Naskah Drama Adaptasi \"A Doll House\" (Act 1)

June 5, 2017 | Autor: P. Rallie Rivaldy | Categoria: Drama, Henrik Ibsen, A Dolls house
Share Embed


Descrição do Produto

Act 1
....................................................... *keterangan setting dan tata panggung.
Narrator: Hujan membasahi Jakarta siang itu. Terlihat seorang Kurir yang membawa banyak barang bawaan dipandu seorang ibu cantik ke sebuah Rumah yang cukup cozy. Sangat nyaman. Si Ibu mempersilahkan Kurir yang membawa barang-barang masuk ke dalam rumahnya.
Nora : Bi Helen, tolong bereskan barang-barang ini. Jangan sampai Nuri melihatnya dan membuatnya berantakan. (sambil menghampiri kurir dan mengeluarkan dompetnya). Berapa totalnya?
Kurir : Lima belas ribu nyonya.
Nora : Ini, 50 ribu ambil saja kembaliannya. (kurir semringah dan berterimakasih kepada Nora kemudian pergi. Nora menutup pintu. Nora tersenyum kecil sambil membuka topi dan mantelnya. Dia mengeluarkan bungkusan coklat lucu dari kantungnya lalu secara perlahan menuju ruang Tora). Ya dia masih di dalam rupanya. (sambil bersenandung nyanyian lucu dan berjalan menuju meja penuh belanjaan).
Herman : (berseru dari dalam ruangan). Siapa itu yang berkicau? Burung kecilku kah itu? (dengan nada genit).
Nora : (sambil membuka beberapa bingkisan) Iya sayang.
Herman : Hei... Kapan kamu pulang?
Nora : Baaaru saja. (Memasukan kembali bungkusan kue lucu ke tas nya dan mengelap mulutnya). Sini sayang, lihat apa yang aku beli.
Herman : Apa!? (Tapi kemudian keluar dari ruangannya, dengan pena di tangan) membeli katamu? Semua ini? Kenapa kau gemar sekali membuang-buang uang?
Nora : Iiiya, tapi Tora, bulan ini kita harus belanja banyak persediaan untuk acara arisan nanti. Ini kan acara ibu-ibu sosialita, kita tidak harus berhemat.
Herman : Tetapi Nora, kamu tahu kita harus belanja dengan perhitungan yang cermat.
Nora : Ya tapi Tora, kita boleh sedikit boros kali ini kan. Lagipula kamu akan mendapat uang yang banyak bukan?
Herman : iya tapi setelah tahun baru nanti, kita masih harus bertahan beberapa bulan lagi sebelum aku menerima gaji itu.
Nora : Yaa kita bisa meminjam uang dulu untuk menunggu saat itu bukan?
Herman : Nora! (sambil berjalan ke arah nora dan mencubit lucu pipinya) kau ini bodoh ya? Coba bayangkan kalo sekarang aku pinjam uang dua puluh juta, kemudian kau membelanjakan semuanya pada akhir pekan dan sesaat sebelum tahun baru tiba-tiba aku tertimpa kecelakaan, dan ...
Nora : (menutup mulut Herman dengan jari lucunya) Oh! Tidak sayang janganlah kau bilang seperti itu.
Herman : Namun, kalo hal itu benar-benar terjadi. Bagaimana?
Nora : Kalau memang itu terjadi aku tidak akan memikirkan semua hutang-hutangku
Herman : ya tapi bagaimana dengan orang yang meminjamkan uang itu?
Nora : Mereka? Siapa mereka? Aku tidak aka perduli siapapun mereka.
Herman : huh! Memang semua perempuan sama saja. Kau tahu apa yang aku pikirkan? Tidak ada hutang, tidak ada pinjaman. Hidup kita tidak akan tenang, tidak akan bebas apabila kita bergantung pada meminjam uang. Selama ini kita sudah mengarungi semuanya bersama Nora, jangan sampai kita salah mengambil jalan.
Nora : (sambil berjalan menuju tungku?) Sesuka hatimulah Tora!
Herman : (mengikuti nora dari belakang) Ya ampun sayang kecilku, janganlah kau murung apakah kau tersinggung? (sambil mengambil dompetnya) lihat apa yang aku dapatkan.
Nora : (berbalik secepat kilat) Uang!
Herman : Ini ambilah. (Herman memberikan sejumlah uang). Jangan kira aku tidak tahu betapa banyaknya keperluan rumah kalo kita mengadakan arisan
Nora : (sambil menghitung uang) seratus, duaratus, satu juta. Aaak! Terima kasih Tora, aku bisa memakai uang ini untuk beberapa waktu.
Herman : Memang harus begitu.
Nora : Baiklah, tapi kemarilah sebentar aku ingin memperlihatkan kepadamu apa saja yang sudah aku beli. Dan semuanya sedang diskon besar-besaran! Ini ada Iphone 6 terbaru, Tuksedo untukmu, Boneka untuk anak kita—yaa, walaupun aku yakin pasti dia akan segera merusakannya dan tentunya bahan masakan dan minuman untuk acara arisan nanti. Oh iya tidak lupa, ini ada beberapa potong pakaian untuk para pembantu. Helen sepertinya memelukan baju yang lebih layak.
Herman : dan apa yang ada dalam bingkisan ini?
Nora : (menjerit) jangan dibuka! Kamu tidak boleh melihatnya sampai acara arisan nanti.
Herman : Wah!? Sebuah tuksedo... sepertinya bisa kupakai untuk acara arisan nanti ...
(Di tengah obrolan mereka, Bel berbunyi di pintu masuk, Nora membereskan ruangan itu sebentar. Pembantu memasuki ruangan tempat Nora dan Herman mengobrol.)
Nora : Huh Bunyi bel, siapa yang datang? Menggangu sekali.
Pembantu : (di depan pintu) nyonya ada seseorang yang ingin bertemu Anda, entah siapa namanya.
Nora : suruh ia masuk ke dalam
Pembantu : (manatap Herman) Dr. Frans juga datang di waktu yang bersamaan tuan.
Herman : Suruh dia lekas ke ruanganku lewat pintu belakang Helen.
Pembatu : Baik tuan.
(Herman bergegas menuju kamarnya, pembantu mempersilahkan nona Linda yang memakai setelan perjalanan jauh untuk masuk, kemudian menutup pintu)
Linda : Nora ...... (langsung menghampiri Nora dan memeluknya).
Nora : (mendekap Linda dengan erat) Tabahkan hatimu Linda, aku sudah melihat beritanya di televisi. Sudah beberapa bulan berlalu semenjak kejadian itu, maafkan diriku karna belum sempat mengunjungimu setelah adanya berita itu.
Linda : aku mengerti nora sayang. Tenang, aku baik-baik saja.
Nora : Dengan apa kau datang kemari Linda? Berani sekali kau di hari yang hujan seperti ini berpergian jauh hingga kemari?
Linda : Aku datang dengan kereta tadi pagi Nora.
Nora : Ah... sudahlah itu tidak penting. (sambil menuntun Linda menuju kursi) Linda, apa saja yang dia wariskan kepadamu pasca kematiannya?
Linda : tidak Nora. Tidak ada sedikitpun! entah itu harta, anak-anak ataupun rasa sedih dalam diriku ini.
Nora : hah? (terkejut) benarkah? Sini sayang duduklah tanggalkan jaketmu, (Nora menuntun Linda kemudian memanggil pembantunya) Helen, Helen?...
Pembantu : (Helen masuk) Iya nyonya
Nora : Buatkan coklat hangat untuk Linda segera, kasihan dia kedinginan.
Pembantu : Baik nyonya. (Lekas pergi ke ruang belakang).
Nora : (kembali menatap Linda) mengapa kau mengatakan demikian?... Izinkan aku mendengarkan semua kisahmu Linda sayang, semoga hal demikian bisa membuatmu lebih tenang.
Linda : Terima kasih Nora. Aku akan menceritakan semuanya dengan jelas. (menghela nafas) Sebenarnya, (merenung) aku menikah dengan suamiku karna tuntutan keadaan Nora. Pada saat itu, ibuku sakit parah dan adik-adiku masih kecil. Suamiku yang bekerja sebagai tukang las pengeboran minyak lepas pantai memang memiliki gaji yang besar namun, pekerjaan dia terlalu beresiko. Ditambah lagi dia bekerja di tempat yang tidak memiliki asuransi. Setiap kali dia pegi bekerja, aku memanfaatkan semua uang yang dia berikan untuk mengurusi ibuku yang sakit dan adik-adiku yang masih bersekolah. Sampai akhirnya kecelakaan itu terjadi, tidak ada satupun yang dapat dia wariskan. Dan sekarang aku bangkrut! Aku tidak memiliki uang sama sekali, ayahku pun tidak bisa memberikan aku uang Nora.
(Pembantu masuk ke ruangan dan menaruh segelas Coklat panas di meja mereka dan kemudian kembali ke ruangan belakang.)
Nora : Ini Linda minumlah, aku harap coklat panas bisa membuatmu agak baikan.
Linda : (mengambil cangkir coklat panas dan meminumnya sedikit, berdiam sejenak kemudian lanjut berbicara) Dan lihat aku sekarang Nora!.. sekarang aku sudah merasa tidak berguna. Aku merasa kosong. Tidak ada lagi yang dapat aku urus. Ibuku sekarang sudah meninggal dan adik-adiku sudah mendapatkan pekerjaan layak (berdiri dengan gelisah) Oleh karna itu aku datang kemari dengan harapan bisa bisa menemukan sesuatu untuk mengisi kehidupanku. Kalau saja aku beruntung bia mendapatkan pekerjaan yang tetap seperti kerja kantoran atau semacamnya. Alangkah senangnya menjadi dirimu Nora, tidak memiliki masalah, hidup senang, dan bisa melakukan apapun seperti yang kau inginkan.
Nora : (terdiam) tidak seharusnya kau berkata demikian Linda.— Kau sama saja seperti kebanyakan orang. Menganggapku rendah dan tidak mengerti soal penderitaan.
Linda : Oh Nora maafkan aku, tapi Nora aku pikir... aku berhak untuk menyatakan demikian.
Nora : Asalkan kau tahu, aku juga memiliki sesuatu yang menekan kehidupanku. Sama beratnya seperti masalah yang kau hadapi sekarang ini, Linda.
Linda : Ah benarkah (malu) tapi dalam hubungan dengan apa?
Nora : (sambil menaruh telunjuk di depan bibirnya) ssst... jangan keras-keras. Nanti terdengan oleh Tora! Sedikitpun dia tidak boleh tahu—tak seorangpun di dunia ini boleh tahu, Linda. Kecuali kau.
Linda : memangnya kenapa?
Nora : kemarilah (menarik Linda untuk duduk disampingnya). Sebenarnya, akulah yang menyelamatkan nyawa Tora.
Linda : Maksudnya? Aku tidak mengerti?
Nora : Kau tahu bukan? aku melakukan perjalanan ke Singapura. Tora tidak mungkin bisa sembuh jika dia tidak pergi ke sana.
Linda : Oh iya aku masih ingat, kau mendapatkan uang pengobatan dari ayahmu bukan?
Nora : ya itulah yang dikira Tora dan semua orang, tetapi—
Linda: tetapi?
Nora : Lindaa, ayahku tidak memberikan uang seperakpun. Akulah yang mencari uang itu sendirian.
Linda : kau? Uang sebanyak itu?
Nora : iya 2,5 Miliar... (dengan bangganya.)
Linda : tetapi nora, bagaimana mungkin kau mendapat uang sebanyak itu. Apakah kau mendapatkannya dari kupon undian?
Nora : (dengan mencemooh) undian? Zaman sekarang mengandalkan undian? Huft.
Linda : terus darimana kau mendapatkannya? ... kau tidak mungkin meminjamnya kan?
Nora : tidak mungkin? Mengapa tidak?
Linda : ya tentu saja, dimana-mana seorang istri tidak dapat meminjam uang tanpa persetujuan suaminya.
Nora : (mendongkakan kepala) Hmm, tapi jika dia adalah seorang istri yang memiliki pikiran bisnis –seorang istri dengan kecerdasan untuk mengakali semua itu—
Linda : tapi nora, yang kau lakukan semuanya terlalu beresiko.
Nora : oleh karena itu Tora tidak boleh tahu (kemudian duduk tegap di samping Linda), (dengan nada meyakinkan) coba bayangkan waktu itu semoa dokter datang kepadaku mebeberkan bahwa nyawa Tora dalam bahaya dan tidak terselamatkan kecuali jika dia berobat ke singapura. karna semua itulah akhirnya aku mengambil jalan pintas ini. Di sisi lain aku juga ingin jalan-jalan ke luar negri seperti yang orang lain lakukan. Dan yang paling parah, sampai sekarang aku masih merasa sedih karna tidak bisa mengurusi saat-saat terakhir Ayahku Linda.
Linda : dan sampai saat ini semuanya masih kau rahasiakan pada Tora?
Nora : Ya tentunya (sedikit merenung), mungkin suatu saat nanti kalo aku sudah tua, aku akan membeberkan semuanya. Sebenarnya aku sekarang sangat pusing Linda, adanya bunga perbulan sebagai konsekuensi pembayaran cicilan pinjaman yang seringkali membuatku cemas. Di sisi lain aku juga harus mengatur belanjaan setiap harinya, kebutuhan semua orang di rumah ini pun harus terpenuhi. Tora selalu ingin makanan mewah, dan aku juga tidak ingin pakaian anak ku kelihatan murah. Dan semua itu akulah yang bertanggung jawab.
Linda : oh nora seberat itukah?
Nora : iya Linda, setiap kali Tora memberiku uang untuk belanja pakaian atau semacamnya. Aku senantiasa membeli baju-baju yang sederhana dan murah. Syukulah semua itu cocok denganku. Tetapi jujur semua itu berat, aku juga ingin memakai baju yang kelihatan bagus . Untungnya aku mendapatkan banyak project design baju dari butik dimana aku bekerja. Setiap malam aku mengunci diri di kamar dan membuat semua design yang diorder. Aku sangat lelah, tapi aku harus melakukan semua itu untuk membayar cicilan.
Linda : berapa lama jangka waktu untuk melunasi hutang-hutang mu dengan cara itu?
Nora : aku tidak bisa merincikan setiap detailnya, yang pasti setiap bulannya aku membayar dengan semua uang yang aku punya (tersenyum miris). Di saat aku jenuh, seringkali kubayangkan ada seorang pangeran dengan kekayaan tidak terhitung merangkulku dan membawaku ke istananya.
Linda : Ah Nora maafkan aku yang hina ini. Tidak seharusnya ku berkata demikian, maafkan aku Nora sayang.
Nora : Ah tenang saja, aku juga baru bercerita padamu kali ini bukan? (terdiam sejenak) Tapi sebentar lagi tahun baru tiba, aku akan segera bebas dari semua penderitaan ini dan melunasi semua hutangku (meloncat kegirangan) yeay! Oh iya mengenai dirimu, aku akan membujuk Tora agar dia bisa memberikan pekerjaan untukmu Linda sayang. Tenang saja.
Linda : Ah benarkah? Ya ampun sayangku Nora terima kasih. Aku tidak tahu bagaimana caraku agar bisa menunjukkan rasa syukurku ini.
Nora : tenang saja Linda, biar aku semuanya yang urus.
(tiba-tiba bel berbunyi dari serambi masuk)
Pembantu : (muncul dari serambi masuk) nona, ada seseorang yang ingin bertemu tuan.
Nora : siapa orang itu?
Kartono : (muncul dari serambi masuk) ini aku nyonya Herman.
(Linda menyingkir ke sudut dekat jendela)
Nora : (menghampiri Kartono lalu berbicara dengan nada rendah), oh kau rupanya. Ada perlu apa?
Kartono : hanya urusan kerja.
Nora : apakah ada urusan—...
Kartono : (menyelak omongan) tidak nyonya Herman hanya urusan kerja.
Nora : oh kalau begitu silahkan langsung saja ke ruangan Tora.
(nora mempersilahkan Kartono dan menunjukkan arah ke ruangan Tora)
Linda : siapa dia nora?
Nora : namanya Kartono
Linda : wah? Apakah itu benar-benar dia?
Nora : kau mengenalnya?
Linda : yaa tentunya, tapi aku agak malu menceritakannya (tersipu malu)
Nora : wah benarkah itu? Kau sudah mengenalnya?
Linda : ehmm, begini nora dulu sebelum aku menikah dengan tukang las pengeboran minyak, aku pernah menjalin hubungan dengannya.
Nora : wahhh? Benarkah (tercengang, namun sedikit cemas)
Linda : dia duda kan sekarang?
Nora : iya tapi dia memiliki anak yang banyak.
Linda : dia datang untuk urusan bisnis? Sebenarnya apa itu?
Nora : Kau terlalu KEPO Linda, sudahlan jangan dipikirkan.
(Dr. Frans muncul dari depan ruangan Tora)
Dr. Frans : (masih di depan pintu) oh tidak Tora aku tidak ingin menggangu. Aku hanya ingin mengobrol dengan istrimu sebentar. (kemudian menutup pintu ruangan Tora) oh, mohon maaf nyonya-nyonya, mungkin aku sedikit mengganggu.
Nora : oh tidak Frans, (memperkenalkan) perkenalkan ini Nyonya Linda.
Frans : ah! sepertinya tadi kita bertemu di pintu masuk ya?
Linda : ah iya tuan, salam kenal.
Frans : apakah kau datang ke sini ini untuk mengikuti arisan juga nyonya?
Linda : oh tidak, sebenarnya aku sendang mencari kerja.
Frans : untuk apa pula mencari kerja hingga jauh-jauh kemari?
Linda : semua orang harus bertahan hidup dokter
Frans : ah ya pastinya, kebanyakan orang berkata demikian. Demikian dengan apa yang dikatakan kawan Herman. Melakukan berbagai cara untuk bertahan hidup.
Nora : maksudmu siapa Frans?
Frans : rekan kerja suamimu yang berada di dalam sepertinya memiliki beberapa masalah dengan "bertahan hidup". Masalah tentang pekerjaan.
Nora : apa hubungan krog— ah maksudku Tuan Kartono dengan firma hukum Tora?
Frans : (sambil berpaling ke arah Linda) ya di dunia ini kau selalu bertemu dengan orang-orang yang memiliki perasaan iri dan kemudian melakukan tindakan-tindakan yang tidak seharusnya untuk meraih apa yang diinginkan. Hal-hal demikian lah yang membuat lingkungan kita seperti rumah bagi orang-orang sakit.
(nora tenggelam dalam pikirannya kemudian tertawa)
Frans : apa yang kau tertawakan nora? Apa ada yang salah dengan omonganku?
Nora : tidak Frans, aku menertawakan hal yang berbeda (sambil berjalan mengelilingi ruangan). Ternyata Tora memiliki kuasa yang besar di tempat kerjanya. (nora mengambil tasnya lalu mengeluarkan bungkusan makanan lucu) dokter apakah kau menginginkan sepotong coklat?
Frans : ah lihat!, aku kira coklat dilarang di rumah ini?
Nora : oh iya, tadi Linda membawanya sebagai oleh-oleh.
Linda : hah? Aku?
Nora : Huh, sudahlah, kalian jangan cemas, hanya kali ini saja. Tora hanya khawatir gigiku rusak karna banyak memakan coklat, ini dokter cobalah (sambil memasukan sepotong kecil coklat ke mulutnya) oh iya Linda kau juga harus mencobanya. (kemudian berjalan sambil meloncat kegirangan) hari ini aku sangat senang sekali.
(Herman keluar dari kamar dengan jas di tangannya. Nora dengan segera menyembunyikan Bungkusan coklat ke dalam sakunya)
Nora : (segera menghampiri Herman sambil mengusap bibirnya). Perkenalkan sayang ini temanku Linda. Dia datang dari jauh.
Herman : Linda?— (Linda mengangguk) ah maaf sebelumnya. kau teman semasa sekolah istriku dulu kan?
Linda : ah iya kami sudah saling mengenal sejak saat itu.
Nora : sayang, coba bayangkan, dia datang jauh jauh hanya untuk bertemu denganmu.
Herman : maksudmu?
Nora : Linda amat pandai dalam urusan pembukuan, dan dia sangat berharap bisa bekerja padamu sayang.
Herman : ah itu merupakan kabar baik. Anda datang di saat yang tepat nyonya.
Linda : ah senangnya, Bagaimana aku bisa berterima kasih atas semua ini?
Herman : ah tidak perlu. Tapi saya mohon maaf hari ini saya ada sedikit perlu— (sambil mengenakan jasnya)
Frans : (menyelak) oh ya, aku ikut denganmu Tora.
Linda : sepertinya aku juga harus pergi untuk mencari kamar yang bisa disewa.
Nora : oh iya Linda aku minta maaf karna di rumah ini kami kekurangan ruangan.
Linda : Oh iya tidak apa-apa. Terima kasih banyak telah membantuku Nora. Aku merasa sangat bahagia.
Nora : Oh iya Linda sayang sama-sama.
(terdengar suara anak dari tangga rumah)
Herman : ah sepertinya sudah waktunya kita berangkat nyonya Linda, tempat ini hanya cocok bagi seorang ibu sekarang.
Linda : oh iya tentunya tuan (Mengambil jaketnya).
Herman : Oh ya sayang, Kartono sudah keluar lewat pintu belakang. Jangan khawatirkan dia.
(Nora hanya mengangguk dan kemudian Frans, Herman dan Linda lekas berjalan ke luar rumah)
Nora : (melambaikan tangan) hati-hati di jalan ya kalian semua. Dadah!
(Pengasuh masuk ke ruangan dengan membawa anak Nora)
Nora : hai anaku sayang, sudah selesai mandinya? Ah anak pintar— tadi main kemana saja dengan ka Anna?
Anak : keliling kebun, tadi aku lihat ada anjing yang besaaar sekali mah.
Nora : wah seperti itukah, ? terus bagaimana? Kalian tidak digigit kan? Awas saja kalau ada anjing yang berani menggiggit anak ku yang lucu seperti boneka ini.
Anak : iya mah tadi aku dikerjar anjing sama kak Anna. Terus kamu bersembunyi di gedung yang besaaar sekali di belakang rumah. terus kami berenang bersama. Airnya dingin brrr.
Nora : wah iyakah? (berpaling ke arah Anna) Anna kau bisa beristirahat kau kelihatan kedinginan, ada kopi panas di dapur kau ambil saja.
Pengasuh : Iya nyonya, (memasuki ruang sebelah kiri)
Nora : Terus kamu melakukan apa lagi di luar sana? Sayang
Anak : terus aku main kejar-kejaran sama kak anna.
Nora : benarkah? Siapa yang menang? ....
(dst. dst. dst.)
(Nora dan anaknya tertawa riang gembira, suasananya intim layaknya obrolan seorang ibu dan anaknya yang masih berumur 3 tahun. Walaupun dia bukan anak kandung Nora menyayanginya dengan sepenuh hati. Mereka saling bercanda satu sama lain. Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu masuk, mereka menghiraukannya. Rupanya itu Kartono lagi, dia langsung masuk begitu saja sambil menontoni Nora bermain dengan anaknya).
Kartono : Permisi Nyonya Herman.
Nora : (menjerit dan sedikit kaget) Ah mau apa lagi kau?
Kartono : maaf nyonya pintu luar sedikit terbuka, aku kira seseorang lupa menutupnya.
Nora : (berdiri) Tora sedang keluar, mau apa kau kemari?
Kartono : hanya sedikit keperluan dengan Anda nyonya Herman.
Nora : denganku? (menatap kepada anaknya dan dengan nada rendah) anak kamu sama kak Anna dulu ya, nanti kita bermain lagi. Okay? (nora membawa anaknya ke ruangan sebelah kiri). Ada perlu apa lagi tuan Kartono? Ini bukan awal bulan bukan?
Kartono : Iya memang, ini pertengahan bulan—
Nora : Maaf tapi kalau tanggal sekarang aku belum bisa melakukan pembayaran untuk cicilan.
Kartono : Kita tidak membicarakan masalah itu dulu nyonya. Ini masalah yang lain, mungkin aku bisa meminta waktu Anda sebentar?
Nora : oh iya bisa, tapi—
Kartono : Begini nyonya, tadi saya melihat suami Anda di persimpangan jalan berjalan bersama seorang nona, (sedikit berpikir) namanya Linda bukan?
Nora : iya benar demikian, lantas apa yang kau inginkan?
Kartono : oke kalau begitu saya bisa bertanya dengan Anda tanpa memacu keributan apapun. apakah mereka membicarakan masalah pergantian jabatan untuk bagian pembukuan kasus?
Nora : apa hak Anda menanyakan semua hal itu Kartono? Tapi yaaa, Linda akan segera memperoleh jabatan itu. Hanya itu yang bisa aku katakan.
Kartono : (mengubah nada suaranya) begini nyonya, saya langsung ke pokok permasalahan. Sekiranya sudikah Anda berbuat baik untuk membantu saya? (melipat tangan) demi kebaikan Anda sendiri tentunya.
Nora : Apa yang Anda maksudkan Kartono?
Kartono : Sudikah Anda bermurah hati untuk membantu saya agar saya tetap bisa menempati jabatan saya di firma tempat Tora bekerja sekarang?
Nora ; maksudnya apa Kartono? Siapa pula yang ingin merebut posisi Anda di tempat kerja?
Krogtad : jangan berpura-pura tidak tahu nyonya. Mungkin Linda sudah memberi tahu Anda bahwa saya dan dia dulu pernah menjalin hubungan. Dan sekarang dia ingin menempati posisi saya di firma hukum tempat saya bekerja. Tapi saya tidak mempermasalahkan itu, intinya saya ingin Anda sebagai istri Tora mempengaruhi Tora agar mencegah apa yang akan dilakukannya terhadap saya.
Nora : tapi Kartono itu adalah hal yang mustahil. Aku tidak bisa—
Kartono : lagi pula Anda adalah istri Tora bukan? seorang istri pasti bisa mempengaruhi suaminya.
Nora : (menyelak) Jangan banyak bicara kau Kartono! atau kau akan ku usir sekarang juga! Aku sudah tidak takut lagi kepada kau Tono! Setelah tahun baru nanti aku bisa bebas dari segala urusan utang piutang.
Kartono : dengar nyonya, (sambil mengendalikan emosi) asal Anda tahu bahwa aku bersedia melakukan apapun untuk tetap mempertahankan posisi saya di tempat kerja.
Nora : ya aku percaya akan hal itu
Kartono : tapi karna aku khilaf sehingga aku melakukan suatu kesalahan (kesal sendiri)—ah bangsat! kenapa aku mau menerima suap dari orang-orang itu! *dalam fikiran (kembali mengendalikan emosi)— dan sekarang semua jalan tertutup. Aku harus bisa bertahan di pekerjaan ini nyonya. Anak-anaku sudah besar sekarang, mereka membutuhkan biaya yang banyak dalam pendidikan dan kebutuhannya sehari-hari. Dan kini suami nyonya berencana menyingkirkan saya dari pekerjaan.
Nora : tetapi Kartono aku tidak memiliki kuasa apapun untuk membantumu, semuanya ada pada suamiku.
Kartono : hmm, begitu yaa? Bagaimana... bila saya menceritakan semuanya? Semua rahasia Anda nyonya! Bukan hanya peminjaman uang tapi juga tentang Dr. Frans!
Nora : Dr. Frans? Ada apa dengan dia? Dia tidak ada—
Kartono : (menyela lagi), jangan berpura-pura bodoh nyonya. Dr. Frans seringkali mengajak Anda keluar bukan? Mungkin ini hanya cinta sebelah pihak, tapi kalau bukan karna tuan Herman mungkin dia sudah menuruti apa kemauannya.
Nora : kau tidak punya bukti kuat mengenai hubunganku dengan Dr. Frans! Tapi, kau sungguh keji Kartono! (terisak-isak). Kau mengetahui semua rahasiaku yang selama ini hanya aku simpan seorang. Dan kau ingin membeberkan semuanya?!
Kartono : tidak menyenangkan bukan? Itu yang sekarang aku rasakan! Nyonya Hel-mer!
Nora : lakukanlah kalau kau berani!— apa yang kau ancam kepada ku justru akan memperburuk keadaanmu sendiri! Dasar kau bajingan! Kau pasti akan kehilangan jabatanmu!
Kartono : Coba Anda pikirkan baik-baik nyonya apabila aku membeberkan semuanya, akankah anda masih bertahan di rumah ini nyonya Hel-mer?(menyeringai).
Nora : tentunya apabila suamiku mengetahui semuanya dia akan segera melunasi hutang-hutangku padamu, dan kita tidak akan memiliki urusan lagi!.
Kartono : (mendekat ke arah nora) rupanya Anda memiliki ingatan yang buruk nyonya, atau memang Anda tidak tahu apa-apa mengenai bisnis?
Nora : apa maksudmu?
Kartono : masih ingat naskah perjanjian yang ayah anda tanda tangani ketika melakukan peminjaman uang kepada saya?
Nora : ya tentunya
Kartono : ya, di dalam naskah tersebut tertera tanggal perjanjian dan tanda tangan ayah Anda tentunya.
Nora : ia telah menandatanganinya bukan?
Kartono : apa Anda mengingat tanggal berapa ayah Anda meninggal?
Nora : tentu saja, ayah meninggal dunia pada 29 September
Kartono : tapi aku yakin bahwa ayah anda keliru (sambil mengambil naskah dari kantungnya) atau mungkin ada yang keliru mengenai tanggal perjanjian yang sulit aku cocokan.
Nora : kekeliruan apa Kartono?
Krpgstad : kekeliruannya adalah bahwa ayah Anda menandatangani perjanjian tersebut 3 hari setelah tanggal 29 september!
Nora : apa maksudnya Kartono, aku tidak mengerti.
Kartono : ayah Anda meninggal pada 29 september dan Anda mencantumkan di naskah perjanjian pada 2 oktober di tanda tangan beliau. (nora terdiam) dapatkah Anda menjelaskannya? (nora masih terdiam). Dan juga tulisan tangan dalam perjanjian bukan kelihatan seperti tulisan tangan ayah anda tapi seperti tulisan yang aku kenal. Apakah ayah Anda yang menandatangani naskah ini?
Nora : (setelah sejenak, nora mengangkat kepalanya dengan menantang) ya memang benar saya yang mencantumkan nama ayah saya di naskah itu!
Krogsatad : sadarlah nyonya, Anda melakukan pengakuan yang berbahaya.
Nora : aku tidak memikirkan hal itu. Kau sudah banyak menyusahkan hidupku Tono. Padahal saat melakukan peminjaman kau juga sadar bahwa keadaan suamiku sendang gawat dan kau bersedia membantunya.
Kartono : (dengan tegas) nyonya Herman, terbukti dengan jelas bahwa Anda melakukan penipuan kepada saya. Hukum tidak kenal masalah pertemanan nyonya. Gila atau tidak hukum lah yang akan mengadili Anda jika aku mengajukan naskah ini ke pengadilan.
Nora : Kau adalah seorang ahli hukum tetapi kau picik Kartono!
Kartono : ini masalah bisnis nyonya. Dalam bisnis anda bisa berbuat apapun semau yang Anda inginkan. Biar aku ingatkan satu hal lagi, apabila saya kehilangan jabatan saya, maka Anda juga akan kehilangan semua yang Anda miliki! (nada mengancam).
(Tanpa pamit, Kartono membungkukan badan kemudian beranjak keluar dari rumah nora.)
Nora : (tenggelam dalam pikirannya, seketika kemudian menegakan kepala) Omong kosong! Aku tak sebodoh yang dia sangka!— Tidak! Tidak mungkin aku melakukan semua itu karena cinta! (menyibukan diri dengan membereskan parsel-parsel belanjaan yang ada di atas meja)
(anak nora muncul dari pintu sebelah kiri, kemudian mengajaknya bermain).
Anak : Mah orang asing itu tidak menyakiri mamah kan? Tadi dia sudah keluar lewat pintu luar.
Nora : iya sayang tidak ada apa-apa. Tapi jangan bilang ayah ya soal orang asing yang barusan datang itu.
Anak : oke mah (hormat) mah main lagi yuk.
Nora : jangan dulu ya sayang, mamah sedang sibuk dulu.
Anak : tapi kan mamah sudah berjanji akan bermain lagi.
Nora : tapi sekarang ibu tidak bisa, ya (berpaling ke arah ruangan sebelah kiri). Anna kemarilah, temani Nuri bermain dulu sebentar.
Pengasuh : (bergegas ke dalam ruangan kemudian menuntun anak nora ke ruangannya) okay bu.
Nora : oh iya bilang pada Helen kalau nanti kita akan mengolah bahan makanan yang sudah aku beli.
Pengasuh : okay nyonya.
(kemudian Herman datang dan, masuk ke dalam rumah)
Tora : hai sayang... (sambil membuka dan menutup kembali pintu masuk) ada yang datang kemari tadi? (sambil membawa setumpukan kertas)
Nora : tidak ada sayang.
Tora : aneh tadi aku melihat Kartono keluar dari pagar rumah kita. (terheran sambil menggantungkan mantelya dan menaruh kertas-kertasn bawaan nya di atas meja.)
Nora : oh iya tadi dia mampir sebentar ke sini sebentar.
Tora : apakah dia berbicara yang macam-macam?
Nora : tidak sayang, tidak ada hal apapun yang kami bicarakan.
Tora : dengarn burung kecilku, di awal aku bertanya kau sudah berbohong, aku yakin ada sesuatu yang kau sembunyikan. (sambil mengarahkan telunjuk kepada nora) jangan sampai kau memiliki urusan dengannya, (kemudian duduk di kursi).
Nora : (membolak-balikan kertas yang Herman bawa) Tora!
Tora : ya...
Nora : berkas-berkas apakah ini?
Tora : oh itu dari tempat kerja.
Nora : sudah mulai?
Tora : belum sih, ini hanya berkas-berkas sebagai bukti bahwa manager sebelumnya sudah memberikan semua wewenang padaku, sehingga aku dapat melakukan perubahan-perubahan yang sekiranya dibutuhkan di tempat kerja.
Nora : sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu sayang
Tora : wah akhirnya kau sudah menemukan apa yang kau ingin beli sayang?
Nora : bukan, ini masalah yang lain. Kalau boleh tahu sebenarnya apa sih yang membuat Kartono itu bersalah?
Tora : dia menerima suap dari salah satu klien dan memalsukan nama saksi mata mengenai salah satu kasus pada sidang di pengadilan.
Nora : wah benarkah begitu? Tapi apa kau yakin dia benar-benar bersalah?
Tora : sayang, semua orang akan melakukan cara apapun untuk mendapatkan uang.
Nora : tapi sayang coba pikirkan seandainya ternyata Kartono diancam oleh pihak klien atau mungkin sebenarnya dia tidak bersalah sama sekali?
Tora : tidak nora, dia sudah mengakui kesalahannya. Dan dia pasti akan dikenakan hukuman.
Nora : tetapi apakah kamu kira bahwa—...
Tora : (menyelak dengan halus) sayang, ingat orang seperti Kartono pasti dengan mudahnya melakukan tipu muslihat dan kebohongan-kebohongan. Dia tahu saat dimana dia harus mengenakan topeng dan menipu semua orang yang ada di sekitarnya. Kasihan sekali anak-anak Kartono.
Nora : kenapa anak-anaknya?
Tora : ya pastinya anak-anaknya akan tertular sifat jeleknya itu sehingga mereka menjadi model-model orang yang tidak berbeda jauh dengan ayahnya.
Nora : Apakah kau yakin? (sambil memegang tangan Herman)
Tora ; sayang, aku sudah bertemu berbagai macam orang selama bekerja di ranah hukum. banyak anak muda yang masa depan nya hancur gara-gara kurangnya pendidikan moral yang seharusnya diberikan oleh orang tua mereka.
Nora : (berpaling dari Tora dengan wajah sedikit shock dan kembali membereskan parsel-parsel yang disimpan di atas meja) ah baiklah, sebaiknya aku kembali membereskan barang-barang untuk acara arisan.
Tora : (berdiri dari bangkunya lalu mengambil berkas-berkas yang dia taruh di atas meja) hmm, aku juga harus membaca beberapa dari ini sebelum makan malam, dan juga harus mempersiapkan pakaian yang cocok untuk acara besok.
(Tora masuk ke ruangannya dan menutup pintunya)
Nora : (Bergumam dalam alam fikirnya) tidak—tidak mungkin semua itu tidak benar— (terlihat stress, bermuka pucat dengan wajah penuh rasa takut) Tidak! Tidak mungkin aku menjadi racun bagi anak-anaku? Menjadi racun bagi rumahku? (berhenti sejenak, kemudian menegakan kepalanya) itu tidak benar! Sama sekali tidak benar!

Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.