Psiko Eksistensial

September 12, 2017 | Autor: M. Ma'ruf el Munir | Categoria: Psikologi
Share Embed


Descrição do Produto











Nama : M. Ma'ruf El Munir
Fakultas : Ilmu Sosial Humaiora
Prodi : Psikologi
NIM : 14710005
Mata Kuliah : Dasar Dasar Psikologi
Tema : Psiko Eksistesnsial







Asal Psiko Eksistensial
Viktor Emil Frankl dilahirkan di Wina pada tanggal 26 Maret 1905 dari keluarga Yahudi kelas menengah masyarakat Austria. Dari tahun 1942 sampai 1945, Frankl menjadi tawanan di kamp konsentrasi Jerman, dimana orang tuanya, saudara laki-lakinya, isteri dan anak-anaknya mati. Pengalaman mengerikan di kamp konsentrasi tidak pernah hilang dari ingatannya, tetapi dia bisa menggunakan kenangan mengerikan itu secara konstruktif dan tidak mau kenangan itu memudarkan rasa cintanya dan kegairahannya untuk hidup.
Di kamp konsentrasi yang dibangun oleh Nazi itu, Frankl banyak belajar tentang makna hidup, dan lebih spesifik lagi makna penderitaan. Ia pun mempraktekkan psikoterapi kelompok bagi sesama tawanan guna membantu mereka dalam mengatasi kesia-siaan, keputusasaan, keinginan bunuh diri dan berbagai kondisi patologis yang ia duga bersumber pada pengalaman kegagalan menemukan makna. Bagi Frankl, pelajaran dan praktek di dalam kamp konsentrasi memperkaya hasil studi formalnya dan menjadi bekal yang amat berharga dalam kehidupan profesinya sebagai teoritisi dan praktisi psikoterapi di kemudian hari.
Pengalamannya menjadi penghuni kamp konsentrasi ditulis dalam buku from Death Camp to Existensialism, kemudian judulnya diubah menjadi Man's Search for Meaning, yang menjadi best seller di Amerika Serikat. Buku ini seakan-akan menjadi pembuka bagi logoterapi untuk masuk dan berkembang di Amerika Serikat dan menyebar ke negara-negara lain, serta akhirnya mendunia sebagai salah satu aliran dalam psikologi atau psikiatri modern.

Konsep Dasar Psikologi Frankl
Hidup memiliki makna dalam semua keadaan
Motivasi utama untuk hidup adalah keinginan kita untuk menemukan makna hidup.
Kami memiliki kebebasan untuk menemukan makna dalam apa yang kita lakukan, dan apa yang kita alami, atau setidaknya dalam berdiri kita ambil ketika dihadapkan dengan situasi penderitaan berubah. 

Landasan teori kepribadian Logoterapi bercorak eksistensial – humanistik. Artinya Logoterapi mengakui manusia sebagai makhluk yang memiliki kebebasan berkehendak sadar diri, dan mampu menentukan apa yang terbaik bagi dirinya sesuai julukan kehormatan bagi manusia sebagai the self determining being. Selain itu manusia memiliki kualitas – kualitas insani (human qualities), yakni berbagai potensi, kemampuan, bakat, dan sifat yang tidak terdapat pada makhluk – makhluk lain, seperti kesadaran diri, transendensi diri memahami dan mengembangkan diri, kebebasan memilih, kemampuan menilai diri sendiri dan orang lain, spiritualitas dan religiusitas, humor dan tertawa, etika dan rasa estetika, nilai dan makna dan sebagainya.
Teori kepribadian ini bukan berorientasi masa lalu (past oriented) seperti halnya psikodinamik atau kini dan di sini (here and now), seperti pada pandangan behavioral, melainkan berorientasi pada masa mendatang (future oriented), karena makna hidup harus ditemukan dan hidup bermakna benar – benar sadar dan sengaja dijadikan tujuan, diraih, dan perjuangkan.
Logoterapi menggambarkan manusia sebagai kesatuan yang terdiri dari dimensi-dimensi somatic (ragawi), psikis (kejiwaan), dan spiritual (kerohanian) : unitas bio-psiko-spiritual. Hal penting dan orisisan pada logoterapi adalah secara eksplisit memasukkan spiritualitas sebagai salah satu determinan dalam system dan struktur kepribadian. Namun, di lain pihak Frankl tidak secara eksplisit memasukkan unsure sosial-budaya sebagai determinan kepribadian. Diduga unsure ini dianggap secara implicit terangkum dalam dimensi kejiwaan. Mengingat besarnya pengaruh kondisi lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya pada perkembangan kepribadian manusia.
Struktur teori kepribadian model logoterapi terdiri dari unsur-unsur internal, eksternal dan transcendental yang saling berkaitan dan pengaruh-memperngaruhi. Unsure internal adalah seluruh potensi (antara lain bakat dan kemampuan), sarana (raga, jiwa, rohani), dan daya-daya pribadi (insting, daya piker, emodi), kualitas-kualitas insane (human qualities), dan kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning) serta kemmapuan menentukan apa yang terbaik bagi dirinya (self determining being) yang ada pada diri manusia. Unsure eksternal yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian adalah kondisi lingkungan alam sekitar dan situasi masyarakat serta norma-norma dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di tempat seseorang menjalani kehidupan sehari-hari. Unsur transcendental adalah kemmapuan manusia untuk mnegtaasi kondisi kehidupan saat ini dan menentukan apa yang diinginkan dengan memanfaatkan daya-daya imajinasi, will power, kemampuan merencanakan, dan menetapkan tujuan, serta mengambil sikap baru atas kondisi (tragis) saat ini.
. Konsep Tentang manusia
Frankl menggunakan istilah analisis eksistensial sebagai persamaan kata dari logoterapi. Kata logos dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan.
Teori tentang kodrat manusia dalam Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling menopang, yakni:
a. Kebebasan berkeinginan (freedom of will)
Pandangan Frankl menentang pendirian dalam psikologi dan psikoterapi bahwa manusia ditentukan oleh kondisi biologis, konflik-konflik masa kanak-kanak, atau kekuatan lain dari luar. Ia berpendapat bahwa kebebasan manusia merupakan kebebasan yang berada dalam batas-batas tertentu. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki keterbatasan dalam aspek ragawi, aspek kejiwaan, aspek sosial budaya dan aspek kerohanian. Kebebasan manusia bukan merupakan kebebasan dari (freedom from) bawaan biologis, kondisi psikososial dan kesejarahannya, melainkan kebebasan untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) secara sadar dan menerima tanggung jawab terhadap kondisi-kondisi tersebut, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Dengan demikian kebebasan yang dimaksud Frankl bukanlah lari dari persoalan yang sebenarnya harus dihadapi.
b. Keinginan akan makna (will of meaning)
Manusia dalam berperilaku mengarahkan dirinya sendiri pada sesuatu yang ingin dicapainya, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang mendorong setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga. Frankl tidak sependapat dengan prinsip determinisme dan berkeyakinan bahwa manusia dalam berperilaku terdorong mengurangi ketegangan agar memperoleh keseimbangan dan mengarahkan dirinya sendiri menuju tujuan tertentu yang layak bagi dirinya.
c. Makna Hidup (meaning of life)
 Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagai seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purposein life). Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia (heppiness). Menurut Frankl makna hidup bersifat personal dan unik . Ini disebabkan karena individu bebas menentukan caranya sendiri dalam menemukan dan menciptakan makna.
Jadi penemuan dan penciptaan makna hidup menjadi tanggung jawab individu itu sendiri dan tidak dapat diserahkan kepada orang lain, karena hanya individu itu sendirilah yang mampu merasakan dan mengalami makna hidupnya.
Makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, menyenangkan atau tidak menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan. Apabila hasrat makna hidup ini dapat terpenuhi maka kehidupan dirasakan berguna, berharga dan berarti (meaningful) akan dialami, sebaliknya bila hasrat ini tidak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan tidak bermakna .
Menurut Frankl mengartikan makna hidup sebagai kesadaran akan adanya satu kesempatan atau kemungkinan yang dilatarbelakangi faktor realitas atau menyadari apa yang bisa dilakukan dalam situasi tertentu.
Pengertian makna hidup menunjukan bahwa dalam makna hidup terkandung tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Berdasarkan uraian diatas, kebermaknaan hidup adalah kemampuan dan kualitas penghayatan individu terhadap seberapa besar dirinya dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan seberapa jauh individu telah berhasil mencapai tujuan-tujuan hidupnya untuk memberi arti terhadap kehidupannya.
Logoterapi sebagai Salah Satu Metode Konseling
Dalam logoterapi pasien dibantu untuk menemukan nilai-nilai baru dan mengembangkan filosofi konstruktif dalam kehidupannya. Oleh karena itu, seorang logoterapis tidaklah mengobati gejala-gejala yang tampak pada pasien atau klien secara langsung, akan tetapi mengadakan perubahan sikap neurotik pasien terlebih dahulu. Pasien bertanggungjawab pada dirinya sendiri dan logoterapis memberikan dorongan untuk memilih, mencari dan menemukan sendiri makna konkrit dari eksistensi pribadinya. Seorang logoterapis membantu klien untuk menyusun 3 macam nilai yang akan memberi arti pada eksistensi, yaitu : creative values, experiental values, dan attitudinal values.
Dalam proses terapi, klien diperlihatkan bagaimana membuat hidup menjadi penuh arti dengan 'the experience of love'. Pengalaman ini akan membuatnya mampu menikmati ketulusan, keindahan dan kebaikan dan mampu mengerti akan manusia dengan keunikan-keunikan pribadinya. Dengan demikian, diharapkan klien dapat melihat bahwa penderitaan mungkin sangat berguna untuk membantunya dalam mengubah sikap hidup. Tujuan dari logoterapi adalah membangkitkan "kemauan untuk bermakna" dalam individu tersebut, yang bersifat khusus dan pribadi bagi masing-masing orang.
Logoterapi merupakan suatu pendekatan eksistensial khsusus yang meliputi 2 prosedur re-edukatif yang berbeda, yaitu :
Paradoxical Intention
Memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan. Paradoxical intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan irrasional).
De-reflection.
Memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimiliki setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat.
Logoterapi sebagai salah satu aliran psikologi yang mempunyai teori yang khas tentang manusia yang dapat diaplikasikan dalam bentuk pelatihan-pelatihan dalam rangka pengembangan diri.

Daftar Pustaka
Jamest, Coleman, C. Abnormal Psychology and Moder Life Serent Edition Scott, (Foresman and Comani, London-England, 1985). Hawari, Dadang, Al-Qur,an; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997). Khan, Hazrat, Inayah, The Hearth of Sufisme, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002). Raleigh, Drake, Abnormal Psychology, (Utt Lefield dan Co.Patterson, New Jersey, 1962).
Baihaqi, MIF. 2008. Psikologi Pertumbuhan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Bastaman, Hanna Djumhana. 2007. Logoterapi: Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Boeree, C. George. 2009. Personality Theories. Yogyakarta : Primasophie
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Feist, J & Gregory Feist (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7, Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Suryabrata, S (2011). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafmada Persada.


Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.