Republic Architect

July 12, 2017 | Autor: Murni Khuarizmi | Categoria: Architecture
Share Embed


Descrição do Produto

'REPUBLIK ARSITEK'
KRITIK DAN rEVOLUSI





SEBUAH KUMPULAN ESSAI PERSEMBAHAN
UNTUK DUNIA ARSITEKTUR







OLEH :
AHMAD HANIFAN





"Tetapi, badai pasti berlalu dan badai yang kencang hanya menyisakan
pohon-pohon dan perahu yang kuat. Mungkin ketika badai itu berlalu
kitapun telah mati, tetapi percayalah anak cucu kita yang sengaja kita
didik dengan tulus dan bermartabat akan meneruskan pencapaian menuju
masyarakat adil dan makmur.


Dan bukankah, sesungguhnya menuntut ilmu itu lebih baik dari pada
mencari kekayaan."












AKHIR DARI KISAH

Suatu kali kita bertanya-tanya, " Apakah aku semakin dewasa ? atau aku
hanya lebih realistis ? ". Life is a hunt.. begitu katanya. Semakin lama
kita mencari-cari semakin sedikit yang kita tahu sampai akhirnya kita
menjadi tidak tahu samasekali atau tua renta. Mungkin sebenarnya kita tidak
pernah menjadi dewasa, kita hanya menjadi lebih nyata. Dari kecil kita
hidup dalam dunia khayal dan mimpi-mimpi tanpa batas, bahkan karena
sedemikian tidak realistisnya kita sewaktu kecil, pernah kita punya temen
bayangan, bercakap-cakap sendiri dengan dunia khayal kita.

Sebagian orang dewasa sangat menginginkan kehidupan dunia kecilnya kembali
lagi seperti dulu, bermain..bercengkrama tanpa ada beban. Sebenarnya hal
itu bukanlah sikap yang aneh, karena menjadi tidak realistic kadang-kadang
menyenangkan, bebas dari segala aturan dan bebas untuk berbuat apa saja
dengan resiko yang dipikirkan entar saja.

Lalu jika semakin dewasa bukan berarti dewasa, apa donk artinya dewasa? Apa
mungkin dewasa adalah DEWA-SA atau menjadi dewa yang esa. Sebuah pribadi
sangat perkasa dengan jiwa yang tunggal. Atau dewasa adalah DE- wasa,
seperti de-militerisasi atau de-hidrasi atau de-humanisasi. Jadi peleburan
ke- wasa- an. Lalu apapula artinya wasa? Jangan-jangan wasa adalah cabutan
dari kata "wassalam" yang berarti selamat tinggal, jika demikian akan lebih
cilaka lagi! Dewasa adalah anti – wasa atau antinya "wassalam" atau
"assalammualaikum" yaitu selamat datang. Jadi menjadi dewasa hanyalah
permulaan dari semua makna hidup.
S e l a m a t d a t a n g !

Bagaimana jika ada orang yang tidak pernah dewasa? Apakah itu berarti dia
akan terus tidak menjadi dewa yang esa atau tidak pernah datang, atau
dengan kata lain dia tidak pernah sampai ke ….itu. Kasihan donk?

Tidak juga, karena itu berarti dia akan terus hidup didalam dunia tidak
realistisnya dan dia akan terus tidak membumi dan akan terus berbicara
tentang mimpi dan utopia, dan cuma orang-orang yang tidak pernah dewasalah
yang dapat mengerti "VOLUME ZERO" yang terkenal itu. Berarti Sir Issac
Newton atau Albert Einstein atau Gandhi adalah orang yang tidak pernah
dewasa, karena mereka sangat spektakuler dengan ketidakrealistisannya,
bagaimana mungkin mengukur jarak dan energi cuma dengan F = m.a atau E =
mc2 atau Gandhi percaya Inggris pasti kabur jika kita puasa. Semua pasti
terdengar sangat konyol di awal-awalnya, dan sekarang semua orang tahu apa
jadinya dunia tanpa mereka, mungkin kita masih naik kuda sampai sekarang !

Arsitektur bukanlah suara dan dia memang tak pernah bersuara, dia hanya
diam seperti sebuah gunung dan manusialah yang membuat arsitektur itu
bergerak dengan perilakunya yang suka mengatur ( mendisain ) dan akhirnya
keluar juga suara si arsitektur. Dan ternyata suara itu begitu tidak enak
untuk didengar, dimana-mana bangunan berdiri tanpa perduli ekologi, dimana-
mana ruang-ruang sisa ( death space ) bertumpuk-tumpuk membentuk komunitas
mati dengan hunian pemulung dan perampok. Akhirnya matilah si arsitektur
tercinta itu…tanpa pernah dewasa. In the end of sweetest thing.










FORM FOLLOW FUNCTION

Istilah…istilah…istilah
Ada yang bilang seniman artinya adalah senang sama istri teman. Konyol
memang, tetapi begitulah kenyataannya, rumput tetangga selalu lebih hijau !


Tak terasa trend disain arsitektur bergeser menuju Asia/Australia,
banyaknya lahan kosong dan bangunan "tak beradap" menarik perhatian
investor untuk mendirikan bangunan dengan ciri modern futuristic.
Berbondong-bondong gaya internasional style menebar di Shanghai-China dan
Malaysia. Berbondong-bondong baja dikerahkan ke China untuk mendirikan
stadion olah raga menyambut Olimpiade dan sampai-sampai negeri kita
kekurangan baja ( harga besi naik 200% selama enam bulan terakhir ). Apa
yang sebenarnya yang mereka cari? Kenapa bangunan semakin banyak bukannya
malah semakin sedikit? Kenapa masih ada program sejuta rumah dicetuskan
dikampanye presiden kemarin? Bukankah lahan bumi semakin sedikit?

Form follow function…again,
Bentuk mengikuti fungsi. Sederhana memang tetapi ini sangat penting.
Bayangkanlah jika artinya adalah Jumlah bangunan mengikuti pertambahan
manusia.

Manusia bertambah itu adalah relative menurut saya, karena jika yang
bertambah adalah manusia-manusia biadab tak bervisi maka itu bukanlah
pertambahan melainkan penghancuran, jadi seharusnya jumlah bangunan yang
bertambah dilahan baru hanya dipersiapkan untuk manusia-manusia berkualitas
bukannya untuk pemulung yang tinggal dibawah jembatan terus digusur ke
daerah Kalimantan dengan program transmigrasi atau tanah baru itu
dipersiapkan untuk calon-calon koruptor baru. Karena menurut saya mereka
semua adalah manusia tak berguna kalau tidak bisa disebut manusia, kejam
memang…tapi kita harus tegas untuk mengatasi keadaan ini atau kita akan
mengalami DAY ANOTHER DAY movie yang terkenal itu. Rasakanlah sekarang di
Jakarta, musim kemarau malahan hujan ( sekarangkan bulan Agustus! Kok ada
hujan? ) ini adalah tanda-tanda dan apakah engkau tidak berpikir?

Terus bagaimana supaya semua teratur? Bangunan baru diatas tanah baru
hanyalah untuk manusia yang berguna dan untuk manusia tak berkualitas
tempatkanlah mereka diatas bangunan baru diatas tanah lama, seperti :
dipinggir sungai yang direklamasi atau diatas lahan bangunan tua yang
romantic atau diatas kuburan-kuburan ( fly over diatas kuburan ). Buat saya
romantisme itu telah mati. Bangunan-bangunan tua di Jakarta harus segera
digusur jika ternyata tak berfungsi dengan baik, dirikanlah community
public yang luas dan bertingkat, tahan umur 50 tahun, dan lalu juallah
kepada manusia-manusia tak berguna itu. Jika ada yang tidak dapat membeli
maka juallah dengan system barter ( minimal barter energi ).

Jadi sebenarnya tidak ada pertambahan manusia itu karena jumlah manusia
yang bertambah sama dengan jumlah manusia yang mati , karena ½ dari manusia
yang bertambah itu tidaklah berkualitas. Jadi sebenarnya tidak perlu tanah
baru untuk bangunan baru, karena manusia yang berkualitas pasti tidak ingin
membuat bumi lebih sengsara lagi. Terima kasih----adios---amigo!

















CITY OF GOD


Based on a true story
Based on a true chaos of architecture
Based on a true Rio de Janeiro's-Brazil

Film ini adalah film terbaik tentang arsitektur menurut saya, tentang
kehidupan sekelompok manusia di kelurahan Rio de Janeiro, dimana umur HIDUP
diatas 20 tahun adalah hoki. Karena biasanya penduduk di City Of God suka
mati muda ( bener-bener mati loh..).

Disitu diceritakan tentang anak-anak kecil yang hidup bebas menjual narkoba
dan mempermainkan senjata ( termasuk "senjata" nya ). Free sex dan drug
hidup bebas seperti merpati diangkasa. Tiap hari kerja anak-anak tersebut
hanya merampok dan main bola. Membunuh tanpa belas kasihan, tidak ada
secuilpun rasa takut yang muncul di My first killing a man, bahkan umur 12
tahun sudah membunuh. Seperti kata Napoleon " kebencianlah yang membuatku
tetap hidup ". Sedikit kebencian akan berubah kematian. Itulah yang terjadi
disana.

Polisi tidak berani ke City Of God, bahkan cenderung membiarkan sambil
terus memasok senjata untuk pertarungan antar genk memperebutkan wilayah.
Mungkin bukan polisi tetapi Oknum Polisi (sialan ). Apa peran arsitektur
disana?

Kelurahan itu begitu kumuh, jalan-jalan tak beraspal, air bersih susah,
sekolah jauh. Dan itu adalah kelurahan di Rio de Janeiro, kemana pemerintah
kota, kemana semua pajak dialihkan.

Pemerintah pikir semua cukup hanya dengan membangun rumah fisik, tanpa
perduli pembangunan rumah moral. Rumah moral bukan berarti gereja atau
mesjid atau sekolah, dan bukan pula lapangan bola ( fasum atau fasos atau
apalah namanya ). Rumah moral adalah penyuluhan secara oral

Kenapa semua yang disebut rumah atau bangunan adalah dinding bata dan
jendela kaca. Kenapa bangunan tidak dapat dibangun dari sebuah konsep
persatuan dari sebuah kebersamaan. Martin Luther King telah membuat
bangunan yang begitu kokoh di plaza gedung Parlemen USA dengan pidatonya
yang begitu bersemangat. Bangunan moral adalah sebuah perhatian dari bapak-
bapak diatas, sebuah ceramah jumat atau kebaktian atau penyuluhan tentang
temuan pupuk tanaman baru. Atau sebuah presentasi singkat tentang
pendaratan manusia di bulan ( Hey…man walking on the moon ). Ini tentang
perhatian dari hati ke hati, bahwa kita semua adalah sama. Dan anda lah
yang akan mengganti kami.

Arsitektur adalah lebih dari sekedar mendirikan bangunan bagus atau tahan
terhadap gangguan alam ( hujan, angin, debu atau panas ), karena jika
demikian itu bukanlah tanggung jawab si arsitektur melainkan sebuah
pekerjaan mendesain dan sipil engineering.

Arsitektur tidak pernah berhenti sampai bangunan berdiri dan bahkan sampai
bangunan itu dirobohkanpun dan diganti bangunan baru, si arsitektur masih
tetap ada, karena dia adalah kamu. Architeture is you are…
God bless architecture and no one else !










ARSITEKTUR MAU LOMPAT KEMANA?

Ini adalah plesetan dari "Architecture of the jumping universe- Charles
Jengks", kritikus arsitektur paling berbakat dan terkenal di USA.

Mau kemana sebenarnya arah trend arsitektur dunia saat ini, kearah modern
rock atau hip hop…ups sorry..maksud saya modern atau post modern atau
arsitektur kaki lima. Apa itu arsitektur modern dan post modern, saya pikir
semua juga sudah tahu, jadi yang perlu saya definisikan mungkin adalah
arsitektur kaki lima yaitu arsitektur tanpa arah dalam arti campur sari
kaya gado-gado. Banyak orang bilang jaman sekarang sudah sangat susah
membuat trend arsitektur karena budaya informasi telah membuat perkembangan
budaya melintas ruang dan waktu. Sehingga trend klasik masih dibuat dijaman
ini dan begitu juga trend moderen juga dibuat dijama sekarang.

Tetapi…..tetapi….tetapi.
Coba perhatikan sekali lagi, apakah bangunan modern saat ini sama dengan
bangunan modern walter gropius? Beda bukan. Apakah sama bangunan Gedung DA
Vinci Sudirman dengan bangunan klasik di era 1918 ? Beda bukan. Dan apa
yang membuat beda? Apakah disainnya atau teknik pembuatannya.

Tulisan ini tidak membahas perbedaan tersebut karena perbedaan teknologi
material atau teknik pembangunan atau karena tukangnya beda. Melainkan
membahas tentang ruang dan waktu.

Mungkin tidak banyak yang sadar bahwa replica/teknik jiplak dengan semata
cari untung adalah bukan pekerjaan arsitektur, tetapi hasil dari jiplakan
tersebut adalah benda arsitektur. Kenapa ? karena pekerjaan tersebut
dilaksanakan tanpa semangat pembaharuan budaya manusia. Pengertian ini sama
dengan pengertian Science. Science adalah produk olah pikir manusia yang
berguna untuk kehidupan, jadi jika tidak berguna bukanlah science---The
Grammar Of Science—Karl Person. Perhatikan disitu ada nilai semangat untuk
memajukan budaya manusia.

Semangat….
Satuhal yang tidak mungkin dibagi seperti science atau permen. Tidak ada
bukti tertulis tentang semangat, karena dia un-real ( abstrak ). Semangat
orang-orang membangun dijaman renaissance pasti berbeda dengan jaman sutera
( kejayaan kekaisaran China ) dan pasti beda pula dengan jaman Alexandria (
Yunani Kuno ), apalagi dibanding dengan jaman revolusi industri. Dan semua
itu berkaitan dengan semangat dunia yang hadir disaat itu.

Jaman renaissance dimana orang Eropah sedang kaya-kayanya setelah rontoknya
kekaisaran Islam, hidup dengan budak2 Afrika sampai akhirnya Abraham Lincon
muak dan menghapus perbudakan didunia ( kira2 sedahsyat itulah ). Jaman
kekaisaran China beda lagi, disaat itu dunia lagi gandrung-gandrungnya
dengan puisi dan cinta, sehingga banyak kain dan kertas yang dicetak untuk
merajut dunia dan jaman Alexandria lebih ajaib lagi, disaat itu dunia lagi
mentok dengan kemajuan sehingga orang-orang dijaman itu sibuk bertanya
tentang tuhan dan arti hidup. Bangunan dijaman itu besar-besar bahkan
kadang terlihat tidak proporsional dengan teknik ,mencerminkan ego
kehebatan tak terbatas.

Lalu apa semangat orang-orang membangun dijaman ini? Saya juga tidak tahu,
tetapi satuhal yang pasti jaman ini adalah jaman terusan revolusi industri,
dimana-mana mesin merajalela menderu-deru berpartisipasi. Mungkin 2000
tahun lagi akan ada ahli sejarah yang menamakan jaman ini adalah jaman
minyak atau mungkin juga jaman non-ekologis, atau jaman pengrusakan bumi.

Tetapi satuhal yang pasti, jaman ini adalah jaman yang tidak terlalu buruk
untuk membangun bila dibandingkan dengan jaman renaissance , setidak-
tidaknya tukang-tukang dibayar lah (bukan seperti jaman budak).

Salut juga buat, buat organisasi atau perorangan yang terus mencoba
membelokan arah kompas semangat dunia menuju arah bumi yang ekologis,
walaupun mereka sadar itu sangatlah berat.









LUPAKANLAH JAKARTA 2000


Banjir yang melanda ibukota hampir 2 minggu lamanya telah membawa implikasi
yang beragam bagi kehidupan Jakarta sebagai kota metropolitan. Kini Jakarta
bukan lagi kota impian dan bisnis, setelah hancur akibat kerusuhan
tahun1998 kini Jakarta dihadapkan lagi kepada kemelut yang tak kalah
merusaknya yaitu banjir. Ramalan yang sering dilontarkan oleh orang tua
kita dahulu terjadi kini, yaitu bencana ada empat hal yang sangat serius
dan butuh penanggulangan sejak dini, yaitu; Api (kebakaran), Air (banjir),
Tanah (gempa), Wabah (penyakit). Dan dua dari empat bencana itu telah
datang ke Jakarta dalam waktu yang berdekatan, hanya empat tahun.

Beragam pembelaan dan tindakan dilakukan oleh sebagian masyarakat Jakarta,
dan yang paling menyedihkan adalah tindakan yang dilakukan oleh aparat
pemda DKI dengan mengatakan musibah banjir sekarang adalah siklus lima
tahunan, seolah-olah ingin mengatakan bencana ini adalah hal yang wajar dan
biasa. Padahal kejadian sekarang adalah hal yang luar biasa karena ditambah
dengan embel-embel suatu siklus, jika memang siklus kenapa tidak
diantisipasi, apakah tega terus-terusan melakukan pembodohan kepada rakyat.
Banyak Koran dan majalah Ibukota yang menampilkan head line ' bukanlah
saatnya untuk saling menyalahkan, melainkan saling membantu', tetapi bukan
berarti kita boleh saja melupakan kejadian ini dua bulan lagi setelah
banjir tiada.

Jakarta dengan segala etnik dan gaya penduduknya sering dijuluki sebagai
kota yang tidak ramah kepada orang lemah, tetapi yang terjadi justru
sebaliknya, Jakarta adalah kota yang sangat ramah sekali. Banyak penduduk
Jakarta yang lupa akan tragedy demi tragedy yang menimpanya. Musibah
Malari, Musibah Pemboman, Musibah kericuhan massal 1998, Pembunuhan,dsb.
Apakah ini adalah tanda kota yang pemaaf atau tanda tidak peduli. Sudah
saatnya kita mencari siapa yang salah? Pemerintah, Pemda, Konglomerat, Kaum
menengah atau rakyat jelata. Jakarta tidak mungkin terus-terusan hidup
seperti sekarang.

Adalah sangat mudah menimpakan kesalahan kepada orang kuat, karena
kepedihan dan penderitaan identik dengan orang lemah, dan seperti banyak
yang ditulis oleh ahli sosiologi bahwa ternyata orang lemah itu jumlahnya
lebih banyak, dan banyak identik dengan mobilisasi masal, hingga akhirnya
banyak orang miskin yang menyalahkan orang kaya atas penderitaan yang
dialami bersama. Jadi tulisan kali ini tidak membahas tentang kesalahan
yang dilakukan oleh orang kaya, pemerintah, konglomerat, melainkan oleh
rakyat jelata. Diakui tidak mudah menyalahkan rakyat jelata, bagaimana
mungkin orang yang selalu menderita dan kalah, dijadikan kambing hitam
selama musibah demi musibah yang terjadi. Tetapi inilah dunia, kita harus
mampu melihat dan terbuka terhadap segala penjelasan dan alas an, diskusi
dan kritiklah yang akan membuat dan memilih mana yang paling benar.

Rakyat jelata adalah komunitas yang paling banyak hidup dikota Jakarta,
merambah berbagai bidang, mulai dari pedagang hingga pegawai rendahan,
mulai dari pengemis hingga preman, komunitas yang sengaja dibuat ada dan
dibakukan untuk mengerjakan pekerjaan kasar yang tidak mungkin dilakukan
oleh orang kaya. Komunitas yang hidup dengan mental tidak dengan pikiran,
komunitas yang secara tidak sadar sering menyandarkan hidupnya kepada belas
kasihan, dan pasrah. Komunitas yang akan berteriak disaat hak paling
dasarnya di ganggu gugat yaitu makan untuk diri sendiri. Komunitas yang
sangat sulit untuk diajak bersinergi dan melakukan hal-hal yang bervisi dan
berpandangan jauh kedepan, suatu kehidupan yang lebih memilih rutinitas dan
kemapanan.

Dibalik segala kelemahan yang dimiliki oleh rakyat jelata, sebenarnya
mereka adalah motor utama untuk menggerakan kehidupan. Hanya merekalah yang
berani dan mau mengerjakan pekerjaan najis dan kotor, seperti; pemulung
atau ahli wc mampet. Yang berani mengerjakan pekerjaan menyapu jalanan atau
membersihkan kaca-kaca bangunan high rise.
Lalu apa yang harus diubah oleh rakyat jelata agar Jakarta mau menerima
mereka?revolusi.

Rakyat jelata harus merevolusi cara berpikir mereka dan sikap mereka jika
ingin bangkit dari keterpurukan. Mulailah dari hal-hal sederhana, yaitu
menghargai orang kaya dan lalu 'curi' ilmunya dan terapkan dengan penuh
disiplin kepada diri sendiri. That's all…












PUNAHNYA DUNIA ARSITEKTUR

PUNAH KARENA PERUBAHAN DUNIA
Tulisan ini dipengaruhi oleh semangat Alvin Toffler dan Viktor Papanek, dua
orang yang sangat saya kagumi didalam "penawaran harga" akan sebuah ide dan
realisasi.

Setelah menekuni bidang usaha arsitektur selama dua tahun, ada satu nilai
yang sangat mempengaruhi saya untuk menilai arsitektur yaitu usaha
arsitektur seharusnya menjadi sebuah usaha mandiri dan sangat egois.

Didalam kesimpulan buku saya yang pertama tertulis sebuah gagasan yang
sangat fenomenal yaitu arsitektur adalah sebuah ilmu baru yang pantas untuk
disandingkan dengan fisika dan kimia atau pun biologi. Kesimpulan ini
harusnya saya pertahankan disaat menjalankan bidang usaha arsitektur,
dengan menyelenggarakan usaha ini dengan metode2 khusus arsitektur yang
seharusnya saya rumuskan sendiri diwal2. Namun karena saya tidak
melakukannya, terjebaklah saya oleh apa yang disebut Alvin Toffler adalah
tenggelam didalam kecepatan perubahan ruang arsitektur itu sendiri, yang
sering tumpang tindih dengan pengertian bidang usaha kontruksi. Kejadian
ini menihilkan ego saya hingga mencapai titik disorientasi. Sangatlah susah
membedakan antara arsitektur dan konstruksi.

Tulisan ini juga dipengaruhi oleh perubahan lingkungan dunia yang sedang
mengalami pergerakan menuju perubahan orientasi dunia dari barat (
khususnya Amerika ) ke timur (khususnya Cina ), dan kurs mata uang dunia
yang terus bergelombang turun naik, bahkan ancaman resesi ekonomi dunia.
Pengaruh ini perlu dimasukan sebagai acuan analisa karena mampu
menggambarkan dunia masa depan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan
cara berpikir manusia.

Ada hal yang menarik yang digambarkan oleh Alvin Toffler mengenai perubahan
akselerasi dunia yang sangat cepat selama 300 tahun terakhir. Dahulu untuk
menemukan sebuah unsure kimia diperlukan waktu 200 tahun, tetapi sekarang
cukup per tiga tahun saja, Dahulu Eropah dan Amerika menerbitkan 1000 judul
buku pertahun , tetapi sekarang 1000 judul buku perhari. Masih banyak lagi,
termasuk kemajuan transportasi, yang dahulu untuk transisi dari roda pedati
ke mobil mesin perlu waktu 2500 tahun, sekarang dari mobil mesin ke pesawat
cukup 50 tahun saja, bahkan dari pesawat ke jet lebih cepat lagi.

Mungkin pertanyaan paling baik adalah kenapa kecepatan pertumbuhan
bertambah berlipat2 dalam 300 tahun? Jawaban umum yang sudah sering
dibicarakan adalah kesamarataan didalam membagi informasi dengan hadirnya
televisi/radio/komputer, sehingga setiap kejadian disatu belahan dunia
mampu membawa pengaruh ke belahan dunia lain dalam waktu hampir bersamaan.
Jawaban lainnya adalah manusia bertambah " cerdas", dalam pengertian lain
adalah perubahan yang sangat cepat telah membawa setumpuk informasi kedalam
pikiran manusia untuk diproses dengan segera dan buru-buru didalam
pengambilan keputusan. Hal ini telah mendorong mau tidak mau otak manusia
untuk bekerja lebih banyak.

Jika seandainya benar yang dikatakan para ahli matematik, bahwa manusia
sekarang baru menggunakan sebagian kecil dari kemampuan berpikirnya, maka
bayangkanlah jika seluruh kemampuan berpikir manusia mampu dipakai optimal,
bayangkan dunia akan seperti apa ! Akselerasi akan bertambah lebih cepat,
dan dunia benar-benar akan menjadi sebuah mesin raksasa yang hidup.

Perang juga mempunyai kapasitas didalam menihilkan arsitektur, perang
adalah satu-satunya cara klasik yang mampu merubah dunia dengan begitu
cepat selain semua factor non-klasik yang telah disebutkan oleh Alvin
Toffler didalam bukunya "future shock". Samuel P. Huntington didalam
bukunya "The Clash of Civilization and the Remaking of World Order"
menggaris bawahi tentang adanya bahaya peperangan yang lebih dipicu oleh
perang antar kelompok-kelompok kecil atau yang dilakukan oleh organisasi
selain negara seperti; teroris dan perang suku. Hancurnya Menara WTC, di
kota New York, USA,tanggal 11 September 2001 telah menunjukan hal ini.

Bahkan seri pertarungan klasik antar barat vs timur dengan terjemahan bukan
lagi blok barat vs blok timur, melainkan antara Islam vs Kristen, mulai
digelar lagi, dengan babak pendahuluan adalah tuduhan terhadap negara2
yang potensial menyimpan ancaman teroris; dan kebanyakan adalah negara-
negara mayoritas beragama Islam. Perperangan tidak saja membawa pengaruh
hancurnya Objek Arsitektur secara fisik, tetapi juga hilangnya keinginan
untuk membangun objek arsitektur lagi, dan ini adalah ancaman yang paling
berbahaya.

Tiga hal diatas;yaitu; Ketidak mampuan mengimbangi perubahan ruang
arsitektur disaat membangun objek arsitektur; Ketidak mampuan mengimbangi
akselerasi perkembangan perubahan cara berpikir manusia/ future shock ; dan
munculnya peperangan; adalah ancaman yang sangat mencolok yang mampu
menihilkan arsitektur hingga ke liang lahat.

PUNAH KARENA GAGAL RANCANG
Mengacu kepada pengertian measurable and un measurable -nya Louis I Kahn ;
Arsitektur bukanlah bangunan, tetapi arsitektur juga tidak dapat dirasakan
tanpa kehadiran bangunan; maka pengertian arsitektur bukanlah objek. Saya
sendiri lebih suka mengartikan arsitektur sebagai ; hasil dari pekerjaan
merancang dan membangun. Merancang sendiri mendapat tempat yang sangat baik
dihati Philippe Starck;dari buku: The Dream Factory-Alessi "…..A true work
of design must move people, convey feeling, bring back memories, surprise,
transgress….it must make us feel, intensely, that we are living our one
single life". Sebagai sebuah pekerjaan serius untuk mencipta; merancang
adalah sebuah kegiatan ilmiah yang dimulai dengan memetakan gagasan/pikiran
kedalam bentuk garis,tulisan, mock-up.

Membangun adalah sebuah kegiatan ilmiah yang dimulai dengan memetakan
bentuk garis,tulisan,mock-up kedalam objek tiga dimensi dengan skala 1:1.

Merancang dan membangun diwujudkan untuk semata-mata memberikan hasil yang
terbaik dan berguna untuk kesejahteraan manusia dan alam sekitarnya.

Kebenaran disaat merancang dan baru setelah itu adalah kebenaran disaat
membangun adalah 2 urutan penting yang harus dilakukan oleh setiap individu
didalam pembangunan objek arsitektur.

Dalam konteks tulisan ini saya ingin pengertian merancang sama dengan
design atau disain (ejaan yang sudah dibakukan). Hal ini perlu saya
tegaskan agar tidak terjadi perdebatan yang berkepanjangan mengenai
kesamarataan pemakaian istilah; Buat saya apapun istilah yang dipakai
dibanyak tempat mengenai "cara" mewujudkan bentuk ; seperti merancang di
Indonesia; design di Inggris; atau designare di Latin kuno; she-ci dan ci-
hoa di Cina ; tetap lah mendapat kan pengertian yang sama yaitu sebuah
tindakan merealisasikan ide untuk memecahkan masalah.

Namun karena kata kerja merancang lebih mendapat tempat dihati arsitek
Indonesia, maka ; istilah merancang lebih baik untuk saya perkenalkan
didalam tulisan ini. Pengertian merancang secara etimologi adalah
…..berasal dari kata "rancang" yang berarti…sebangsa tongkat berujung
tajam untuk dicocokan ke tanah": (kamus Purwadarminta), sehingga merancang
berarti tindakan mencocokan rancang ke tanah. Tindakan merancang dahulukala
sering dilakukan oleh untuk menandai suatu tempat, atau istilah lainnya
adalah sebagai patok. Diberbagai tempat di negeri Indonesia tindakan itu
dilakukan oleh ahli; yang sering disebut sebagai: Atuk di Aceh, Undagi di
Bali, empu di Jawa, pandita bala di Sulawesi Selatan; .( dikutip secara
semraut dari tulisan Gunawan Cahyono, Dosen UI; untuk majalah arsitektur UI-
Architrave ).

Di negeri kelahiran istilah arsitektur (arsitektur berasal dari kata
'archictecton') , yaitu Yunani; pekerjaan merancang sendiri dilakukan oleh
Arsitek. Lalu karena Inggris dan dataran Eropah kuno lainnya sangat
berkaitan dengan perkembangan social dan politik negeri Yunani kuno (Athena
dan Sparta); seperti perang Peloponesia; perang antar kota kecil di Yunani;
yang membawa pengaruh sangat besar terhadap Eropah, maka banyak istilah
Yunani diadopsi dengan baik oleh masyarakat Eropah. Sehingga istilah
'arsitek' pun dipakai di Inggris sebagai seorang ahli dalam merancang.

Merancang sebagai sebuah pekerjaan keahlian dimulai dengan penuh
kreativitas merakit berbagai kesimpulan yang diolah dari berbagai informasi
menjadi 'paket-paket informasi' yang praktis. Setelah itu, biasanya hasil
dari kreativitas itu berupa sketsa-sketsa atau coretan tulisan yang kaya
akan 'kebebasan'. Kebenaran didalam merancang hanya dapat dibuktikan jika
sketsa atau coretan tersebut mampu dijelaskan secara ilmiah melalui media-
media penyampai pesan seperti mock up, tulisan, gambar atau bahkan film.
Karena ilmiahnya maka akan dimengerti oleh khalayak (owner), sehingga
muncul berbagai pertanyaan ilmiah dan terukur tentang perancangan tersebut.
Pertanyaan tersebut biasanya berisikan tentang; metode membangun, kegunaan,
kebutuhan, waktu, asosiasi /persepsi dan estetika (the fuction complex:
Viktor Papanek). Jika semua pertanyaan itu muncul maka, perancangan telah
melalui 80% dari kebenarannya, walaupun belum tentu pertanyaan tersebut
dapat dijawab dengan baik. Jawaban dapat dipikirkan bersama-sama antara
perancang dengan khalayak (owner), yang penting dimengerti dulu. Perjalanan
menuju kebenaran didalam merancang, tentunya dapat dipenuhi jika semua
pertanyaan dari the fuction complex dapat dijawab dengan benar dan
'memuaskan' setiap individu yang terlibat.

Dan kebenaran didalam membangun, adalah sebuah tindakan eksekusi atau
pinalti yang melibatkan daya dan energi sebuah tim lengkap yang terdiri
dari arsitek, kontraktor, pengawas dan pemberi tugas. Dan semua tindakan
selama proses pembangunan adalah sebuah perjalanan dengan kebenaran mutlak,
yaitu bangunan dapat berfungsi sesuai kebutuhan manusia yang akan hidup
didalamnya.Bangunan itu kokoh, berfungsi dan indah dilihat oleh mata (panca

indera).

Punahnya arsitektur adalah sebuah cerita tentang, lenyapnya sejumlah
bangunan arsitektur, entah karena dimakan waktu, bencana alam atau bahkan
karena salah rancang dan salah bangun. Kepunahan arsitektur yang sering
terjadi adalah pada saat merancang dan membangun mengalami distorsi
koordinasi sehingga "hasil" dari kedua pekerjaan tersebut (merancang dan
membangun) menjadi tidak berguna.








JIPLAK!

Weleh..weleh..weleh…
Begitu kata si Komo, tokoh reptile yang diciptakan dengan penuh perhatian
oleh Kak Seto. Menohok banyak dagu kritikus yang sering mengatakan 'Unyil
telah mati'.

Namun apa lacur kemudian? Beredar rumor bahwa si Komo juga adalah plagiat
dari sebuah acara kartun terkenal di luar negeri. Jika ini benar, alangkah
menyedihkan nasib negeri ini.

China 2006, sangatlah mendebarkan dan membuat ngeri banyak negara maju.
Dengan visi dalam 20 tahun mereka akan menyamai Amerika Serikat, China
telah membangun beribu-ribu meter persegi bangunan high rise dengan disain
yang membuat kagum. China telah maju kata banyak orang. Dan hukum alampun
bermain, yaitu jiplak! Jika ingin membangun dalam waktu cepat bangunan high
rise disetiap penjuru Shanghai caranya cuma satu yaitu membangun dengan
model yang mirip atau minimal pernah dibangun di Eropah atau USA. Mengapa?
Karena mendisain yang baik itu butuh waktu.

Saya pikir semua arsitek sepakat, mendisain itu butuh waktu dan bukan
pekerjaan asal-asalan. Untuk mendisain rumah sakit lengkap dengan teknologi
tinggi seperti di USA ( Ohio ), membutuhkan waktu 10 tahun, sehingga tak
jarang katanya, selesai dibangun, rumah sakit itu telah out of model.
Membangun/konstruksi sendiri jika biayanya siap, hanya membutuhkan paling
lama 2-3 tahun. Jadi pekerjaan yang paling lama justru disaat mendisain.
Sebuah pekerjaan yang sangat kompleks.

Kemarin saya membeli majalah Futurac, yang berisikan perkembangan
arsitektur Asia. Tidak ada yang berkesan dari saya tentang majalah
tersebut. Menyedihkan, sangat tidak mewakili Asia. Asia adalah negara yang
kaya akan warna dan warna itu telah kental menyatu dengan iklim triopis dan
budaya etnik. Wajah Asia bukan hanya terlihat dari model pakaian, bahasa
atau perkakas. Tetapi ini cerita tentang spirit.

Teman saya dari Bali, pernah mengatakan di Australia telah dibuat sebuah
perkampungan Bali buanget! Model rumah, pohon, patung dan ada tari-tarian
semua lengkap dan hasilnya tetap garing! memakai bahasa anak muda. Apa yang
kurang dari perkampungan itu?

Spirit, sebuah kata yang mewakili sebuah arti dari sejumlah kata sifat
seperti : sikap, naluri, tegas, mandiri, emosi. Orang Australia lupa,
seorang kakek tua dengan sepuntung rokok tanpa baju hanya sehelai kain
sarung dan sandal jepit, akan terlihat religius jika dibungkus dengan kabut
asap pagi yang muncul dari segerombol mbok-mbok yang sedang menanak nasi
dengan kuali tanah dan berbahan bakar daun kelapa kering….uiiii seksi
banget kata saya suasana pagi itu tentunya dengan mentari yang muncul
disela-sela kabut asap. Dan seorang penari kanak-kanak yang tidak ambisius
untuk melihat negeri orang ( takut jauh dari emak, katanya) akan lebih
berwarna jika menari di atas panggung di seputaran kampung Singaraja,
minimal akan terlihat jiwa-jiwa teduh tulus itu. Spirit adalah sebuah nilai
yang dibentuk oleh waktu, dan bukan pekerjaan instant dalam hitungan
tahunan.

China telah melakukan sebuah tindakan pragmatis dengan tujuan politis
tertentu. Politik memang telah memberi bentuk tertentu kepada perkembangan
arsitektur. Tentunya kita ingat dengan kasus Bauhaus, yang 'diusir' oleh
Hitler, sehingga memaksa Mies Van Der Rohe untuk kabur ke USA. Dan lalu,
bertaburanlah gaya 'bentuk mengikuti fungsi' memenuhi kota-kota Amerika.
China dengan politik Mao-nya ingin membuktikan kepada dunia bahwa mereka
juga bangsa yang besar dengan membangun sejumlah high rise seperti ciri
kota maju dunia disaat ini. Dan jika pendapat saya benar, tentunya ini
adalah sebuah tindakan pragmatis dengan tujuan jangka pendek yaitu
merendahkan diri sedikit untuk mau belajar dengan menjiplak dan jika sudah
benar menjiplak, maka kita akan buat ciri sendiri. Mudah-mudahan pendapat
saya ini benar, karena saya masih berpikir China adalah bangsa besar dengan
reputasi sejarah kelas dunia, tentunya membangun sejumlah bangunan jiplakan
kelas dunia di kota Shanghai hanyalah sekedar proses pembelajaran seperti
ketika Jepang menjiplak motor dan mobil keluaran Eropah dan USA ditahun
1950-an.

Dan lalu bagaimana dengan negara kita? Jakarta adalah model kota Indonesia
masa depan, saya pikir banyak arsitek akan menentangnya. Jika kita, ingin
menempuh cara China dengan menjiplak sejumlah bangunan dunia ke Jakarta,
saya pikir tidak ada salahnya selama itu bertujuan politis. Tetapi juga
seperti China, kita tetap harus punya kota-kota di daerah dengan ciri
tertentu, Bali dan Padang contohnya. Bagi saya pribadi, jika kita mampu
mengelola luas negara kita dengan baik, maka skala bangunan horizontal
tetaplah menjadi pilihan. Jika kita takut dengan pertambahan penduduk yang
melebihi jumlah bangunan sehingga muncul budaya apartemen seperti di kota-
kota besar dunia, sehingga memaksa munculnya bangunan skala vertical, maka
kita harus yakin ( pengelola negara ) bahwa negara kita ini masih cukup
luas untuk ditempati selama 500 tahun lagi dengan skala bangunan
horizontal. Bangunan vertical sangatlah berbahaya dengan potensi gempa
dimana-mana (ring of fire), jangan melihat Jepang, mereka adalah negara
kecil (luas).

Eropah adalah contoh kota horizontal yang baik, hampir 700 tahun lamanya
kota mereka tetap seperti itu bersebelahan bangunan tua dan modern saling
mengisi, tentunya dengan pola managemen negara yang baik; benar dalam
mengatur pertambahan penduduk, benar dalam mengatur ruang, benar dalam
melayani fasilitas public, sehingga pembangunan menjadi kata yang sangat
komprehensif, tidak sekedar fisik.








LANGGAM!

Kemarin saya dan 3 orang teman, berdiskusi panjang lebar tentang bisnis
arsitektur. Sepanjang kuliah kami dicekoki dengan visi yang sangat jauh
kedepan. Kami diajarkan esensi dari arsitektur, sampai kami diperkenalkan
dengan volume zero yang sangat terkenal. Bermula dari itulah ketika lulus
kami berlomba-lomba untuk mendisain yang baik jika bertemu dengan klien.
Berangkat dari esensi ruang, kebutuhan dan berakhir dengan veto dari klien,
yaitu modelnya harus seperti majalah ini, tragis!

Awalnya kami begitu frustasi dengan pertemuan seperti itu, klien kami
anggap tidak sensitive dan berselera rendah. Dan lalu kamipun berkhayal,
kapan kami dapat menghasilkan karya-karya seperti Jefri Budiman misalnya
jika terus mencebur diri kedalam selera klien.

Waktupun berjalan, sejumlah proyek disain dan bangun dikerjakan dengan
sungguh-sungguh walaupun hasilnya jarang yang memuaskan. Uang jasa hanya
habis untuk bayar overhead kantor, jarang ada proyek menguntungkan dari
segi financial. Lambat laun kamipun mulai bertanya, apa yang salah dari
cara kami berbisnis?

Bisnis adalah pelajaran yang tidak diajarkan dikampus. Bisnis adalah
pengalaman, begitu kata pebisnis, jika engkau terus bekerja dalam prospek
untung dan tidak pernah rugi maka engkau adalah pebisnis. Dan jika engkau
hanya menilai untung berarti fulus/uang maka sesungguhnya engkau salah.
Bisnis adalah investasi dan hemat, lebih jauh bisnis adalah cerita tentang
sikap untuk selalu untung.

Membuka kantor konsultan adalah sebuah usaha mengaplikasikan ilmu untuk
memecahkan permasalahan klien dengan imbalan tertentu. Klien adalah orang
yang pragmatis dan sepertinya setiap orang yang bermasalah akan bersikap
pragmatis supaya masalahnya cepat kelar dalam hitungan waktu.

Pragmatis, adalah sebuah cara berpikir jangka pendek dengan tujuan jelas
dan terukur. Orang pragmatis tidak akan bersikap utopia, cenderung
realistis. Dan biasanya kebutuhan hidup cenderung membuat orang pragmatis.
Orang pragmatis sadar tidak mungkin memenuhi kebutuhan sekaligus, melainkan
harus step by step.

Dan sayangnya arsitek atau perancang dididik untuk berpikir sebaliknya.
Kita didik untuk menyelesaikan banyak masalah secara simultan. Disaat kita
berpikir tentang ruang tamu, kita berpikir dimana jendelanya dan berapa
ketinggiannya dan berapa jumlah kursi tamu yang akan dibeli. Luar biasa
bukan! Karena jika tidak simultan, maka waktu untuk mendisain tidak akan
pernah cukup, ada begitu banyak masalah yang harus dipikirkan sewaktu
mendisain.

Tetapi disitulah letak kekurangan arsitek. Rembrant mendirikan studio lukis
dengan sejumlah murid-murid berbakat, tak jarang lukisan Rembrant
diselesaikan oleh muridnya. Tak heran curator jaman sekarang merasa begitu
susah untuk membedakan mana lukisan asli Rembrant dan mana yang repro.
Frank Llyod Wright juga demikian dan apalagi dengan Frank O.Gehry.
Kebanyakan Maestro Arsitek dunia merasa kekurangan waktu untuk memikirkan
detail, dan menyerahkan kepada system atau asisten di kantor untuk
memberikan berbagai detail dan tentunya setelah di briefing dengan baik.

Walter Gropius dengan Bauhaus-nya juga demikian, mereka semua adalah
pebisnis arsitektur yang cakap dan brilliant. Mengkolaborasikan antara
kebutuhan pragmatis dan idealis kedalam sebuah rancangan yang memuaskan
adalah hasil kerja buah dari pengalaman.

Vincent Van Goh, tokoh seni lukis impresionalis meninggal secara
menggenaskan, dan banyak lukisannya dijadikan penutup kandang ayam. Namun
akhirnya sang pamanlah yang 'membisniskan' lukisannya hingga melegenda
diseluruh dunia. Karl Marx, dengan buku Das Capital, juga membutuhkan
bantuan teman untuk mempublikasikan tulisannya sementara ia sendiri
meninggal dengan nestapa ditangisi hanya oleh beberapa pelayat.

Jadi akhirnya, kami menyimpulkan bahwa, kami harus pragmatis jika mau
bertahan di bisnis konsultan arsitektur. Bagaimanakah itu?

Kamipun mulai membuka mata lebar-lebar, apakah benar AMI (Arsitek Muda
Indonesia) telah melahirkan style baru di Jakarta-Bandung? Karena kami
curiga, jangan-jangan semua model itu dibawa dari Singapore. Dengan asumsi,
pasar di Indonesia masih menerima model seperti ini. Apakah benar, pasar
model rumah minimalis masih terbuka lebar dengan banyaknya eksekutif muda
di Jakarta. Akhirnya kami berkesimpulan, trend yang dulu dipikir hasil dari
olah volume zero, ternyata dijiplak dari luar negeri untuk dipasarkan di
Indonesia. Dan diperkuat oleh media massa. Jika memang demikan halnya,
kamipun menjadi sadar, bahwa tidak ada yang baru didunia ini. Seperti kata
Pak Han Awal, ' Le Corbusier bukan penemu modular, ia hanyalah re-invent
(daur ulang) modular'.








MENGENANG VIKTOR PAPANEK

Viktor Papanek adalah UNESCO International Design Expert dan Kepala Sekolah
Design di California Institute dan Art, yang mana dia juga mengajar ilmu
bionic dan design strategies. Profesor Papanek telah menjelajahi tujuh
Negara dan sempat hidup di Eksimo bersama Hopi Indians. Dia pernah belajar
di Cooper Union di New York, di MIT dan bersama Frank LLyod Wright
menggarap proyek Taliesin yang begitu terkenal di USA. Di Amerika bagian
utara di mengajar di Ontario College of Art ( Toronto ), State University
of New York ( Buffalo ), Rhode Island School of Design ( Providence ),
Penland School of Crafts ( North Carolina ), dan Purdue University (
Lafayette, Indiana ). Profesor Papanek juga mahir mendisain untuk kaum
cacat, kaum dunia ketiga ( Third World ), kaum papa dan siapapun yang
membutuhkannya. Dan banyak dari hasil pekerjaannya dipakai untuk mendisain
teknologi bionic dan pengobatan. Dia hidup bersama seorang istri dan anak
perempuannya yang semata wayang di Valencia,California.

Berikut ini adalah kutipan dari ucapan beliau yang sangat humanis dan penuh
semangat.

Semua orang tidak sempurna
untuk itu designer harus menemukan cara
untuk melengkapi ketidaksempurnaan itu dengan mencari kebutuhan
dasarnya.


Bagaimana kehidupan masa lalu berlangsung? Bagaimana kehidupan dunia
belahan sana berlangsung? Apakah mereka telah menemukan cara untuk
mengatasi masalahnya? Dimana dan bagaimana?


Kamu harus membuka matamu terhadap issue sekelilingmu dari pada
sekedar mencari uang, itu jika kamu ingin menjadi designer.


Satu-satunya yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri.
Pendidikan harus "ecstatic" atau "mengundang" dan juga dipersiapakan
untuk Masa Depan.


Kita sebenarnya tidak memiliki Art, kita hanya melakukan yang terbaik
yang dapat kita perbuat.


Kita sama-sama mendisain untuk kaum tua, untuk si gemuk, untuk si
kaya, untuk si kulit putih, untuk si raja, seseorang yang telah
mengatur kita untuk masuk kedalam kehidupannya yang begitu rumit dan
melelahkan. Untuk membuat "lipstick" diatas kejujuran dan disisi yang
lain kita menambahkan sedikit "deodorant" .


Katakanlah kepada Pemuda, bahwa berbohong itu salah.
Tekankanlah kepada mereka bahwa berbohong itu benar-benar salah!
Pemuda itu mengerti apa yang kamu maksud.
Karena mereka juga bagian dari masyarakat.
Katakanlah kepada mereka bahwa kesulitan itu adalah biasa.
Dan lalu biarkanlah mereka bekerja.


When you make a thing
a thing that is new
it is so complicated to make it
that it is bound to be ugly.
But those that do it after you.
They don't have to worry about making it.
And they can make it pretty and so everyone can like it.
When the others make it after you—picasso

Profesor Papanek begitu terkenal dengan berbagai persepektifnya tentang
kehidupan dunia ketiga dan bagaimana seharusnya Designer bertindak untuk
menyelamatkan mereka. Dan tulisan berikut untuk mengenang beliau.

TOTAL MERANCANG:
Bumi kita sebenarnya adalah sebuah evolusi terbatas dari berbagai
pontensi material yang ada. Untuk menghidupi kehidupan dimasa mendatang,
bumi "membakar" dalam pengertiannya berbagai cadangan alam yang ada.
Walaupun mahluk hidup sekarang ini adalah hasil adaptasi atau evolusi dari
kehidupan sebelumnya, tetapi diyakini evolusi itu terbatas. Bukan tak heran
sekarang kita melihat banyak binatang dimasa lalu kini tak diketahui lagi
rimbanya, bahkan silisahnya pun hilang ( mata rantai terputus ).

Dimana posisi designer?
Profesor Papanek berulang kali menegaskan bahwa designer itu berbeda dengan
masyarakat biasa. Ia memiliki tanggung jawab penuh untuk merubah dunia,
ialah sang creator yang menciptakan berbagai pernak-pernik barang dijaman
ini, sampai-sampai barang-barang itu menjadi sampah tak berguna akhirnya.
Designer tidak boleh dipandang sempit hanya sebagai kerja creative dan art.
Designer adalah orang yang menyatukan; Industrial design-architecture-
engineer untuk menciptakan produk dengan cara yang paling efesien dan tepat
guna.

Untuk itulah Profesor Papanek belajar tentang bionic dan
mengimplementasikannya ke penciptakan alat-alat bantu pancaindera kaum
cacat dan belum lagi hasil penciptaan alat-alat kedokterannya.

Profesor Papanek percaya; bahwa design yang berhasil adalah hasil sebuah
proses interaktif antara alam dengan manusia dan manusia dengan alam.
Proses interaktive itu harus diterjemahkan dengan baik dan harus mampu
dipolakan ke dalam bahasa-bahasa ilmiah sehingga dapat ditularkan dan
dipelajari untuk kemashalatan manusia. Ini disebut "Integrated design".
Terintegrasinya berbagai disiplin ilmu disaat proses disain berlangsung
adalah penting karena jika tidak akan menghasilkan 'sampah" yang merusak
dunia.

Sebagai contoh:
Profesor Papanek berulangkali tidak habis pikir kenapa manusia tidak pernah
belajar dari sejarah. Proyek Bendungan Aswan di Mesir selesai tahun 1964
dengan tujuan adalah menghapus cara bertani kuno selama 6000 tahun dengan
system pengairan modern. Bendungan Aswan akan mengairi 25% persawahan di
Mesir dan meningkatkan daya listrik Mesir menjadi dua kali lipatnya. Namun
apa yang terjadi tiga tahun kemudian? Danau Nasser yang merupakan bagian
dari Proyek Aswan menahan endapan lumpur yang sangat berguna untuk
menghidupi ekosistem sepanjang Sungai Nil dan dalam tiga tahun itu juga
Mesir merugi sebesar $ 35 juta US dan industri ikan sarden di Mesir, mati!
Namun kini kita ketahui China sedang mengulangi kesalahan yang sama dengan
membangun bendungan yang terbesar didunia.

Sebuah dilema diakui Profesor Papanek, antara menjaga keutuhan ekosistem
dengan meningkatkan GNP ( pendapatan Negara ). Untuk itu secara tegas, jika
kita ingin selamat, Profesor Papanek menyimpulkan bahwa: tidak ada hubungan
dengan meningkatkan Pendapatan Negara dengan merusak ekosistem. Ekosistem
harus dipertahankan tanpa kecuali.

Kepada siapa PR berat ini harus dipikul? Kepada designer lah jawabannya.
Designer harus bekerja keras untuk menemukan jawaban dari berbagai masalah
yang timbul. Untuk itu Profesor Papanek memperkenalkan : The Function
Complex; yang meliputi: Method-Use-Need-Telesis-Association-Aesthetics.
Sebuah disain harus dibuat dengan alat-material-teknik yang paling
efesien dan efektif. Tidak mahal dan tidak pula murahan. Dan harus
berguna bagi kehidupan dengan menjaring kebutuhan paling dasar dari
penikmat produk disain tersebut. Dan untuk tidak menghilangkan nilai
jual produk disain tersebut maka disain itu harus sesuai konteks waktu
dan tempat sehingga tidak menjadi disain yang super "utopia"---atau
mengawang-awang! Dimana consumen pun merasa "aneh" untuk membelinya
atau memakainya.

Namun untuk menjaring "total merancang" yang optimal tidak mudah
dilaksanakan.












MEET THE FUTURE!

Mungkin, saya adalah satu-satunya arsitek yang phobia akan masa depan di
Indonesia. Saya percaya satu hal tentang kehidupan sekarang, yaitu kita
sebenarnya hidup didalam kotak. Kita yang saya maksud adalah warga di
negara-negara dunia ketiga. Kotak dimaksud adalah mesin incubator yang
berupa; bantuan perkembangan ekonomi (IMF), investasi asing lebih dari 50
tahun, dan teknologi yang tidak tepat guna seperti TV.

Berapa lama umur kita habiskan untuk menonton TV sepanjang hidup kita? Mari
berhitung. Anggap saja umur rata-rata manusia modern 65 tahun. Setiap hari
jika ada acara sepak bola di TV kita pasti akan menghabiskan waktu 1 jam
untuk nonton. Jika ada film box office, kita menghabiskan waktu 2 jam. Jika
ada sinetron TV kita menghabiskan 1 jam. Jadi anggaplah satu hari kita
menghabiskan 2 jam untuk nonton. Dalam satu bulan 30 hari menjadi 60 jam,
dalam 1 tahun 12 bulan menjadi 720 jam dan dalam 65 tahun kita menonton TV
menjadi 46800 jam atau 1950 hari atau 65 bulan atau 5.4 tahun! Setara
dengan kuliah S1, mungkin sudah sepantasnya jika semua manusia dimuka bumi
ini yang punya TV mendapat gelar tambahan STV, artinya lulus menjadi
sarjana TV.

TV adalah kampus terselubung, dengan beragam informasi,dosen terbaik tak
jarang diundang untuk dialog, bahkan hanya dengan TV lah kita mampu
dikuliahi secara gratis oleh Presiden negara adidaya yang sangat terbatas
waktunya. TV kini telah dipakai oleh sejumlah institusi untuk
mendistribusikan produk atau sekedar ide. Begitu luar biasanya TV menghiasi
hari-hari kita hingga mampu menempati tempat terhormat disetiap rumah
tangga dengan disediakannya ruang nonton TV, lengkap dengan home teaternya.

Mungkin tidak banyak manusia yang hidup dengan TV terus tiba-tiba karena
sesuatu hal dipaksa harus hidup tanpa listrik selama 3 bulan dan otomatis
juga tanpa TV , bahkan waktu juga tidak penting, hari-hari begitu cepat
berlalu ditandai dengan senja dan pagi. Penulis adalah salah satu orang
tersebut. TV ternyata tidak begitu penting, kadang-kadang hasrat untuk
menonton ada, namun ternyata lebih asik bercengkrama dengan teman-teman
sekitar sambil terus berkreasi menciptakan gagasan baru. Kita menjadi lebih
bebas, fokus dengan semua potensi alam disekitar kita, dan harus saya akui
itu adalah momen terbaik dalam hidup saya. Ternyata ruang mencipta itu
tidak berada dimana kita berada, ruang mencipta ada dipikiran kita sendiri,
kita hanya perlu membebaskannya dari ikatan waktu 24 jam, bebas dari TV.
Jadi buang TV anda, buang Jam tangan Anda, buang Komputer anda, tetapi
jangan buang Radio Transistor Anda.

TV bagaimanapun juga telah membentuk perilaku manusia cenderung monokrom.
Mana yang baik dan mana yang buruk seolah-olah menjadi tidak jelas batasnya
jika acara yang ditampilkan adalah fashion show di Milan-Italy. Tetapi
sebuah berita kekejaman di Bosnia dan Rwanda juga kita tidak tahu dampaknya
bagi penduduk di propinsi Papua atau Aceh misalnya. Belum lagi sebuah
pertunjukan seni music di Europe ( house mix ) apakah dampaknya bagi
masyarakat kita.

Kita tahu, film-music-berita adalah adalah informasi yang bebas diakses
oleh masyarakat karena itu adalah hak warga. Namun permasalahan mana yang
hak dan mana yang wajib tentu juga tidak dapat diputuskan secara sepihak
oleh tiap-tiap individu. Jika itu terjadi tentu sangat kacau jadinya,
tidak adalagi rahasia diantara kita. Oleh sebab itu negara harus mengatur
tentang hak warga untuk memperoleh informasi.

Namun keikutsertaan negara didalam mengatur hak memperoleh informasi
melalui TV juga dilema ketika berhadapan dengan institusi bisnis
penyelenggara siar ( station TV ). Institusi bisnis siar dituntut untuk
menyebarkan berita seluas-luasnya kepada masyarakat dengan misi " dimana
berita mengalir sampai jauh" menembus pelosok-pelosok desa seperti jingle
iklan RCTI di sawah. Dan untuk mendukung tentang program itu, station TV
didukung oleh survey AC Nelson, yang secara ilmiah melogikakan bahwa
masyarakatlah yang butuh berita itu. Acara rating-ratingan survey telah
menjustifikasi kepada negara sebagai pelayan rakyat bahwa negara harus
mendukung program TV.

Ini adalah pembenaran, dan ini berbahaya.

Kita sebagai manusia dianugerahi akal untuk merumuskan berbagai persoalan
hidup dan itu berupa logika berpikir. Pikiran kita berjalan cenderung untuk
menerima hal-hal yang masuk akal. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan
sejauh ini kita telah mampu mengerti cara otak kita berpikir dibuktikan
dengan dibuatnya Processor sebagai otak komputer. Kita tumbuh seiring
dengan perkembangan pengetahuan yang masuk ke pikiran kita. Pengetahuan
masuk melalui panca indera. Manusia kini telah mengklasifikasikan cara
pengetahuan tercerap. Pertama dengan ilmu yaitu pengetahuan yang masuk
dengan analitis dan logis; kedua dengan dogma ( agama ) dan yang ketiga
dengan sihir ( magis ).

Semua teknik pencerapan pengetahuan ini telah menghasilkan era tersendiri
dijamannya. Pengetahuan Dogma telah mencapai zaman keemasan di jaman Nabi,
Pengetahuan Sihir juga pernah merajai kerajaan Solomon, dan kini memang
jamannya Ilmu Pengetahuan ( science ). Belum lama abad science ini
berlangsung, paling 2000 tahun sejak jaman Yunani ( era Plato ). Jaman
science ini telah membentuk kebudayaan manusia moderen seperti sekarang,
terutama cara berpikir. Kita berpikir cenderung sama memang akhir-akhir
ini.

Pola berpikir yang sama ini lah yang dipakai untuk menyebarkan paham-isme
ke berbagai dunia. Kita bahkan juga berdebat dalam bahasa yang sama.

Memang dibutuhkan revolusi cara berpikir yang ke-indonesiaan sekali untuk
bisa menangkis serbuan arus informasi melalui TV. Dan itu tentunya dimulai
dari pendidikan di sekolah-sekolah dasar yang mengajarkan benih-benih
menjadi manusia modern ala Indonesia. Namun untuk yang terlanjur selesai
sekolah maka revolusinya dimulai dari membaca buku-buku third wave ( jalan
ketiga ) yang berisikan pandangan-pandangan utopis dari kaum-kaum holistik.

Kita harus menghentikan program-program TV yang berorientasi iklan. Karena
sesungguhnya TV yang berkembang melalui iklan belumlah dewasa. Negara
Amerika Serikat dulunya juga seperti ini, TV-TV berlomba-lomba berebut
iklan yang semakin hari semakin terbatas. Kue iklanpun terbagi kedalam
porsi yang kecil. Namun akhirnya TV Amerika sadar mereka tak mungkin
selamanya begitu, sehingga selang 20 tahun yang lalu sedikit demi sedikit
TV Amerika bergerak menjadi TV Kabel yang dihidupi oleh iuran berlangganan.
Dan setelah program TV Kabel berjalan lancar, TV lebih dapat ekspresif
mengimpikasikan idealismenya agar sesuai dengan hati pemirsa yang membayar
hanya 10 dollar perbulannya.

Jadi selama TV kita masih berorientasi iklan, maka jangan harap rakyat
Indonesia akan memperoleh acara-acara bagus sesuai hati pemirsa. Survey
rating AC Nelson bukanlah jaminan karena survey itu dilakukan untuk acara
yang telah selesai diputar demi menjaga rating.TV kini menjadi icon budaya
luarbiasa yang masuk ke ruang tidur masyarakat yang mengaduk-aduk emosi
dikeheningan malam. Perjuangan TV juga tidak akan terjadi jika tidak ada
program listrik masuk desa yang digembar-gemborkan sebagai produk budaya
manusia terhebat dalam 200 tahun.


DIALOG 2:
ARSITEKTUR DAN NDESO.

Gerakan manifesto yang dilakoni oleh sejumlah arsitek muda kawakan atau AMI
disekitar tahun 90-an hingga kini mulai menemukan jati diri keberadaannya,
justru disaat krisis tiada akhir sejak reformasi 1998 digulirkan oleh
mahasiswa. Jadi diri itu berupa pergeseran model hunian dari era
mediteraria ke minimalis yang cenderung geometris. Dan kini harus diakui
ada perkembangan di dunia arsitektur Indonesia, dibuktikan dengan banyaknya
publikasi media local tentang disain dan semakin banyaknya proyek anak
negeri dipenjuru negeri yang bagus-bagus dan ber-jati diri.

Sampai kini, saya tetap berpegang kepada pengertian arsitektur itu sebagai
sebuah kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan hunian atau tempat untuk
beraktifitas. Arsitektur bukanlah sebuah kegiatan disain atau rancang bagi
saya, berarsitektur itu berarti berubah menjadi masyarakat biasa yang ndeso
banget.

Orang desa bukan berarti kolot atau kampungan, melainkan hanya berusaha
untuk menjadi apa adanya, berusaha selaras dengan alam sekitar. Hanya
dengan cara demikianlah kita dapat diterima oleh masyarakat sekitar,
mungkin kedepannya kita dapat menghilangkan berbagai program ruang yang
tidak perlu didalam perancangan arsitektur dengan belajar dari kehidupan
ndeso. Pola ruang tamu dihilangkan menjadi teras depan yang luas, ruang
keluarga disatukan menjadi ruang makan dan dapur yang luas. Tak ada lagi
ruang TV (apalagi entar bakal jaman TV flat), semua fungsi mengobrol
dialihkan ke bale-bale bersama yang dapat dipakai ramai-ramai. Pola
penyusunan rumahpun diatur seperti Cluster. Mungkin dengan mengurangi
beberapa pola ruang rumah ala barat, kita dapat memperkecil luasan rumah
minimal yang sehat dan layak,ingat satu hal: menurut ahli arsitektur dari
UNDIP, peruntukan rumah di dunia barat untuk melindungi dan sementara di
Jawa, rumah sebagai tempat berteduh.

Pemakaian material harus diatur sebaik mungkin, karena masyarakat tidak
mungkin disuruh membangun dengan material yang tidak tersedia
disekelilingnya atau lebih ekstrem yang mahal. Sering sekali di dalam
perancangan kita mendengar ucapan '..bagus tidak harus mahalkan?', yang
didengungkan oleh klien atau teman seprofesi. Ucapan itu sepenuhnya benar,
jika konsep bagus itu sendiri diperjelas. Keindahan adalah sesuatu yang
abstrak dan berkembang sesuai tempat dan waktu. Namun satu hal yang pasti,
keindahan itu hasil dari sebuah pekerjaan disain, entah yang mendisain alam
atau perancang. Keindahan hanya dapat dirasakan jika dapat diasosiasikan
oleh pikiran. Jadi walaupun abstrak, keindahan dapat diatur seleranya
menurut keinginan perancang (trendsetter).

Jadi,masyarakat harus diajak untuk melihat defenisi keindahan sesuai
konteks perilaku setempat.Sebuah contoh bagus adalah; rumah bantuan untuk
korban tsunami Aceh dari Islamic Relief untuk desa Kampong Jawa di Banda
Aceh, 3 bulan pertama, proyek tersebut dipuji-puji oleh banyak pihak karena
sangat 'vernacular', memakai konsep rumah panggung dengan tiang-tiang kayu
kelapa bulat, berdinding GRC.Masyarakat korban sangat senang, rumahnya
sering diliput oleh media massa. Namun, apa lacur kemudian? Proyek tersebut
diprotes warga yang menempati, karena kayu kelapa untuk konstruksi tiang
dipakai dari bahan batang kelapa muda, sehingga rawan oleh serangan tikus
dan mudah busuk. Dan proyek itu sendiri menjadi perumahan kumuh dengan
tambalan ruang sana-sini tak teratur.

Memakai material local bukan berarti melupakan kearifan local dan tradisi
keilmuan dalam dunia konstruksi. Bukan berarti memakai bahan kayu itu sudah
sangat vernacular untuk iklim Indonesia. Harus diolah dulu kayu sebelum
dipakai, Bali sangat baik didalam mengolah tradisi vernacular alamnya,
entah karena bule-bulenya yang begitu semangat memadukan unsur-unsur local
dengan selera international atau memang Bali sangat kaya dengan khazanah
peninggalan tradisi local yang diwarisi kepada banyak pandeta atau tetua
Bali.

Memang harus ada semacam gerakan arsitek turun desa ( ATD ) yang membantu
masyarakat menemukan kembali kearifan local untuk membangun rumah sendiri,
tanpa perlu 'terbius' oleh selera keindahan ala sinetron. Jika perlu bahkan
gunung-gunung dapat kita 'bolongi' untuk tempat tinggal murah meriah.

Memang harus 'revolusi otak' untuk memikirkan rumah murah nan terjangkau.



DIALOG 3 :
IMPREALISME DI ARSITEKTUR

…..Buat warga yang kaya, seolah-olah perbedaan itu tidak ada antara
negara maju dengan negara kita, sama-sama memakai BMW dan tuxedo, dan
buat warga yang miskin juga begitu, karena terlalu sering nonton TV
sehingga memakai Rolex palsu untuk menyepelekan perbedaan. Tetapi
sesungguhnya kita berbeda. Sadarlah, bahwa sekitar kita telah dipenuhi
beragam pernak-pernik material yang entah apa namanya, ada aklirik,
ada polyurethane, ada precast, ada chloroform dan begitu banyak jenis
perkakas. Dan tanpa sadar kita telah menjadi budak konsumerisme.

Beginilah situasi sebenarnya dunia konstruksi kini, sekeliling kita
dipenuhi beragam material yang telah diolah-dirangkai-dibungkus bahkan
dilebur hingga hilang sifat asli dari material tersebut. Industri material
menguasai perlakuan arsitek terhadap kebutuhan perancangan. Kini semakin
sedikit arsitek yang mengerti tentang detail, tentang sebuah bidang bisa
dibuat dari kumpulan titik.

Pemerintah seharusnya menyeleksi material apa saja yang boleh memasuki
Indonesia, tidak menjual semua material di negara barat yang kurang jelas
manfaatnya. Buat warga negara yang mendatangkan barang tersebut dari luar
negeri juga harus sadar jangan asal mencari keuntungan dengan membungkus
diri dengan pameo memelas '… jangan menghalangi orang sedang berusaha'. Di
Aceh, pasca tsunami , rumah-rumah bantuan dibangun dengan seng multiroof
dan tidak ada yang memakai genteng tanah liat.

Merekonstruksi kembali pikiran kita, dengan menempatkan kesadaran kita pada
tempatnya adalah pekerjaan paling penting disaat ini. Mumpung, sekarang
kita lagi membangun dan belum mencapai titik booming atau jenuh, perlu kita
tegaskan tentang cara berpikir yang benar. Kita bukan produk negara barat,
ilmu yang kita cerap dari barat, bukan untuk diimplementasikan hanya
menjalankan mesin-mesin ciptaan mereka saja, tetapi kita juga harus
mencipta mesin-mesin kita sendiri sesuai dengan potensi sumber daya.









ARSITEK AGEN PERUBAHAN

Suatu malam yang cerah, Klien saya seorang pengusaha otomotif kondang di
Jakarta, memesan sebuah gambar tampak untuk kantor dia yang baru di jalan
Gunung Sahari Jakarta. Disaat itu waktu menunjukan pukul 9 malam, kami
berdua berdiskusi secara cepat didepan computer grafis 3D untuk mencari
persepektif terbaik tentang ide. Akhirnya setelah melalui revisi cepat kami
mendapat sebuah sketsa final tentang tampak. Dan setelah melewati beberapa
minggu, gambar tampak saya dibangun dengan sejumlah revisi. Dan waktupun
berlalu sampai 4 tahun berjalan kini, bangunan tersebut masih berdiri tegak
dan ada perasaan campur-aduk dihati saya setiap kali melihat bangunan
tersebut, teringat proses pembuatannya dengan penuh konflik dan keringat,
dan ini hanya dapat dirasakan oleh arsitek. Perasaan seorang arsitek!

Diwaktu yang lain, saya mendisain kompleks perumahan korban tsunami di Aceh
untuk 60 kepala keluarga dan berakhir menyedihkan, setelah kontraktor
mengeksekusi disain dengan manajemen dan kualitas yang buruk. Rumah-rumah
itu menjadi sengketa antara pemilik rumah-pemberi bantuan-kontraktor. Atap
yang bocor, dinding yang tidak siku, campuran adukan semen rapuh dan
schedule yang molor.

Hampir semua arsitek besar dunia berusaha untuk sedapat mungkin
merepresentasikan budaya, tradisi, kejadian penting, ke dalam rancangannya.
Dimulai dengan Imothep dengan Piramida di Mesir, Vitruvius dengan era tiang-
tiang Yunani, Leonardo Da vinci dengan realisme Kristiani di tiap detail
museum Italy, Frank Llyod Wright dengan cirri langgam yang merupakan
perkawinan tradisi timur (jepang) dengan eropah (klasik) sebagai identitas
baru Amerika, dan terus berlanjut dengan Bauhaus yang berusaha mewakili era
Jerman pasca revolusi industri yang mana material baja berserak tak
terpakai. Dan setelah itu disaat kekuatan politik tidak begitu lagi
mendominasi keputusan Arsitek seperti era sebelum Perang Dunia II,
berakhirnya era Chauvinist, langgam arsitektur bergerak menuju postmodernis
(campur-aduk langgam).

Ideal sebenarnya, setiap Arsitek dididik untuk membangun dengan menggunakan
material local yang tersedia, selain untuk menghidupkan perekonomian local
juga untuk menjaga identitas lokal setempat. Sah-sah saja sebenarnya jika
terjadi percampuran model atau gaya arsitektur selama material local lebih
banyak diperoleh. Kerajaan-kerajaan di Jawa juga membangun candi mengikuti
model candi di India, namun materialnya tetaplah material local setempat (
batu dipahat ). Ekspor-Impor material biasa terjadi didalam perkembangan
kehidupan budaya manusia.
Bagaimana kebudayaan kertas menyebar dari China menuju Eropah. Bagaimana
orang-orang Eropah mencontoh orang-orang Turki membangun kastil-kastil
peristirahatan. Dan orang Turki belajar dari kebudayaan Arab (Islam), dan
orang Arab belajar dari kebudayaan Yunani (era Plato). Namun, arsitek
haruslah cukup cerdas untuk tidak mempertahankan material yang mudah
dirusak oleh iklim setempat.





























































































































































































-----------------------
0

1

2

3

5

6

7

8

9

10

112
Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.