Review: SEJARAH AGAMA

Apa Itu Agama: Sejarah Agama
Review "Memburu Makna Agama" (W. C. Smith)
Bab III dan Bab VIII
Fitri Eka Aliyanti
Merujuk pada bagaimana sejarah penemuan istilah "religi", sekitar Abad Pertengahan, istilah "religi" mulai digunakan dan secara bertahap maknanya bergeser dari rujukan personal ke rujukan sistematis. Dari tataran pra-reifikasi menuju tataran reifikasi. Apa faktor dalam perkembangan itu? Salah satunya adalah munculnya beberapa entitas yang dibayangkan oleh Barat sebagai suatu "religi", yang membentuk rangkaian "religi-religi di dunia".
Untuk sementara bisa disimpulkan, dengan alasan untuk memahami agama-agama lain selain agama yang ada di Barat inilah, orang Barat mengemukakan konsepsi Pencerahan tentang suatu "religi", dengan melihat apa yang disebutnya sebagai posisi doktrinal suatu sekte atau komunitas tertentu. Dan bisa dikatakan konsep ini mengesankan suatu pemaksaan faham yang banyak dipengaruhi Barat. Agar bangsa lain melihat entitas religi sesuai dengan apa yang dilihat dan difahami oleh Barat.
Kita menemukan suatu penjelasan di buku Memburu Makna Agama ini, bahwa apabila tradisi religius suatu komunitas berkembang secara historis hingga menembus keluar dari kalangan masyarakat di mana tradisi itu bangkit pertama kalinya, sehingga orang dari komunitas-komunitas lain berpindah mengikuti tradisi itu, atau sebaliknya ketika praktik religius diikuti oleh sebagian kecil saja dari warga suatu masyarakat tertentu, sebuah nama memang lalu muncul untuk menandai kelompok "religi" itu dari kelompok sosial keseluruhannya. Melalui buku ini, W.C. Smith menyatakan bahwa dikarenakan konseptualisasi adalah kegiatan manusiawi, maka proses perkembangannya dapat diamati. Oleh sebab itu, ia dapat pula diperbaiki dan dibenahi secara sadar.
Sebagai pembaca, kita mempunyai pilihan untuk serta-merta menyetujui apa yang dikemukakan W.C. Smith atau bersikukuh mempertahankan konsep "religi" hasil reifikasi tersebut. Dan bisa jadi pula kita menyetujui sebagian pendapatnya dan tidak menyetujui sebagian yang lain. Di sini, saya menemukan satu tujuan W.C. Smith, berupa usulan penggunaan pasangan konsep, yaitu "tradisi dan iman" sebagai pengganti dari istilah "religi". Dalam pemaparannya, W.C. Smith menyiratkan bahwa pembagian "religi" adalah suatu diskriminasi yang terjadi di dalam masyarakat. Terutama dilakukan oleh agama-agama yang transnasional dan mendunia, terhadap agama-agama yang menurut konsep Barat masih merupakan suatu tradisi peradaban saja dikarenakan ia masih bersifat lokal dan kedaerahan. Kemungkinan besar berangkat dari hal tersebut, ia ingin menipiskan jarak pembeda keyakinan-keyakinan yang ada di dunia dan menghapus kesan "diskriminatif" dengan mendekonstruksi konseptualisasi istilah "religi". Konseptualisasi istilah "religi" membawa banyak dampak, baik positif maupun negatif. Hal ini bisa jadi meningkatkan fanatisme suatu komunitas, yang mana memperkuat keyakinan para anggota komunitas tersebut pada ajaran yang terdapat di komunitasnya, namun secara tidak langsung juga menambah diskriminatifnya komunitas itu terhadap komunitas lain.
Perlu bagi kita untuk menilik lebih lanjut mengenai apa saja "religi" yang mendapat nama setelah adanya konseptualisasi Barat? Sudah pasti banyak. Dan adakah "religi" yang mempunyai nama dengan kesadaran dan pengakuan sendiri? Di buku ini ada salah satu contohnya, yaitu Islam yang mana telah dinyatakan bahwa ialah satu-satunya religi di dunia dengan nama yang melekat sejak awal. Sehingga kemungkinan besar pasangan konsep usulan W.C. Smith ini akan disetujui oleh beberapa pihak, namun ditolak oleh komunitas (atau mungkin beberapa komunitas) yang namanya paten tersebut, alias nama komunitasnya diperoleh dengan tidak dipengaruhi konsep Barat itu tadi. Sehingga akan lebih baik jika ada beberapa pemikir dan peneliti yang membahas lebih lanjut mengenai tanggapan para pemuka "religi" dan para akademisi terkait usulan konsep dari W.C. Smith.
1