Resensi Buku

July 12, 2017 | Autor: Amira Muflicha | Categoria: Islamic Studies
Share Embed


Descrição do Produto

THE TASK FOR FINAL EXAMINATION

Book Revie of

"Studi Islam: Pendekatan dan Metode"









Created by :

Amira Muflicha Daraini (113-14-036)





ENGLISH DEPARTMENT

SALATIGA STATE ISLAMIC INSTITUTE




The Task for Final Examination

Bongkar Kajian-kajian Islam

A. Identitas Buku

Judul Buku : Studi Islam; Pendekatan dan Metode

Editor : Arifin

Penulis : Zakiyyudin Baidhawy

Penerbit : Insan Madani

Tahun Terbit : Cetakan pertama, Juli 2011

Tebal Halaman : 320 halaman

Resentator : Amira Muflicha Daraini (KKI 113-14-036)

B. Biografi Penulis

Zakiyuddin Baidhawy lahir di Indramayu, Jawa Barat. Kini tinggal di
Solo. Menyelesaikan studi S-1 pada Fakultas Agama Islam (Perbandingan
Agama) Universitas Muhammadiyah Surakarta (1994). Pernah nyantri di Pondok
Hajjah Nuriyah Shabran (1990-1994). Studi S-2 pada Pasca sarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta (1999), dan S-3 pada Universitas yang sama (2007). Staf
Edukatif pada
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, Peneliti pada Pusat
Studi Budaya dan Perubahan Sosial UMS, Associate pada Maarif Institute for
Culture and Humanity.


Aktivitas dan pengalaman internasional beberapa diantaranya
adalah partisipan Academic Short Course at Leiden University, 1-15
December 2009; Copenhagen Conference, 21- 22 Oktober 2008;
International Seminar on Religious Education and Values, Ankara-
Turki25 Juli-1 Agustus 2008; Australian- Indonesian Young Muslim
Leader Exchange 21 Mei-14 Juni2007; The 19th World Congress of the
International Association for the History of Religions, Tokyo, 23-30
Maret 2005; partisipan pada The Ohio University Dialogue Project and
Exchange Program, Chicago, Illinois; Athens, Ohio; Washington D.C;
Lancaster, Pennsylvania; Manhattan, New York, diselenggarakan oleh
Center for International Studies, Ohio University, Athens, bekerjasama
dengan US State Department, 22 September-13 Oktober 2004; partisipan
dan presenter pada the Global Meeting of Expert on Teaching For
Tolerance, Respect, and Recognition, diselenggarakan oleh The Oslo
Coalition on Freedom of Religion or Belief bekerjasama dengan UNESCO,
Oslo, 2-5 September 2004; dan partisipan dan presenter pada
International Interfaith Peace Forum and Asian Muslim Action Network
(AMAN) Assembly, Bangkok, 9-14 Desember 2003.
Aktif menulis di berbagai media dan jurnal ilmiah. Karya-karya yang
sudah diterbitkan antara lain: Etika dalam Islam (1996); Wacana Teologi
Feminis (1997); Menapak Jalan Revolusi(2000); Pendekatan Kajian Islam dalam
StudiAgama (2001); Dialog Global dan Masa Depan Agama (2001); dan Agama dan
Pluralitas Budaya Lokal (2002); dan Ambivalensi Agama, Konflik dan
Nirkekerasan (2002), Reinvensi Islam Multikultural (2005), Menyulam Ragam
Merajut Harmoni: Kisah-kisah tentang Toleransi untuk Siswa dan Pendidik
(2005), Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural (2005), dan Kredo
Kebebasan Beragama (2006); Islam Melawan Kapitalisme (2007); Etika Bisnis
Syariah I (2007); Etika Bisnis Syariah II (2008); Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan Berwawasan HAM: Buku Panduan untuk Guru (2008); Al-Islam
Berwawasan HAM: Buku Ajar Pendidikan Islam untuk SMA, MA, SMK (2008);
Kemuhammadiyahan Berwawasan HAM (2008); RekonstruksiKeadilan (2008);
TeologiNeo Al-Ma`un (2009); Benih-benih Islam Radikal diMasjid (dkk, 2010).


C. Pendahuluan

Banyak Mahasiswa ataupun Mahasiswi yang mengalami kesulitan dalam
menempuh perkuliahan yang dihadapi oleh mereka. Hal tersebut merupakan
problem atau masalah yang sangat mendasar yang dialami oleh para
mahasiswa/mahasiswi dalam menjalani perkuliahan. Salah satu
permasalahan yang dihadapi ialah mengenai materi yang didapat dalam
bangku akademik atau perkuliahan. Terkadang mahasiswa/mahasiswi kurang
puas dengan apa yang disampaikan oleh dosen dalam menyampaikan meteri
kuliah. Alasan dari hal tersebut diantaranya adalah keterbatasan yang
dimiliki oleh seorang Dosen dalam menyampaikan materi,
mahasiswa/mahasiswi selain menerima materi dari dosen juga diharapkan
memperoleh tambahan dari buku pokok mata kuliah maupun buku–buku
penunjang lainnya. Oleh hal tersebut setiap mahasiswa/mahasiswi
mempunyai buku pegangan untuk setiap mata kuliah yang diajarkan.
Disamping hal tersebut, minat terhadap Studi Islam (Islamic Studies)
mengalami peningkatan cukup pesat pada beberapa tahun terakhir,
meskipun tidak selalu memiliki alasan-alasan yang tepat.[1] Pada abad
19 hingga awal abad 20 kita dapat menyaksikan bahwa disiplin Studi
Islam bangkit dimotivasi oleh keinginan para penguasa kolonial untuk
memahami sumber-sumber rujukan dan praktik-praktik keagamaan dari
negeri-negeri jajahan mereka. Tentu saja perkembangan kontemporer ini
mengandung sisi negatif dan positifnya. Intinya, kita perlu mensyukuri
bahwa disiplin Studi Islam semakin memperoleh tempat luas di kalangan
pengkaji Muslim maupun non-Muslim, dengan spektrum wilayah dan
spesialisasi kajian yang makin beragam dan kaya. Studi keilmuan
memerlukan pendekatan kritis, analitis, metodologis, empiris, dan
historis.[2] Karena itu, penting kiranya perkembangan-perkembangan ini
ditulis dan dibaca dikalangan para mahasiswa dan dosen Studi Islam di
negeri ini – sebagai negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia –
agar mereka bukan hanya menjadi penonton dan penikmat hasil kajian
keislaman, namun mereka juga berperan sebagai pelaku perkembangan itu.

D. Isi Buku

Zakiyyuddin Baidhawy yang lahir di Indramayu, Jawa Barat hadir
dengan bukunya yang berjudul "Studi Islam: Pendekatan dan Metode"
mencoba memberikan solusi kepada para mahasiswa/mahasiswi dalam mata
kuliah MSI (Metodologi Studi Islam) agar dapat memahami materi yang
diberikan oleh dosen bukan hanya mendengar dari seorang dosen,
melainkan dapat membaca dan memahaminya sendiri. Serta, buku ini
merupakan salah satu upaya untuk menyajikan perkembangan Studi Islam
yang dimaksud. Islamic Studies sebagai suatu disiplin dengan
metedologi, materi dan teks-
teks kuncinya didefnisikan sebagai studi tentang tradisi keagamaan
klasik dan ilmu keagamaan klasik, karena ada di jantung kebudayaan
yang dipelajari dalam peradaban islam dan agama islam.[3]

Metodologi Studi Islam digunakan ketika seseorang membahas kajian
beragam metode yang biasa digunakan dalam studi islam, seperti metode
normatif, historis, filosofis, dan sebagainya.[4] Dengan bahasa yang
lugas serta pembahasan komprehensif, buku ini sangat layak menjadi
bahan kajian bagi para mahasiswa maupun dosen pengkaji Studi Islam di
negeri ini – sebagai negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia –
agar mereka bukan hanya menjadi penonton dan penikmat hasil kajian
keislaman, melainkan mereka juga berperan sebagai pelaku dari
perkembangan tersebut. Buku ini mempunyai banyak materi yang
disampaikan dan dapat dipahami oleh Mahasiswa serta orang yang
membacanya. Buku ini terdiri dari empat belas (14) bab yang disusun
secara sistematis, sesuai dengan tahapah-tahapan yang disesuaikan
dengan tingkat pemahaman mahasiswa/mahasiswi. Bab pertama, berisi
tentang Pengertian dan Metodologi Studi Islam. Bab kedua, tentang
Ruang Lingkup Objek Kajian Studi Islam. Bab ketiga, tentang Sejarah
Perkembangan Studi Islam. Bab keempat, tentang Model Pendekatan Kajian
Teks-teks Islam: Studi Alquran. Bab kelima, berisi tentang Model
Kajian Teks-teks Keislaman: Studi Hadis. Bab keenam, tentang Model
Kajian Ilmu Kalam. Bab ketujuh, membahas tentang Model Kaajian
Tasawuf. Bab kedelapan, membahas tentang Model Kajian Usul Fikih dan
Fikih. Bab kesembilan, membahas tentang Model Kajian Hermeneutika:
Studi Hermeneutika Pembebasam Farid Esack. Bab kesepuluh, membahas
tentang Model Kajian Filsafat: Studi Hibrida Filsafat Fondasionalisme
dan Hermeneutika. Bab kesebelas, membahas tentang Model Kajian
Pendidikan: Pendekatan Multikultural terhadap Pendidikan Agama. Bab
keduabelas, membahas tentang Model Kajian Pemikiran Islam: Kajian
tentang Islam Liberal. Bab ke tigabelas, membahas tentang Model Kajian
Politik, dan Bab yang terakhir atau bab ke empat belas membahas
tentang Metodologi Ilmiah dan Studi Islam.

Dalam babnya yang pertama, Zakiyyudin Baidhawy mengemukakan dua
pendekatan mendasar mengenai definisi Islamic Studies (Suleiman dan
Shihadeh, 2007: 6-7).[5] Pendekatan pertama melihat Islamic Studies
sebagai suatu disiplin dengan metodologi, materi dan teks-teks
kuncinya sendiri; bidang studi ini dapat didefinisikan sebagai studi
tentang tradisi teks-teks keagamaan klasik; memperluas ruang
lingkupnya berarti akan mengurangi kualitas kajiannya. Disamping itu,
Islamic Studies berbeda dari ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial
dan akan diperlemah bila pendidikan berbasis kepercayaan tentang Islam
dan studi tentang Islam lintas disiplin berdasarkan kepada dua
disiplin tersebut. Mesti ada perbedaan nyata antara antropologi dan
ilmu-ilmu sosial lainnya, dan Islamic Studies hanya sebagai distingsi
yang dibuat dalam hubungannya dengan disiplin-disiplin lainnya seperti
Christian Studies.

Menurut definisi ini, Islamic Studies mengimplikasikan:
Pertama, studi tentang disiplin dan tradisi intelektual-keagamaan
klasik menjadi inti dari Islamic Studies, karena ada di jantung
kebudayaan yang dipelajari dalam peradaban Islam dan agama Islam, dan
karena banyak Muslim terpelajar masih memandangnya sebagai persoalan
penting.[6] Pengertian Islamic Studies sebagai studi tentang teks-teks
Arab pra-modern utamanya karena itu mesti dipertahankan. Keterampilan
utama yang dibutuhkan adalah bahasa Arab. Kedua, Islamic Studies
adalah suatu bidang yang sempit. Upaya-upaya untuk memperluas bidang
kajiannya dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas kajian. Namun
demikian, bidang ini terus menghadapi tekanan komersial untuk
memperluas ruang lingkupnya, dengan memasukkan misalnya, studi tentang
pengobatan dan keuangan Islam. Ketiga, pendidikan berbasis keimanan
bagi Muslim mengenai Islam, dan studi lintas disiplin tentang Islam
yang bersandar kepada ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial,
keduanya memberikan tujuan yang bermanfaat.
Pendekatan kedua mendefinisikan Islamic Studies berdasarkan pada
pernyataan bahwa Islam perlu dikaji dalam konteks evolusi Islam modern
yang penuh teka-teki. Juga adanya kebutuhan untuk memahami apa yang
dimaksudkan oleh teks-teks tentang cara orang-orang mengalami dan
menjalankan kehidupan mereka.
Dalam konteks dan kesempatan ini, penulis juga menimbang
perlunya memaparkan sketsa mengenai jebakan foundasional dari logika
modernisme yang mengurung penafsir pada satu titik kebenaran, benturan
antara fondasionalisme dengan hermeneutika yang membuka peluang ragam
tafsir atas realitas dan alternatif untuk mengatasi benturan dimuka.

Dalam babnya yang kedua, membahas mengenai apa sajakah
ruang lingkup objek dalam mengkaji studi islam. Ruang lingkup yang
pertama berdasarkan pengalaman keagaman dan ekspresinya. Kajian ini
membutuhkan objek yang harus jelas serta mempermudah pengkaji akan
ruang lingkup suatu studi islam. Studi islam sebagai kajian ilmiah
yaitu terletak pada pengalaman keagamaan, pada intinya adalah upaya
mencari pemahaman mengenai hakikat agama, bukan sekadar fungsi
agama.[7] Pengalaman keagamaan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu
yang pertama merupakan suatu respon terhadap apa yang dialami sebagai
realitas ultim. Yang kedua, pengalaman keagamaan harus dipahami
sebagai respon menyeluruh terhadap Realitas Ultim.[8] Ketiganya harus
menghendaki intensitas, yaitu pengalaman yang sangat kuat
komprehensif, dan mendalam serta syarat pengalaman yang terakhir yaitu
pengalaman keagamaan sejati selalu berujung pada sebuah tindakan.
Ruang lingkup kajian islam yang kedua yaitu berdasarkan dimensi-
dimensi agama. Dimensi yang dimaksud yaitu terdapat dimensi praktik
dan ritual; dimensi pengalaman dan emosional; dimensi naratif dan
mitos; dimensi doktrin dan filosofis; dimensi etika dan hukum; dan
yang terakhir adalah dimensi sosial dan institusional. Ruang lingkup
yang ketiga adalah dari cara beragama setiap pemeluk agama. Pada
hakikatnya agama adalah jalan menuju Tuhan Yang Maha Esa. Namun, cara-
cara yang ditempuh setiap pemeluk agama menuju jalan Tuhannya
sangatlah berbeda sesuai dengan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman
individu. Pengalaman tersebut selaras dengan kepribadian individu dan
situasi dalam kehidupan.

Islam mulai muncul yaitu sekitar abad ke 9 di daerah Irak,
saat itu banyak ilmu agama mulai memperoleh bentuknya di daerah Saudi
Arabia. Sebelum abad 9 Masehi, tepatnya abad ke 7 Masehi orang Arab
sudah dikenal oleh Israel dan Yunani Kuno. Dalam perkembangannya,
dikenal cabang keilmuan seperti ulum Alquran, tafsir Alquran, ulum al
hadits, ilmu kalam, tasawuf, fiqih, dan usul fiqh, serta masih banyak
lagi yang lainnya. Hadis telah menjadi bahan perdebatan di kalangan
sarjana muslim. Orang-orang Yahudi dan Kristen Eropa berupaya untuk
mengkonstruk pemahaman mereka sendiri mengenai agama Islam. Satu
perkembangan menarik bagi studi islam adalah munculnya historisme,[9]
suatu gagasan bahwa peristiwa seperti kemunculan agama baru dapat
dijelaskan sebagai suatu peristiwa yang tergantung dengan peristiwa-
peristiwa sebelumnya. Sedangkan Ilmu kalam sendiri muncul akibat
banyaknya kontroversi yang telah memecah belah komunitas Muslim pada
masa-masa awal. Ilmu ini mengkaji ajaran-ajaran dasar keimanan islam
(usuluddin) dan berusaha membuktikan serta menjawab setiap keraguan
yang ada dalam sebuah keimanan.

Sebagai seorang Muslim, kita juga perlu mempelajari
tasawuf yaitu pengetahuan intuitif (berdasarkan kata hati) tentang
Tuhan atau Realitas Ultim yang diraih melalui pengalaman keagamaan
masing-masing individu. Individu perlu menyadari akan realitas
transenden atau Tuhan melalui meditasi atau kontemplasi batin. Dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, seorang individu memerlukan pedoman
hidup dimana aturan-aturan fikih didedukasi dari sumber-sumbernya.
Oleh karena inilah, usul fikih menjawab tantangan tersebut yang
didalamnya kita akan jumpai aturan dan hukum-hukum islam berdasarkan
Alquran dan Assunah. Dikalangan sarjana usul fikih ini berfungsi
sebagai metodologi hukum, yang menjelaskan secara akurat namun tidak
lengkap. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran bahwa sesungguhnya
merupakan bentuk nyata campur tangan Tuhan dalam sejarah manusia.
Namun hal ini tidak bermakna tanpa campur tangan pikiran dan kesadaran
manusia itu sendiri. Oleh karenanya, cara manusia dalam mempelajari
Alquran sangat berperan dalam menghasilkan makna dari Alquran itu
sendiri. Farid Esack menggunkan metode hermeneutika[10] dalam
menafsirkan Alquran. Teori hermeneutika ini berbeda dengan teologi
tradisional dan modern dalam tiga aspek. Yaitu perbedaan ada pada
tempat penafsir, yang kedua teologi pembebasan hidup dalam dunia
kekerasan dan harapan, refleksi tindakan spiritualitas dan politik dan
yang terakhir terletak pada kebenaran bagi penafsir yang terlibat
tidak pernah dapat menjadi mutlak. Gerak hermeneutika akan mencari
kebenaran yang pada akhirnya membawa pada praksis pembebasan yang
lebih besar.

Dalam pengkajian filsafat, terdapat tantangan-tantangan
kontemporer pasca modernisme yang telah mengejutkan konvensi-konvensi
sosial dan kultural, sistem-sistem kepercayaan, statisme dan
fondasionalisme dalam pemikiran, kebudayaan dan pandangan-pandangan
yang selama ini dianggap suci oleh masyarakat Muslim. Semua gerakan
dalam pemikiran, penulisan dan kritisisme akan memberikan kontribusi
bagi kontinuum pemikiran tekstual dan kultural sehingga diharapkan
membuka tumbuh kembangnya oposisi atas pikiran-pikiran konvensional
yang sudah out of date, dan sekaligus memproduksi gagasan dan
praksisnya yang menyegarkan. Ini adalah saatnya bahwa kontinum ide dan
pencerahan intelektual serta nurani membuka horizon dimana kita harus
memulai dari sini dan kini. Pendidikan Agama berbasis Teologi
Multikulturalis harus terus diupayakan secara kolaboratif dengan
institusi-institusi pendidikan dan para pengambil kebijakan serta
organisasi-organisasi pemerintah maupun non-pemerintah lain yang
berkaitan, untuk menciptakan suatu visi baru bagi peran Pendidikan
Agama dalam masyarakat. Pendidikan Agama didesain untuk menawarkan
nilai-nilai saling pengertian, interdependensi, dan perdamaian.
Tantangan besar bagi tradisi Pendidikan Agama dalam konteks
multireligi[11] saat ini adalah pengembangan metode pengajaran dan
pembelajaran yang dapat mengakomodir interaksi antara agama-agama
sekaligus transformasi mutual diantara mereka secara serius.

Dalam konteks Indonesia, perkembangan wacana Islam Liberal[12]
dalam satu orde terakhir semakin memperoleh tempat. Meskipun dirasa
masih baru, sesungguhnya islam liberal adalah "the new wine in the old
bottle".[13] Kajian-kajian tentang Islam liberal menghasilkan
pemahaman bahwa kelompok yang menentang islam liberal datang sebagai
protes dan perlawanan terhadap dominasi islam ortodoks. Studi islam
dan kajian Timur Tengah memperoleh serangan dari para pemikir sayap
kanan seperti Washington Institute for Near East Policy, yang telah
menerbitkan karya Martin Kramer Ivory Towers on Sand: The Failure of
Middle Eastern Studies in America (2001); dan Daniel Pipes's Middle
East Forum yang menjadi tuan rumah bagi website Campus Watch.

Studi tentang agama-agama pada masa modern dan kontemporer
banyak mengambil manfaat dari perkembangan metodologi dalam ilmu-ilmu
sosial dan humaniora.[14] Kajian historis tentang Islam bisa saja
dibagi-bagi lagi dalam kajian yang lebih spesifik. Dalam mengkaji
aspek histori Islam, para sarjana menggunakan tiga kecenderungan.
Pertama, kecenderungan para pengkaji untuk mempelajari sejarah Islam
dengan pendekatan krononologis. Pendekatan ini bermaksud untuk
menelusuri perkembangan Islam dalam lintasan sejarah. Ciri utama dari
pendekatan ini adalah upaya para sejarawan untuk melakukan periodisasi
perkembangan Islam. Setelah periodisasi dilakukan, mereka menjelaskan
urutan-urutan peristiwa yang terjadi. Kecenderungan kajian sejarah
semacam ini merupakan tipikal para sarjana Muslim. Kedua, pendekatan
kawasan yang berusaha untuk memetakan sejarah perluasan dan
perkembangan Islam berdasarkan teritorial atau wilayah tertentu. Islam
historis diteropong pertumbuhannya berdasarkan wilayah dimana kaum
Muslim tumbuh dan berkembang pesat serta menjadi penduduk mayoritas
dikawasan tersebut. Wajar apabila disinikita akan menjumpai
berkembangnya departemen-departemen kajian kawasan diberbagai
universitas di Barat, departemen kajian kawasan Timur Tengah, kajian
kawasan Asia Tenggara, dsb. Karena ini juga yang menjadi kecenderungan
kajian sarjana Barat tentang sejarah Islam. Ketiga, pendekatan
fenomenologis.[15] Pendekatan ini bermaksud untuk menutupi kekurangan-
kekurangan yang ada pada dua pendekatan lain –pendekatan kronologis
dan kawasan. Dua pendekatan ini tidak mampu menonjolkan fenomena
sejarah peradaban Islam dengan memadai. Pendekatan fenomenologis,
karena itu, berusaha untuk menelaah inti, semangat dan esensi dari
peradaban Islam itu sendiri, sehingga pesan dan kesan terdalamnya
dapat diungkap dan dipahami. Visi kajian semacam ini adalah dalam
rangka agar Muslim menjadi pengarah gerak sejarah Islam pada masa yang
akan datang. Tipikal kajian semacam ini dipelopori oleh Ismail Rajial-
Faruqidan isterinya Louis Lamya al-Faruqi(2001).
E. Kelebihan Buku

Setiap buku tidak luput dari kelebihan dan kelemahan, karena
penulis adalah seorang manusia yang jauh dari kesempurnaan, dan
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Buku berjudul "Studi Islam:
Pendektan dn Metode" yang ditulis oleh Zakiyyudin Baidhawy di dalamnya
terdapat kelebihan yang membuat buku ini sesuai digunakan referensi di
kalangan mahasiswa/mahasiswi, diantara kelebihan dari buku ini
merupakan sebuah karya yang didalamnya memuat suat pengetahuan tentang
Studi Islam, penggunaan tata bahasa yang sesuai dengan EYD meskipun
sedikit sulit untuk dipahami, memuat segala aspek tentang Islam baik
sejarah, metode, pendekatan, ilmu-ilmu dan sumber dari ajaran Islam.
Bahkan buku ini juga memuat tentang isu-isu kontemporer dalam studi
Islam. Selain hal diatas, kelebihan lain dari buku sekaligus penulis
adalah begitu banyaknya buku referensi yang digunakan menggambarkan
betapa komplek dan bagusnya buku ini sebagai pegangan tidak hanya oleh
mahasiswa/mahasiswi namun sekaligus para dosen pengajar dalam
mempelajari Metodologi Studi Islam. Buku ini bagi seorang dai juga
dapat menjadi bahan untuk berdakwah, mereka dapat dengan mudah
meluruskan pemahaman yang kurang benar mengenai Islam dan juga dapat
mengajak mereka pada Islam sesuai dengan pola pikirnya.

F. Kekurangan Buku

Jika buku ini dibaca oleh seorang yang telah memiliki keilmuan
Agama Islam yang mumpuni, buku ini bisa menjadi modalnya untuk
berdakwah. Namun yang mengkhawatirkan adalah jika buku ini dibaca oleh
para pelajar pemula atau bahkan dibaca oleh masyarakat awam, buku
seperti ini bisa menyesatkan pola pikirnya. Selain muatan buku, yang
menjadi nilai negative dari buku ini adalah kemampuan penulis atau
penerjemah mengalih bahasakan tulisan dari beberapa sumber lain dengan
kurang komunikatif. Pembahasan yang seharusnya ringan pun seolah
menjadi sulit untuk dipahami, hanya karena pengalih bahasaan dalam
buku ini yang kurang sempurna sehingga kurang komunikatif. Kalimat
yang digunakan dalam penyampaiannya juga terkesan rumit dan tidak
langsung pada inti pembahasan yang membuat jenuh dari pembaca. Halaman
yang tebal membuat pembaca merasa berat untuk mempelajari serta materi
yan disampaikan kurang ringkas. Menggunakan istilah yang banyak,
meskipun istilah-istilah tersebut memang perlu bagi
mahasiswa/mahasiswi. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami
materi yang disampaikan oleh buku ini.

G. Kesimpulan

Buku Studi Islam ini merupakan karya Zakiyyudin Baidhawy yang berupaya
untuk menyajikan perkembangan-perkembangan Islam dengan pendekatan dan
metodenya. Buku ini sangat bermanfaat bagi para calon cendikiawan muslim
sebagai tahap awal dalam memahami islam serta dapat menempatkan dirinya
sebagai cendekiawan muda pada masa sekarang, dengan mencontoh cendekiawan-
cendekiawan dimasa yang lalu, dan sangat membantu para mahasiswa (khususnya
perguruan tinggi yang berbasis agama) dalam kegiatan pembelajaran
Metodologi Studi Islam maupun Sosiologi Islam.

H. Saran

Harapan penulis, mudah-mudahan karya ini bermanfaat bagi
mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi Islam dan para peminat kajian
keislaman di perguruan tinggi umum serta masyarakat luas pada umumnya.
Buku ini juga patut disarankan untuk dibaca oleh seorang dai yang
telah memiliki pengetahuan Islam secara mendalam guna mengetahui pola
pikir orang barat terhadap Islam. Namun buku ini sangat tidak
disarankan untuk dibaca oleh para pelajar pemula dan masyarakat awam.
Selain muatannya banyak yang tidak selaras dengan ajaran Islam, juga
pola pemikirannya tidak sesuai dengan disiplin Ilmu dalam Islam.









DAFTAR PUSTAKA

Bhaidhawy, Zakiyuddin. 2011. Studi Islam: Pendekatan dan Metode.
Yogyakarta: Insan Madani.

Kodir, Koko Abdul. 2014. Metodologi Studi Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Baidhawy, Zakiyyudin. "Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural". 28 Juni
2015.
https://books.google.co.id/books?id=ePuTmtNts6gC&printsec=frontcover&hl=id&s
ource=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

Anonim. "Metodologi Studi Islam: Pendekatan Fenomenologis", 28 Juni 2015
http://www.musliminzuhdi.com/2014/09/metodologi-studi-islam-
pendekatan_18.html

Ridlowo, Ahmad. "Pendekatan Ilmu-ilmu Humaniora dalam Studi Islam". 28 Juni
2015 http://aridlowi.blogspot.com/2014/07/pendekatan-ilmu-ilmu-humaniora-
dalam.html










-----------------------
[1] Zakiyyudin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta:
Insan Madani 2011), hlm iiv
[2] H. Koko Abdul Kodir, Metodologi Studi Islam (Bandung: Pustaka Setia,
2014), hlm 20
[3] Zakiyyudin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta:
Insan Madani 2011), hlm 2

[4] H. Koko Abdul Kodir, Metodologi Studi Islam (Bandung: Pustaka Setia,
2014), hlm 17
[5] Zakiyyudin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta:
Insan Madani 2011), hlm 2

[6] Zakiyyudin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta:
Insan Madani 2011), hlm 2

[7] Zakiyyudin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta:
Insan Madani 2011), hlm 23
[8] Zakiyyudin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta:
Insan Madani 2011), hlm 23
[9] Zakiyyudin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta:
Insan Madani 2011), hlm 45
[10] Zakiyyudin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta:
Insan Madani 2011), hlm 168
[11] Zakiyyudin Baidhawy, "Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural",
Google Books, diakses dari
https://books.google.co.id/books?id=ePuTmtNts6gC&pg=PA126&lpg=PA126&dq=konte
ks+multi+religi+adalah&source=bl&ots=D-BQLt-
hW7&sig=m1FpszBk1HfQEooToBnmQsZeuQw&hl=id&sa=X&ei=yl-
PVdB21ue5BM7mgYAH&ved=0CCwQ6AEwAg#v=onepage&q=konteks%20multi%20religi%20ada
lah&f=false, pada tanggal 28 Juni 2015 pukul 09.45
[12] Zakiyyudin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta:
Insan Madani 2011), hlm 229
[13] Zakiyyudin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta:
Insan Madani 2011), hlm 245
[14] Ahmad Ridlowo, "Pendekatan Ilmu-ilmu Humaniora dalam Studi Islam",
Ahmad Ridlowi, diakses dari http://aridlowi.blogspot.com/2014/07/pendekatan-
ilmu-ilmu-humaniora-dalam.html, pada tanggal 28 Juni 2015 pukul 11.01
[15] Anonim, "Metodologi Studi Islam: Pendekatan Fenomenologis", Tetaplah
Berbinar, diakses dari http://www.musliminzuhdi.com/2014/09/metodologi-
studi-islam-pendekatan_18.html, pada tanggal 28 Juni 2015 pukul 09.40
Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.