Proses Berpikir Dkv Gitar Nada Istimewa

August 12, 2017 | Autor: James Darmawan | Categoria: Guitar, Electric Guitar
Share Embed


Descrição do Produto







PROSES BERPIKIR DESAIN KOMUNIKASI VISUAL: GITAR NADA ISTIMEWA UNTUK SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Andreas James Darmawan,
New Media Department
School of Design, Binus University
jln. KH Syahdan no.9 Kemanggisan Jakbar 11480
[email protected]

Abstrak

Merupakan sebuah tonggak bersejarah baru dalam peringatan seorang raja, sekaligus patriot dan pahlawan bangsa selama satu dekade, tanggal 13 April 2012, di kampus STSRI 'Asri' Yogyakarta, yang sekarang dikenal dengan Jogja National Museum (JNM), dibuka sebuah pameran karya seni bernuansa Yogyakarta-Indonesia berjudul "Negari Ngayogyakarta Hadiningrat" yang memperingati 100 tahun berpulangnya Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sebuah kehormatan besar kami para dosen School of Design mendapatkan undangan dari Prof. Dwi Marianto, selaku kurator pameran, dimana kami bertujuhbelas hadir memenuhi undangan dan turut melebur dalam kehangatan nuansa Yogya yang asri dan berseni. Bersama penulisan jurnal ini, kita diajak mengikuti proses pemikiran yang out of the box, yang mencoba untuk lebih mengukur pencapaian karya dari pada esensi logika dan teknis. Diharapakan dapat berbagi pengalaman sekaligus membuka pola berpikir baru dalam berkarya, apapun konteks dan goal karya tersebut.

Keyword :memperingati, gitar, connecting the dots, out of the box, metafora.


PENDAHULUAN

Suatu perayaan yang bersejarah, tidak hanya untuk masyarakat Yogyakarta dan/atau Indonesia, namun bagi seluruh dunia. Bahwa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang telah memberikan peranan langsung dari sebuah Kesultanan Yogyakarta ke dalam sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.

Jasanya begitu besar bagi negara kita, salah satunya : karena kesediaan Beliau lah pada tahun 1946, Yogyakarta pernah menjadi Ibukota sementara. Ketika itu Jakarta yang menjadi Ibukota Republik Indonesia terancam oleh kehadiran kekuasaan Belanda yang ingin merebut kembali RI ini kedalam kekuasaan penjajahan.


Logo Pameran Negari Ngayogyakarta Hadiningrat (sumber :katalog pameran)

Dan ketika Yogyakarta menjadi Ibukota sementara RI, banyak tokoh masyarakat termasuk seniman datang ke Yogyakarta.Sejak masa itulah sampai sekarang Yogyakarta menjadi salah satu pusat seni terbesar Indonesia.Hal ini dapat terjadi karena faktor geografis dan historis Yogja yang memang telah lama menjadi pusat sosial, politik, dan perdagangan yang multi-kultural.Demikianlah mengapa dunia seni begitu pesat berkembang di Yogyakarta sampai sekarang.

Bagi Sri Sultan HB IX sendiri, yang memiliki karakter yang khas Yogyakarta yang patriotis, Yogyakarta diarahkan Beliau untuk membuka diri pada dunia, sehingga menjadi pusat pembelajaran dan pertemuan seni, baik bagi Indonesia maupun dunia. Dengan demikian untuk mengenang jasa dan nama harum Beliau, segenap masyarakat Yogyakarta dan Dunia bersatu-padu turut mewujudkan dan turut mensukseskan pameran "Negari Ngayogyakarta Hadiningrat" ini, yaitu sebuah pameran mengenang Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada 100 tahun dari tanggal kelahirannya, yaitu tanggal 12 April 1912.

Pameran "Negari Ngayogyakarta Hadiningrat" yang diadakan tanggal 13 sampai 27 April 2012 di Gedung Utama, Jogja National Museum (JNM) ini, memamerkan potensi dan buah karya yang artistik, baik secara gamblang maupun simbolik, semua merepresentasikan sifat keistimewaan dan ciri khas Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebanyak 124 seniman menerjunkan karya-karyanya serta membagikan pesan yang tersirat dalam satu semangat mengenang jasa mediang Sri Sultan HB IX. Baik seniman senior maupun seniman muda yang lolos kurasi Prof. Dwi Marianto, seorang guru besar Institut Seni Indonesia - Yogyakarta, dapat menjadi bagian dari pameran yang bersejarah ini, sebab pameran ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X selaku Sultan Keraton Daerah Istimewa Yogjakarta saat ini.

Tentunya banyak karya yang luar biasa dalam pameran ini, terdapat sekitar seratus orang seniman, baik yang diundang maupun yang berpartisipasi melalui kompetisi.Dikutip dari katalog pameran, para seniman yang berkarya adalah mereka yang lahir, dibesarkan, berkarya, atau yang karyanya bersubyek tentang Yogyakarta.Prestasi seninya secara signifikan memberi kontribusi bagi dunia seni di Yogyakarta dan tentu dampaknya bagi pengembangan seni di Indonesia.

Kehadiran Sultan Hamengku Buwono X, pada sekitar pukul 20.00 wib, begitu hangat dan dekat dengan kita, tanpa diiringi oleh tubuh berotot dan kacamata hotam bodyguard. Hal ini membuat sambutan oleh Ketua Pameran, Sapta 'Athonk' Raharjo segera dimulai. Selain dari pada itu, sambutan berlanjut dari kurator pameran yaitu Bpk. M. Dwi Marianto, kemudian dari seorang tokoh kolektor lukisan Dr. Oei Ong Djien, dan ditutup dengan seremonial pembukaan pameran oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan didampingi pula oleh pelukis senior I Nyoman Gunarsa yang mempersembahkan sketsa wajah dari Sri Sultan Hamengku Buwono X.


Pendaftaran masuk pameran (sumber : dokumentasi Barry Carvey)

Dalam katalognya Bpk. M. Dwi Marianto, juga menyampaikan pameran ini menggelar rasa Yogyakarta, yaitu suasana kehidupan yang multi- dan interkultural, yang memiliki potensi-potensi nan dinamis, yang sejauh ini telah secara istimewa memberi kontribusi bagi dunia seni Indonesia. Seni visual adalah salah satu dar i beberapa cabang seni yang hidup subur baik dan pesat di Yogyakarta, telah mewarnai perwajahan dan karakter seni visual Indonesia; didinamisasi oleh sejumlah besar seniman yang lahir di Yogyakarta, dan yang datang dari berbagai daerah - dalam dan luar negeri. Ada semangat kompetitif, eksploratif dan adventuris di kalangan perupa yang berkarya di Yogyakarta; berkarya dengan estetika yang beragam : dari yang tradisional, bernuansa 'ndeso', konvensional, non-konvensional, sampai yang modern, dan konseptual; dari yang aneh, absurd, sampai spektakuler. Medianya pun telah begitu beragam, seperti: batik, terakota, keramik, lukisan, grafis, patung, video, film, animasi, instalasi, seni dari benda-benda temuan, seni di situs spesifik, performance art,
digital print, wayang, mixed media, dan lain-lain. Kebebasan untuk mengeksplorasi media, teknik, cara pandang, kemungkinan, persepsi, paradigma dan wilayah virtual seni adalah salah satu cara untuk menjadi kreatif-produktif.


Kunjungan Prof Dwi Marianto kepada seniman Nasirudin (Sumber : dokumentasi panitia Pameran)

Salah satu yang juga menggoda dan patut disoroti adalah sebuah karya seniman muda yang bernama Karyadi.Dalam kesempatan ini, Karyadi mengkaryakan sebuah gitar yang sangat istimewa.Sebuah gitar yang berudul 'Nada Istimewa' ini berukuran 105 x 37 x 6cm dan terbuat dari gitar listrik asli dengan modifikasi bentuk body dengan molding kayu dan finishing cat duco.Modifikasi bentuk karya seni gitar ini menjadi istimewa karena bentuknya diubah menjadi emblem atau logo Kesultanan Yogyakarta itu sendiri.Logo Kesultanan yang memiliki nilai historis, berubah menjadi sangat modern dengan dikawinkan pada gitar listrik, namun unsur nilai yang terkandung didalamnya tetap mengandung unsur historis yang sangat tinggi.

METODE BERPIKIR DALAM KARYA GITAR 'NADA ISTIMEWA'

Penulis mencoba untuk melakukan metafora terhadap proses berpikir seniman pembuat karya dengan proses berkarya dalam desain komunikasi visual. Untuk itu penulis melakukan pembahasan terhadap proses berkarya seniman sebagai metode penelitian, dalam desain komunikasi visual sebagai hasil dan pembahasan penulisan jurnal.

Seniman muda Karyadi sendiri, pada saat ini baru memiliki satu penghargaan sebelumnya, yaitu pada tahun 2010, Karyadi mendapatkan penghargaan karya terbaik dalam pameran bersama Jambore Nasional "Karya Tunas Nusantara" di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Namun dalam peristiwa yang bersejarah ini, Karyadi menuangkan segenap hobinya bermain, mengoleksi dan membuat gitar listrik kedalam suatu titik puncak kekaguman dan penghormatannya kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX.


Sri Sutan Hamengkubuwono X melihat gitar 'Nada Istimewa' (sumber : dokumentasi panitia pameran)

Melalui karya gitar "Nada Istimewa" ini, Karyadi berharap dapat meneruskan semangat patriotis dari Sri Sultan HB IX, dalam bentuk perjuangan yang lebih relevan dan modern untuk jaman sekarang. Yakni perjuangan mempersatukan bangsa dalam lantunan lagu dan nada sehingga menciptakan atmosfir seni yang penuh dengan semangat positif dan membangun bangsa negara dengan sentuhan seni musik.


Gitar 'Nada Istimewa' (sumber : dokumentasi Joelianto)

Tentu proses pemikiran ini menggunakan metode connecting the dots milik Steve Jobs, almarhum pendiri Apple Corporation. Dalam metode ini, Jobs berkarya dalam hidupnya dengan merangkai segala pengalaman dan kelebihan yang dia alami. Baik pengalaman yang manis maupun pahit, semuanya diambil hikmah positifnya dan dirangkai dalam sebuah bentuk karya yang non-sequentiality (melompat keluar dari kerangka referensi atau bekerja dari beberapa titik dan menghubungkan mereka bersama-sama). Nah sama halnya dengan Karyadi, Karyadi mencoba membangun kembali semangat berkarya anak muda bangsa dalam kepribadian apa adanya. Bangga terhadap budaya dan sejarah Yogyakarta, Karyadi mengambil rangkuman bentuk yang bisa menjelaskan semuanya itu.Maka logo D.I.Y. lah yang menjadi pilihannya.Dengan menampilkan logo, terlahirlah semangat yang kembali berkobar dan menyatukan passion dalam berkarya bagi negeri Indonesia khususnya Yogyakarta.


Detail gitar 'Nada Istimewa' (sumber : dokumentasi Nick Soedarso)

Selain itu ada pula metode berpikir out of the box, atau berpikir di luar kotak (juga disebut berpikir di luar alun-alun bagi seniman Yogya) adalah berpikir secara berbeda, tidak biasa, atau dari perspektif baru.Ungkapan ini sering merujuk pada pemikiran lateral dari Edward De Bono yang membedakan cara berpikir ini dari berpikir vertikal.Berpikir vertikal adalah cara berpikir yang tradisional atau logis.Berpikir vertikal melihat solusi melalui pandangan yang wajar dari masalah atau situasi dan bekerja melalui itu, umumnya dalam jalur yang paling biasa terpilih (umum). Di sisi lain, berpikir lateral menunjukkan bahwa pemecah masalah dengan cara mengeksplorasi berbagai pendekatan solusi yang menantang, bukan sekedar menerima solusi umum yang tampaknya paling potensial.


Tampak bawah gitar 'Nada Istimewa' (sumber : dokumentasi Barry Carvey)

Dalam keterkaitannya dengan proses pemikiran lateral, Karyadi juga mengambangkan sebuah metode pemikiran yang berbedaan antara berpikir lateral dan berpikir vertikal dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Antara lain alternatif dalam pemilihan jenis gitar (listrik atau akustik) serta material bahan (resin, akrilik, atau kayu) yang masing-masing memiliki teknik pembuatan yang berbeda sesuai dengan karakter materialnya. Selanjutnya Karyadi juga memasuki proses seleksi (terutama dalam membari konsep dan judul, sebisa mungkin singkat namun memiliki arti yang dalam).

Proses pemikiran yang justru sangat tampak adalah proses berpikir metafora. Dalam karya gitar 'Nada Istimewa' ini, Karadi tidak hanya memberi sebuah bentuk yang indah, namun juga membarikan fungsi sebagai gitar pada kodratnya yang seharusnya.Dalam hal ini Kayadi segaja memilih sebuah gitar listrik guna dapat dimainkan dalam skala panggung.Diharapkan buah pemikiran metafora yang menggabungkan logo D.I.Y. sendiri dapat menjadi sebuah jawaban bagi kebutuhan instrumen yang menyatukan kembali semangat berkarya kaula muda dalam memperingati sekaligus meneruskan semangat patriotik dan panutan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

HASIL DAN PEMBAHASAN DALAM BERKARYA DKV

Dalam kaitannya dengan proses berkarya sebuah desain komunikasi visual, karya gitar 'Nada Istimewa' ini dapat menjadi sebuah panutan pola pikir yang baik. Proses berkarya dalam desain komunikasi visual memang berbeda dengan proses berkarya dalam seni. Desain komunikasi visual yang notabenenya merupakan seni terapan memang memiliki dasar hakiki pemenuhan kebutuhan industri yang terkait.Lebih dari sekedar karya ekspresi. Namun, pada dasarnya kedua karya seni ini memiliki kaitan akar yang sama. Baik desain maupun seni memiliki tujuan dalam proses penyampaian pesan. Hal ini yang menjadi dasar kenapa kita bisa berpanut pada proses berkarya seni gitar 'Nada Istimewa' ini.

Proses berpikir out of the box sangat menentukan dalam pembuatan sebuah karya desain. Proses lateral ini yang menjadi ujung tombak dalam menghasilkan sebuah karya yang bersifat difrensiasif. Dalam proses pemikiran ini, seorang desainer dapat mengembangkan pola alternatif yang banyak. Semuanya diambil secara sporatif dan spontan. Proses ini biasa diterapkan dalam proses brainstorming. Hal ini dapat dipraktekkan dengan eksperimen untuk melepaskan proses pikir kita pada topik tertentu dengan cara menulis dan menyoretkan ide-ide bebas pada sebuah kertas. Ternyata proses ini dapat membuat kita terkejut dengan hasil lompatan ide kita sendiri yang tertulis dalam kertas. Dengan limitasi waktu tertentu, proses lateral self-brainstorming ini harus dibiarkan liar, ikuti dan tulis semua lompatan kata atau imaji yang terlintas dalam benak kita. Hal ini dilakukan agar otak kita memiliki keleluasaan untuk mengutarakan idenya. Ide unik disambut hangat, ide yang biasa pun mendapat porsi yang sama. Dengan demikian semua lompatan ide berkontribusi secara penuh dan adil.

Selain dari pada memasukkan metode berpikir out of the box didalam karya desain, melalui karya gitar Karyadi ini, kita juga dapat melakukan sebuah metode pola pikir yang bersifat connecting the dots. Pendekatan yang seperti ini dapat dicapai dengan bentuk mempelajari esensi dari brief klien. Dalam memahami ini, kita perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang terkait, diantaranya :target audience, unique selling preposition (USP), dan analisis SWOT.

Target audience biasanya terbagi menjadi segmentasi demografi, psikografi, dan geografi. Kaitan demografi pada target lebih kepada segmentasi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi. Demografi menggambarkan profil dari segmen pasar tertentu.Sedangkan faktor segmentasi psikologi menyangkut personality, behavior dan lifestyle.Psikografis merupakan ciri-ciri sikap orang menunjukkan dalam pendekatan mereka untuk hidup.Untuk geografi biasa terbagi menjadi masyarakat perkotaan, pedesaaan, dan suku pedalaman. Ketika target audiens diidentifikasi, maka kita memiliki batasan untuk pertimbangan crusial tentang bagaimana menyampaikan pesan dalam komunikasi visual kita.

USP sendiri adalah konsep pemetaan (positioning) image branding di benak konsumen, setiap komunikasi visual harus membuat pemetaan tersebut untuk konsumen. Bukan hanya kata-kata, bukan hanya iklan produk, namun komunikasi visual harus bisa membuat serangkaian pesan (visual) yang membangun citra brand dari produk kepada pembaca masing-masing: "Dengan memiliki produk ini, Anda akan mendapatkan manfaat tertentu."

Analisa yang sudah lama dipakai adalah analisa SWOT ini. SWOT sendiri merupakan singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats. Kalau kita telaah, masing-masing meluputi analisa yang bersifat positif dan negatif, serta dalam ranah internal dan eksternal.Faktor pertimbangan yang bersifat positif adalah stregth dan opportunity namun untuk stregth lebih kepada menganalisis secara internal dan opportunity secara eksternal. Untuk analisis dari faktor negatif adalah weakness untuk bagian internal, dan threat untuk bagian eksternal. Untuk itu metode analisa ini tetap bertahan sepanjang tahun, hal ini mungkin karena area SWOT sendiri mencakup segala faktor (minimal sampai saat ini) yang perlu dipertimbangkan.Pada prosesnya, pengguna analisis SWOT perlu bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menghasilkan informasi yang berarti untuk setiap kategori (kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman) untuk memaksimalkan manfaat dari evaluasi ini dan menemukan keunggulan kompetitif mereka.

Dari brief klien ini, barulah kita para desainer menentukan strategi komukasi yang seperti apa yang harus kita buat. Tentunya strategi ini berdasarkan connecting the dots dari semua faktor diatas.Rumusan dari strategi komunikasi ini adalah berupa big idea.Big idea ini merupakan sebuah kalimat yang dikemas menarik namun mengandung banyak makna. Setelah penentuan big idea, proses desain komunikasi visual berlanjut pada pemilihan keyword (kata kunci) yang akan dipakai sebagai acuan strategi desain dan visual. Barulah setelah itu proses pembuatan desain dapat dilakukan dengan lebih mudah dan terarah.

"Desain adalah sebuah rencana yang dihasilkan untuk menunjukkan tampilan dan fungsi atau komunikasi. Sebuah desain yang baik dapat membantu pembaca memahami informasi yang rumit. Pemikiran konsep desain berdasarkan tujuan atau perencanaan yang berdasarkan fakta, objek dan tindakan."
- Oxford Dictionaries -

Seperti definisi diatas, desain sendiri merupakan sebuah proses. Dalam pembuatannya, proses mendesain sering kali mendapat hasil yang termetode dengan berbagai konsep dan dilakukan berdasarkan skill yang mendukung. Dari proses inilah sebuah karya desain dapat menjadi mencapai keselarasan antara konsep dengan hasil visualnya. Untuk itu, secara fundamental perlu dilakukan metode olah ide yang terbagi menjadi tiga proses.

Ketiga proses itu adalah :
- proses realisasi ide (yang terdiri dari : elemen seni dan semiotik),
- proses visualisasi (yang terdiri dari : elemen desain dan prinsip desain) serta
- proses atraksi visual (yang terdiri dari : mimesis, gestalt dan anomali)

Proses pendekatan dari sisi elemen seni yang dimaksud disini, mencakup proses visualisasi, konsep dan aplikasi seni dalam menentukan arah pembuatan sebuah desain. Proses ini diperlukan untuk menyampaikan pesan dalam sebuah desain yang akan dibuat. Proses visualisasi dapat dicapai dengan menentukan elemen seni, sbb :
Form : pembentukan layout, craftmanship, originalitas.
Content : big idea, keyword, positioning statement, headline / subhead, bodycopy dan tagline.
Context : ruang, instalasi, lokasi, waktu, suasana, budaya dan mandatoris.

Dengan proses ini, sebuah proses pembuatan karya seni akan mudah dicapai. Namun dalam dunia desain, yang notabene memiliki unsur terapan didalamnya. Pendekatan mendesain perlu disinergikan lagi dengan proses yang disebut dengan semiotika. Setelah menentukan ketiga elemen tersebut, ketiganya disinergikan dengan proses semiotika, adalah :
Semantik : bahasa visual yang mendukung sebuah nuansa.
Sintaktik : sistem visual yang selaras.
Pragmatik : peletakan visual yang bersinergi.

Kolaborasi kedua unsur diatas menjadi sinergi yang saling terkait. Form berkaitan dengan semantik, content berkaitan dengan sintaktik, dan context berkaitan dengan pragmatik. perbedaan kedua unsur tersebut adalah pendekatannya. Elemen seni (form, content dan context) mengambil sisi real, sedangkan semiotik lebih menekankan abstraksi proses pemikiran. Setelah memiliki sinergi dalam proses realisasi ide, barulah semuanya diterapkan dalam proses visualisasi.

Peleburan elemen desain (titik, garis, bidang, warna dan tekstur) dan proses pencapaian prinsip desain (balance, emphasis, unity, rhythm, depth) menjadi ujung tombak dari proses visualisasi. Sebuah realisasi ide perlu didukung dengan skill yang meleburkan unsur visual ini menjadi selaras dengan hasil realisasi.

Yang termasuk dalam elemen desain adalah :
Titik : sebuah point yang tercipta dari satu ketukan alat visual.
Garis : merupakan kelanjutan dari titik yang menjadi elemen baru ini.
Bidang : berupa garis yang menyatu, memberi batas dan menjadi bentuk baru.
Warna : merupakan proses kelanjutan dari bentuk yang memberi nuansa baru.
Tekstur : menampilkan sensasi real yang tiga dimensi.

Sedangkan yang termasuk dalam prinsip desain adalah :
Balance : sebuah prinsip keseimbangan dalam layout desain.
Unity : sebuah benang merah yang menyatukan bentuk keseluruhan visual.
Emphasis : prinsip hirarki yang menjadi urutan penekanan tertentu.
Depth : permainan volume visual dengan tone gelap terang.
Rhythm : Sesasi irama dalam peletakan elemen dalam layout desain.

Sebagai sentuhan terakhir, pendekatan mimesis dan gestalt yang juga ketiganya sangat diperlukan guna menciptakan daya tarik lebih dalam sebuah desain.

Mimesis merupakan bentuk pendekatan seni yang telah berkembang sejak jaman klasik.Pendekatan seni ini awalnya menjadi sebuah kekurangan dari sebuah seni itu sendiri.Plato dalam filsafatnya menyatakan bahwa tidak ada seni yang seindah objek aslinya. Dari satu sisi pernyataan tersebut memang ada benarnya, namun disisi lain justru berlawanan. Seperti yang dikatakan Gombrich, bahwa seni sangatlah konseptual.Gombrich menyimpulkan, walaupun seni selalu mengejar mimesis, namun dalam metode pencapaian hasil mimesis tersebut, diperlukan sebuah usaha besar.Sehingga usaha tersebutlah yang membuat nilai sebuah karya seni menjadi tinggi.

Gestalt menjadi sebuah sentuhan yang menarik karena dalam sebuah proses desain, gestalt lebih memiliki pengalaman dalam bermain dengan batasan empirik (indrawi). Melalui proses ini, sebuah desain seakan mendapat stimulus yang menjadikannya unik dan berkesan. Pendekatan gestalt ini terdiri dari :
closure : prinsip empirik yang menyempurnakan visual.
continuity : proses empirik yang mengikuti arah.
similarity : proses empirik yang menerima kesamaan yang berpola.
proximity : proses empirik yang menilai secara garis besar visual.
figure and ground : permainan dua sisi visual dari dua cara pandang.

Untuk memasukkan nilai metafora sendiri, dapat belajar dari gitar 'Nada Istimewa' memiliki unsur local content yang kuat.Walaupun unsur lokalnya lebih sempit yakni berwawasan Yogyakarta saja, namun dalam pengambilan unsur tersebut patut kita jadikan contoh.Dalam berkarya desain, sering kali kita lupa mengaitkan unsur budaya lokal Indonesia. Lebih berfokus pada pemenuhan visual semata dalam peyampaian pesan sesuai brief klien, dengan mengkaji karya seni gitar ini, kita dapat membuka mata kita untuk kearifan dan dorongan untuk menjadikan karya desain kita 'membumi' bahkan 'berakar' budaya Indonesia yang kuat.

Penyuguhan karya berunsur lokal ini bukan kemata meletakan sebuah ornamen pada karya desain terkait, namun lebih kepada penyampaian pesan dengan pendekatan filosofis dan kultur dari budaya setempat, yang tentunya 'nyambung' dengan brief klien dalam menyampaikan pesannya. Nah dalam proses visualnya, barulah kultur dan filosofis tersebut diupayakan untuk memperoleh bentuk visual yang pas. Jelas lebih repot memang dalam mengambil metode berkarya desain local content ini, sebelumnya kita harus mengerti inti pesan yang mau disampaikan dalam komersial produk tertentu, serta menyambungnya dengan esensi folosofis budaya yang berkaitan. Hal ini tentu memerlukan waktu dan tenaga lebih dalam pencapaiannya.

Sebuah kekuatan dalam berkarya merupakan penyampaian pesan yang terkandung didalamnya.Namun metode penyampaiannya lah yang menjadi ujung tombak dalam menjadikan karya tersebut spektakuler atau tidak. Dalam berkarya desain, penyampaian pesan yang dimaksud bukanlah selalu disampaikan secara tersurat / denotatif, namun pesan sebuah desain akan lebih menarik bila di sampaikan secara tersirat / konotatif. Penyampaian yang seperti ini meliputi unsur visual dan verbal. Unsur visual dapat menggunakan sebuah ilustrasi dan/atau fotografi, namun dalam pendekatannya dapat berupa stilasi (penyederhanaan bentuk) yang terdiri dari : simbolik (pemaknaan sebuah bentuk), iconik (sebagai elemen visual navigasi) dan pictogram (sebuah stilasi yang menjadi sebuah budaya).

PENUTUP

Belajar dari karya seniman Karyadi, seniman muda Yogyakarta dengan karyanya gitar 'Nada Istimewa' pada pameran "Negari Ngayogyakarta Hadiningrat" yang diadakan tanggal 13 sampai 27 April 2012 di Gedung Utama, Jogja National Museum (JNM) ini dapat membuka mata kita tentang alternatif proses berpikir yang terlepas dari metode linear. Selain dari pada itu, dalam mendalami proses karya gitar ini, kita dapat menarik beberapa faktor yang menarik.

Dalam proses komunikasi sendiri terdapat proses yang menghubungkan antara pihak komunikator dan dengan pihak target audience. Seorang desainer yang memiliki peran komunikator (secara visual) harus menemukanproses encoding yang tepat guna bisa diaplikasikan dalam media dan mudah dalam proses decoding bagi target audience, sehingga target audience dapat mengalami proses AIDA, yaitu : awareness, Interest, desire, dan bahkan sampai tahap action. Untuk itu proses berpikir dari connecting the dots, out of the box, sampai pada metafora sangat diperlukan.

Bagi pembaca yang ingin melihat dan mengetahui keberadaan terakhir dari karya seni gitar 'Nada Istimewa' ini berada pada kolektor bernama James Darmawan, seorang dosen dari Universitas Binus - Jakarta. Sebelum pengirimannya, panitia pameran "Negari Ngayogyakarta Hadiningrat" ini sendiri, merencanakan untuk meminjamkan gitar ini untuk dimainkan pada hari penutupan pameran oleh Sawung Jabo, seorang pemusik senior gitar yang khas Yogyakarta. Untuk itu panitia mengajukan permohonan terlaksananya rencana penggunaan gitar ini kepada kolektor. Dari rencana kolektor, gitar "Nada Istimewa" ini akan dititipkan kepada perwakilan keluarga pemilik Museum Ullen Sentalu, Kaliurang - Yogyakarta, yang bernama Daniel Haryono. "Kebetulan kami sedang membuat bangunan baru bernuansa kontemporer, untuk mengkoleksi semua penulisan ilmiah tentang Kraton Yogyakarta, mungkin gitar 'Nada Istimewa' ini akan kami pajang disana. Juga sudah ada pemikiran untuk gitar ini dipamerkan keluar pada acara rutin Asia 3 di bulan Oktober."

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (2002). Psikologi Sosial. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Brockmann, Josef Muller. (1981). Grid Systems in Graphic Design/Raster Systeme Fur Die Visuele Gestaltung. Germany: Niederteufen.
Bukhori, Muhammad, dkk. (2005). Azas-Azas Manajemen. Adtya Media, Jogjakarta.
Danesi, Marcel. (2004). Messages, Signs and Meaning: A Basic Textbook in Semiotics and Communication Theory. Ontario: Canadian Scholar's Press Inc.
Grefe, Richard. (2000). (Form+Content+Context) Time = Experience Design. AIGA Journal for the Network Economy (Online), Volume 1, number 1.
Hashimoto, Alan and Mike. (2009). Design Fundamentals: A Digital Approach (Third Edition). Boston, USA: Course Technology PTR.
McDermott, Catherine. (2007). Design: The Key Concepts. New York: Routledge.
Rustan, Surianto. (2009). Mendesain LOGO.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Samara, Timothy. (2007). Design Elements: A Graphic Style Manual. Beverly, USA: Rockport Publishers.
Sarwono, Sarlito. (2005). Teori-Teori Psikologi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Schramm, Wilbur. (1954). The Process and Effects of Communication. Urbana,USA: University of Illinois Press.
Tinarbuko, Sumbo. (2010). Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta, Indonesia: Percetakan Jalasutra.
Wertheimer, M. (1959). Productive Thinking (Enlarged Ed.). New York, USA: Harper & Row.
Wheeler, Alina. (2003). Designing Brand Identity: A complete guide to creating, building and maintaining strong brands. New Jersey: John Wiley & Sons.
2


Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.