM. Berawal dari rasa penasaran, teman saya menegur terlebih dahulu mahasiswa asing tersebut, "hi… Mr..where are you come from?". WNA yang berstatus sebagai mahasiswa HI (Hubungan Internasional) itu pun menjawab dengan senang hati menjawab hati menjawab hingga akhirnya terjadilah percakapan antara keduanya dengan bahasa Inggris 'seadanya'.Akhir dari pertemuan tersebut, Migue dan teman saya bertukar nomor handphone masing-masing dan berteman dekat hingga saat ini.
Bagi warga negara asing yang melakukan proses akulturasi, mereka harus memahami kode tutur masyarakat di lingkungan sekitarnya. Contohnya dalam bahasa Sunda, sapaan punten digunakan untuk menyatakan permisi dan akan dibahas dengan pernyataan mangga yang berarti silahkan. Sacha Stevenson dalam setiap videonya juga menuliskan kalimat Sok Subscribe pada laman youtubenya yang berarti silahakan diunggah dalam bahasa Sunda, mungkin saja mereka berpikir mengapa harus dikatakan kata sok sebelum subscribe?. Dari pembahasan ini, maka jelaslah bahwa untuk memahami kebudayaan suatu daerah dalam mendukung proses akulturasi, maka pemahaman terhadap kode tutur dalam daerah tersebut juga merupakan hal yang penting. Hal ini dikarenakan, proses akulturasi sangat erat dengan komunikasi antar individu antara warga negara asing dengan penduduk setempat.Selain itu, proses akulturasi juga sangat erat kaitannya dengan sosialisasi individual, di mana sosialisasi individual merupakan tingkat adaptasi individu terhadap nilai-nilai individualis yang diajarkan kepadanya oleh lingkungan di sekitar13.

12 Priza Audermando P. Pola Hubungan Variabilitas Budaya, Sosialisasi individual identitas budaya dan perubahan generasi dengan self construalindividu.(Jakarta: Jurnal Thesis Ilmu Komunikasi UI volume IV no.2, 2005) halaman 22
Penutup
Kesimpulan
Video youtube Sacha Stevenson telah menjadi pembicaraan banyak orang khususnya di dunia maya. Sacha seorang WNA asal Kanada yang telah mengalami proses akulturasi budaya Indonesia selama 13 tahun lamanya, memiliki ide untuk menuangkan apa yang dirasakannya mengenai Indonesia dalam video hasil garapannya sendiri. Video ini ditujukan Sacha kepada seluruh masyarakat di dunia, khususnya kepada warga negara asing yang akan berkunjung atau menetap di Indonesia. Video ini telah mencapai lebih dari 15 episode sejak awal diunggah dan telah ditonton lebih dari 150.000 penonton per episodenya.Video ini dibuat dengan genre 'ringan', di mana Sacha sendiri memerankannya.
How to Act an Indonesian berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia yang melihatnya, hal ini kemudian mendatangkan pro dan kontra dari pihak penonton. Sacha sendiri menanggapi kritik tersebut dengan santai, karena menurutnya video ini bukanlah bermaksud untuk menghina kebudayaan Indonesia, melainkan lebih kepada sebuah bentuk informasi bagi WNA yang akan berkunjung ke Indonesia. Selain itu, Sacha juga mengungkapkan bahwa dengan dibuatnya video ini kecintaan dirinya terhadap Indonesia semakin bertambah.
Sacha Stevenson banyak menggunkan komunikasi verbal dalam menjelaskan kebudayaan Indonesia, salah satu episodenya menggambarkan bagaimana orang Indonesia akan menyapa orang asing yang pertama kali ditemuinya dengan menggunakan 21 pernyataan dasar. Sacha juga menggambarkan bagaimana bahasa Sunda digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda.Selain itu, Sacha juga menekankan di setiap episode videonya bahwa, tidak semua orang Indonesia berperilaku seperti ini, tetapi jangan kaget ketika menemukan hal ini di Indonesia.
Melalui proses akulturasi yang dialami Sacha yang kemudian dimuat dalam setiao videonya, dapat disimpulkan bahwa, untuk memahami kebudayaan suatu daerah maka diperlukan pemahaman terhadap kode tutur masyarakat di lingkungan sekitar. Hal ini kemudian dikenal dengan teori speech cide dalam komunikasi antar budaya. Secara garis besar, teori ini menjelaskan bahwa setiap bahasa yang diucapkan individu neniliki kode masing-masing dan memiliki konteks yang berbeda sesuai dengan kebudayaan yang berlaku. Hal inilah kemudian yang dijadikan sebagai acuan untuk mempermudah proses akulturasi yang akan dilakukan WNA ketika berkunjung atau menetap di Indonesia.


























DAFTAR PUSTAKA
Berger R, Charles dkk. 2014. Handbook Ilmu Komunikasi. Bandung: Nusa Media
Craig, T Robert dan Heidi L Muller. 2007. Theorizing Communication. London: Sage Publication
Jenk, Chris. 2013. Culture Studi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Liliweri, Alo. 2013. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Putaka Pelajar
P, Audermando Priza. 2005. Pola Hubungan Variabilitas Budaya, Sosialisasi individual identitas budaya dan perubahan generasi dengan self construalindividu.Jakarta: Jurnal Thesis Ilmu Komunikasi UI volume IV no.2
Rachmat, Dedy Mulyana (ed.). 1998. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sumber Online
http://news.detik.com/read2013.../update-how-to-act-indonesian-sacha-ingin-jadi-bintang-youtube diakses pada tanggal 28 April 2014
http//baranews.co/web/read/…/sacha.stevenson.dokumentalis.perilaku.lucu.orang .Indoneisa diakses pada tanggal 11 April 2014
http://youtube.com/how-to-act-Indonesia.episode 10 diakses pada tanggal 11 April 2014
15


Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.