Review_KLP4.docx

May 22, 2017 | Autor: Ardy Adhe | Categoria: Book Reviews
Share Embed


Descrição do Produto

BEHAVIORAL ACCOUNTING ; 3/Nop/2016
Dosen: Arvian Triantoro, S.Pd. M.Si.

RANGKUMAN 1 : AKUNTANSI KEPERILAKUAN dalam PENGANGGARAN
Kelompok 4 : 1. Desi Fauziah
2. Vina MS
3. Fahmi Hikmah F
4. Asep S.
5. Taruli Serefina S
6. Nurul Hanifah

Grand Theory Akuntansi Penganggaran
Grand theory dalam akuntansi penganggaran adalah teori keagenan. Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual anantara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Smith, 1984).
Dalam hubungan keagenan di pemerintahan antara eksekutif dan legislatif, eksekutif adalah agen dan legislatif adalah prinsipal (Halim, 2002a; Fozzard, 2001; Moe, 1984). Seperti dikemukakan sebelumnya, di antara prinsipal dan agen senantiasa terjadi masalah keagenan. Oleh karena itu, persoalan yang sering timbul di antara eksekutif dan legislatif juga merupakan persoalan keagenan.
Lupia & McCubbins (1994) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi legislatur dapat diartikan sebagai fenomena yang disebut agency problems. Masalah keagenan paling tidak melibatkan dua pihak, yakni prinsipal, yang memiliki otoritas untuk melakukan tindakan-tindakan, dan agen, yang menerima pendelegasian otoritas dari prinsipal. Dalam konteks pembuatan kebijakan oleh legislatif, legislatur adalah prinsipal yang mendelegasikan kewenangan kepada agen seperti pemerintah atau panitia di legislatif untuk membuat kebijakan baru. Hubungan keagenan di sini terjadi setelah agen membuat usulan kebijakan dan berakhir setelah usulan tersebut diterima atau ditolak.
Dalam konteks penyusunan anggaran, usulan yang diajukan oleh eksekutif memiliki muatan mengutamakan kepentingan eksekutif (Smith & Bertozzi, 1998). Eksekutif mengajukan anggaran yang dapat memperbesar agencynya, baik dari segi finansial maupun nonfinansial. Sementara Keefer & Khemani (2003), Mauro (1998), dan Von Hagen (2002) secara implisit menyatakan bahwa anggaran juga dipergunakan oleh legislatif (politisi) untuk memenuhi self-interestnya. Pada akhirnya keunggulan informasi yang dimiliki oleh eksekutif yang pergunakan untuk menyusun rancangan anggaran akan berhadapan dengan keunggulan kekuasaan (discretionary power) yang dimiliki oleh legislatif.
Sehubungan dengan hal diatas, teori agen mejadi dasar dalam berbagai penelitian, terutama dalam halyang kaitannya penyusunan anggaran yang dimandatkan kepada agen oleh principal.
Aspek Perilaku dalam Akuntansi Penganggaran
Ada dua aspek penting dalam penganggaran yaitu mengenai organizational slack dan yang kedua adalah budgetary slack. Aspek keperilakuan dalam penganggaran dapat dibedakan atas unit analisis yang ada. Satu sebagai unit organisasi dan yang lainya adalah sebagai unit individual. Slack atau "senjangan" adalah kecendrungan dari organisasi atau individu untuk tidak mengoptimalkan sumber daya yang tersedia dan kecendrungan untuk tidak melakukan efisiensi. Organizational slack secara mendasar mengacu pada kapasitas yang tidak digunakan, sedangkan budgetary slack adalah proses penganggaran yang ditemukan adanya distorsi secara sengaja dengan menurunkan pendapatan yang dianggarkan dan meningkatkan biaya yang dianggarkan.
Anggaran merupakan bagian paling penting dalam perusahaan atau organisasi sektor publik. Secara umum kebanyakan orang sudah mengetahui bahwa anggaran adalah alat pengendalian. Penting dan urgentnya fungsi anggaran sebagai perencanaan dan pengendalian perusahaan menjadikan penganggaran sebagai area penting bagi keberhasilan perusahaan. Anggaran diharapkan menjadi kerangka kerja untuk menentukan prestasi dan kinerja karyawan. Anggaran seperti tujuan itu sendiri, dengan kata lain anggaran sebagai alat mengimplementasikan tujuan tersebut. Lebih luas lagi, anggaran dapat mencerminkan kesuksesan karyawan pada tugas yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, anggaran dapat menjadi suatu pertimbangan, melalui perbandingan antara prestasi yang sebenarnya atau yang telah ditetapkan dalam anggaran.
Slack anggaran adalah perbedaan antara anggaran yang dinyatakan dan estimasi anggaran terbaik yang secara jujur dapat diprediksinya. Manajer menciptakan slack dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi. Yang tahu slack atau tidak adalah pembuat anggaran.
Aspek keperilakuan dari penganggaran mengacu pada perilaku manusia yang muncul dalam proses penyusunan anggaran pada perilaku manusia yang didorong ketika manusia mencoba untk hidup dengan anggaran. Hal tersebut mengacu pada kegelisahan ( job insecurity ) karena mengetahui bahwa batas pengeluaran tidak akan dinaikan tahun ini atau dengan kata lain anggaran mengandung unsur ketetapan, ketakan untuk mengatakan kepada staf anda bahwa tidak akan ada kenaikan bonus tahun ini, dan rasa curiga yang bisa berkembang ketika kepala depertemen lain menerima kenaikan anggaran terbesar secara spektakuler pada tahun- thaun belakangan ini. Hal lain yang terjadi adalah tiba- tiba ada pengeluaran yang krusial dan urgen, tetapi tidak ada dalam mata anggaran, maka itu akan membuat kesulitan bagi pelaksanaan anggaran. Alasan Manajer melakukan Kesenjangan Anggaran atau Budgetary Slack sebagai berikut :
a. Pencapaian Target. Tuntutan kerja yang mengharuskan karyawan mencapai target membuat karyawan ingin terlihat kinerja mereka terlihat baik sehingga kinerja mereka terlihata baik.
b. Kesenjangan anggaran biasanya digunakan untuk mengantisipasi ketidakpastian prediksi masa depan.
3. Pembahasan Jurnal
Jurnal : Budgetary commitment as a mediating influence, Kevin T. Breaux, Don W. Finn and Ambrose Jones, III. Journal of Managerial Issues. 23.4 (Winter 2011): p426.
Variabel Penelitian
Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel antara, komitmen anggaran, bertindak sebagai mediator kunci dalam hubungan antara tingkat kesesuaian anggaran partisipatif dan kinerja manajerial. komitmen anggaran adalah membangun didefinisikan ulang awalnya dikembangkan oleh Neubert dan Cady (2001) sebagai "komitmen Program." Ketika dikombinasikan dalam model persamaan struktural, kekuatan penjelas dari model menunjukkan bahwa DPC tidak terkait langsung dengan kinerja manajerial. Namun, seperti dimediasi oleh komitmen anggaran, DPC memang memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Selain itu, hasil menunjukkan bahwa komitmen anggaran menangkap fitur kunci dari pendahulunya: perilaku pemimpin, perubahan khasiat, dan kerja sama tim. Tiga variabel anteseden (imbalan, perilaku pemimpin dan perilaku rekan kerja), dimasukkan sebagai komponen komitmen anggaran untuk menangkap persepsi lingkungan kerja, akan terkait secara positif dengan komitmen anggaran.
Telaah Hasil Jurnal
Penelitian ini dirancang untuk menyelidiki dampak dari komitmen anggaran sebagai pengaruh mediasi pada hubungan antara kesesuaian anggaran partisipatif dengan kinerja manajerial dalam pengaturan AS. Dengan demikian, penelitian ini merespon kebutuhan untuk menyediakan integrasi intervensi variabel untuk memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang bagaimana dan kapan karya penganggaran partisipatif (Murray, 1990). Kerangka dicampur diberikan menggabungkan temuan sebelumnya mengenai tingkat anggaran partisipasi keselarasan (Clinton dan Hunton, 2001) dan komitmen anggaran (diadaptasi dari Neubert dan Cady, 2001) diterapkan dalam pengaturan anggaran dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana konstruksi ini mempengaruhi kinerja manajerial.
Penelitian sebelumnya telah diperpanjang sebagai ukuran yang digunakan dalam penelitian ini tidak identik dengan baik model yang didasarkan pada Clinton dan Hunton (2001) atau Neubert dan Cady (2001). Clinton dan Hunton (2001) diukur kinerja keuangan yang dilaporkan sendiri, sedangkan penelitian ini data kinerja manajerial yang dilaporkan sendiri diukur dikembangkan dan divalidasi oleh Mahoney et al. (1963, 1965). Pentingnya menggunakan Mahoney et al. (1963, 1965) ukuran adalah bahwa hal itu konsisten dengan banyak studi partisipasi sebelumnya (dijelaskan sebelumnya) dan berpotensi menyelesaikan beberapa bukti yang bertentangan sebelumnya. Penelitian ini juga dibangun di atas Yahya et al. (2008) studi yang menggunakan analisis jalur untuk menguji pengaruh mediasi dari komitmen organisasi dan persepsi inovasi dalam hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan model persamaan struktural dan dengan mediator didefinisikan ulang (komitmen anggaran) dalam pengaturan yang mencakup manajer AS.
Akhirnya, model penelitian memperkirakan bahwa tiga variabel anteseden (imbalan, perilaku pemimpin dan perilaku rekan kerja), dimasukkan sebagai komponen komitmen anggaran untuk menangkap persepsi lingkungan kerja, akan terkait secara positif dengan komitmen anggaran. Selain itu, model memprediksi bahwa tiga variabel anteseden (komitmen organisasi, perubahan khasiat, dan orientasi kerja tim) dimasukkan sebagai komponen dari komitmen anggaran yang mewakili persepsi afektif lingkungan kerja akan berhubungan secara positif dengan komitmen anggaran.

SUMBER
Jurnal "Budgetary commitment as a mediating influence"
Kevin T. Breaux, Don W. Finn and Ambrose Jones, III . Journal of Managerial Issues. 23.4 (Winter 2011): p426. Copyright: COPYRIGHT 2011 Pittsburg State University - Department of Economics (http://www.pittstate.edu/econ/jmi.html)
Jurnal "Conflict reduction in organization design: budgeting and accounting control systems".
Nelson U. Alino and Gary P. Schneider. Academy of Strategic Management Journal. 11.1 (Jan. 2012): p1.. Copyright: COPYRIGHT 2012 Jordan Whitney Enterprises, Inc.






Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.