PROJECT AKAR[2015]

July 26, 2017 | Autor: Ardiant Yosa Hastaka | Categoria: Novel
Share Embed


Descrição do Produto

Akar

Prolog :
Suara angin ini membuatku mengingat bisikan-bisikan lembut di masa lalu. Pelan, sejuk, segar, tak peduli dari manapun arah mereka berjalan. Sesekali mereka berlari, membuat syal yang kupakai mengikuti kemanapun mereka pergi. Indah rasanya memiliki jiwa seperti mereka, yang bebas kemanapun mereka pergi. Disini aku hanya duduk terpaku, meratapi akar-akar yang keluar dari dalam batinku hingga tak mampu lagi diriku untuk bangun. Sesekali tanganku menggenggam keras ketika mereka membawa hawa dingin menembus tubuhku. Tapi hanya diam yang bisa kulakukan, mematung tak berhati.
Matahari telah memancarkan sinar jingganya. Namun tak sedikitpun aku beranjak dari tempat aku berakar. Kupeluk lututku karna hawa dingin yang tak henti-hentinya mereka bawa. Ingin aku beranjak, tapi batinku sendiri sudah tak sanggup lagi untuk bergerak. Lemah! Sesaat aku iri dengan air yang sekarang kupandangi. Mereka bebas, sama dengan temannya yang masih saja berlari-lari membawa gumpalan-gumpalan hawa dingin. Tanpa terasa sesuatu yang hangat mengalir di pipiku. Kepalaku tertunduk. Terasa berat, kesal, mengapa mereka seenaknya saja keluar. Meski kuusap dengan syal-ku tetap saja mereka mengalir menghujani wajahku. Hingga sinar jingga termakan merah, aku tetap meringkuk basah tanpa isak.



Chapter 1 : Who
Embun membisikanku nama-nama halus, membuatku terbangun pagi ini. Tanpa terasa semalaman aku tidur menggenggam handphone di tangan kiriku. Terlihat ada satu pesan masuk, sisa dari kisah semalam yang membuatku bimbang tentang diriku sendiri. Dengan berat kubuka, pesan yang panjang. Semakin kubaca, binaran mata ini berubah menjadi padam. Tiba-tiba sakit yang kurasakan pada tangan kiriku. Goresan-goresan yang membekas jelas seperti memberi sebuah sengatan. Membuat sebuah pertanyaan "Siapa" aku ini.

Hanya berjalan memandang kosong. Tak berarti apa-apa. Seakan jalan yang kulaui ini hanyalah sebuah ilusi kehampaan. Berapa kali pun aku melihat sekitar jalan ini hanyalah sebuah bayangan. Bayangan masa lampau yang tak kunjung memudar. Menyiratkan sebuah arti yang tak mengenal hati. Mengiringi langkah basah yang berarah lemah.

Sesekali aku melihat arlojiku yang retak karena benturan. hanya membuatku teringat seseorang yang telah memberiku pengalaman yang indah. Berawal dari sebuah cerita yang dia kisahkan saat itu. Sebuah ungkapan dari kekesalannya untuk orang lain yang telah menggores ikatan. Aku hanya bisa tersenyum. Saai itu aku bukanlah siapa-siapa. Saat itu juga aku bukanlah apa-apa. Hanya sebuah tiang yang tak peduli berdiri dimana. Hanyalah sebuah bola yang tak tahu menggelinding dimana. Hanyut mengikuti aliran air mata.
Cerita demi cerita dia taburkan dengan bumbu-bumbu yang dia buat. Aku hanya tertegun mendengarnya. Merasakan semakin lama dia berada didekatku membuatku lebih mudah untuk membayangkan wajahnya. Kemanapun dia pergi aku selalu ada. Entah! Kakiku ini seperti bayangan dari bayangan yang terbentuk darinya saat menabrak cahaya. Hingga saat itu tiba, dimana aku harus merasakan sesuatu yang tak tersirat dalam logika.
Apakah aku atau siapa yang ada dalam lamunan tak berujung ini. Tak bisakah lepas sejenak? Semakin lama bersamanya membuatku semakin lupa akan semua yang telah kurencanakan. Inikah yang seringkali orang-orang bicarakan? Tentang sebuah cipratan perasaan dari sebuah kebiasaan yang tergaris. Lemah kurasakan ketika aku tersadar, betapa bodohnya diriku untuk merasakan sesuatu yang hanya timbul karna terbiasa. Bagaikan sebuah pasak tanpa mata yang terus dipukul demi tertelan tanah.
Tak kusadari kini aku telah bersamanya. Bermula dari bertemu hingga kuutarakan semua di depan massa. Senang rasanya, meski hanya sesaat. Berada disampingnya membuatku terasa hangat. Berdiri bersamanya membuatku terasa lega. Tak peduli meski hujan ataupun hanya gerimis, semua bagaikan debu yang terjatuh pelan diatasku. Hingga debu-debu itu menjadi sebuah selimut lembut yang menyesakkan.
Lemah, lelah, sakit.
Siang itu aku merasakan hantaman keras dari batu yang terbentuk oleh debu. Tak masuk akal memang. Bagaimana debu dapat menjadi batu. Tapi itulah kenyataan! Kenyataan dari sebuah ilusi hampa yang menyatu.
Perpisahan yang tak masuk akal ini membuatku bertanya-tanya siapa sebenarnya aku didepanmu.
Apakah hanyalah batu?
Apakah hanyalah boneka?
Atau aku ini seperti debu yang berkumpul menjadi satu sehingga saat memuncak kau hilangkan dengan segera? Aku lelah!
Inikah garis yang selama ini aku coret tanpa pena? Pertanyaan ini terurai tak menentu didalam bayangan tiap kali aku terpejam.
Belum lepas diriku dari lamunan sesal. Melihatnya berdiri bersama seseorang yang dahulu dia kisahkan padaku membuatku semakin kehilangan mata.

Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.