SENI RUPA KONTEMPORER

July 23, 2017 | Autor: Rien Nur Azizah | Categoria: Contemporary Art
Share Embed


Descrição do Produto

SENI RUPA KONTEMPORER
Istilah kontemporer diartikan sebagai "pada waktu yang sama; dewasa ini; pada masa kini". Berbeda dengan istilah "modern" yang pengertiannya telah jelas (clear), istilah ini memiliki makna ganda. Istilah "kontemporer" yang sekarang dipakai sejak 1970 kurang lebih memiliki arti "sekarang (now)" atau "masa depan (in the present)". Disamping itu ia memiliki pengertian "after modernism". Kata "after/setelah" ini memiliki arti pengaruh atau warisan dan tidak secara langsung mensugestikan keselesaian. Itu artinya, seni rupa kontemporer membawa beberapa bagian nilai-nilai dari seni rupa sebelumnya. Sebagai contohnya ialah dalam medium ataupun media berkarya, semangat avanguard, beberapa teknis dan lain sebagainya (Jonathan Harris, 2006, hal 67).
Istilah "kontemporer" menjadi umum digunakan pada galeri-galeri semenjak 30 tahun lalu dengan tujuan menunjukan karya yang terdapat disana sebagai karya yang bersifat "kini" ataupun "masa depan". Hal ini bertolak belakang dengan museum Modern Art yang karyanya dipercayai sebagai sebuah "lompatan-lompatan sejarah" seni rupa modern di suatu masa tertentu sejak 1860 hingga 1960.
Sejak kemunculan seni rupa kontemporer pada dekade 1970, model infrastruktur di Eropa dan Amerika Serikat mengalami destabilisasi karenanya. Pada institusi pembacaannya, destabilisasi ini tercermin pada benturan pendapat antara modernis dan post-modernis dalam menetapkan keutamaan nilai-nilai karya seni rupa. Beda pendapat ini melahirkan gagasan mengganti sejarah seni rupa_sebagai dasar pembacaan karya seni rupa_dengan kajian budaya, kajian sosiologis dan kritik seni post-modern (Visual Art 38, 2009, hal 55).
Infrastruktur_ yang merupakan pengembangan tradisi pembacaan _dibutuhkan dalam dunia seni rupa terutama di era kontemporer yang sedang dijalani kini. Kenyataannya sekarang, seperti yang dituliskan Jim supangkat, dalam artikelnya yang berjudul Contemporery Art in Global Prespective di tahun 2009, menyatakan bahwa infrastruktur seni rupa dunia kini memang tidak ada. Ia meyakini hal itu ketika menghadiri seminar bertajuk "A New Geography of Art in the Making" di Hong Kong 21-22 Mei 2009 beserta seorang sejarawan Hans Belting dan John Clark.
Pengembangan tradisi pembacaan sendiri memunculkan "institusi pembacaan" yang meliputi kritik seni, kurasi pada penyajian pameran, konservasi dan pengkajian sejarah perkembangan (sejarah seni rupa). Hal tersebut sempat menjadi stabil di Eropa dan Amerika serikat di era modernism. Ketika modernism meluas ke luar Eropa dan Amerika Serikat, ada usaha peniruan sistem ini walaupun tidak pernah utuh dan jelas fungsinya bila diterapkan di negara lain (hasil observasi pada ZKM Center for Art and Media sebuah lembaga internasional yang memfokuskan diri pada penghimpunan info infrastruktur seni rupa diluar Eropa dan Amerika Serikat).
Seni rupa kontemporer merupakan usaha untuk membangun perwajahan seni rupa baru dan menentang seni rupa modern yang telah mapan itu. Bagi para pemikir seni rupa kontemporer, seni rupa modern (terutama modernisme pascaperang) dianggap sebagai dasar-dasar Western Thinking, mengandung visi kolonial serta menjadi pangkal kepincangan pada pengertian seni rupa dunia. Kepincangan itu diperparah dengan minimnya riset sebelum menerapkan konsep modern di luar Ero-Amerika_istilah yang diperkenalkan seorang sejarawan seni rupa Australia, John Clark_karena kondisi diluar dua tempat itu amatlah berbeda dari segi ekonomi, pemahaman publik dan perbedaan keyakinan dalam memandang seni rupa.
Perumusan gagasan seni rupa kontemporer merupakan hal yang dapat menghargai otonomi masing-masing negara untuk memiliki seni sehingga mengurangi adanya kepincangan itu. Oleh karenanya, seni rupa kontemporer kemudian dapat diidentikan dengan seni rupa global. Hans Belting, seorang sejarawan seni rupa ketika memimpin Research Center for Cultural Science dalam seminar di Hong Kong mengutarakan gagasan untuk membedakan istilah "seni rupa dunia" (world Art) menjadi "seni rupa global" (global Art). baginya, seni rupa dunia (world art) mencerminkan pemahaman modernisme yang hagemonik dan memperlihatkan sikap kolonial_istilah seni rupa dunia yang berhenti pada klaim dan sama sekali tidak tercermin pada kenyataan. Sementara itu seni rupa global (global art) adalah seni rupa kontemporer yang meluas ke seluruh dunia karena perkembangan sekarang ini dikarenakan gugurnya prinsip universalisme pada modern art Ero-Amerika (Visual Art 32, 2009, hal 58)
Sebelumnya, istilah universalisme ini memang sudah dikenal di era late modernism yaitu setelah modernism pasca perang dunia kedua. Istilah ini digunakan untuk membedakan antara "modernisme pra-perang"_yang berkembang di Eropa dengan mengutamakan idealisme dunia ide-ide dan ramalan-ramalan dunia masa depan_dengan "modernisme pasca-perang" yang lahir di Amerika Serikat serta mengutamakan kembali kepada pemikiran Barat.
Pemikiran barat atau yang disebut dengan modernisme Amerika itulah yang ditentang oleh pemikiran-pemikiran seni rupa kontemporer. Namun, sampai hari ini penentangan itu masih menimbulkan sebuah paradoks. Kita bisa melihat pada MoMa, Museum of Modern Art di Amerika yang rupanya masih menjadi model bagi museum dalam persepsi museum kontemporer.
Walau demikian, pemikiran barat tetap berusaha ditinggalkan. Hal itu menimbulkan pergolakan dan usaha perumusan ulang pengertian seni dalam lingkup global. Tentu saja perumusan ulang ini disertai dengan perubahan infrastruktur seni rupa kontemporer dalam skala global. Contoh di Indonesia pergolakan pemikiran ini dikenal sejak Biennale Jakarta IX tahun 1993 yang mengangkat isu seni rupa kontemporer Indonesia.


Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.