Presus dermanum

June 13, 2017 | Autor: Dian 'Novita' | Categoria: Medicine
Share Embed


Descrição do Produto



7

PRESENTASI KASUS
"DERMATITIS NUMULARIS"
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta



Diajukan Kepada :
dr. Aris Budiarso, Sp.KK


Disusun Oleh :
Dian Novitawati
20100310039




BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT KELAMIN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN


"DERMATITIS NUMULARIS"




Disusun Oleh:
Dian Novitawati
20100310039





Telah disetujui dan dipresentasikan pada Desember 2015


Mengetahui,
Dokter pembimbing



dr. Aris Budiarso, Sp. KK







DAFTAR ISI


HALAMAN PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II LAPORAN KASUS 6
BAB III PEMBAHASAN 8
BAB IV KESIMPULAN 10
DAFTAR PUSTAKA 11




BAB I
PENDAHULUAN

Dermatitis numularis merupakan penyakit peradangan dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk uang logam, sirkular atau lesi oval berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Gambaran klinis seperti ini merupakan gambaran khas pada dermatitis numularis, sehingga dapat menyingkirkan penyakit lainnya yang memiliki pola lesi yang sama, seperti psoriasis gutata, dermatofitosis, dermatitis kontak alergi, dermatitis atopik dan dermatitis stasis. Secara histologi, dermatitis numularis ditandai oleh dermatitis spongiotik akut atau subakut.1
Dermatitis numularis biasanya merupakan penyakit kronis. Lesi biasanya muncul kembali atau dapat bertahan untuk waktu yang lama. Dalam penelitian yang terkait, 22% pasien bebas dermatitis dalam dua tahun, 25% mempunyai periode bebas lesi berkisar antara beberapa minggu hingga beberapa tahun, dan 53 % tidak pernah bebas dari dermatitis, kecuali bila menggunakan terapi lokal.2
Sebuah survei tentang prevalensi penyakit kulit dilakukan di Amerika Serikat pada sampel lebih dari 20.000 orang yang mewakili seluruh populasi, dan yang diperiksa dengan teliti untuk penyakit kulit, hampir sepertiga memiliki kelainan kulit yang signifikan. Prevalensi dari semua bentuk eksim adalah 18 per 1000, tujuh di antaranya memiliki dermatitis atopik. Eksim tangan, eksim dyshidrotic dan eksim numularis masing-masing memiliki sekitar 2 per 1000.3
Dermatitis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria daripada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55-65 tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun. Umumnya kejadian meningkat seiring meningkatnya usia.4
Dalam kebanyakan kasus dermatitis numularis, penyebabnya tidak diketahui. Infeksi, trauma, stres emosional, obat-obatan, serosis telah dapat mungkin menjadi faktor etiologi. Obat-obatan seperti isoniazid, asam aminosalicyclic, emas, metildopa juga telah terlibat sebagai penyebab dermatitis numularis. Lingkungan dengan kelembaban rendah dapat pula memicu kekambuhan hal ini sering dikaitkan dengan kulit kering.2
Dermatitis numularis biasanya dimulai pada kaki bagian bawah, dorsum manus, atau permukaan ekstensor dari lengan. Lesi primer berbentuk koin, eritematosa, edematosa, vesikular, dan patch. Kebanyakan lesi 20-40 cm saat lesi baru muncul, lesi lama berkembang sebagai papul lesi vesikular satelit kecil muncul di pinggiran dan kering dengan plak utama. Pada kasus yang parah kondisi dapat menyebar ke patch seukuran telapak tangan atau lebih besar.1
























BAB II
LAPORAN KASUS

Pasien wanita 60 tahun datang berobat ke poliklinik kulit kelamin dengan keluhan gatal pada tangan, badan dan kaki. Pada lokasi gatal terdapat lesi berukuran sebesar koin dan apabila lesi di garuk akan terasa panas dan nyeri. Pasien mengaku sudah sering mengalami keluhan seperti ini sejak lama, tapi pasien lupa di usia berapa awalnya muncul keluhan seperti ini. Keluhan awal muncul kemerahan disertai bintil seperti digigit nyamuk, kemudian melebar dan menjadi tebal serta semakin terasa gatal. Gatal dirasakan menetap, kadang hilang timbul. Jika disentuh pada lesi akan menimbulkan rasa gatal yang sangat hebat, jika pasien memakan makanan tertentu seperti ikan dan telur, juga akan menyebabkan rasa gatal semakin bertambah. Gatal terasa berkurang apabila di kompres dengan air hangat. Pasien mengaku sudah sering berobat ke mantri tetapi keluhan tidak berkurang. Pada riwayat penyakit dahulu diketahui keluhan serupa sudah sejak bertahun-tahun. Pada riwayat keluarga tidak ditemukan penyakit serupa.
Dari hasil pemeriksaan fisik diketahui keadaan umum pasien baik dan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan kulit ditemukan UKK pada hampir diseluruh tubuh sebagian besar ekstremitas atas dan bawah terdapat papulovesikel dan plak eritem, batas tegas, bentuk bulat/melingkar dengan ukuran numular, jumlah multipel dan distribusi generalisata.




Diagnosis banding pada kasus ini adalah Dermatitis numularis, Dermatitis atopic, dan Tinea (corporis, pedis dan manus). Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis mengarah ke dermatitis numularis.
Penatalaksanaan pada pasien dapat diberikan secara sistemik dan topikal. Pasien diberikan MPS 2 x 4 mg/hari dan antipruritus Cetirizine 1 x 10 mg/hari. Pemberian topikal berupa kortikosteroid sebagai antiinflamasi, diberikan Mometason furoat krim 1%.











BAB III
PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis dermatitis numularis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada kasus ditemukan keluhan gatal pada tangan, badan dan kaki. Pada lokasi gatal terdapat lesi berukuran sebesar koin dan apabila lesi di garuk akan terasa panas dan nyeri. Keluhan seperti ini sejak lama dan jika disentuh pada lesi akan menimbulkan rasa gatal yang sangat hebat. Pada pasien didapatkan UKK pada hampir diseluruh tubuh sebagian besar ekstremitas atas dan bawah terdapat papulovesikel dan plak eritem, batas tegas, bentuk bulat/melingkar dengan ukuran numular, jumlah multipel dan distribusi generalisata.
Gejala klinis yang didapatkan dari pasien ini sesuai dengan literatur, dimana terdapat gejala gatal pada lesi, hilang timbul dan sering kambuh. Gejala gatal disebabkan adanya peningkatan jumlah sel mast pada area lesi. Pelepasan histamine dan mediator inflamasi lainnya dari sel mast kemudian berinteraks dengan saraf-saraf C yang dapat menimbulkan gatal. Gambaran klinis dermatitis numularis dapat ditemukan papul dan vesikel berdinding tipis pada dasar yang eritematus dengan lesi berbentuk koin. Pada lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3 - 1 cm) kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk lesi seperti uang logam, eritematosa dan berbatas teas. Hal ini muncul cukup cepat, dari pertemuan papul-papul kecil dan papulovesicles. Kemudian vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan. Ukuran garis tengah lesi dapat mencapai 5 cm.4
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah dengan biopsi dan uji tempel. Pemeriksaan penunjang ini sesuai dengan literatur untuk pemeriksaan penunjang pada dermatitis numularis yaitu dengan histopatologi, untuk membedakan gambaran dermatitis berbeda sesuai stadium, akut, subakut, dan kronis. Uji tempel untuk mengetahui apakah pasien memiliki riwayat alergi atau tidak, dan untuk mengetahui alergen apa yang bisa menyebabkan alergi pada pasien.4,5
Diagnosis banding pada pasien ini adalah dermatitis kontak alergika, dermatitis atopik, dan tinea (korporis, manus dan pedis). Menurut literatur dermatitis numularis dapat di diagnosis banding dengan dermatitis kontak alergika, dermatitis atopik, dan dermatomikosis (tinea). Ini merupakan diagnosis banding yang sangat mirip, karena bentuk dari lesinya yang hampir sama seperti koin, gejala yang hampir mirip, dan memiliki faktor predisposisi yang sama yaitu kulit yang kering. Pada dermatitis numularis penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai dermatomikosis.4,6
Pasien diberikan MPS 2 x 4 mg/hari dan antipruritus Cetirizine 1 x 10 mg/hari. Pemberian topikal berupa kortikosteroid sebagai antiinflamasi, diberikan Mometason furoat krim 1%. Pengobatan pasien ini sesuai dengan literatur untuk pengobatan dermatitis numularis. Prinsip pengobatan topikal yaitu bila kulit kering dapat diberikan emolien atau pelembab. Secara topikal lesi diobati dengan antiinflamasi misalnya dengan preparat ter, kortikosteroid, takrolimus atau pimekrolimus. Secara sistemik dapat diberikan kortikosteroid sistemik pada kasus berat dan refrakter untuk antiinflamasi, serta antihistamin oral atau sistemik jika pruritus parah.3,6
Prognosis pada kasus ini menurut literatur yaitu dubia ad bonam. Sesuai tanda vital, fungsi organ, dan fungsi sosial pada kasus seperti ini baik, dan komplikasi yang dapat terjadi pada kasus seperti ini adalah infeksi sekunder.1,4











BAB IV
KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus dermatitis numularis dari poli kulit kelamin pada seorang wanita berusia 60 tahun.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesia dilakukan autoanamnesis didapatkan keluhan gatal pada tangan, badan dan kaki. Pada lokasi gatal terdapat lesi berukuran sebesar koin. Keluhan hilang timbul dan kambuh-kambuhan.
Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan UKK pada hampir diseluruh tubuh sebagian besar ekstremitas atas dan bawah terdapat papulovesikel dan plak eritem, batas tegas, bentuk bulat/melingkar dengan ukuran numular, jumlah multipel dan distribusi generalisata.
Pasien diberikan MPS 2 x 4 mg/hari dan antipruritus Cetirizine 1 x 10 mg/hari. Pemberian topikal berupa kortikosteroid sebagai antiinflamasi, diberikan Mometason furoat krim 1%











DAFTAR PUSTAKA

James WD, Berger TG, Dirk ME. Atopic Dermatitis, Eczema and Noninfectious Immunodeficiency Disorders. In Andrews Disease of the Skin Clinical Dermatology. 10st edition. USA: Saunder-Elsevier; 2011.p.62-63,77.
Muhlis, et al. Nummular Dermatitis Treated With Corticosteroid and Antibiotic. Departemnt of Dermatology Medical Faculty Of Hasanuddin University . 2013.Vol 2:74-78
Jiamton S, Tangjaturonrusamee C, Kulthanan K, Clinical Features and Aggravating Factors in Nummular Eczema in Thais. In: Department of Dermatology, Faculty of Medicine Siriraj Hospital, Mahidol University, Bangkok, Thailand: 2012.p.36-37
Sri Adi S dan Suria Djuanda. Dermatitis. dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009. 148-150
Sterry W, Paus R, Burgdof WH. Dermatology. USA. Thieme : 2006. P. 197.
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology Volume 1 8th ed. USA. Gasington Road, Oxford. 2010. p. 23.9-23.10.




Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.