Plasenta Previa Parsialis - Askeb Komprehensif

July 14, 2017 | Autor: Riiendd Riiena | Categoria: Pregnancy
Share Embed


Descrição do Produto

ASUHAN KEBIDANAN
Pada NY, "A" GII PI A0 uk 37-38 minggu dengan Plasenta Previa
Di Poli BKIA Rumah Sakit Marinir Ewa Pangalila Surabaya















Disusun Oleh :
ARINASARI EKA PRATIWI
NIM : 14614187








PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) MINAT KLINIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2015


LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN

Pada NY, "A" GII PI A0 uk 37-38 minggu dengan Plasenta Previa
Di Poli BKIA Rumah Sakit Marinir Ewa Pangalila Surabaya

TANGGAL PENGAMBILAN KASUS
8 JUNI 2015

Mengetahui,
Mahasiswa




Arinasari Eka Pratiwi

"Pembimbing Institusi "Pembimbing Klinik / CI "
" " "
" " "
" " "
" " "







BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikatorpenilaian
status kesehatan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan
diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil
atau bersalin, artinya setiap menit ada satu perempuan yang meninggal.
Di indonesia menurut survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun
2009, angka kematian ibu (AKI) 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
kematian ibu di sumatera barat 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut kementrian kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama
kesehatan ibu melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi
11%. Padasebuah laporan oleh chikaki, dkk disebutkan perdarahan
obstetrik yang sampai menyebabkan kematian maternal terdiri atas solusio
plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan lahir termasuk ruptur uteri
16%, plasenta previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta dan perkreta 6%
dan atonia uteri. (Prawirohardjo, 2009)
Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi
pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah satu penyebab
perdarahan tersebut adalah plasenta previa yaitu plasenta yang
berimplementasi pada segmen bawah rahim (SBR) sedemikian rupa sehingga
menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI). Pada
beberaparumah sakit umum pemerintah angka kejadian plasenta previa
berkisar 1,7% sampai 2,9%, sedangkan di negara maju kejadiannya lebih
rendah yaitu 40
tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa. Plasenta
previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan
tunggal. Uterus yang cacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Ibu yang
mempunyai riwayat secsio sesaria minimal satu kali mempunyai resiko 2,6
kali untuk menjadi plasenta previa pada kehamilan selanjutnya. (Santoso,
2008)


1.2 Tinjauan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan
pada persalinan patologis dengan plasenta previa melalui pendekatan
pola pikir manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif dan
mendokumentasikannya dalam bentuk soap.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
pada persalinan dengan plasenta previa.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa, masalah, sertamenentukan
kebutuhan pasien berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
yang mungkin akan terjadi
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan sesuai dengan diagnosa,
masalah dan kebutuhan klien
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan baik
secara mandiri, kolaborasi, rujuakan
g. Mahasiswa mampu menevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan yang dilakukan dalam
bentuk soap


1.3 Manfaan Penulisan
1.3.1 Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan dan dapat
mengaplikasikan ilmu dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan
dengan pendikumentasian soap untu asuhan persalinan dengan plasenta
previa.




1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya di STIkes
Mercubaktijaya Padang dalam meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai
asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan plasenta previa.


1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup studi kasus ini adalah mengetahui asuhan kebidanan pada
Ny. "A" GII PI A0 dengan plasenta previa di Poli BKIA RS Marinir Ewa
Pangalila Surabaya tahun 2015.





















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Plasenta previa adalah tertanamnya bagian plasenta dalam segmen bawah
uterus.istilah ini menggambarkan hubungan anatomik antara letak plasenta
dan segmen bawah uterus. Suatu plasenta previa telah melewati batas atau
menutupi (secara lengkap atau tidak lengkap) ostium uteri internum.
Plasenta previa marginalis disebut demikian bila sebagian dari plasenta
melekat pada segmen bawah uterus dan meluas ke setiap bagian osteum uteri
internum,tetapi tidak menutupinya. Plasenta previa totalis dikatakan
demikian bila setiap bagian plasenta secara total menutupi ostium uteri
internum (Kapita Selecta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi).
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada disegmen bawah
uterus, baik posterior maupun posterior, sehingga perkembangan plasenta
yang sempurna menutupi os serviks. Pada plasenta previa total (komplet)
atau sentral, badan plasenta memenuhi segmen bawah uterine sehingga
menutupi os serviks. Pada plasenta previa sebagian (parsial), bagian tepi
plasenta menutupi os serviks (total atau sebagian). Plasenta previa
marginal (tepi), bagian tepi plasenta berada didekat serviks, tetapi tidak
berada dekat serviks, tetapi tidak berada dekat serviks, tetapi tidak
berada tepat diatas os serviks internal (Asuhan Kebidanan Helen Varney).
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir
(prae=didepan, vias=jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh atau
sebagian dari ostium internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada
dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri (Obstetri
Patologi).
Telah dikemukakan bahwa seorang dokter, pada pasien dengan perdarahan
anterpartum tidak boleh melakukan pemeriksaan dalam dan juga tidak boleh
memasang tampon, yang sebaiknya ialah pengiriman pasien segera ke rumah
sakit yang besar. Ketentuan ini didasarkan atas kenyataan bahwa :
Perdarahan pertama pada plasenta previa jarang membawa maut
Pemeriksaan dalam dapat menimbulkan perdarahan yang hebat




B. ETIOLOGI
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada
periode trimester ketiga. Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan
kondisi berikut (Asuhan Kebidanan Helen VarneY) :
1) Multiparitas
2) Usia ibu lebih dari 35 tahun
3) Riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya
4) Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesarea (resiko meningkat
seiring peningkatan jumlah seksio sesaria)
5) Kehamilan kembar (ukuran plasenta lebih besar)
6) Perokok (kemungkinan plasenta berukuran lebih besar)
Plasenta previa mungkin terjadi kalau keadaan endometrium kurang baik
misalnya karena atrofi endometrium, keadaan ini misalnya terdapat pada :
1. Multipara terutama kalau jarak antara kehamilan-kehamilan pendek
2. Pada myoma uteri
3. Curretage yang berulang-ulang
Keadaan endometrium yang kurang baik, dapat menyebabkan bahwa plasenta
harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Karena luasnya,
mendekati atau menutupi ostium internum. Memang pada plasenta previa kita
sering mendapati plasenta yang luas dan tipis dan lebih sering terjadi
plasenta accreta. Mungkin juga plasenta previa disebabkan implantasi telur
yang rendah (Obstetri Patologi, ).


PENYEBAB-PENYEBAB UMUM PERDARAHAN TRIMESTER KETIGA
" "Plasenta previa"Pelepasan plasenta "Persalinan "
" " "prematur "premature "
"Perdarahan "Merah segar "Merah gelap "Darah dapat "
"vagina " " "tercampur "
" " " "dengan mucus "
"Tekanan darah "Normal "Meningkat,menurun,at"Normal "
" " "au normal " "
"Nyeri Uterus "Tidak ada "Tetap "Intermitten "
"Tonus Uterus "Normal "Meningkat "Normal "
"Bunyi jantung "Normal "Tidak ada,gawat "Normal "
"janin " "janin " "
"Tes koagulasi "Normal "Abnormal "Normal "

(Kapita Selecta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi)
Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ke
tujuh. Hal ini dapat disebabkan karena :
Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari
abortus.
Perdarahan pada plasenta previa disebabkan karena pergerakan antara
plasenta dan dinding rahim.
Keterangannya sebagai berikut :
Setelah bulan keempat terjadi regangan pada dinding rahim karena isi
rahim lebih cepat tumbuhnya dari rahim sendiri, akibatnya ialah bahwa
isthmus uteri tertarik menjadi dinding cavum uteri (S.B.R). Pada plasenta
previa,ini tidak mungkin tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding
rahim, saat perdarahan tergantung pada kekuatan insersi plasenta dan
kekuatan tarikan pada isthmus uteri. Jadi dalam kehamilan tidak perlu ada
his untuk menimbulkan perdarahan tapi sudah jelas dalam persalinan his
pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian plasenta diatas akan
terlepas dari dasarnya. Perdarhan pada plasenta previa bersifat terlepas
dari dasarnya.
Dibikin narasi
C. GEJALA-GEJALA PLASENTA PREVIA
Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan pervaginam yang terjadi
secara tiba-tiba dan tanpa disertai rasa nyeri. Ini terjadi selama
trimester ketiga dan kemungkinan disertai atau dipicu oleh iritabilitas
uterus. Seorang wanita yang tidak sedang bersalin. Tetapi mengalami
perdarahan pervaginam tanpa nyeri pada trimester ketiga, harus dicurigai
mengalami plasenta previa. Malpresentasi (sungsang, letak lintang, dan
kepala tidak menancap) adalah kondisi yang umum ditemukan karena janin
terhalang masuk ke segmen bawah rahim.
Gejala klinis :
1) Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa
nyeri dari biasanya berulang darah biasanya berwarna merah segar.
2) Bagian terdepan janin tinggi (floating). Sering dijumpai kelainan letak
janin.
3) Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak
fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien
sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent
bleeding) biasanya lebih banyak.
4) Janin biasanya masih baik.

Perdarahan pada plasenta previa bersifat berulang-ulang :
Setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim maka
regangan dinding rahim dan tarikan pada cerviks berkurang, tapi dengan
majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru.
Kejadian ini berulang-ulang. Darah terutama berasal dari ibu ialah dari
ruangan intervillosa akan tetapi dapat juga berasal dari anak kalau jonjot
terputus atau pembuluh darah plasenta yang lebih besar terbuka.
1. Kepala anak sangat tinggi : karena plasenta terletak pada kutub bawah
rahim, kepala tidak dapat mendekati pintu atas panggul
2. Karena hal tersebut diatas juga karena ukuran panjang rahim berkurang,
maka pada plasenta previa lebih sering terdapat kelainan letak.
Jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa atau plasenta letak
rendah maka robekan selaput harus marginal (kalau persalinan terjadi per
vaginam). Juga harus dikemukakan bahwa pada plasenta previa mungkin sekali
terjadi perdarahan postpartum karena:
Kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding rahim (plasenta
accreta)
Daerah perlekatan luas
Daya kontraksi segmen bawah rahim kurang


D. Patofisiologi
Perdarahan antepartumdiasebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi
pada trimester ketiga karena pada saat itu segmen bawah rahim lebih
mengalami perubahan karena berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.
Menurut manuaba 2008, implementasi plasenta di segmen bawah rahim dapat
disebabkan :
1. Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi
2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi ke janin.
3. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang
persisten.
Menurut Davood 2008 sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester
tiga yaitu plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan
tanpa rasa sakit. perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan
perkembangan segmen bawah rahim (SBR) pada trimester tiga. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar lagi
dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah
rahim (SBR), pelebaran segmen bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks
tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah
terjadi perdarahan. Darahnya bewarna merah segar,berlainan dengan darah
yang disebabkanoleh solusio plasenta yang bewarna kehitam-hitaman. Sumber
perdarahannya ialah sinus uteri yang robek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah rahim (SBR) untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu,
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala tiga
dengan plasenta yang letanya normal. Makin rendah letak plasenta, makin
dini perdarahan terjadi.


E. KOMPLIKASI
Kemungkinan insfeksi nifas besar, karena luka plasenta lebih dekat
pada ostium, dan merupakan porte d'entree yang mudah tercapai lagi pula
pasien biasanya anemis karena perdarahan hingga daya tahanya lemah.
Bahaya untuk ibu pada plasenta previa ialah :
Perdarahan yang hebat bahkan syok
Robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
Insfeksi sepsis
Emboli udara
Bahaya untuk anak :
Hypoxia
Kelainan letak janin
Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi


F. KLASIFIKASI
Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo, SpOG, 2009, Jakarta.
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian
ostium uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2
cm dianggap plasenta letak normal.











Plasenta previa dibagi menjadi 3 tingkat yaitu (Obstetri Patologi, ) :
1. Plasenta previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh
plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium terdapat
jaringan plasenta.
Yang dimaksud dengan plasenta previa centralis ialah plasenta yang
terletak central terhadap ostium internum. Kita juga mengenal plasenta
letak rendah ialah plasenta yang implantasinya rendah tapi tidak sampai ke
ostium uteri internum. Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada
besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa marginalis pada pembukaan 2 cm
dapat menjadi plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm, begitu pula
plasenta previa totalis pada pembukaan 3 cm, dapat menjadi lateralis pada
pembukaan 6 cm.
Maka penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan
keterangan mengenai besarnya pembukaan misalnya plasenta previa lateralis
pada pembukaan 5cm. Plasenta previa cukup sering kita jumpai dan pada tiap
perdarahan antepartum kemungkinan plasenta previa harus
didahulukan.plasenta previa lebih sering terdapat pada multigravida dari
pada primigravida dan pada umur yang berlanjut.






G. DIAGNOSA
DATA SUBJEKTIF
1. Perdarahan pervaginam biasanya ditandai dengan tidak nyeri, merah
terang, tidak disertai dengan kontraksi uterus dan cenderung terjadi
dengan tiba-tiba sewaktu trimester ketiga sebelum persalinan
kejadianya sering ringan sampai sedang dan cenderung berhenti secara
spontan. Sewaktu persalinan aktif, perdarahan dari suatu plasenta
previa dapat menyebabkan perdarahan hebat.
2. Gejala-gejala kehamilan aktivitas janin biasanya normal, sejumlah
pasien biasanya melaporkan adanya episode perdarahan sebelumnya
sewaktu trimester pertama atau kedua, hari pertama haid terakhir
dapat memberi perkiraan awal usia kehamilan.
(Kapita Selecta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, )
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum : apabila perdarahan tidak banyak (10 sampai 25%
pasien), tanda-tanda vital biasanya normal dan pasien tampak sehat.
2. Pemeriksaan abdomen : uterus halus dan tidak lunak, biasanya tidak ada
kontraksi uterus. Bunyi jantung janin biasanya normal, bagian
presentasi tidak tercekap pada pintu atas panggul (pelvis inlet).
Kelainan letak janin (bokong, oblik, lintang) merupakan suatu temuan
yang sering berkaitan.
3. Pemeriksaan pelvis : pada permulaan vulva harus diperiksa dengan
teliti dengan tujuan mengevaluasi kuantitas perdarahan eksterna dan
kemungkinan perdarahan traktus urinarius atau rektum. Pemeriksaan per
vaginam atau rektal dapat merangsang perdarahan hebat. Oleh karena itu
pemeriksaan pervaginam tidak pernah dilakukan kecuali pasien berada
didalam sebuah kamar operasi yang telah dipersiapkan untuk secsio
sesarea segera. Apabila perdarahannya minimal dan tampaknya bukan
plasenta previa, pemeriksaan yang hati-hati dengan spekulum dapat
menyikap kemungkinan perdarahan vaginal atau serviks (sebagai akibat
rupturnya varises, erosi serviks, atau tumor-tumor serviks). Apabila
dicurigai perdarahan bersumber dari janin (adanya bradikardi janin
atau bunyi jantung janin tidak terdengar), darah harus diperiksa
terhadap hemoglobin janin (Kapita Selecta Kedaruratan Obstetri dan
Ginekologi, )
4. Plasenta previa dapat didiagnosis dengan ultrasonografi sebelum suatu
gejala muncul. Apabila sonogram yang dilakukan sebelum kehamilan
berusia 28 minggu memberi kesan plasenta berada dibagian bawah, maka
perlu dilakukan pemeriksaan ulang pada trimester ketiga untuk mencatat
kelanjutan posisi plasenta dalam hubunganya dengan perkembangan
serviks dan segmen bawah uterin sangat umum ditemukan. Sering kali,
seiring perkembangan uterus,jarak antara bagian luar plasenta dan
serviks semakin dekat. Apabila plasenta previa sentral, maka
persalinan tidak dapat dilakukan pervaginam (Asuhan Kebidanan Helen
Varney, )
5. Sementara boleh dilakukan pemeriksaan fornices dengan hati-hati jika
tulang kepala dan sutura-suturanya dapat teraba dengan antara jari-
jari kita dan kepala teraba bantalan (ialah jaringan plasenta) maka
kemungkinan plasenta previa besar sekali. Pemeriksaan ini hanya dapat
dilakukan pada presentasi kepala karena pada letak sungsang bagian
depan lunak hingga sukar membedakanya dari jaringan lunak.
6. Diagnosa pasti kita buat dengan pemeriksaan dalam di kamar operasi dan
kalau sudah ada pembukaan. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan hati-
hati supaya tidak menimbulkan perdarahan yang disebabkan perabaan.
Bagi pemeriksa yang kurang berpengalaman bekuan darah dapat disangka
jaringan plasenta.

H. TES LABOLATORIUM
1. Test darah lengkap: harus dilakukan terhadap setiap pasien dengan
tujuan menilai derajat anemia.
2. Urinalis biasanya normal
3. Golongan darah dan Rhesus: 2 sampai 4 unit darah harus dipersiapkan
untuk kemungkinan transfusi. Kecepatan dan luasnya perdarahan
menentukan perlunya penggantian darah (Kapita Selecta Kedaruratan
Obstetri dan Ginekologi, ).

I. PENANGANAN PLASENTA PREVIA
Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG.2009. jakarta :
1. Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat
di rumah sakit. Pasien diminta baring dan dikalukan pemeriksaan darah
lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh.pada kehamilan 24
minggu sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal
untuk perawatan paru janin.
2. Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti
karena perdarahan ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala
hipovelemik seperti hipotensi, pasien tersebut mungkin mengalami
perdarahan yang cukup berat, lenih berat dari pada penampakannya
secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
3. Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah
sakit, hubungan suami istri dan tumah tangga dihindari kecuali
setelah pemeriksaan ultrasonografi ulangan dianjurkan minimal setelah
4 minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi ostiun uteri
internum (OUI)
4. Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat
dengan istirahat baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam
keadaan yang cukup serius untuk merawatnya sampai melahirkan.
5. Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan
ultrasonografi, color doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan
adanya plasenta akreta, inkreta atau perkreta.
6. Secsio sesaria juga dilakukan apabilaada perdarahan banyak yang
menghawatirkan
Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester tiga dirawat
di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena
perdarahan yang banyak, harus segera perbaiki keadaan umumnya dengan
pemberian infus atau transfusi darah.
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada keadaan umum
pasien, kadar Hb, jumlah perdarahan, umur kehamilan, taksiran janin,
jenis plasenta previa dan paritas.
Tindakan apa yang kita pilih untuk pengobatan plasenta previa dan
kapan melaksanakanya tergantung pada faktor-faktor tersebut dibawah :
1. Perdarahan banyak atau sedikit
2. Keadaan ibu dan anak
3. Besarnya pembukaan
4. Tingkat plasenta previa
5. paritas






Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan :
1) Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang
maturitas janin.
Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO jika:
- Infus/transfusi telah terpasang, kamar dan Tim Operasi telah siap
- Kehamilan 37 minggu (berat badan 2500 gram) dan in partu, atau
- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal:
anensefali)
- Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut
1. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta
dan dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
(tamponnade pada plasenta).
2. Dengan sectio caesarea dengan maksud untuk mengosongkan rahim
hingga rahim dapat mengadakan retraksi dan menghentikan perdarahan.
Sectio caesarea juga dapat mencegah terjadinya robekan cerviks
yang agak sering terjadi dengan usaha persalinan per vaginam pada
plasenta previa.
Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nullipara dan tingkat
plasenta previa yang berat mendorong kita melakukan SC, sebaliknya
perdarahan yang sedang, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan
tingkat plasenta previa yang ringan dan anak yang mati mengarahkan
pada usaha pemecahan ketuban.
Pada perdarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil
dipertimbangkan terapi ekspektatip. Perlu dikemukakan cara manapun
yang diikuti, persediaan darah yang cukup sangat menentukan.
Cara-cara vaginal terdiri dari :
Pemecahan ketuban
Versi Braxton Hicks
Dengan cunam willet
Pemecahan ketuban
Pemecahan ketuban dapat dilakukan pada plasenta letak rendah,
plasenta previa marginalis dan plasenta previa lateralis yang
menutupi ostium internum kurang dari setengah bagian. Kalau pada
plasenta previa lateralis, plasenta terdapat disebelah belakang, maka
lebih baik dilakukan SC karena dengan pemecahan ketuban kepala kurang
menekan pada plasenta, karena kepala tertahan promontorium yang dalam
hal ini dilapisi lagi oleh jaringan plasenta.
Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan karena :
Setelah pemecahan ketuban uterus mengadakan retraksi hingga
kepala anak menekan pada plasenta.
Plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti
gerakan dinding rahim hingga tidak terjadi pergeseran antara
plasenta dan dinding rahim
Kalau his tidak ada atau kurang kuat setelah pemecahan ketuban
diberi infis pitocin. Kalau perdarahan tetap ada, dilakukan SC.
2) Terapi ekspektatip
Ialah kalau janin masih kecil hingga kemungkinan hidup didunia luar
baginya kecil sekali. Sikap ekspektatip tentu hanya dapat dibenarkan
kalau keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit
sekali.
Dulu anggapan kita ialah bahwa kehamilan dengan plasenta previa
harus segera diakhiri untuk menghindarkan perdarahan yang fatal.

Tapi sekarang terapi menunggu dibenarkan dengan alasan :
1. Perdarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal
2. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas
Tujuan Terapi ekspektatif
a) tujuan terapi ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasiv. Pemantauan
klinis dilakukan secara ketat dan baik.
b) Syarat bagi terapi ekspektatip ialah :
bahwa keadaan umum ibu masih baik (Hbnya normal)
perdarahan tidak banyak.
Pada terapi ekspektatip kita rawat pasien dirumah sakit, sampai
berat anak lebih kurang 2500 gr atau kehamilan sudah sampai 37
minggu.
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
Belum ada tanda inpartu
Janin masih hidup
c) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik prolikasis
d) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik letak dan presentasi janin
e) Berikan tokolitik bila ada kontraksi
MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam
Nifedipine 3x20 mg/hari
Betamethasone 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
f) Uji pematangan paru janin dengan Tes KOCOK (Bubble Test) dari hasil
amniosentesis
g) Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu plasenta masih berada di
sekitar OUI, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan
gawat darurat
h) Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama
pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah
pasien diluar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2
jam) dengan pesan untuk segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi
perdarahan ulang.
Selama terapi ekspektatip diusahakan menentukan lokalisasi plasenta
dengan soft tissue technic, dengan radioisotop atau dengan ultrasound.
Kalau kehamilan 37 minggu telah tercapai kehamilan diakhiri menurut
salah satu cara yang telah diuraikan. Selanjutnya pada penderita plasenta
previa selalu harus diberikan antibiotica mengingat kemungkinan infeksi
yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterin.


J. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar (pengkajian)
Pengkajian adalah pendekatan seismatis untuk mengumpulkan data
dan mengelompokkan data serta menganalisa data sehingga dapat
diketahui masalah dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan semua sumber yang
berkaitan dengan klien.


Data-data yang dikumpilkan meliputi:
1) Data Subjektif
a. Biodata (istri dan suami)
Yang perlu dikaji yaitu : nama, umur, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan dan alamat. Maksud pertanyaan ini adalah untuk
mengidentifikasi pasien.
Pada klien dengan plasenta previa, pada biodata istri perli
diperhatikan usia ibu. Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali
pada umur ibu >35 tahun (manuaba, 2008).
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan utama klien datang ke rumah sakit dan
apa saja yang dirasakan klien. Keluhan pada plasenta previa yaitu
perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan bewarna
merah segar tanpa alasan dan tanpa rasa sakit (Alam, 2012).
c. Riwayat Perkawinan
Pada riwayat perkawinan kemungkinan diketahui status perkawinan, umur
waktu kawin, berapa lama kawin baru hamil.
d. Riwayat Menstruasi
Pada riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan atau diketahui yaitu
menarche (untuk mengetahui usia pertama haid. Usia menarche
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim
dan keadaan umum), siklus (untuk mengetahui klien mempunyai siklus
normal atau tidak), lamanya (jika lama haid 15 hari berarti abnormal
dan kemungkinan adanya gangguan yang mempengaruhinya),
banyaknya(untuk mengetahui apakah ada gejala kelainan banyaknya darah
haid), nyeri haid (untuk mengetahui apakah klien menderita nyeri
setiap haid).
e. Riwayat Obstetrik yang lalu
Pada riwayat obstetri yang lalu perlu dikaji pada kasus plasenta
previa yaitu riwayat operasi rahim atau memiliki kelainan rahim,
riwayat kehamilan kembar dan riwayat plasenta previa sebelumnya
(alam, 2012).
f. Riwayat kehamilan sekarang
Kemungkinan klien merasa mual, muntah serta perdarahan, kapan
pergerakan janin pertama kali dirasakan. Apakah ibu telah melakukan
kunjungan antenatal dengan tenaga kesehatan, ibu mendapat imunisasi
TT dan belum ada tanda-tanda persalinan.
Pada klien dengan plasenta previa terjadiperdarahan bewarna merah
segar pada TM III, perdarahan sedikit dan sesekali mungkin terjadi
pada TM I dan TM II.perdarahan biasanya tidak disertasi rasa sakit
walaupun kram rahim pada beberapa wanita. Sebagian wanita tidak
mengalami perdarahan sama sekali.
g. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu : kemungkinan klien pernah menderita
penyakit jantung, hipertensi, DM, dan mengalami operasi dinding
rahim.
Pada kasus plasenta previa, salah satu faktor penyebab terjadinya
plasenta previa yaitu riwayat pembedahan rahim (cunningham, 2008).
h. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada anggota keluarga yang menderita penyakit turunan,
penyakit menular, riwayat kehamilan kembar atau riwayat kehamilan
postterm.
Pada klien dengan plasenta previa, salah satu faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya plasenta previa yaitu kehamilan kembar.
i. Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah klien sudah pernah atau belum menggunakan
alat kontrasepsi.
j. Riwayat seksualitas
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami masalah selama berhubungan atau
tidak.
Pada kasus plaenta previa, berhubungan seks dapat memicu perdarahan
yang dapat membahayakan jiwa ibu dan janinya. Jangankan berhubungan
seks, tidak berhubungan pun perdarahan bisa mungkin terjadi. Itulah
mengapa jika ada gangguan plasenta previa hubungan seks dilarang
dilakukan sampai dokter mengizinkan setelah sebelumnya melakukan
pemeriksaan menyeluruh.
k. Riwayat sosial, ekonomi dan budaya
Kemungkinan hubungan klien dengan suami, keluarga dan masyarakat
baik, kemungkinan ekonomi yang kurang mencukupi, adanya kebudayaan
klien yang mempengaruhi kehamilan dan persalinan
l. Riwayat spiritual
Kemungkinan klien melakukan ibadah agama dan kepercayaan dengan baik.
m. Riwayat psikologi
Kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga dengan baik terhadap
kehamilan dan persalinan. Kemungkinan klien dan suami mengharapkan
dan senang dengan kehamilan ini atau kemungkinan klien cemas dan
gelisah dengan kehamilannya.
Pada klien dengan plasenta previa, secara psikologis klien mengalami
kekhawatiran serta kecemasan tentang kelangsungan bayi di dalam
kandungannya saat harus menjalani bedrest.
n. Kebutuhan dasar
Kemingkinan pemenuhan kebutuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan
nutrisi, proses eliminasi, aktifitas sehati-hari, istirahat, personal
hygien, kebiasaan-kebiasaan yang mempengaruhi saat hamil dan bersalin

2) Data Objektif
Dapat dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus :
a. Pemeriksaan umum
Pada klien dengan plasenta previa, dapat dijumpai tenakan darah, nadi
dan pernapasan dalam batas normal, tekanan darah turun, nadi dan
pernapasan meningkat, dan daerah ujung menjadi dingin, serta tampak
anemis.
b. Pemeriksaan khusus
1. Secara inspeksi
secara inspeksi yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala
sampai kaki. Yang dinilai pada inspeksi yaitu kemungkinan bentuk
tubuh yang normal, kebersihan kulit rambut, muka, konjungtiva,
sklera, hidung, telinga, mulut, leher, payudara, abdomen, genitalia
dan ekstremitas.
Pada klien dengan plasenta previa, yang perlu dikaji pada
pemeriksaan inspeksi yaitu :
a) Mata : conjungtiva terlihat pucat dan anemis hal ini disebabkan
oleh perdarahan yang banyak (sofian, 2012).
b) Genitalia : perdarahan pervagianam yang keluar banyak, sedikit,
darah beku dan sebagainya (sofian, 2012).
2. Secara palpasi
Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi
abdomen yang didapat yaitu :
a) Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
b) Sering dijumpai kesalahan letak janin
c) Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalanpada
segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus
d) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau di
atas pintu atas panggul (sofian,2012)
3. Secara auskultasi
Secara auskultasi, kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung janin,
frekuensinya teratur atau tidak.
Pada klien dengan plasenta previa, denyut jantung janin dapat
bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim
(norma, dkk. 2013).
4. Pemeriksaan inspekulo
Pada klien dengan plasenta previa, pemeriksaan inspekulo dilakukan
untuk memastikan apakah perdarahan berasal dari segmen bawah rahim
atau kelainan serviks, vagina dan varises pecah (yeyeh, 2010).
5. Pemeriksaan dalam
Pada kasus plasenta previa, pemeriksaan dalam adalah senjatayang
paling ampuh di bidang obstetrik untuk mendiagnosa plasenta previa.
Walaupun ampuh, namun harus berhati-hati karena bahaya yang besar
(sofian, 2013).
Pemeriksaan dalam dilakukan hanya di atas meja operasi dan siap
untuk mengambil tindakan. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta
di sekitar ostium uteri internum (norma, dkk. 2013).
c. Pemeriksaan radio-isotop
1. Plasentografi jaringan lunak
yaitu membuat foto dengan sinar rontgen lemah untuk mencoba
melokalisir plasenta. Hasil foto dibaca oleh ahli radiologi yang
berpengalaman.
2. Sitografi
yaitu mula-mula kandung kemih dikosongkan, lalu masukkan 40 cc
larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas
panggul, lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih
berselisih 1 cm, makaterdapat kemungkinan plasenta previa.
3. Plasentografi Indirek 
yaitu membuat foto seri lateral dan anteroposterior yaitu ibu dalam
posisi berdiri atau duduk setengah berdiri. Lalu foto dibaca oleh
ahli radiologi berpengalaman dengan cara menghitung jarak antara
kepala-simpisis dan kepala-promontorium.
4. Arteriografi
yaitu dengan memasukkan zat kontras ke dalam arteri femoralis.
Karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka ia akan
banyak menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat pada foto dan
juga lokasinya.
5. Amniografi 
dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga amnion, lalu bibuat
foto dan dilihat dimana terdapat daerah kososng (diluar janin)
dalam rongga rahim.
6. Radioisotop 
yaitu dengan menyuntikkan zat radio aktif, biasanya RISA
(radioiodinated serum albumin) secara intravena, lalu diikuti
dengan detektor GMC (sofian, 2012).
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan plasenta
previa yaitu :
1. Ultrasonografi (USG)
pemeriksaan dilakukan untu penentuan lokasi plasenta dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi pada janin (sofian, 2012)
2. Kardiokotografi (KTG)
dilakukan pada kehamilan >28 minggu
3. Labolatorium
darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan operasi, perlu diperiksa
faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan hanya dilakukan atas indikasi medis (norma, dkk. 2013)

2. Langkah II : intepretasi data
a. Diagnosa kehamilan
Ibu G...P...A...H... usia kehamilan di atas 22 minggu dengan plasenta
previa
janin hidup/mati, tunggal/multi, intrauterine
Dasar :
1. Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke....
2. Ibu mengatakan HPHT ....
3. DJJ....
4. Pada pemeriksaan palpasi teraba 2 bagian besar janin dan DJJ
terdengan pada satu sisi atau pada pemeriksaan palpasi teraba lebih
dari 2 bagian besar janin dan DJJ terdengan pada 2 sisi
5. Pada pemeriksaan palpasi ibu tidak merasa nyeri
6. Tanda- tanda vital
TD : .... mmHg P : ... x/menit
N : ... x/menit S : ... x/menit
DJJ : ... x/menit
7. Pada hasil pemeriksaan labolatarium USG plasenta tertanam pada
ostium uteri internum
b. Masalah
kemungkinan masalah yang timbul pada klien dengan plasenta previa
adalah kecemasan.
c. Kebutuhan 
kebutuhan yang diperlukan pada klien dengan plasenta previa yaitu
dukungan psikologis, hidrasi, pengosongan kandung kemih, defiksasi dan
rasa nyaman.

3. Langkah III : diagnosa atau dan masalah potensial
kemungkinan diagnosa potensial yang akan timbul yaitu :
a. Pada ibu
1) Anemia
2) Perdarahan hingga syok hipovolemik (norma, 2013)
3) Infeksi
4) Inersia primer
5) Prolaps tali pusat
6) Prolaps plasenta
7) Plasenta melekat, sehinggaharus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan korekan
8) Robekan jalan lahir karena tindakan
9) Perdarahan postpartum (sofian, 2012)
b. Pada janin
1) Kelainan letak janin
2) Bayi premaur atau lahir mati (sofian, 2012)
3) Asfiksia (norma, dkk. 2013)

4. Langkah IV: tindakan segera
Jika klien terdeteksi dengan plasenta previa, segera lakukan kolaborasi
dengan dokter spesial obgyn untuk dilakukan tindakan.

5. Langkah V : intervensi
Perencanaan tindakan penanganan pada pasien dengan plasenta previa :
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
b. Beri dukungan psikologis pada ibu
c. Anjurkan ibu istirahat bedrest (tirah baring)
d. Penuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu
e. Penuhi kebutuhan personal hygien ibu
f. Atur cairan infus dan drip adona 1ampul
g. Lakukan observasi TTV, perdarahan dan DJJ
h. Berikan terapi sesuai anjuran dokter spesialis obgyn
i. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan golongan darah A sebanyak 2
kantong


6. Langkah VI : implementasi
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
b. Memberi dukungan psikologis pada ibu
c. Menganjurkan ibu istirahat bedrest (tirah baring)
d. Memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu
e. Memenuhi kebutuhan personal hygien ibu
f. Mengatur cairan infus dan drip adona 1 ampul
g. Melakukan observasi TTV, perdarahan dan DJJ
h. Memberikan terapi sesuai anjuran dokter spesialis obgyn
i. Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan golongan darah A sebanyak 2
kantong

7. Langkah VII : evaluasi
evaluasi adalah hal terakhir yang dilakukan dari proses asuhan kebidanan
dengan plasenta previa. Kemungkinan hasil evaluasi yang ditemukan :
a. Tercapainya seluruh perencanaan tindakan
b. Tercapainya sevagian dari perencanaan tindakan

8. Konsep dasar soap
a. S (subjektif)
data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya akan berhubungan
langsung dengan diagnosis.
b. O (objektif)
merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan labolatorium/pemeriksaan diagnostik.
Catatan medik dapat dimasukkan dalam data objektif sebagai data
penunjang.
c. A (asessment)
merupakan pendokumentasian analisis dan intepretasi (kesimpulan) dari
data subjektif dan objektif. Analisis data adalah melakukan
intepretasi data yang telah dikumpulkan mencakup diagnosis, diagnosis
masalah potensial serta perlunya natisipasi diagnosa/masalah potensial
dan tindakan segera.
d. P (planning)
membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan
disusun berdasarkan hasil analisis dan intepretasi data. Rencana
asuhan bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraan.

BAB 3
TINJAUAN KASUS

Pengkaijan dilakukan tanggal 06-08-2015 / Jam : 10.15 wib
Oleh : Bidan
1. Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
3.1.1 Data Subyektif
1. Identitas
Nama : Ny. A Nama : Tn. P
Umur : 30 tahun Umur : 35 tahun
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : TNI-AL
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Ds. Pacekulon RT 2 RW 3 Kec. Pace, Nganjuk


2. Keluhan Utama
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya.

3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit darah tinggi, DM,
TBC, asma, jantung dll.
b) Riwayat Penyakit Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit darah tinggi, DM,
TBC, asma, jantung dll. Dna ibu juga tidak pernah opname dan
menjalani sebuah perawatan.
c) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar.
d) Riwayat operasi
Ibu mengatakan pernah melakukan operasi saat kelahiran anak
pertamanya.
e) Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak memiliki alergi obat.




4. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Keteraturan : teratur setiap bulan
Banyaknya : hari 1-3 darah segar warna merah dan banyak, hari 4-7
darah warna kecoklatan dan
jumlahnya sedikit\
Lama haid : 5-7 hari
Keluhan : tidak ada
HPHT : Lupa


5. Riwayat obstetric yang lalu
Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan sudah menikah, ini pernikahan yang pertama, usia
saat menikah 23 tahun, lama menikah 9 tahun
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Anak pertama hamil 9 bulan, jenis persalinan SC, penolong dokter,
komplikasi letak sungsang, jenis kelamin laki-laki, BB lahir
3500gr, mendapatkan ASI selama 6 bulan, tidak ada penyulit pada
masa nifas.


6. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Trimester I
ANC priksa 2 x bidan (BPS) mendapatkan obat, vitamin dan penambah
darah
Keluhan : Mengalami ngidam yaitu perut mual, nafsu makan berkurang.
Sudah teratasi di beri obat dari bidan.
b. Trimester II
ANC priksa 2 x di BPS mendapatkan vitamin dan penambah darah
Keluhan : Tidak ada, hanya kontrol rutin
Menurut bidan yang memeriksa, ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
c. Trimester III
ANC 1 x saat ini
Keluhan : Ibu mengatakan perdarahan pervaginam, darah berwana merah
segar, tidak ada nyeri pada abdomen


d. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan merasakan pergerakan janinnya kurang dari 10 kali
dalam sehari.


7. Pola pemenuhan kebutuhan
Tanda-tanda bahaya selama hamil dan antisipasinya
Ibu mengatakan tanda bahaya yaitu pusing yang menetap dan tidak
hilang dibuat istirahat, pandangan mata kabur, bengkak pada muka
dan tangan, nyeri pada perut, keluar darah segar pada kemaluan,
gerakan anak menurun/melemah, demam tinggi, keluar air ketuban.
Jika ada salah satu atau lebih dari tanda-tanda tersebut harus
datang ke petugas kesehatan (bidan) / kerumah sakit dan karena
keluar darah segar pada kemaluan ibu datang ke bidan.
Perawatan payudara dan persiapan laktasi
Ibu mengatakan merawat payudaranya tidak disabun pada daerah
putting dan bawah putting yang menghitam,ibu membersihkan dengan
kasa yang I beri beby oil dan di tmpelkan selama 3mnt lalu mengusap
sampai bersihdan membilas dengan air hangat aga minyaknya terangkat
untuk persiapan laktasi ibu selalu memenuhi nutrisinya dengan makan
yang banyak tidak seperti makan biasanya dengan komposisi nutrisi
yang ukup,ibu juga sudah yakin bahwa bias menyusui bayinya dan
suami juga mendukung ibu untuk menusui anaknya nanti.
Imunisasi
Ibu mengatakan sudah imunisasi TT pada uk 7 bulan
Vitamin dan obat-obatan
Ibu mengatakan mengkonsumsi vitamin dan penambah darah diminum 1×1
sehari dengan air putih,penambah darah diminum malam hari ketika
mau tidur dan tidak ada efek samping apapun.
Jalan-jalan, senam hamil dan travelling
Ibu mengatakan setiap pagi jalan-jalan di samping selesai sholat
subuh selama jam,ibu tdak pernah melakukan perjalanan jauh.




Nutrisi ibu selama hamil
Ibu megataka selalu memenuhi nutrisinya, tidak tarak pada makanan
apapun, porsi ibu dalam makan 2× lebih banyak dari sebelum hamil
Tanda –tanda persalinan
Ibu mengatakan sudah tahu tanda persalinan yaitu keluar lendir
darah terus-menerus, kenceng-kenceng yang semakin sakit, keluar
rembesan air ketuban dan bila ada tanda tersebut ibu harus datang
ke bidan

8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan sebelum hamil menggunakan kontrasepsi IUD selama 7
tahun dan dilepas karena ingin memiliki anak lagi.


9. Riwayat Psiko-sosial
a. Verbal
Ibu mengatakan:
Kehamilan ini direncanakan
Rutin dalam memeriksakan kehamilannya
Suami sangat mendukung kehamilan ini
Ibu kawatir karena kelurar darah segar pada kmaluannya dan ibu
sangat cemas terhadap kondisi kehamilany dan kondisi bayi di
kandungnya.
b. Non-verbal
Ibu kooperatif dalam menjawab pertanyaan bidan dan Dari raut muka
ibu kelihatan kawatir dan cemas terhadap kandunganya.

10. Pemeliharaan Kesehatan, Penyakit dan Pengobatan Sebelum dan Selama
Hamil.
Alergi
Ibu mengatakan tidak alrgi terhadap makanan, minuman, udara, obat-
obatan, dll selama dan sebelum hamil.
Pola-pola
1. Istirahat
Sebelum Hamil : Tidur 7-8 jam/hari
Sesudah Hamil : Tidur 5-6 jam/hari, terbangun karena BAK dan
sulit tidur lagi karena badan terasa panas dan banyak keringat
2. Makan dan minum
Sebelum Hamil : Makan 3 x sehari, nasi, sayur, lauk-pauk, kadang-
kadang susu.
Sesudah Hamil : Nafsu makan biasa hanya porsi makan dikurangi
terutama nasi, banyak makan sayur.
3. Personal hygine
Sebelum Hamil : Ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian dalam 2 x
sehari
Sesudah Hamil : Ibu mandi 3 x sehari, ganti pakaian dalam 3 x
sehari.
4. Eliminasi
Sebelum Hamil : BAB 1 x/hari (pagi), BAK 4-5 x/hari
Sesudah Hamil : BAB 1 x/hari (pagi), BAK 6-8 x/hari
5. Steres adaptasi
Ibu mengatakan cemas, karena pengeluaran darah segar dari
kemaluannya dan tidak terasa sakit
6. Seksual
Sebelum Hamil : Hubungan seksual dilakukan 2-3 x dalam seminggu
atau sesuai dengan kebutuhan bersama.
Sesudah Hamil : Hubungan seksualita dilakukan 1-2 x dalam
seminggu dengan posisi pilihan ibu


11. Lingkungan yang berpengaruh
Ibu mengatakan tidak merokok, minum alcohol,ataupun minum minuman
air keras ,kopi dan tidak memnum jamu-jamuan serta tidak
mngkomsumsi obat-obatan terlarang.
Ibu mengatakan tidak memelihara binatang dan di setiap kamarnya
ada jendelaya,rumah ibu jauh dari pabrik,dan mandi dengn air PDAM.
 
2. Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Komposmentis
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 370 C
Tinggi badan : 156 cm
BB sekarang : 69 kg


2. Pemeriksaan fisik
Kepala : simertis, tidak ada benjolan abnormal, bersih.
Wajah : simetris, tidak odem, terdapat hyperpigmentasi pada
muka.
Mata : Tidak ada oedem palpebra, konjungtiva agak pucat,
sklera tidak putih, fungsi penglihatan baik.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis
Cardiorespiratory : suara paru terdebgar di seluruhlapang
paru,suara paru dan jantung normal.
Payudara : Payudara membesar, simetris kanan dan kiri, puting
menonjol, terdapa hiperpigmentasi puting dan areola, bersih, tidak
terdapat benjolan dan sudah mengeluarkan colostrum.
Abdomen : tidak ada pembesaran hepar,tidak nyeri ttekan
epigastrium.tidak aada skibala
Abdomen (obs)
Inspeksi : Membesar sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada
bekas operasi, terdapat linea nigra, ada strie livide
Palpasi : Pada pemeriksaan palpasi, perut tampak lembut dan
tegang.
L I : teraba 1 bagian lunak, kurang bulat, tidak
melenting
L II : teraba 1 bagian keras memanjang pada sisi
kanan perut ibu danbagian kecil janin pada sisi kiri ibu
L III : Teraba 1 bagian bulat, keras dan melenting,
serta dapat di goyangkan dan ada bantalan yang
menghalangi kepala masuk PAP
Auskultasi : DJJ(+), 138×/mnt, di kuadran kanan bawah dekat
pusat, dengan doopler
TFU : 30 cm
Ekstremitas atas dan bawah : simetris, akral hangat, tidakodem




A. Pemeriksaan penunjang
USG : BPD 38W, FL 37W, ( , Plasenta di corpus posterior sampai SBR
(plasenta previa parsialis)


1. Interpretasi data dasar
a. Diagnosa Kebidanan
GII PI A0 usia kehamilan 37-38 mgg dengan plasenta previa parsialis
Janin A/T/H/Intrauterin





DS : Ibu mengatakan :
hamil kedua, usia kehamilan 9 bulan
HPHT : lupa
Merasakan pergerakan janinnya kurang lebih 10 kali dalam
sehari.
Merasakan kenceng-keceng sejak usia kehamilan 7 bulan tidak
nyeri.
DO :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Komposmentis
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 370 C
Tinggi badan : 156 cm
BB : 69 kg
DJJ : 138x/menit
Palpasi leopold
L I : bokong
L II : puka
L III : kepala
TFU : 30 cm

3. Identifikasi diagnosis dan masalah potensial
Perdarahan dan syok
Insfeksi sepsis
Emboli udara
Hypoxia


4. Identifikasi dan menetapkan kebutuhan segera
Evaluasi ulang 1 minggu lagi
Cek darah lengkap
Kolaborasi


5. Intervensi
1. Jelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini dan janin serta
pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Berikan KIE pada ibu tentang bahaya dari plasenta previa
3. Jelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan untuk menangani
masalahnya
4. Pantau TTV maternal
5. Lakukan evaluasi kesejahteraan janin
6. Lakukan pemeriksaan USG, NST, Hb
7. Berikan ibu vitamin


6. Implementasi
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu ibu mengalami kelainan
letak pada letak plasenta, plasenta berada di depan jalan lahir
2. Menjelaskan tentang penyebab dari plasenta previa yaitu bisa
disebabkan oleh implantasi telur yang rendah, keadaan rahim yang
kurang baik,dapat menyebabkan bahwa plasenta harus tumbuh menjadi luas
untuk mencukupi kebutuhan janin.karena luasnya, mendekati atau
menutupi jalan lahir. Cara penanganannya karena usia kehamilan masih
belum cukup bulan maka harus dilakukan observasi secara berkala. Serta
ibu bahwa plasenta previa yang dialami ibu bisa menyebabkan anemia
bahkan syok pada ibu, gawat janin, kelahiran prematur, dan kelainan
letak pada janin. Namun, ibu dan keluarga tidak perlu khawatir karena
tenaga kesehatan yang menangani akan segera melakukan tindakan yang
tepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya
3. Menjelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan untuk menangani
masalah plasenta previa yaitu akan dilakukan operasi SC, namun tidak
dilakukan sekarang. Minggu selanjutnya akan di evaluasi ulang apa ada
pergeseran pada plasenta
4. Melakukan pemantauan TTV maternal yaitu, mengukur tekanan darah,
menghitung nadi, pernafasan, dan suhu serta mengevaluasi perdarahan
5. Mengevaluasi kesejahteraan janin yaitu memeriksa DJJ, kontraksi dan
gerakan janin
6. Memberikan vitamin untuk ibu yang berfungsi sebagai suplemen tambahan
untuk ibu dan bayinya
Tx. Fe + kalk diminum satu hari satu kali


7. Evaluasi
1. Ibu dan keluarga merasa khawatir akan keadaannya dan bayinya.
2. Ibu dan keluarga tampak paham dengan penjelasan dokter dan rasa
khawatir ibu dan keluarga sedikit berkurang.
3. Ibu dan keluarga mempersiapkan untuk proses kelahiran.
4. Ibu mulai mengatur jadwal untuk kunjungan ulang dan memeriksakan
kondisinya dan janinnya













BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan kesenjangan dan kesesuaian antara
teori dan hasil studi kasus pada pelaksanaan dan penerapan asuhan kebidanan
pada Ny. "A" dengan kasus antenatal gestasi 37 – 38 minggu dengan plasenta
previa parsialis di RS Marinir Ewa Pangalila Surabaya.
Dalam penerapan asuhan kebidanan secara teoritis yang dimulai
dari pengumpulan data, identifikasi diagnosa / masalah aktual, diagnosa /
masalah potensial, perlu tindakan segera, rencana tindakan dan
evaluasi asuhan kebidanan. Untuk mudah memahami kesenjangan dan kesesuaian
yang terjadi pada kasus tersebut diuraikan sebagai berikut :

A. LANGKAH I : PENGUMPULAN DATA
Pada tahap ini, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena
pada saat pengumulan data, baik klien, suami, maupun keluarga klien selalu
terbuka untuk memberikan informasi yang diperlukan berhubungan dengan
keadaan ibu dan perawatannya sehingga mempermudah dalam pengumpulan
data. Selain itu, didukung pula dengan adanya bantuan serta bimbingan
dari bidan dan dokter yang bertugas di RS Marinir Ewa Pangalila Surabaya
pada saat itu, sehingga penulis dapat memperoleh data yang akurat
sehubungan dengan kasus/kondisi klien tersebut.
Pada tinjauan pustaka pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnase,
pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) dan
pemeriksaan penunjang.
Pada tinjauan pustaka / teori yang disebutkan bahwa tanda gejala
plasenta previa adalah :
a. Perdarahan tanpa rasa sakit pada saat tidur atau sedang melakukan
aktivitas.
b. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih
banyak mengalami perubahan.
c. Darahnya berwarna merah segar.
d. Bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul.
e. Biasanya terjadi kelainan letak seperti letak lintang atau letak
sungsang.
Berdasarkan asuhan yang telah dilaksanakan dalam pengumpulan data pada
kasus Ny. "A" tidak didapatkan perdarahan, bagian terendah janin belum
masuk pintu atas panggul, hasil USG implantasi plasenta pada segmen bawah
rahim (SBR) menutupi sebagian ostium uteri internum (OIU).
Pada kasus Ny. "A" tidak terdapat kesenjangan pada pengumpulan data
karena pengumpulan data di sesuaikan dengan teori yang ada.

B. LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah aktual kebidanan didukung
atau ditinjau oleh beberapa data, baik subjektif objektif yang diperoleh
dari hasil pengkajian yang dilakukan kemudian analisa dan interpretasi data
maka diperoleh diagnosa atau masalah aktual sesuai teori diagnosa kehamilan
adalah amenorhoe teraba bagian janin dan terdengar DJJ sedangkan tanda
pasti dari plasenta previa adalah perdarahan tanpa rasa nyeri, berwarna
merah segar, terjadi secara tiba-tiba, umumnya pada trimester ke III, umur
kehamilan sekitar 28 minggu.
Pada inspeksi dijumpai perdarahan pervaginam encer sampai
bergumpal, pemeriksaan fisik dijumpai keaadaan bervariasi dari keadaan
normal sampai syok, keadaan umum menurun sampai koma. Pemeriksaan palpasi
abdomen janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur
kehamilan. Karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat dijumpai
kelainan janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinngi dan pemeriksaan
dalam dilkukan di atas meja operasi dan siap untuk segera mengambil
tindakan untuk menegakkan diagnosa pasti serta ditunjang dengan hasil USG :
plasenta berada di segmen bawah yang menutupi sebagian ostium uteri
internum adalah plasenta previa parsialis.
Berdasarkan data subjektif dan objektif serta ditunjang dengan hasil
USG maka dapat dikatakan bahwa diagnosa pada kasus Ny. "A" yaitu
GII P1 A0 gestasi 37 - 38 minggu, dengan plasenta previa parsialis, janin
aterm, tunggal, hidup, intra uterin, keadaan janin baik, keadaan ibu baik,
umur kehamilan sekitar 37 - 38 minggu.
Menginterpretasikan data secara khusus (spesifik) kedalam suatu rumusan
diagnosa atau masalah. Diagnosa lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang
difokuskan pada apa yang dialami oleh seorang individual, sedang masalah
yang berhubungan dengan bagaimana seseorang merugikan suatu masalah. Dalam
hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek yang telah
dilaksanakan dalam menegakkan suatu diagnosa.




C. LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Dengan adanya ancaman adanya perdarahan yang menyebabkan efek terhadap
janin diantaranya kematian dan kesakitan sangat tinggi sebagai akibat dari
perdarahan pervaginam yang hebat. Kematian perinatal atau neonatal mungkin
terjadi, pelepasan plasenta secara dini dan konsekuensi hipoksia janin
dapat mengakibatkan kelahiran janin cacat mental, cacat fisik dan dapat
mengakibatkan efek terhadap ibu seperti syok, penyakit gangguan pembekuan
darah, gagal ginjal dan ibu dapat meninggal atau hidup dengan penyakit yang
menetap, serta dapat terjadi kelainan plasenta.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian, tidak ada
perbedaan antara tinjauan kepustakaan dengan data yang ditemukan pada
kasus, di mana komplikasi yang sering muncul pada kasus plasenta previa
tergantung dari penanganannya, apabila pada kasus Ny. "A" tidak dilakukan
penanganan yang tepat maka kasus ini akan berlanjut menjadi terjadinya
perdarahan yang hebat dan dapat mengakibatkan, hipoksia janin dan syok pada
ibu yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
Pada tahap ini mengantisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi
atau yang akan dialami oleh ibu bila tidak mendapat penanganan yang
adekuat, didapat melalui pengamatan yang cepat, observasi secara akurat dan
persiapan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

D. LANGKAH IV : TINDAKAN EMERGENCY/KOLABORASI/KONSULTASI
Berdasarkan hasil USG yang telah dilakukan oleh dokter spesialis
kandungan, ibu dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya 1 minggu lagi
atau bila sewaktu-waktu terdapat keluhan maka ibu harus segera kembali,
memeriksakan darah lengkap di lab untuk antisipasi terjadinya perdarahan
sewaktu-waktu serta persiapan darah untuk transfusi bila kadar Hb kurang
dari 8 gr%, dan selalu memantau kondisi kesejahteraan ibu dan janin.
Menetapkan intervensi yang harus segera langsung dilakukan oleh bidan
maupun dokter kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita kegawatdaruratan,
kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain yang lebih ahli
sesuai dengan keadaan ibu. Pada tahap ini bidan dapat melakukan tindakan
emergency sesuai kewenagannya dan tidak ada kesenjangan antara teori dengan
asuhan.

E. LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN ASUHAN KEBIDANAN
Memberikan penjelasan tentang keadaan yang dialami oleh Ny. "A" dilihat
dari kondisi ibu saat ini dengan umur kehamilan 37 - 38 minggu, sudah
dikatakan cukup bulan. Untuk mengantisipasi terjadinya perdarahan segera
dilakukan tidakan kolaborasi dengan petugas kesehatan untuk merencanakan
melakukan tindakan seksio sesarea.
Terapi ekspektatif, dilakukan sebab keadaan umum ibu masih baik, kadar
Hb normal, tidak terjadi perdarahan, belum ada tanda inpartu, janin masih
hidup. Melakukan pemeriksaan USG secara berkala untuk mengetahui implantasi
plasenta. Memberikan konseling pada ibu untuk menghadapi kemungkinan
keadaan gawat darurat.
Dalam membuat perencanaan, ditentukan tujuan dan kriteria yang akan
dicapai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada Ny. "A" dengan plasenta
previa parsialis yaitu kondisi ibu dan janin baik, tidak terjadi perdarahan
dan TTV dalam batas normal untuk mencapai tujuan tersebut, tindakan yang
dilakukan adalah rencana terminasi kehamilan dengan cara section caesarea.
Perencanaan pada kasus Ny. "A" dan tinjauan pustaka tidak ada
kesenjangan, karena setiap perencanaan, disesuaikan dengan kebutuhan pasien
serta tujuan dan kriteria yang akan dicapai.

F. LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Langkah implementasi atau pelaksanaan asuhan di dalam manajemen
kebidanan dilaksanakan oleh bidan maupun bekerjasama dengan tenaga
kesehatan lain berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
asuhan kebidanan diupayakan dalam waktu singkat dan efektif mungkin, hemat
dan berkualitas serta sesuai rencana yang komprehensif.
Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. "A" telah dilaksanakan
sesuai rencana yaitu dilakukan terminasi kehamilan dengan cara section
caesarea.
Dalam hal ini penulis tidak menemukan permasalahan yang berarti, hal ini
ditunjang oleh pasien dan keluarganya dapat menerima semua anjuran dan
tindakan yang diberikan.

G. LANGKAH VII : EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan, pada
tahap ini teori maupun asuhan tidak ada kesenjangan yang terjadi. Dalam hal
ini, tidak terjadi hipoksia pada janin dan tidak terjadi perdarahan pada
ibu, keadaan umum ibu baik dan TTV dalam batas normal, plasenta previa
teratasi sebagian, dengan jalan tetap melakukan pemantauan berkala terhadap
posisi plasenta serta kesejahteraan ibu dan janin.
Pada tahap ini penulis dapat melaporkan bahwa pemantauan berkala yang
akan dilakukan pada Ny. "A" berlangsung 1 minggu lagi.
Setelah pada Bab IV diuraikan tentang pembahasan kasus maka, selanjutnya
akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran pada Bab selanjutnya (Bab V).


























BAB 5
PENUTUP


Setelah mempelajari teori dan konsep asuhan antenatal patologi dan
pengalaman di lahan praktek melalui studi kasus pada Ny. "A" dengan kasus
plasenta previa parsialis maka dapat ditarik kesimpulan dan saran-saran
sebagai berikut :

A. Kesimpulan
a. Kesimpulan berdasarkan 7(tujuh) langkah varney:
1. Pada pengkajian Ny. "A" didapatkan tanda dan gejala sesuai
dengan teori yaitu pada hasil USG tanggal 08-06-2015 didapatkan
kehamilan tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala, kepala
belum memasuki PAP, DJJ 132 kali/menit, plasenta di segmen bawah
rahim (SBR) menutupi sebagian ostium uteri internum (OIU), umur
kehamilan 37 - 38 minggu.
2. Diagnosa plasenta previa parsialis pada Ny. "A" didasarkan pada
hasil USG tanggal 08-06-2015.
3. Potensial terjadinya hipoksia janin dan perdarahan didasarkan
pada hasil USG tanggal 08-06-2015.
4. Kolaborasi untuk tindakan SC dengan ahli anastesi, petugas
perinatologi dan bidan.
5. Rencana tindakan disesuaikan dengan tujuan yaitu keselamatan ibu
dan bayi.
6. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan.
7. Pada Ny. "A" dilakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan yaitu observasi TTV, DJJ, kontrasi, gerakan janin tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin.


b. Pendokumentasian hasil asuhan kebidanan plasenta previa parsialis
pada Ny. "A" berdasarkan SOAP. 


B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan 
Dalam setiap melakukan asuhan berdasarkan sistematika asuhan dapat
mengidentifikasi masalah pada ibu serta melakukan tindakan dengan
cepat dan tepat
2. Bagi institusi pendidikan
Demi mencapai tujuan kebidanan yang baik perlu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan melalui jenjang pendidikan yang lebih
kepada bidan sehingga memadai untuk menunjang pelaksanaan tugas dan
tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi Pemerintah
Pengadaan sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk menunjang
pelayanan bagi kesehatan ibu dan anak baik bersifat pelayanan rutin
maupun emergency.






















DAFTAR PUSTAKA

1. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi
2. Sastrawinata, S. Obstetri Patologi. Bandung : FK Unpad
3. Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.
4. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka,
5. Prawirohardjo, S. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : PT. Bina Pustaka.
6. Maryunani, Anik, dkk, 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam
Kehamilan. Jakarta : Trans Info Media
7. Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
8. Mose,dkk 2012. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Patologi, Edisi 3.
Jakarta : EGC.
9. Sofiian, A. 2011. Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC.
10. Sofiian, A. 2011. Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta : EGC.
11. Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta :
Trans Info Media
12. Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta :
EGC
13. Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2008. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta :
EGC
14. Norma, Nita, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan
Kasus. Yogyakarta : Nuha Medika
15. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.