SISTEM PENGATURAN INTENSITAS POWER OUTPUT PADA ELECTROSURGERY UNIT

May 26, 2017 | Autor: Gde Yatna | Categoria: Surgery, Medical devices
Share Embed


Descrição do Produto

SISTEM PENGATURAN INTENSITAS POWER OUTPUT PADA ELECTROSURGERY UNIT Laporan Praktek Kerja Lapangan

Oleh: I GDE BAGUS YATNA WIBAWA NIM : 10210006

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2013

i

ii

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kesehatan dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta dan menyusun laporan hasil PKL dengan sebaik-baiknya. Praktek Kerja Lapangan (PKL) I dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan terhitung mulai tanggal 1 Juli 2013 sampai dengan 31 Agustus 2013 sebagai salah satu syarat bagi mahasiswa tingkat akhir untuk menyelesaikan pendidikan perkuliahan di Universitas Respati Yogyakarta, Fakultas Sains dan Teknologi, Program Studi Teknik Elektro dengan peminatan Teknik Elektromedik. Praktek Kerja Lapangan (PKL) I merupakan kegiatan yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa Universitas Respati Yogyakarta, Fakultas Sains dan Teknologi, Program Studi Teknik Elektro sebagai salah satu sarana dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari kegiatan perkuliahan, baik secara teoritis maupun secara praktis ke dalam dunia kerja secara nyata. Dengan adanya laporan ini penulis berharap agar pembaca dapat mengambil manfaatnya, baik untuk menambah pengetahuan maupun sebagai penunjang perkuliahan di Universitas Respati Yogyakarta, Fakultas Sains dan Teknologi, Program Studi Teknik Elektro. Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I dan dalam penulisan/ penyusunan laporan ini, penulis menemukan banyak kendala yang membutuhkan bimbingan, kritik, saran serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material yang semuanya sangat membantu kelancaran praktek kerja lapangan dan pembuatan laporan ini, untuk itu perkenankanlah penulis untuk menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Orang tua dan saudara yang selalu mendoakan, membimbing dan selalu memberi motivasi kepada penulis. 2. Bapak Ir. Irawadi Buyung, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Respati Yogyakarta

iv

3. Ibu Yudianingsih,S.T.,M.T. selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL) I 4. Pihak RSUP. Dr. Sardjito yang telah berkenan memberikan kesempatan pada penulis dan mahasiswa lainnya untuk mengadakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I 5. Bapak Bambang Untara, BE.,S.T. selaku Kepala IPSRS RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta 6. Bapak Kuat Supriyadi,B.E.,S.E.,S.T. selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL) I di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, atas keramahan, bimbingan, nasehat, dan motivasi serta dukungan yang tak terlupakan dan sangat berharga 7. Bapak

Untung

Hartadi,B.E.,

Bapak

Mugiyanto,B.E.,

Bapak

Muji

Suyanto,B.E., Bapak Slamet Sriyono, Bapak Aris Susanto, Bapak Budi Ramadianto,B.E., Bapak Agus Susilo Wibowo,B.E.,S.T., dan seluruh staf IPSRS Sub Alat dan Prasarana Elektromedik selaku instruktur 8. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Respati Yogyakarta yang telah membantu terlaksananya kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I 9. Rekan-rekan satu kelompok Praktek Kerja Lapangan (PKL) I RSUP. Dr.Sardjito Yogyakarta :

Desak Putri Puspita Indriani, Wiyarto Yogo

Pamungkas, Raden Candra Wijaya, atas semua kerjasama selama menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) I dan teman-teman mahasiswa Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Respati Yogyakarta “Angkatan 2010”, semoga selalu dalam lindungan Tuhan YME dan mencapai kesuksesan 10. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I yang tidak dapat disebutkan satu persatu Penulis hanya dapat berdoa semoga Tuhan YME dapat membalas budi baik Bapak, Ibu dan rekan-rekan semua. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan/penyusunan Laporan Hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) I ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami harapkan saran dan kritik yang

v

bersifat membangun agar Laporan Hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) I ini dapat menjadi lebih sempurna dan penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, September 2013

Penulis

vi

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. iii KATA PENGANTAR…………………………………………………………. iv DAFTAR ISI……………………………………………………………………vii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. x BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………………....1 1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………...2 1.3 Batasan Masalah……………………………………………………..3 1.4 Tujuan PKL I………………………………………………………...3 1.5 Manfaat PKL I……………………………………………………….4 1.6 Metode Pemecahan Masalah………………………………………...4 1.7 Waktu dan Tempat Pelaksanaan………………………………….....5 1.8 Sistematika Penulisan……………………………………………….5 BAB II. RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta 2.1 Sejarah ……………………………………………………………...7 2.2 Visi dan Misi………………………………………………………...8 2.3 Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)………………9 2.3.1 Pengertian………………………………………………………….9 2.3.2 Tugas………………………………………………………………9 2.3.3 Tujuan……………………………………………………………...9 2.3.4 Visi, Misi dan Motto……………………………………………...10 2.3.5 Sistem Pelaksanaan……………………………………………….11 2.3.6 Sarana dan Prasarana……………………………………………..12 2.3.7 Struktur Organisasi……………………………………………….15 vii

BAB III. Electrosurgery Unit (ESU) 3.1 Pengenalan Alat Secara Umum……………………………………19 3.2 Teori Dasar ………………………………………………………...22 3.3 Prinsip Kerja………………………………………………………..28 3.4 Blok Diagram………………………………………………………31 3.5 Pengamanan Pada Alat …………………………………………….37 3.6 Standar Operasional Prosedur (SOP).................................………...39 3.7 Pemeliharaan Alat………………………………………………….41 BAB IV. Electrosurgery Unit “ValleyLab Force FX-8C” 4.1 Pengenalan Electrosurgery Unit “ValleyLab Force FX-8C”……...42 4.2 Bagian-bagian Alat………………………………………………...44 4.2.1 Front Panel Component…………………………………………..44 4.2.1.1 Power Switch…………………………………………………...45 4.2.1.2 Control Setting Mode dan Output power……………………...45 4.2.1.3 Bipolar dan Monopolar Receptacle Instrument………………..48 4.2.1.4 REM Alarm Indicator………………………………………….49 4.2.2 Rear Panel………………………………………………………..50 4.2.2.1 Equipotential Grounding……………………………………….50 4.2.2.2 Monopolar dan Bipolar Switch Receptacle……………………50 4.2.2.3 Power Entry Module…………………………………………...51 4.2.2.4 Volume Control………………………………………………..51 4.2.2.5 Option Panel……………………………………………………52 4.2.3 Internal Component………………………………………………52 4.2.3.1 Control Board…………………………………………………..52 4.2.3.2 Front Panel……………………………………………………..57 4.2.3.3 Display Board………………………………………………….57 4.2.3.4 Footswitch Board………………… …………………………...57 4.2.3.5 Power Supply/RF Board……………………………………….58 4.3 Blok Diagram………………………………………………………61 4.3.1 Pensinyalan Antar Bagian Block Diagram……………………….62

viii

4.3.2 Urutan Kerja ESU Force FX-8C Sesuai Block Diagram………..69 4.4 Pengaturan Intensitas Output……………………………………...76 4.4.1 Grafik Output Power Terhadap Impedansi Jaringan Pemilihan Bipolar…………………………………………………………...76 4.4.2 Grafik Output Power Terhadap Impedansi Jaringan Pemilihan Monopolar Cut…………………………………………………...78 4.4.3 Grafik Output Power Terhadap Impedansi Jaringan Pemilihan Monopolar Coag………………………………………………….81 BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan………………………………………………………...87 5.2 Saran…………………………………………………………….....88 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….89 LAMPIRAN

ix

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi IPSRS Gambar 3.1 Handswitch electrode aktif Gambar 3.2 Electrode bipolar Gambar.3.3 Footswitch Gambar 3.4 Electrode netral Gambar 3.5 Macam electrode Aktif Gambar 3.6 Efek arus listrik mengalir pada jaringan biologis Gambar 3.7 Pergerakan ion-ion ketika jaringan biologis dialiri arus DC Gambar 3.8 Pergerakan ion-ion ketika jaringan biologis dialiri arus AC Gambar 3.9.a Netral Electrode (NE) menempel merata pada jaringan. .b Netral Electrode (NE) menempel kurang merata pada jaringan Gambar 3.10 Blok diagram ESU secara umum Gambar 3.11 Rangkaian handswitch berbahaya Gambar 3.12 Rangkaian handswitch yang lebih aman Gambar 4.1 Electrosurgery Unit (ESU) Force FX-8C Gambar 4.2 Front Panel Electrosurgery Unit Force FX-8C Gambar 4.3 Bipolar Control pada Front Panel Gambar 4.4 Monopolar Cut Control pada Front Panel Gambar 4.5 Monopolar Coag Control pada Front Panel Gambar 4.6 Bipolar Instrumen Receptacle Gambar 4.7 Monopolar Instrumen Receptacle Gambar 4.8 REM Alarm Indicator pada Front Panel

x

Gambar 4.9 Rear Panel pada Electrosurgery Unit Force FX-8C Gambar 4.10 Monopolar dan Bipolar Footswitch Receptacles Gambar 4.11 Power Entry Module pada Rear Panel Gambar 4.12 Volume Control pada Rear Panel Gambar 4.13 Option Panel pada Rear panel Gambar 4.14 Block Diagram Elecrosurgery Force FX-8C Gambar 4.15 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Precise Gambar 4.16 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Standard Gambar 4.17 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Macro Gambar 4.18 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Low Cut Gambar 4.19 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Pure Cut Gambar 4.20 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Blend Cut Gambar 4.21 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Desiccate 1 Gambar 4.22 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Desiccate 2 Gambar 4.23 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Desiccate 3 Gambar 4.24 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Fulgurate Gambar 4.25 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Spray Gambar 4.26 Pemasangan Bipolar dengan Handswitch dan Footswitch Gambar 4.27 Pemasangan Monopolar dengan pensaklaran hanya Handswitch Gambar 4.28 Pemasangan Instrument Monopolar pada Receptacle 1 atau 2 dengan Handswitch dan Footswitch Gambar 4.29 Pemasangan instrument Monopolar pada Receptacle 1 dan 2 sebagai fungsi simultan dengan Handswitch dan Footswitch

xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Universitas Respati Yogyakarta merupakan universitas swasta di bawah naungan Yayasan Pendidikan Respati. Universitas Respati Yogyakarta, memiliki tiga fakultas yaitu Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ilmu Sosial Ekonomi dan Fakultas Ilmu Kesehatan. Pada Fakultas Sains dan Teknologi terdapat Program Studi Teknik Elektro dengan peminatan Teknik Elektromedik, dengan pendidikan khusus dalam disiplin ilmu elektromedik dan dituntut untuk dapat menghasilkan perancang sekaligus teknisi alat elektromedik yang handal dan profesional. Untuk pencapaian hal tersebut, Universitas Respati Yogyakarta, Fakultas Sains dan Teknologi, khususnya Program Studi Teknik Elektro memiliki kurikulum pendidikan yang salah satu mata kuliahnya adalah Praktek Kerja Lapangan (PKL) I di Rumah Sakit. Dengan kegiatan ini, mahasiswa diharapkan dapat secara langsung mengaplikasikan pengetahuannya. Mahasiswa PKL juga diharapkan untuk mempelajari struktur Rumah Sakit, struktur Organisasi Instalasi Pemeliharaan Sarana prasarana Rumah Sakit (IPSRS) agar terbentuk sumber daya manusia yang handal di bidang Teknik Elektro khususnya Teknik Elektromedik secara teknisi maupun perancangan dan mampu menghadapi segala macam tantangan serta hambatan dalam dunia kerja. Dari tahun ke tahun teknologi berkembang pesat khususnya di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), termasuk IPTEK dalam dunia medis dan

1

kesehatan. Dengan berkembangnya kecanggihan alat-alat medis tersebut, maka mahasiswa PKL sebagai calon-calon teknisi dan perancang Teknik Elektromedik diharapkan dapat mengikuti dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) menjadi lebih bermanfaat. Pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) I ini, pembahasan yang diambil adalah alat Electrosurgery Unit (ESU), sebuah alat bedah yang memanfaatkan frekuensi tinggi dengan arus AC guna melakukan sayatan ataupun penutupan luka. ESU dirancang menggunakan electrode aktif dan electrode netral untuk mode monopolar, sedangkan untuk mode bipolar menggunakan satu electrode yang memiliki fungsi sebagai aktif dan netral electrode secara bersamaan. Mode yang umum digunakan pada electrosurgery unit adalah mode monopolar, dimana terdapat fungsi cutting dan coagulating. Fungsi cutting adalah melakukan sayatan atau pemotongan dan fungsi coagulating adalah melakukan penggumpalan darah pada jaringan atau penutupan luka. Dari alat ESU ini, mahasiswa diharapkan mengetahui bagian-bagian utama alat ESU, cara pengoperasian, prinsip kerja, pemeliharaan dan perawatan, permasalahan serta cara dalam penanggulangan alat.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat dikemukakan dua rumusan masalah, antara lain; a. Bagaimana kerja sistem pengaturan intensitas energi/power output pada alat ESU ?

2

b. Bagaimana sistem kerja alat ESU dalam melakukan pengaturan intensitas energi output untuk tiap pemilihan mode (monopolar cutting, monopolar coagulating dan bipolar ) ?

1.3 Batasan Masalah Sesuai rumusan masalah diatas, batasan masalahnya adalah pengendalian dan pengaturan sinyal input sehingga dapat menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan dan pengaturan dari user.

1.4 Tujuan Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I dapat dijabarkan menjadi tujuan khusus dan umum yaitu : a. Tujuan Khusus : 1. Memperoleh kesempatan untuk melatih diri dalam menerapkan dan mengintegrasikan

informasi

pelajaran

yang

diperoleh

selama

mengikuti mata kuliah Teknik Elektromedik dan sarana kesehatan secara lebih luas. 2. Memperoleh pengalaman pribadi yang riil, konkret, dan edukatif. 3. Menjadi lebih tanggap terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan atau dunia kerja secara langsung. 4. Memperoleh informasi baru sebagai bahan persepsi atau kerangka untuk mendalami masalah-masalah teknik lebih lanjut.

3

b. Tujuan Umum : 1. Memahami

lebih

mendalam

proses

pemeliharaan

peralatan

Elektromedik dan sarana kesehatan. 2. Memahami berbagai struktur dan proses yang terjadi di lapangan. 3. Meningkatkan minat dan perhatian terhadap lapangan pekerjaan yang harus dihadapi saat telah memasuki dunia kerja.

1.5

Manfaat Adapun manfaat dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) I ini yaitu : 1. Mampu memahami dan menjelaskan tentang prinsip kerja alat elektromedik. 2. Mampu memahami dan menjelaskan tentang blok diagram serta cara kerja alat elektromedik. 3. Memperoleh informasi baru sebagai bahan masukan bagi mahasiswa guna mendalami masalah-masalah teknik.

1.6 Metode Pemecahan Masalah Dalam pemecahan masalah, metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data dengan metode wawancara atau komunikasi oleh mahasiswa terhadap pembimbing lapangan serta instruktur dan studi literatur berupa mengumpulkan informasi dari buku manual alat, operating manual alat dan wiring diagram alat sesuai alat yang dibahas. Kemudian dengan metode analisis berdasarkan permasalahan yang diteliti, menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan cara peninjauan langsung pada alat yang dibahas, peninjauan dilaksanakan

4

dengan tujuan untuk mengetahui kondisi dan pengamatan langsung pada alat yang dibahas.

1.7

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan mata kuliah wajib yang harus

diikuti oleh setiap mahasiswa Universitas Respati Yogyakarta, Fakutas Sains dan Teknologi Program Studi Teknik Elektro pada semester 7 (tujuh). Sesuai dengan peraturan yang ditetapkan maka Praktek Kerja Lapangan (PKL) I dilakukan kurang lebih selama 2 (dua) bulan, yakni berlangsung pada periode 1 Juli 2013 sampai dengan 31 Agustus 2013 di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.

1.8

Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I,

sebagai berikut: BAB I

: Pendahuluan Menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, metode pemecahan masalah, waktu dan tempat pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) I dan sistematika penulisan

BAB II : RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Menjelaskan secara umum sejarah singkat RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta,. visi dan misi, tujuan, fungsi dan susunan organisasi serta manajemen Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS) secara umum di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta

5

BAB III : Electrosurgery Unit (ESU) Berisi pengenalan alat, teori dasar, prinsip kerja, blok diagram, pengamanan alat, Standar Operasional Prosedur (SOP), dan pemeliharaan alat secara umum BAB IV : Electrosurgery Unit (ESU) ValleyLab Force FX-8C Menjelaskan pengenalan alat, bagian-bagian alat, blok diagram alat serta pengaturan intensitas output alat sesuai model dan tipe yang dibahas secara spesifik BAB V : Penutup Pada bagian penutup ini berisi tentang kesimpulan dan saran

6

BAB II RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

2.1 Sejarah Pada tahun 1954, Prof. Dr. Sardjito mencetuskan gagasan untuk mendirikan rumah sakit umum dan pendidikan pada satu lokasi guna pendidikan calon dokter dan dokter ahli serta untuk pengembangan penelitian, karena dirasakan pula adanya kebutuhan mendesak perlunya rumah sakit umum pemerintah guna mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta Jawa Tengah bagian selatan. Perjuangan tersebut akhirnya berhasil diwujudkan pada tahun anggaran 1970/1971, menggunakan biaya dari Departemen Kesehatan RI dengan lokasi di Pingit. Sayangnya setelah dilakukan peninjauan oleh Departemen Kesehatan RI masih dianggap tidak memadai. Kemudian diadakan pembicaraan lebih lanjut, maka pembangunan RSUP dipindahkan ke daerah Sekip dengan nama RSUP Dr. Sardjito yang menempati area seluas 8,4 ha. Penggunaan nama tersebut adalah untuk mengenang perjuangan dan jasa-jasa Prof. Dr. Sardjito. RSUP Dr. Sardjito didirikan dengan SK Menkes RS No. 126/Ka/B.VII/74 tanggal 13 Juni 1974, yaitu sebagai RSU tipe B pendidikan berada di bawah langsung dan bertanggung jawab kepada Dep.Kes RI. melalui Dir.Jen.Yan.Med. Tugas utamanya adalah melakukan pelayanan kesehatan masyarakat dan melaksanakan sistem rujukan bagi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan

7

Jawa Tengah bagian selatan, serta dimanfaatkan guna kepentingan pendidikan calon dokter ahli oleh Fakultas Kedokteran UGM. Berdasarkan SK bersama antara Menkes RI. dan

Mendikbud RI.

No. 552/MenKes/SKB/X/81 np. 0283a/U/1981 tanggal 2 Oktober 1981 telah dilakukan

penggabungan

RS.

Universitas

Gadjah

Mada

ke

dalam

RSUP. Dr. Sardjito dengan memanfaatkan fasilitas pemerintah baik dana, peralatan maupun tenaga Depkes, Depdikbud serta instansi terkait lainnya. Pada tanggal 8 Februari 1982, RSUP. Dr. Sardjito telah dibuka secara resmi oleh Presiden RI. Soeharto.

2.2

Visi dan Misi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Menjadi salah satu rumah sakit unggulan dalam bidang pelayanan,

pendidikan, penelitian di Asia Tenggara yang bertumpu kepada kemandirian. 1. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau masyarakat. 2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas. 3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan IPTEKDOKKES yang berwawasan global. 4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan, dan 5. Meningkatkan pendapatan untuk menunjang kemandirian rumah sakit.

8

2.3

Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah Sakit (IPSRS) Terdapat instalasi khusus yang mengurus peralatan-peralatan yang terdapat

di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Instalasi tersebut adalah Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah Sakit atau sering disingkat dengan istilah IPSRS.

2.3.1 Pengertian IPSRS Instalasi pemeliharaan sarana prasarana rumah sakit (IPSRS) adalah suatu unit fungsional untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan agar fasilitas penunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu sarana prasarana dan peralatan selalu dalam keadaan siap pakai, laik pakai dan aman digunakan. IPSRS merupakan unsur pelaksana dalam organisasi rumah sakit yang bertugas melaksanakan penyediaan, pemeliharaan, perbaikan dan pengelolaan sarana prasarana dan peralatan rumah sakit. Dalam kegiatan dan kedudukannya, IPSRS berada langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Umum, SDM dan Pendidikan. Secara fungsional IPSRS mendapat pembinaan dari pusat sarana Departemen Kesehatan RI.

2.3.2 Tugas IPSRS Tugas pokok IPSRS adalah melaksanakan tugas pokok direktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, yakni pada bidang penyediaan, pemeliharaan, dan perbaikan sarana, prasarana dan peralatan rumah sakit.

2.3.3 Tujuan IPSRS Adapun tujuan dari Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah Sakit (IPSRS) RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta adalah sebagai berikut :

9

1. Terciptanya pemeliharaan fasilitas yang merata dan terprogram. 2. Terciptanya kondisi semua fasilitas rumah sakit dalam kondisi yang selalu siap pakai dan layak aman digunakan. 3. Terselenggaranya pemeliharaan fasilitas yang berkesinambungan. 4. Teralokasinya

biaya

penyelenggaraan

pemeliharaan

secara

berkesinambungan atas semua fasilitas. 5. Terciptanya kesadaran dan rasa tanggung jawab dari para pengguna fasilitas dan fasilitas yang dimiliki.

2.3.4 Visi, Misi dan Moto IPSRS  Visi : “Menjadi pusat pengelola sarana dan prasarana rumah sakit yang bertumpu pada profesional bertaraf nasional”  Misi : a. Mempertahankan sarana prasarana rumah sakit pada kondisi layak pakai sesuai standar. b. Melakukan pengelolaan sarana prasarana yang merata, efisien, terprogram

dan berkesinambungan sehingga tercapai kepuasan

pelanggan. c. Meningkatkan kemampuan professional dan kesejahteraan karyawan. 

Motto ; “Pemeliharaan prima pelayanan memuaskan.”

10

2.3.5 Sistem Pelaksanaan IPSRS Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan juga pelayanan rumah sakit memerlukan suatu sistem yang melibatkan bagianbagian lain yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Sistem-sistem tersebut antara lain: 

Sistem Pengadaan Sistem pengadaan bertugas merencanakan kebutuhan sarana atau prasarana dan peralatan yang digunakan dalam program pelayanan kesehatan serta kebutuhan suku cadang yang digunakan untuk memelihara dan perbaikan. Pengadaan prasarana dan peralatan perbengkelan yang memadai sangat berguna untuk menunjang kelancaran tugas rumah sakit dalam pemeliharaan dan perbaikan.



Sistem Pemeliharaan Sistem pemeliharaan bertugas mengupayakan pemeliharaan yang bersifat preventif, pemeliharaan secara rutin dan berkala, melaksanakan perbaikan-perbaikan serta melaksanakan perbaikan di bengkel rujukan atau pihak ketiga yang ditunjuk.



Sistem Pembinaan Sistem pembinaan bertugas menjaga kebersihan terhadap sarana, prasarana, dan peralatan rumah sakit yang dilakukan secara rutin. Meningkatkan sistem perbaikan dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan

rumah

sakit

melalui

pendidikan

dan

pelatihan

untuk

meningkatkan mutu SDM. Berpartisipasi dalam penyuluhan, pembinaan

11

kepada pasien, pengunjung dan petugas atau karyawan rumah sakit baik langsung maupun tidak langsung.

2.3.6 Sarana dan Prasarana IPSRS Sarana, prasarana dan peralatan di rumah sakit pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok yakni : 1. Kelompok Peralatan Medik Peralatan yang digunakan langsung untuk penyembuhan pasien baik untuk terapi, pembedahan maupun diagnosa yang terdiri dari Peralatan Laboratorium,

Peralatan

Radiologi,

Peralatan

Medik,

Peralatan

Elektromedik, Peralatan Penunjang Ruang Operasi, Peralatan Optik dan Mekanik Halus. 2. Kelompok Peralatan Non Medik Fasilitas berbentuk fisik yang berguna untuk mendukung pelayanan kesehatan dan untuk penyembuhan langsung pada pasien, meliputi Peralatan Pengelola Air, Peralatan Binatu, Peralatan Dapur, Peralatan Sterilisator, Peralatan Pendingin, dan Peralatan Kantor. 3. Kelompok Prasarana Peralatan rumah sakit yang terdiri dari alat dan jaringan yang membentuk sistem. Sistem instalasi yang terkait meliputi : a) Sistem instalasi kabel tegangan menengah yang tersambung antara gardu-gardu transformator lengkap dengan incoming dan outcoming cubical, transformator, panel distribusi serta perlengkapan lainnya.

12

b) Sistem instalasi listrik tegangan rendah mulai dari panel distribusi induk, panel utama, panel pembagi, instalasi kabel sampai titik nyala akhir beserta perlengkapannya. c) Sistem instalasi listrik emergency mulai dari mesin genset, sentral kendali, instalasi kabel emergency sampai titik nyala terakhir. d) Sistem instalasi penangkal petir dan perlengkapannya. e) Sistem instalasi telepon mulai dari sentral, panel distribusi, instalasi kabel sampai titik pesawat telepon. f) Sistem instalasi Nurse Call beserta perlengkapannya. g) Sistem instalasi Sound System Sentral beserta perlengkapannya. h) Sistem instalasi Computer Sentral i) Sistem instalasi intercome, airphone, fire alarm dan peralatan peringatan lain beserta perlengkapannya. j) Sistem jaringan air bersih mulai dari pompa deepwell, water treatment, instalasi plumbing sampai outlet kran. k) Sistem jaringan air kotor dan limbah padat mulai dari input air kotor, instalasi air limbah, instalasi pengelolaan limbah sampai dengan saluran pembuangan. l) Sistem jaringan air panas dan uap mulai dari pembangkit panas (Sistem Generator), instalasi pipa sampai outlet masuk ke peralatan. m) Sistem jaringan air hydrant mulai dari sumber air, pompa hydrant sampai pilar-pilar hydrant

13

4. Kelompok bangunan dan lingkungan Semua bangunan yang digunakan secara langsung maupun tidak langsung untuk pelayanan pasien maupun operasional rumah sakit, meliputi bangunan gedung untuk pasien, bangunan gedung kantor, bangunan parkir, bangunan gedung untuk fungsi pendukung, jalan lingkungan, drainase bangunan pengaman dan halaman. 5. Kelompok Mebelair Peralatan mebel yang digunakan untuk pasien maupun untuk perlengkapan kantor yang terbuat dari kayu, logam, dan karet meliputi karet pasien, bed pasien non elektrik, almari pasien, bed pasien elektrik, meja dan kursi kerja, meja dan kursi tamu, kereta makan, kereta sampah, kereta linen, kereta instrumentasi, papan pengumuman dan papan tulis. 6. Pengelolaan Fasilitas Rumah sakit a) Investasi adalah kegiatan untuk menambah yang sudah ada maupun pengadaan baru, baik sarana prasarana maupun peralatan guna meningkatkan kenyamanan, keamanan dan keakurasian serta pengembangan pelayanan rumah sakit. b) Pemeliharaan Preventif merupakan pemeliharaan yang dilakukan harian, mingguan, bulanan, 3 bulanan, maupun semesteran. c) Pemeliharaan

Kuratif

merupakan

kegiatan

perbaikan

yang

dilaksanakan setelah terjadi penurunan untuk fasilitas kerja atau perbaikan yang telah diprogram. Penggantian kegiatan yang

14

terprogram untuk penggantian fasilitas yang sudah tidak efektif untuk diperbaiki, dipergunakan dan dipertahankan. d) Kalibrasi merupakan kegiatan terjadwal maupun tidak terjadwal berupa pengukuran dan membandingkan standar baku ukuran dengan standar tetap. e) Pengembangan merupakan kegiatan untuk mengubah fasilitas rumah sakit guna meningkatkan unjuk kerja.

2.3.7 Struktur Organisasi IPSRS

Gambar 2.1 Struktur Organisasi IPSRS Gambar 2.1 merupakan struktur organisasi yang lebih menjelaskan struktur

IPSRS

di

RSUP.

Dr.

Sardjito

Yogyakarta.

Direktur

Utama

RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta membawahi direktorat-direktorat antara lain Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat SDM dan Pendidikan, Direktorat Umum dan Operasional, serta Direktorat Keuangan. Kepala IPSRS bertanggung jawab terhadap Direktorat Umum dan Operasional. Kepala IPSRS membawahi beberapa Penanggung jawab (Pj) antara lain Pj. Pemeliharaan Peralatan Medik, Pj. Pemeliharaan Peralatan Air dan Steam, Pj.Pemeliharaan Peralatan Non Medik,

15

Pj.

Pemeliharaan

Peralatan

Listrik,

Audio

Visual

dan

Komunikasi,

Pj. Ketatausahaan, SDM, Logistik, Sarana dan Prasarana, serta Pj. Pemeliharaan Bangunan dan Prasarana Lingkungan. Keterangan tugas-tugas struktur organisasi IPSRS dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kepala IPSRS a) Mempelajari

program

pemeliharaan

sarana

prasarana

sesuai

kebijaksanaan peraturan dan UU yang berlaku b) Menyusun rencana kerja IPSRS dengan menganalisis rencana dan hasil kerja tahun sebelumnya c) Mengkoordinasikan

dan

mengendalikan

penggunaan

fasilitas

pelayanan pemeliharaan untuk meningkatkan mutu pelayanan IPSRS d) Menyusun laporan dan evaluasi e) Mengawasi, menilai pelaksanaan, memotivasi, mengawasi dan melakukan koordinasi dengan satuan staf terkait f) Menyusun tata kerja yang meliputi cara pelaksanaan tugas, protapprotap, pendistribusian tugas, tanggung jawab, penentuan target kerja, jadwal pemeliharaan, jadwal piket, dan bimbingan pelaksanaan tugas. 2. PJ. Pemeliharaan Peralatan Medik a) Melakukan koordinasi pemasangan, pemeliharaan preventif, dan korektif peralatan medis b) Melakukan tugas lain menurut perintah secara langsung dari kepala IPSRS

16

3. PJ. Pemeliharaan Peralatan Non Medik Melakukan koordinasi pemasangan, pemeliharaan preventif dan korektif terhadap mesin-mesin pendingin, CSSD, binatu, dapur, lift, demoter, mesin incenerator, peralatan kantor, AC sentral. 4. PJ. Pemeliharaan Peralatan Listrik, Audio Visual, dan Komunikasi a) Menjaga kesiapan mesin genset b) Melakukan pemeliharaan sistem instalasi kabel, instalasi listrik tegangan rendah, instalasi listrik emergency, instalasi penangkal petir, instalasi telepon, instalasi nurse call, instalasi sound system, instalasi computer sentral, instalasi intercome, airphone, fire alarm. c) Melakukan pemeliharaan gas medik dan peralatan listrik 5. PJ. Pemeliharaan Peralatan Air dan Steam a) Melakukan

pemeliharaan

sistem

jaringan

air

bersih,

limbah,

pengelolaan non medis, sistem jaringan air dan uap. b) Mengoperasikan mesin boiler 16 jam per hari 6. PJ. Pemeliharaan Bangunan dan Prasarana Lingkungan a) Melakukan perubahan bangunan fisik sesuai kebutuhan b) Melakukan pemeliharaan peralatan mebelair kantor dan mebelair perawatan. 7. PJ. Ketatausahaan, SDM, Logistik , Sarana dan Prasana a) Mempersiapkan

perencanaan

untuk

pengembangan

maupun

pemeliharaan b) Mempersiapkan, mengatur dan mengarsipkan dokumen teknis

17

c) Melakukan kegiatan penyimpanan, pencatatan, pelaporan, dan monitoring perlatan dan suku cadang d) Melakukan kegiatan pencatatan, pelaporan, dan memonitoring keuangan. e) Memproses dan membuat pembukuan keuangan. f) Memproses dan menyiapkan administrasi kepegawaian g) Menyiapkan blangko laporan h) Membuat buku inventaris peralatan i) Menjaga ketertiban, keamanan, ketentraman dan kebersihan kantor dan lingkungan.

18

BAB III ELECTROSURGERY UNIT (ESU)

3.1 Pengenalan ESU Secara Umum Dalam dunia medis tentu sering ditemui berbagai tindakan medis yang memerlukan pembedahan. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2005). Pembukaan bagian tubuh ini umumnya menggunakan sayatan. Setelah bagian yang ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Umumnya pembedahan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam dan steril, dimana penggunaan pisau yang tajam dan steril mempermudah dalam melakukan penyayatan dan mengurangi dampak terjadinya infeksi. Dalam beberapa kasus pembedahan, pendarahan jaringan yang sedang dilakukan pembedahan cukup sering terjadi. Dengan perkembangan teknologi dan tuntutan akan kebutuhan alat bedah yang dapat mengurangi dampak terjadinya pendarahan jaringan sekaligus memperhalus hasil sayatan dalam proses pembedahan, maka dirancang suatu alat bedah yang memanfaatkan arus listrik dengan frekuensi tinggi, alat tersebut dikenal dengan nama Electrosurgery Unit (ESU). Dengan menggunakan frekuensi tinggi/Radio Frequency (RF), ESU memiliki kelebihan dibanding menggunakan pisau bedah biasa, antara lain:

19



Mengurangi kemungkinan terjadinya pendarahan selama dilakukan operasi



Mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan selama operasi



Mengurangi infeksi yang mungkin terjadi akibat kontaminasi bakteri Selain itu terdapat juga kekurangan yang ditimbulkan akibat menggunakan

ESU dalam proses pembedahan, antara lain:  Menimbulkan luka bakar dan membekas pada permukaan kulit  Memungkinkan sel-sel di sekitar jaringan yang dilakukan sayatan menjadi rusak Secara dasar terdapat dua bentuk pembedahan dari penggunaan ESU, yaitu cutting dan coagulating. Cutting adalah bentuk penggunaan alat untuk melakukan pemotongan atau membuat sayatan dan coagulating adalah bentuk penggunaan pesawat untuk melakukan penutupan luka atau penggumpalan pendarahan. Kemudian terdapat bentuk penggunaan pesawat ESU untuk kegunaan yang lainnya seperti fulgurasi (fulgurate) yaitu penghancuran bagian tubuh atau jaringan yang tidak dikehendaki, kemudian desiskasi (desiccate) adalah pengeringan bagian tubuh pada permukaannya, lalu kauterisasi adalah pembuangan bagian tubuh/jaringan yang tidak dibutuhkan. ESU memiliki 2 pemilihan mode, yaitu mode bipolar dan mode monopolar. Pada pemilihan mode monopolar, ESU menggunakan 2 electrode, electrode aktif dan electrode netral dalam proses kerjanya baik untuk menyayat jaringan atau menutup luka. Electrode aktif adalah bagian yang mengalirkan arus listrik dengan frekuensi tinggi selama proses pembedahan. Electrode aktif memiliki penampang

20

sempit guna memusatkan arus listrik yang berfrekuensi tinggi. Umumnya electrode aktif bersifat disposable yakni hanya digunakan sekali pakai dan harus diganti untuk pasien selanjutnya. Beberapa macam electrode aktif antara lain electrode jarum , electrode pisau, electrode keping dan electrode bola Sedangkan electrode netral adalah bagian yang meneruskan aliran arus listrik kembali ke pesawat dan dinetralkan (grounding). Electrode netral memiliki penampang luas untuk ditempelkan ke tubuh pasien. Electrode netral terbagi 2 macam, antara lain:  Reuseable Netral electrode, dimana electrode netral dapat digunakan bergantian lebih dari satu pasien dengan syarat dilakukan sterilisasi sebelum digunakan  Disposible Netral electrode, dimana electrode netral hanya digunakan sekali pakai dan harus diganti untuk pasien selanjutnya. Umumnya digunakan electrode netral disposable jenis NESSY (Neutral Electrode Safety System) dengan daya rekat terhadap kulit kuat sehingga tidak ada celah yang dapat menimbulkan luka bakar selama penggunaan alat. Pada pemilihan mode Bipolar, digunakan satu electrode yang sekaligus berfungsi sebagai electrode aktif dan netral, electrode bipolar yang umum digunakan adalah electrode jepit. Kelengkapan dari ESU lainnya adalah pengoperasiannya menggunakan handswitch dan footswitch. Dimana fungsi dari keduanya adalah sama, yaitu sebagai saklar yang bila dalam posisi On (hubung tutup), akan mengalirkan output ESU ke electrode aktif. Umumnya untuk handswitch secara langsung terpasang

21

bersama electrode aktif. Untuk

footswitch terpasang menjadi komponen

tambahan alat, biasanya karena bentuk electrode bipolar seperti jepit, user akan kesulitan melakukan pensaklaran handswitch, maka digunakan pensaklaran footswitch untuk penggunaan bipolar surgery.

Gambar 3.1 Handswitch electrode aktif

Gambar.3.3 Footswitch

Gambar 3.2 Electrode bipolar

Gambar 3.4 Electrode netral

Gambar 3.5 Macam electrode aktif 3.2 Teori Dasar Secara umum, jika suatu tahanan dialirkan arus listrik

maka akan

menimbulkan panas. Umumnya tiap zat atau bahan memiliki nilai impedansi masing-masing terhadap arus listrik yang melewatinya. Demikian juga jaringan

22

tubuh manusia, terdapat bermacam-macam unsur dan elemen dengan impedansi berbeda. Secara umum unsur jaringan tubuh manusia terbagi menjadi dua, yaitu jaringan atau unsur dengan kadar air yang cukup banyak sehingga memiliki nilai impedansi kecil, seperti misalnya otot, daging dan darah. Kemudian jaringan atau unsur dengan kadar air yang sedikit sehingga memiliki nilai impedansi besar, seperti misalnya kulit, lemak dan tulang. Pada jaringan dengan kadar air tinggi seperti daging dan otot dengan kadar air sekitar 72-75% , menyebabkan jaringan memiliki nilai impedansi kecil sehingga jaringan dapat mengalirkan arus listrik besar bersamaan dengan energi panas yang ditimbulkan menjadi besar. Sedangkan pada jaringan tubuh dengan kadar air rendah seperti pada jaringan lemak sekitar 14% dan jaringan kulit sekitar 5-10%, menyebabkan jaringan memiliki nilai impedansi besar sehingga jaringan hanya mengalirkan arus listrik kecil bersamaan dengan energi panas yang ditimbulkan rendah. Ketika arus listrik dialirkan melalui jaringan biologis tubuh manusia, akan menimbulkan tiga efek, antara lain:

Gambar 3.6 Efek arus listrik mengalir pada jaringan biologis

23



Efek Thermal/ Panas Arus listrik yang mengalir pada jaringan biologis dapat menimbulkan efek thermal atau panas. Rumusan untuk besarnya panas yang dihasilkan oleh arus listrik dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: ……………………...……(3.1) Dimana, Q = Kuantitas panas yang dihasilkan (J), 1 Joule = 0,239 kal I

= Intensitas arus listrik yang mengalir melalui jaringan biologis (A)

R = Nilai impedansi jaringan biologis yang dialiri arus listrik (Ω) t

= Lama waktu arus listrik dialirkan pada jaringan biologis (s)

Dengan memisalkan, pada suatu jaringan memiliki nilai impedansi sebesar 125 Ω, dialirkan arus listrik 0,5 A, dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan besarnya panas yang dihasilkan dalam waktu satu detik. …...……(3.2) 1 kalori merupakan satuan kuantitas panas yang dapat menaikkan suhu air 1cm3 sebesar 1o C. Jika arus pada permisalan perhitungan diatas dialirkan pada 1cm3 jaringan biologis dengan kandungan air yang cukup banyak, maka temperatur jaringan biologis tersebut akan meningkat sebesar o

C. Ditemukanlah prinsip dasar ESU dimana digunakan electrode

dengan luas penampang kecil untuk memusatkan panas. 

Efek Faradik Sel biologis memiliki rasa sensitif terhadap arus listrik, seperti pada sel syaraf dan sel otot dapat dengan mudah terangsang oleh arus listrik

24

sehingga menimbulkan kontraksi otot, rasa nyeri dan rasa sakit. Hal tersebut disebut dengan efek faradik. Dalam pembedahan dengan menggunakan arus berfrekuensi tinggi, efek faradik sangat tidak diinginkan untuk terjadi. Penyebab terjadinya efek faradik adalah jika menggunakan arus listrik dengan rentang frekuensi antara 1-100 KHz, kemudian jika menggunakan frekuensi diatas 100 KHz, efek faradik akan mulai menurun. Sampai pada frekuensi diatas 300KHz efek faradik dapat diabaikan. Dengan mengacu pada hal itu, perancangan ESU harus menggunakan arus frekuensi tinggi minimal 300KHz. 

Efek Elektrolisis Efek elektrolisis terjadi ketika arus listrik yang dialirkan pada jaringan biologis adalah arus DC (Direct Current). Dimana ketika arus listrik dapat mengalir pada jaringan akibat konduktivitas dari kandungan elektrolit dalam jaringan biologis. Dalam jaringan biologis, ion-ion dari larutan elektrolit akan bergerak menuju electrode-electrode sesuai dengan polaritas dari ion-ion tersebut, akibatnya akan terjadi konsentrasi dari ionion pada sisi jaringan dimana elektroda-elektroda ditempelkan pada jaringan biologis tersebut. Akhirnya keseimbangan elektrolit akan terganggu dan akan terjadi kerusakan pada jaringan biologis.

Gambar 3.7 Pergerakan ion-ion ketika jaringan biologis dialiri arus DC

25

Berbeda jika menggunakan arus AC (Alternating Current) dengan frekuensi tinggi, arah pergerakan ion-ion tersebut akan berubah-ubah sesuai dengan frekuensi dari arus listrik tersebut, sehingga efek kerusakan yang dapat ditimbulkan dari efek elektrolisis dapat dihindari. Maka perancangan ESU harus menggunakan arus listrik AC berfrekuensi tinggi.

Gambar 3.8 Pergerakan ion-ion ketika jaringan biologis dialiri arus AC Dengan mengacu pada efek-efek yang ditimbulkan arus listrik jika dialirkan pada jaringan tubuh biologis, maka perancangan ESU mempergunakan efek panas yang dimanfaatkan untuk pembedahan sehingga dapat menghasilkan penutupan luka hasil sayatan dan mengurangi pendarahan, kemudian harus menggunakan arus AC dan frekuensi diatas 300 KHz guna menghilangkan atau membuat efek faradik dan elektrolisis menjadi terabaikan sehingga keselamatan pasien terjaga. ESU secara dasar terdiri dari electrode aktif dan electrode netral. Dimana electrode netral direkatkan pada bagian belakang atau bawah tubuh pasien yang akan dilakukan operasi. Electrode

aktif akan mengalirkan arus berfrekuensi

tinggi ketika electrode aktif didekatkan pada bagian tubuh yang dioperasi. Dengan menggerakkan electrode aktif pada bagian tubuh yang dioperasi, maka akan terjadi sayatan, dimana sayatan yang dihasilkan tidak akan menimbulkan

26

pendarahan karena energi panas yang ditimbulkan pada ujung electrode aktif menyebabkan terjadinya penutupan luka. Menggunakan electrode aktif dan electrode netral agar aliran listrik AC berfrekuensi tinggi yang dibangkitkan dapat mengalir dari electrode aktif, melalui jaringan tubuh menuju electrode netral dan kembali ke alat, menjadi suatu loop rangkaian tertutup. ESU memanfaatkan arus listrik dengan frekuensi tinggi. Frekuensi tinggi yang digunakan dihasilkan oleh osilator pada pesawat. Pada awal perkembangan Electrosurgery unit, digunakan osilator spark gap sebagai pembangkit frekuensinya, kemudian berkembang dan diganti menggunakan osilator tabung hampa. Sampai kemudian ESU yang sekarang digunakan, kebanyakan pembangkit frekuensinya menggunakan osilator transistor dan IC. Energi panas dihasilkan pada ESU karena pemusatan arus listrik berfrekuensi tinggi pada ujung electrode aktif dengan penampang kecil. Energi panas yang dihasilkan digunakan untuk memanaskan jaringan yang tersayat secara cepat, sehingga sel-sel di sekitar sayatan menguap dan mengering. Pada electrode netral dirancang berpenampang lebar agar tidak terjadi pemusatan arus listrik serta diharapkan menempel merata dan tanpa celah pada jaringan agar tidak menimbulkan luka bakar dan saat dialirkan arus listrik, arus akan menyebar merata di seluruh bagian electrode netral.

Gambar 3.9.a Netral Electrode (NE) menempel merata pada jaringan b Netral Electrode (NE) menempel kurang merata pada jaringan

27

Dari Gambar 3.9.a terlihat electrode netral (NE) menempel dengan merata pada permukaan jaringan biologis, sehingga ketika electrode aktif ditempelkan pada sisi lain dari jaringan biologis dan kemudian dilakukan pengaliran aliran listrik AC berfrekuensi tinggi, terlihat aliran listrik mengalir dari ujung electrode aktif kemudian melebar pada permukaan jaringan biologis yang terpasang electrode netral secara rapat, aliran listrik kemudian kembali ke alat. Sedangkan pada Gambar 3.9.b. terlihat electrode netral terpasang kurang menempel baik pada permukaan jaringan biologis sehingga timbul celah. Kemudian ketika aliran listrik AC berfrekuensi tinggi, dialirkan dari electrode aktif, melewati jaringan biologis, akan terjadi pemusatan aliran arus karena electrode menempel hanya sedikit. Akibat dari pemusatan tersebut akan terjadi luka bakar pada bagian yang menempel pada electrode netral, menghasilkan efek seperti menggunakan electrode bipolar. Hal tersebut harus dihindari dengan menggunakan NESSY agar electrode netral menempel lebih baik.

3.3 Prinsip Kerja Prinsip kerja ESU adalah melakukan sayatan/penutupan luka dengan arus AC berfrekuensi tinggi yang kemudian akan menimbulkan panas pada jaringan di sekitar sayatan/luka. Panas tersebut dimanfaatkan untuk menutup luka atau pendarahan dari sayatan yang dilakukan. ESU terbagi dua mode, mode bipolar dan monopolar. Pada mode bipolar frekuensi yang digunakan umumnya diatas 100 KHz. Untuk mode monopolar terbagi dua yakni monopolar cutting dan monopolar Coagulating. Frekuensi yang digunakan pada monopolar Cutting

28

umumnya sekitar 540 KHz dan frekuensi yang digunakan untuk

monopolar

Coagulating umumnya sekitar 300 KHz. Pada ESU frekuensi tinggi dihasilkan dari rangkaian pembangkit frekuensi tinggi. Dimana untuk setiap pemilihan mode seperti bipolar, monopolar cutting dan monopolar coagulating memiliki rangkaian pembangkit frekuensi tersendiri. Dengan melakukan pemilihan mode, akan mengaktifkan rangkaian pembangkit frekuensi tinggi yang sesuai. Pada mode monopolar, baik itu monopolar cutting atau monopolar coagulating, setelah melakukan pemilihan mode, rangkaian pembangkit frekuensi tinggi akan membangkitkan frekuensi tinggi, seperti misalnya untuk monopolar cutting sekitar 540 KHz dan untuk monopolar coagulating sekitar 300KHz. Kemudian dengan melakukan setting energi/power, akan dilakukan penguatan terhadap arus listrik AC dengan frekuensi tinggi yang dibangkitkan sesuai tingkat energi/power yang diinginkan. Kemudian arus listrik AC frekuensi tinggi dengan tingkat energi/power yang diinginkan tersebut dialirkan ke electrode aktif, dengan menggunakan footswitch atau handswitch yang berfungsi sebagai saklar. Pada monopolar surgery, electrode netral harus benar-benar kontak terhadap tubuh pasien, sehingga mengurangi resiko terjadinya luka bakar dan membuat ESU dapat bekerja semestinya. Dengan melakukan pengaktifan menggunakan footswitch atau handswitch, terjadi loop tertutup antara sumber, electrode aktif, pasien, electrode netral dan kembali ke sumber, dimana arus listrik AC berfrekuensi tinggi dengan tingkat energi/ power sesuai kebutuhan user dialirkan ke electrode aktif dan dipergunakan untuk melakukan sayatan sebagai fungsi

29

cutting atau dipergunakan untuk penutupan luka sebagai fungsi coagulating terhadap pasien, kemudian

arus listrik akan diterima electrode netral dan

dialirkan kembali ke ESU.\ Untuk mode bipolar tidak berbeda dengan mode monopolar, hanya saja pada mode bipolar menggunakan frekuensi sekitar 100 KHz atau lebih tinggi dan menggunakan electrode aktif khusus bipolar yang mana tidak menggunakan electrode netral. Pada mode bipolar, setelah arus listrik AC frekuensi tinggi dibangkitkan dan dikuatkan sesuai tingkat energi/ power keinginan user, dengan menggunakan footswitch atau handswitch, arus listrik AC frekuensi tinggi dengan tingkat energi/power yang sesuai dialirkan ke electrode aktif bipolar, umumnya electrode aktif bipolar berbentuk seperti pinset dengan dua ujung berpenampang kecil, sehingga dengan pengaktifan menggunakan footswitch atau handswitch, akan terjadi loop tertutup dari sumber, ujung satu electrode bipolar, pasien, ujung lainnya electrode bipolar dan kembali ke sumber. Seperti fungsinya secara umum bipolar surgery digunakan untuk melakukan penghilangan/penghancuran bagian yang tidak diinginkan, dengan bentuk electrode berpenampang sama, maka energi akan terpusat sehingga terjadi pemanasan di kedua sisi yang dapat menyebabkan terjadi

penghancuran

jaringan

dan

memudahkan

untuk

menghilangkan

jaringan/bagian yang tidak diinginkan.

30

3.4 Blok Diagram

Gambar 3.10 Blok diagram ESU secara umum Dari Gambar 3.10 blok diagram ESU secara umum terbagi menjadi beberapa blok, antara lain: 

Power Supply Power Supply merupakan bagian yang mengubah input dari PLN berupa 220 VAC untuk step down dan diubah menjadi DC sehingga dapat didistribusikan ke bagian-bagian ESU yang memerlukan dengan pembagian daya sesuai.



Modulator Modulator merupakan bagian yang memberi pensinyalan frekuensi, dimana modulator mendapat perintah dari blok control untuk memberi pensinyalan frekuensi continue (untuk fungsi monopolar cutting) atau

31

frekuensi intermitten (untuk fungsi monopolar coagulating). Output dari modulator berupa sinyal frekuensi intermitten atau frekuensi continue dengan amplitudo yang mengecil akan dikirim ke blok driver untuk diolah lebih lanjut. 

Osilator Osilator merupakan bagian ESU yang membangkitkan frekuensi awal dengan amplitudo tetap. Ketika ESU dinyalakan, osilator telah bekerja membangkitkan frekuensi awal untuk kemudian diolah pada blok driver dan dikombinasikan dengan output pensinyalan frekuensi dari blok modulator



Driver Driver merupakan bagian yang mengkombinasikan pensinyalan frekuensi dari modulator baik itu continue atau intermitten yang

amplitudonya

mengecil dengan frekuensi yang dibangkitkan osilator dengan amplitudo tetap, sehingga dihasilkan sinyal frekuensi tinggi continue atau intermitten dengan amplitudo tetap. 

HF Filter HF Filter atau High Frequency Filter, merupakan bagian yang melakukan penghalusan frekuensi tinggi output dari blok driver. HF Filter akan meloloskan frekuensi tinggi yang telah diperhalus dan sesuai kemudian dikuatkan untuk selanjutnya diteruskan pada blok control.

32



Control Control merupakan bagian melakukan pengendalian dan memberi perintah pengoperasian tiap blok ESU. Blok control menerima input setting dari user kemudian melakukan pengolahan perintah, selanjutnya mengatur blok atau bagian mana untuk aktif dan bekerja sesuai alur kerja sistem. Blok control juga melakukan seleksi dan penyesuaian hasil output agar sesuai dengan setting user dan terus–menerus memantau keamanan pasien.



Power Amp Power Amp merupakan bagian yang melakukan penguatan-penguatan arus dan tegangan sehingga dihasilkan output arus listrik frekuensi tinggi dengan tingkat energi yang sesuai dengan intensitas yang diinginkan user.



Overload Protection Overload Protection merupakan bagian yang terus-menerus melakukan pemantauan output dari power amp, agar output energi/ power dari hasil penguatan arus dan tegangan pada power amp sesuai dengan setting input user. Overload protection secara otomatis memutus output dari power amp ke electrode aktif jika dideteksi energi electrode yang berlebih untuk keamanan pasien. Overload protection melakukan pemantauan terhadap electrode netral. Pemasangan electrode netral yang kurang merata dan kurang rapat pada pasien dapat menimbulkan luka bakar, sehingga ketika dideteksi pemasangan kurang tepat, overload protection akan memutus output energi power amp ke electrode aktif dan membunyikan alarm sebagai tanda terjadi kesalahan prosedur penggunaan ESU

33



Electrode Aktif Electrode aktif merupakan electrode yang menerima output arus listrik frekuensi tinggi dengan energi/power sesuai setting user dari power amp untuk kemudian digunakan terhadap pasien. Electrode aktif biasanya menggunakan handswitch dimana energi/power dapat disalurkan dengan melakukan penekanan saklar tangan pada electrode aktif tersebut. Electrode aktif dapat juga dikombinasikan dengan footswitch, dimana pensaklaran dilakukan dengan menginjak pedal, sehingga arus listrik frekuensi tinggi dengan energi/power yang diinginkan user dapat dialirkan ke ujung electrode dan digunakan terhadap pasien.



Electrode Netral Electrode netral merupakan bagian yang menerima arus listrik setelah dipergunakan pada pasien. Arus listrik frekuensi tinggi dengan energi/power yang sesuai setting user dapat dipergunakan ke pasien hanya jika electrode netral terpasang merata dan rapat pada tubuh pasien. Antara sumber, electrode aktif , pasien, electrode netral dan kembali ke sumber, terbentuk loop tertutup. Dari blok diagram ESU secara umum dapat dijelaskan proses kerja

pesawat ESU. Proses kerja dimulai dari jala-jala PLN memberi input arus dan tegangan AC pada power supply. Power supply akan menurunkan tegangan dengan trafo step down kemudian mengubah arus dan tegangan AC menjadi DC, selanjutnya mengatur pembagian kebutuhan daya tiap sistem yang membutuhkan pasokan arus dan tegangan.

34

Blok control sebagai control yang menerima input setting user, akan memberi perintah blok modulator untuk membuat pensinyalan frekuensi continue atau sinyal frekuensi Intermitten yang amplitudonya mengecil, kemudian pensinyalan frekuensi continue atau frekuensi intermitten tersebut dikirim ke blok driver. Driver akan mendapat sinyal pembangkitan frekuensi dengan amplitudo tetap dari blok osilator sehingga driver dapat bekerja mengkombinasikan frekuensi continue atau frekuensi intermitten yang sebelumnya amplitudonya mengecil menjadi frekuensi tinggi continue atau intermitten dengan amplitudo tetap. Kemudian frekuensi tinggi dengan amplitudo tetap dan bentuk frekuensi continue atau intermitten tersebut dikirim ke blok HF filter, pada blok HF filter frekuensi tinggi tersebut diperhalus dan dikuatkan. Selanjutnya frekuensi tinggi keluaran dari blok HF filter dikirim ke blok control untuk disesuaikan dengan setting input dari user. Jika belum sesuai blok control akan mengirim perintah lagi ke blok modulator untuk membuat sinyal frekuensi yang sesuai dan alur kerja proses pembangkitan frekuensi tinggi kembali diulang. Setelah bentuk dan frekuensi tinggi telah sesuai, blok control akan meneruskan ke power amp untuk menguatkan arus dan tegangan sehingga menghasilkan keluaran arus listrik dengan tingkat energi/power dan frekuensi tinggi yang sesuai dengan setting user. Selanjutnya Blok Overload Protection akan memantau keluaran dari power amp tersebut. Bila keluaran power amp tersebut kurang, atau tidak mencapai kesesuaian dengan setting user, maka blok overload protection akan mengirim pensinyalan ke blok osilator agar membangkitkan frekuensi awal lebih tinggi, kemudian dikombinasikan dengan

35

pensinyalan dari modulator pada blok driver, selanjutnya diperhalus dan dikuatkan pada blok HF filter, kemudian disesuaikan terhadap setting user pada blok control, maka dapat diteruskan untuk dilakukan penguatan arus dan tegangan untuk mendapat tingkat energi/power yang sesuai pada power amp. Keluaran power amp berupa arus listrik frekuensi tinggi dengan tingkat energi/power yang telah sesuai dengan setting user dapat diteruskan untuk standby pada pensaklaran yang hanya dapat diaktifkan dengan handswitch atau footswitch. Ketika user mengaktifkan handswitch atau footswitch, arus listrik frekuensi tinggi dengan tingkat energi/power yang sesuai setting user tersebut disalurkan ke electrode aktif dan dipergunakan pada pasien dengan syarat electrode netral menempel merata pada tubuh pasien agar terjadi loop tertutup antara sumber energi, electrode aktif, pasien, electrode netral dan kembali ke sumber energi. Blok overload protection akan memantau keluaran power amp yaitu energi/power dengan frekuensi tinggi secara terus menerus. Ketika blok overload protection mendeteksi keluaran power amp yang terlalu besar melampau setting input user, blok overload protection dapat memberi pensinyalan ke osilator untuk berhenti membangkitkan frekuensi, sehingga proses kerja ESU akan terhenti dan timbul bunyi alarm sebagai tanda terjadi permasalahan. Blok overload protection juga memantau kontak electrode netral terhadap pasien, dimana jika kontak electrode netral terhadap pasien kurang merata dan rapat, arus dengan energi dan frekuensi tinggi tidak akan dialirkan ke electrode aktif.

36

3.5 Pengamanan Pada Alat Sebagai peralatan medis yang dipergunakan langsung terhadap pasien, ESU harus mampu memenuhi standar keamanan yang mencakup, keamanan terhadap pasien, keamanan terhadap user dan keamanan terhadap alat itu sendiri. Untuk keamanan terhadap pasien, ESU umumnya dirancang dengan sistem safety yang akan mendeteksi kontak antara pasien dengan electrode netral, jika kontak antara pasien dengan electrode netral kurang rapat, maka ESU tidak akan mengeluarkan output energi ke electrode aktif. Selain itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat efek faradik jika arus listrik dialirkan ke tubuh manusia, sehingga ditemukan jika arus listrik memiliki frekuensi 300KHz atau lebih, maka efek faradik dapat diabaikan. Dalam pengoperasian ESU secara umum untuk digunakan dalam proses pembedahan, selain terdapat batas bawah frekuensi untuk dapat membuat efek faradik diabaikan, terdapat pula batas atas frekuensi yang diijinkan. Hal tersebut disebabkan dalam penggunaan ESU, harus diperhatikan kebutuhan frekuensi dan energi dalam suatu perencanaan pembedahan, sehingga saat ESU digunakan, sayatan yang dihasilkan sesuai kebutuhan dan tidak membahayakan pasien. Untuk keamanan batas bawah frekuensi dan batas atas frekuensi ESU yang diijinkan, ESU secara umum dirancang dengan pendeteksi frekuensi yang secara terus-menerus mendeteksi perubahan frekuensi dan output energi yang dihasilkan, untuk kemudian hasil pendeteksiannya diteruskan ke sistem control guna melakukan penyesuaian frekuensi dan energi/power agar sesuai setting user.

37

Gambar 3.11 Rangkaian handswitch berbahaya Untuk keamanan terhadap user, ESU umumnya menggunakan handswitch dan footswitch sebagai pensaklaran untuk mengeluarkan arus listrik AC berfrekuensi tinggi dengan energi/power yang sesuai setting user ke electrode aktif. Pada handswitch, terlihat bentuknya seperti tombol yang jika ditekan akan membuat output dari ESU dapat dialirkan ke electrode aktif. Jika seperti Gambar.3.11, output berupa arus listrik AC berfrekuensi tinggi dengan energi/power sesuai setting user tersebut akan sangat berbahaya jika secara tidak sengaja mengalir ke user ketika ternyata saat tombol yang ditekan pada handswitch menjadi penghantar akibat secara tidak sengaja tombol tersebut atau tangan user basah terkena cairan yang dapat menjadi konduktor, sehingga output dari ESU berupa arus listrik AC berfrekuensi tinggi dengan tingkat energi/power sesuai setting user dapat membahayakan user.

Gambar 3.12 Rangkaian handswitch yang lebih aman Dengan demikian, perancangan dari handswitch secara umum dan sederhana mengacu seperti Gambar 3.12 dimana menggunakan relay dalam pensaklaran untuk mengalirkan output ESU ke ujung electrode aktif. Vcc yang

38

digunakan untuk mengaktifkan relay umumnya tidak besar dan tidak membahayakan user, maka dengan perancangan handswitch secara umum dan sederhana mengacu seperti Gambar 3.12 sehingga keamanan user lebih terjaga. Untuk keamanan terhadap alat, ESU memiliki sistem overload protection. Sistem overload protection seperti dijelaskan sebelumnya, sistem overload protection secara terus-menerus memantau produksi output energi/power dengan frekuensi tinggi secara terus menerus. Ketika sistem overload protection mendeteksi output yang terlalu besar melampau setting user, sistem overload protection dapat memberi pensinyalan ke pembangkit frekuensi tinggi untuk berhenti melakukan membangkitkan frekuensi, sehingga proses kerja ESU akan terhenti dan timbul bunyi alarm sebagai tanda terjadi permasalahan. Selain bunyi alarm, sistem overload protection memberi masukan sinyal ke microcontroller untuk kemudian menampilkan kode error pada display. Dengan adanya kode error yang tertampil ESU tidak akan memproses perintah untuk melakukan kerja sampai dilakukan pengecekan lebih lanjut sebagai penanganan terhadap kode error tersebut, maka komponen-komponen penting dalam ESU dapat terjaga sehingga masa pakai alat menjadi lebih panjang.

3.6

Standar Operasional Prosedur (SOP) Secara umum, setiap ESU memiliki prosedur pengoperasian yang tidak

jauh berbeda. Prosedur tersebut antara lain: Persiapan a. Memposisikan alat agar dekat dengan tindakan yang akan dilakukan b. Menyiapkan dan mengecek konektor aksesoris yang dibutuhkan

39

c. Memasang kabel grounding dengan terminal pembumian d. Memasang aksesoris (electrode netral, aktif, bipolar, footswitch) sesuai kebutuhan untuk penangan/ tindakan e. Memasang kabel power cord dengan sumber PLN Penggunaan a. Menghidupkan alat dengan menekan tombol ON b. Mengatur selector untuk pemilihan mode (monopolar cut, monopolar coag, bipolar) c. Mengecek alarm dan pengaktifan pensaklaran untuk handswitch serta footswitch d. Memasang electrode netral pada pasien e. Mengatur energi/ power sesuai kebutuhan untuk tindakan yang akan dilakukan f. Melakukan tindakan Penyimpanan a. Setelah alat selesai digunakan, mengembalikan pengaturan energi/ power ke intensitas terendah b. Mematikan alat dengan menekan tombol OFF c. Melepaskan electrode netral, electrode aktif (monopolar) atau electrode bipolar, footswitch dari alat, bersihkan dan simpan sesuai tempatnya d. Melepaskan kabel grounding dari terminal pentanah e. Melepaskan kabel power cord dari sumber PLN f. Mengembalikan pada posisi penyimpanan alat

40

3.7 Pemeliharaan Alat Pada ESU secara umum dilakukan pemeliharaan agar alat selalu dalam kondisi laik pakai. Pemeliharaan tersebut terbagi menjadi pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan dan tahunan. Untuk ESU umumnya dilakukan pemeliharaan 3 bulanan dan pemeliharaan tahunan. Pemeliharaan tersebut meliputi:  Pemeliharaan per 3 bulanan Merupakan pemeliharaan yang dilakukan setiap 3 bulan, antara lain: o Mengecek dan membersihkan seluruh bagian alat o

Mengecek fungsi electrode netral (bila perlu ganti)

o Mengecek fungsi electrode aktif (bila perlu ganti) o Mengecek fungsi tombol pada panel unit o Mengecek fungsi sistem alarm o Mengecek kabel power cord dan grounding o Mengecek fungsi handswitch dan footswitch o Mengecek fungsi sistem alat o Menguji kinerja alat  Pemeliharaan Tahunan Merupakan pemeliharaan yang dilakukan setiap 1 tahun dan umumnya dilakukan oleh lembaga yang berwenang, antara lain: o Melakukan kalibrasi o Pengujian Safety alat

41

BAB IV ELECTROSURGERY UNIT (ESU) FORCE FX-8C

4.1 Pengenalan ESU Force FX-8C

Gambar 4.1 Electrosurgery Unit (ESU) Force FX-8C ESU Force FX-8C merupakan salah satu model ESU keluaran ValleyLab, sebuah divisi dari Tyco Healthcare Group LP Boulder yang berasal dari Colorado, USA. ESU Force FX-8C dirancang untuk fungsi cutting (sayatan), desiccating (pengeringan) dan fulgurating (penghilangan/penghancuran) baik itu dalam pemilihan mode bipolar ataupun monopolar. Kelebihan ESU Force FX-8C dibanding ESU lainnya adalah menggunakan Instant Response Technology, dimana alat secara otomatis mendeteksi impedansi

42

jaringan dan menyesuaikan tegangan keluaran yang kemudian dipertahankan nilainya, meskipun ketika electrode digerakkan sedikit terdapat perbedaan kepadatan jaringan. Penyesuaian tersebut berdasarkan dari mode yang dipilih, setting energi/power dan tingkat impedansi pada jaringan. Terdapat juga REM (Return Electrode Monitoring)

contact quality

monitoring system, yaitu sistem yang mendeteksi secara terus-menerus kualitas sambungan/ hubungan Return electrode/ electrode netral terhadap pasien. REM system dibuat untuk mengurangi bahaya luka bakar yang sering terjadi saat dilakukan monopolar surgery, dimana pemasangan Return electrode atau electrode netral pada bagian tubuh pasien menempel kurang merata dan rapat . ESU Force FX-8C juga dapat menggunakan electrode netral/ return electrode tanpa fitur REM system, hanya saja lampu indikator penanda REM system akan padam. Namun, jika terjadi suatu perubahan impedansi pada sambungan konektor electrode netral/ return electrode terhadap generator, maka lampu indikator akan menyala merah. Selain fitur-fitur yang dijelaskan diatas, ESU Force FX-8C memiliki kelebihan lainnya, yaitu: 

Memiliki tiga pemilihan untuk mode bipolar, antara lain precise (Low), standart (Medium), dan macro (Macrobipolar).



Memiliki tiga pemilihan untuk mode monopolar cutting, antara lain Low, Pure dan Blend



Memiliki tiga pemilihan mode monopolar coagulating, antara lain desiccate (Low), fulgurate (Medium), dan spray (High)

43



Menunjang fungsi simultan coagulating



Dapat memanggil kembali data mode dan setting energi/power yang terakhir digunakan



Memiliki serial port sehingga dapat dihubungkan dengan perangkat komputer atau laptop untuk pemantauan data dan memory ESU.

4.2 Bagian-bagian Alat ESU Force FX-8C merupakan alat tunggal yang terdiri dari unit utama (cover dan alas) dan power cord, kemudian perlu aksesoris/ instrument yang mengalirkan output alat sehingga dapat digunakan. Electrosurgery Unit Force FX-8C terbagi atas beberapa bagian yang saling terhubung sehingga alat dapat bekerja. Bagian-bagian utama tersebut antara lain, Front Panel Component, Rear Panel Component dan Internal Component.

4.2.1

Front Panel Component

Gambar 4.2 Front Panel Electrosurgery Unit Force FX-8C

44

Pada front panel seperti ditunjukkan Gambar 4.2, terdapat bagian-bagian antara lain Power Switch, Control Setting Mode dan Output power, REM Alarm Indicator, Monopolar Receptacle Instrument dan Bipolar Receptacle Instrument.

4.2.1.1 Power Switch Sebagai tombol ON/OFF, saklar yang memutus dan menyambung supply dari PLN ke alat. Untuk menghidupkan tekan (|) dan untuk mematikan tekan (O).

4.2.1.2 Control Setting Mode dan Output power Terdapat tiga pemilihan dari penggunaan ESU Force FX-8C, antara lain Monopolar Cut, Monopolar Coag dan Bipolar. Kemudian dari masing-masing pemilihan tersebut terbagi tiga mode untuk penyesuaian tindakan yang dilakukan dan dan tingkat energi output yang dibutuhkan. A. Bipolar Control

Gambar 4.3 Bipolar Control pada Front Panel Dari Gambar 4.3 terlihat tombol dan indikator untuk mengontrol pemilihan Bipolar. Bipolar indicator akan menyala biru diikuti bunyi nada jika bipolar aktif. Power Button berbentuk panah atas dan bawah dimana panah atas

45

untuk menaikkan Setting Power dan panah bawah untuk mengurangi setting power Output Bipolar. Bipolar Display berfungsi menampilkan setting power dengan satuan watt untuk setiap pemilihan Mode. Mode Indicator akan menampilkan nyala hijau dengan penekanan tombol mode yang digunakan. Mode tersebut yaitu, Precise Mode (penghancuran jaringan yang halus dan lunak), Standard Mode (penghancuran jaringan biasa, merupakan mode default dari Bipolar), dan Macro mode (penghancuran jaringan yang besar/padat). B. Monopolar Cut Control

Gambar 4.4 Monopolar Cut Control pada Front Panel Dari Gambar 4.4 terlihat tombol dan indikator untuk mengontrol pemilihan Monopolar Cut. Monopolar Cut Indicator akan menyala kuning diikuti bunyi nada jika Monopolar Cut aktif. Power Button berbentuk panah atas dan bawah dimana panah atas untuk menaikkan Setting Power dan panah bawah untuk mengurangi setting power Output Monopolar Cut. Monopolar Cut Display berfungsi menampilkan setting power dengan satuan watt untuk setiap pemilihan Mode. Mode Indicator akan menampilkan nyala hijau

46

dengan penekanan tombol mode yang digunakan. Mode tersebut yaitu, Low Mode (sayatan kecil dan halus dengan sedikit atau tanpa spark), Pure Mode (sayatan sedang/datar dengan sedikit atau tidak menimbulkan hemostasis (penghentian pendarahan), merupakan mode default dari Monopolar Cut).dan Blend mode (sayatan besar dan kasar dengan gerakan lambat yang menimbulkan hemostasis). C. Monopolar Coag Control

Gambar 4.5 Monopolar Coag Control pada Front Panel Dari Gambar 4.5 terlihat tombol dan indikator untuk mengontrol pemilihan Monopolar Coag. Monopolar Coag Indicator akan menyala biru diikuti bunyi nada jika Monopolar Coag aktif. Power Button berbentuk panah atas dan bawah dimana panah atas untuk menaikkan Setting Power dan panah bawah untuk mengurangi setting power Output Monopolar Coag. Monopolar Coag Display berfungsi menampilkan setting power dengan satuan watt untuk setiap pemilihan Mode. Mode Indicator akan menampilkan nyala hijau dengan penekanan tombol mode yang digunakan. Mode tersebut yaitu Desiccated Mode (menghancurkan area pada jaringan dengan kontak 47

langsung terhadap electrode aktif), Fulgurated Mode (mengeringkan area pada jaringan dengan spray atau spark, merupakan mode default dari Monopolar Coag), dan Spray mode (koagulasi jaringan dengan area luas menggunakan spray atau spark. Penetrasi lebih dangkal dan area pada jaringan lebih luas dibanding Fulgurated mode). Dari Gambar 4.2, pada front panel terdapat recall button. Recall button berfungsi memanggil kembali setting yang terakhir digunakan, meliputi mode dari Bipolar, monopolar cut dan monopolar coag beserta setting tingkat energi yang terakhir digunakan.

4.2.1.3 Bipolar dan Monopolar Receptacle Instrument

Gambar 4.6 Bipolar Instrumen Receptacle Dari Gambar 4.6 tampak bipolar receptacle instrument pada front panel sebagai konektor tempat instrumen electrode bipolar dihubungkan.

Gambar 4.7 Monopolar Instrumen Receptacle Kemudian dari Gambar 4.7 tampak monopolar receptacle instrument pada front panel sebagai konektor tempat instrument electrode aktif dihubungkan. Pada Monopolar instrument receptacle dengan kode 1/CEM mendukung aksesoris 4pin CUSA (Cauter Ultrasonic Aspirator) dengan mekanisme CEM (CUSA Electrosurgery Module) yang akan ditandai dengan indikator CEM pada front

48

panel menyala hijau. Monopolar instrument receptacle dengan kode 1/ CEM juga mendukung aksesoris 1-pin untuk electrode aktif dengan pengaktifan footswitch atau aksesoris 3-pin untuk electrode aktif dengan pengaktifan handswitch. Sedangkan pada Monopolar instrument receptacle dengan kode 2 mendukung aksesoris 1-pin untuk electrode aktif dengan pengaktifan footswitch atau aksesoris 3-pin untuk electrode aktif dengan pengaktifan handswitch.

4.2.1.4 REM Alarm Indicator

Gambar 4.8 REM Alarm Indicator pada Front Panel Dari Gambar 4.8 indikator REM alarm pada front panel sebagai penanda kontak return electrode/ electrode netral. Indikator REM akan menyala hijau jika kontak pasien dengan electrode netral terhubung rapat dan merata dengan baik. Namun jika kontak pasien dengan electrode netral terhubung kurang rapat dan tidak merata dengan baik, indikator REM akan menyala merah dan timbul nada alarm. Indikator REM akan terus menyala merah sampai dilakukan perbaikan kontak pasien dengan return electrode/ electrode netral, maka Indikator REM kembali menyala hijau. Jika digunakan electrode netral yang tidak menggunakan fitur REM, indikator REM akan padam jika kontak pasien dengan electrode netral terhubung rapat dan merata dengan baik, tapi jika kontak pasien dengan electrode netral terhubung kurang rapat dan tidak merata dengan baik, indikator REM akan menyala merah dan timbul nada alarm. Hal tersebut akan berlangsung sampai dilakukan perbaikan kontak pasien terhadap electrode netral, maka indikator REM kembali padam. 49

4.2.2 Rear Panel Component 4.2.3

Gambar 4.9 Rear Panel pada Electrosurgery Unit Force FX-8C Dari Gambar 4.9 terlihat Rear Panel dengan bagian-bagian penting, antara lain Equipotential Grounding, Monopolar dan Bipolar Switch Receptacle, Power Entry Module, Volume Control, dan Option Panel.

4.2.2.1 Equipotential Grounding Merupakan sambungan grounding atau pentanahan ESU ForceFX-8C yang harus dihubungkan dengan media grounding.

4.2.2.2 Monopolar dan Bipolar Switch Receptacle

Gambar 4.10 Monopolar dan bipolar footswitch receptacles Dari Gambar 4.10, footswitch dihubungkan jika ingin menggunakan instrument dengan pengaktifan dari footswitch. Untuk penggunaan monopolar, footswitch yang digunakan berupa 2-pedal footswitch (cut dan coag). Pada

50

Monopolar footswitch Receptacle kode 1 akan berhubungan dengan instrument electrode aktif yang dihubungkan dengan monopolar receptacle 1/CEM pada front panel. Sedangkan untuk Monopolar footswitch Receptacle kode 2 akan berhubungan dengan instrument electrode aktif yang dihubungkan dengan monopolar receptacle dengan kode 2 pada front panel. Kemudian untuk bipolar footswitch, digunakan single-pedal. Penggunaan bipolar footswitch Receptacle akan berhubungan dengan instrument electrode bipolar yang dihubungkan dengan bipolar receptacle pada front panel.

4.2.2.3 Power Entry Module

Gambar 4.11 Power Entry Module pada Rear Panel Gambar 4.11 merupakan konektor tempat dihubungkannya kabel AC power ke ESU Force FX-8C. Terdapat Fuse Drawer sebagai tempat Fuse/sekring, guna pengaman arus berlebih.

4.2.2.4 Volume Control

Gambar 4.12 Volume Control pada Rear Panel Digunakan untuk mengatur volume suara yang keluar. Didesain tidak dapat di silent sebagai penanda bahwa generator aktif dan sedang melakukan output energi ketika digunakan.

51

4.2.2.5 Option Panel

Gambar 4.13 Option Panel pada Rear panel Plate pada rear panel dapat dibuka dan menunjukkan serial port, expansion port dan RF activation port. Serial port sebagai penghubung ESU Force FX-8C ke komputer dengan menggunakan RS-232 Communication Protocol dapat diperoleh informasi alat, penggunaan, error yang pernah terjadi dan lainnya. Expansion port dapat memungkinkan alat yang terhubung memperoleh informasi rentang tegangan RF dan arus yang dibangkitkan, juga memberi sinyal ke generator yang dapat menghentikan output RF.

4.2.3

Internal Component Internal

Component

adalah

komponen-komponen

dalam

ESU

Force FX-8C yang berada di dalam alat dan saling berintegrasi sehingga alat dapat berfungsi. Komponen internal tersebut antara lain Control Board, Display Board, Front Panel, Footswitch Board, dan Power Supply/RF Board .

4.2.3.1 Control Board Control Board berisi sirkuit-sirkuit pengontrol generator termasuk indikator dan switch pada display board serta tahapan output RF (Radio Frequency) dalam Power Supply/ RF Board. Firmware dalam Control Board bertugas melakukan diagnosa dan inisialisasi rutin. Error ditandai dengan alarm kode pada front panel. Control Board meliputi :

52

A. Microcontroller Electrosurgery Unit Force FX-8C menggunakan 2 microcontroller utama yang saling berkomunikasi menggunakan Shared RAM.. Terdapat juga microcontroller ketiga yang membantu fungsi ESU. Microcontroller tersebut antara lain: a. Main Microcontroller (80C562) Bertanggung jawab terhadap keseluruhan kontrol sistem. Memonitor seluruh fungsi dosage error dan Safety Circuit. Melaksanakan fungsi user interface, termasuk kontrol aktivasi. Bertanggung jawab terhadap fungsifungsi utama antara lain:  Segment display driver dan LED Update  Power control button, tombol mode, dan aktivasi interface  Serial Port Interface  Penanganan Alarm  REM (Return Electrode Monitoring)  Kontrol Audio  Kontrol memory dan storage (Sistem alarm dan kalibrasi nilai)  Real-time clock control dan Interface  Internal Self-test  Melakukan komunikasi dengan Feedback Microcontroller b. Feedback Microcontroller (80C562) Memiliki fungsi menerima perintah dari Main Microcontroller dan ketika generator aktif, akan mengatur kombinasi relay dengan tepat dan

53

mengaktifkan output RF (Radio Frequency). Secara terus-menerus menyesuaikan sinyal output generator dengan mengontrol High Voltage DC Power Supply dan RF clock circuit. Bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi utama antara lain:  Mengontrol jeda relay dan relay output  T_On ASIC Waveform Control  Kontrol kebocoran  Control feedback Tegangan konstan, arus dan daya.  Inisialisasi ECON  Update informasi real-time (tegangan, arus, daya, impedansi dan effect mode)  Memory Test  Melakukan komunikasi dengan Main Microcontroller c. Dedicated Microcontroller (89C54) Disebut juga ASIC atau Application-Spesific Integrated Circuit merupakan microcontroller yang membangkitkan RF (Radio Frequency) Drive Waveform (T_ON\) pada RF Output Stage. B. Shared RAM (IDT 713425A) Berfungsi membantu Main Microcontroller dan Feedback Microcontroller untuk saling mengkomunikasikan data . C.

I/O Expansion Electrosurgery Unit Force FX-8C menggunakan tiga I/O Expansion:  Satu PSD412 Programmable Peripheral

54

 Satu PSD413 Programmable Peripheral  Satu 82C55 Expansion Port D. Keyboard Interface dan Aktivasi Input Meneruskan dan menerima hasil input data menggunakan keyboard pada front panel untuk selanjutnya diolah pada main microcontroller. E.

Power Supply Supervisor Circuit (MAX691) Memonitor tegangan power supply ketika terjadi gangguan listrik atau

peringatan baterai habis. F.

ADC dan DAC Merupakan converter yang mengubah dari sinyal analog ke sinyal digital

(ADC) dan pengubah sinyal digital ke analog (DAC). G.

Waveform Generation (T_ON ASIC) Merupakan

fungsi

untuk

membangkitkan

gelombang.

Dedicated

microcontroller (89C54) menghasilkan RF drive waveform (T_ON\) untuk penguatan RF output pada Power supply/RF board. Feedback microcontroller mengontrol fungsi pengkodean pembangkit gelombang (T_ON ASIC) sampai feedback microcontroller menerima permintaan aktivasi. H.

T_ON Average Check T_ON Waveform generator mengeluarkan gelombang yang terintegrasi

dengan hardware dan kembali ke microcontroller sebagai nilai analog yang disebut T_ON Average. T_ON Average akan berbeda untuk setiap mode output dari T_ON waveform generator. Main microcontroller akan secara berulang

55

melakukan pengecekan T_ON Average guna pemenuhan nilai kalibrasi serta memastikan T_ON waveform generator bekerja semestinya. I.

Audio Alarm Merupakan pengaturan untuk bunyi-bunyi alarm yang berbeda untuk setiap

kondisi, baik itu kondisi saat alat mengeluarkan output secara wajar dan kondisi ketika terjadi error. J.

Serial Interface RS 232 serial port merupakan software interface untuk mendapatkan

informasi dari main microcontroller. Digunakan untuk diagnosis dan kalibrasi, transmisi dan penerimaan perintah serta tidak menghentikan proses dalam electrosurgery unit yang sedang berlangsung. K.

Dosage Error Algorithm Dosage error algoritma untuk closed-loop mode (bipolar dan cut) berdasar

atas perbandingan power yang sebenarnya hasil perhitungan dari main microcontroller menggunakan backup sensor dan power maksimal yang diijinkan. Ketika feedback microcontroller mengoperasikan generator output, main microcontroller menghitung dan mengecek nilai untuk meyakinkan feedback microcontroller mengoperasikan generator dengan baik. L.

Instant Response Algorithm Merupakan algoritma perhitungan untuk mendapatkan hasil output power

pasti secara pasti dengan mengolah impedansi pasien terdeteksi dengan untuk mendapat nilai arus dan tegangan yang dibutuhkan sehingga energi/ power yang diinginkan user dapat tercapai.

56

4.2.3.2 Front Panel Komponen dalam front panel berhubungan dengan display board dan power supply/RF board. Front panel terdiri atas bezel plastik yang didalamnya terdapat membrane keyboard, power switch, mekanisme CEM switch dan REM konektor dengan switch. Membrane keyboard dalam bezel plastik terdiri atas 16 metal dome push button switch

(6 switch up down control power setting, 1 switch recall button,

dan 9 switch mode dari masing-masing pemilihan penggunaan). Power switch sebagai tombol pemutus dan penyambung supply AC ke alat. Internal REM konektor dan switch pendeteksi terhubung dalam bezel. Terdapat dua kabel, satu kabel adalah output dari internal switch yang mendeteksi ada atau tidak konektor pada pin tengah dari REM plug. Kemudian terdapat mekanisme yang terhubung pada bagian dalam front panel bezel untuk monopolar 1/CEM output jack yang akan mendeteksi jika terdapat aksesoris CUSA dengan CEM pada monopolar 1/CEM receptacle yang berupa 4-pin konektor. 4.2.3.3 Display Board Display board sebagai penampil indikator lampu dan power setting dengan 7-segment display, REM alarm LED, dan CEM indikator LED terletak pada front panel. 4.2.3.4 Footswitch Board Footswitch Board terdiri dari sirkuit penerima dan pengubah kode masukan footswitch dan alarm circuit. Footswitch board terhubung dengan power supply/RF board.

57

Dua monopolar footswitch konektor dan satu bipolar footswitch konektor terpasang pada footswitch board dan terpajang pada rear panel. Monopolar footswitch konektor membantu fungsi footswitch untuk monopolar 1/CEM dan monopolar 2 instrument receptacle yang tersambung pada front panel. Bipolar footswitch konektor membantu fungsi footswitch untuk bipolar instrument receptacle pada front panel. Footswitch tidak terhubung langsung dengan pasien. 4.2.3.5 Power Supply/RF Board Power Supply/ RF Board, adalah board utama pada alat yang termasuk didalamnya high voltage power supply dan RF output stage. Fungsi-fungsi utamanya antara lain:  Monitoring tegangan dan arus output  Mendeteksi arus bocor  Spark control circuit  Monitoring Impedansi REM  Mendeteksi penyambungan handswitch  RS 232 konektor  Expansion konektor  Output High voltage relays  Monitoring temperatur dan control kipas A. Power supply/RF board interface Power supply/RF board terhubung dengan board lain dan komponen berikut:  AC input line filter

58

 Control board  Footswitch board  Komponen Heatsink (RF Damping resistor, RF MOSFET, dan high voltage power supply MOSFET)  Low voltage power supply (AC input dan DC output) B. High voltage Power Supply Merupakan Power Supply yang menghasilkan tegangan tinggi. C. Low Voltage Power Supply Merupakan Power Supply yang menghasilkan tegangan rendah. D. RF Output Stage Menerima pensinyalan untuk menghasilkan bentuk output gelombang RF yang berbeda-beda sesuai permintaan input user yang diterima main microcontroller. E. Spark Control circuit Merupakan rangkaian pengontrol spark output ketika user menggunakan setting power yang besar. F. RF leakage Reduction Circuit Berfungsi mengurangi kebocoran RF dimana High voltage RF output akan mengulang sinyal periode bervariasi dengan perubahan spark dan impedansi jaringan pasien sampai kebocoran arus RF pada batas yang diperbolehkan. G. REM Circuit Merupakan sirkuit yang memonitor status kontak pasien dengan return electrode/ electrode netral. Dimana REM circuit akan memproduksi sinyal

59

R_SEN dari hasil pendeteksian kontak electrode netral terhadap pasien yang dikirim ke microcontroller. H. IsoBlock Circuit Merupakan rangkaian pengatur pensaklaran dari handswitch dan footswitch serta mendeteksi hubungan grounding alat. I. Sensor temperatur Merupakan sensor yang mendeteksi temperatur alat ketika dipergunakan dalam waktu kerja cukup lama, untuk menjaga temperatur kerja yang aman sehingga

kondisi

komponen-komponen

alat

tetap

pada

batas

aman.

60

4.3

Blok Diagram

Gambar 4.14 Block Diagram Elecrosurgery Unit Force FX-8C

61

Gambar 4.14 yang menunjukkan block diagram alur kerja dari Electrosurgery Unit Force FX-8C. Terdapat pensinyalan khusus yang dikomunikasikan antar perangkat, sehingga perintah input dari user dapat diproses dan menghasilkan output yang sesuai keinginan dan kebutuhan user

4.3.1 Pensinyalan Antar Bagian Block Diagram Terdapat pensinyalan khusus antar bagian pada block diagram ESU Force FX-8C, antara lain:  Footswitch Command Merupakan perintah yang dikirim dari Footswitch decode ke main microcontroller, dimana footswitch decode mendapat pensinyalan berupa user yang menginjak footswitch sehingga micro switch aktif, tujuannya agar output aliran listrik berfrekuensi tinggi/RF dengan tingkat energi/power yang telah diatur segera dialirkan ke ujung electrode aktif/ bipolar dengan menggunakan pensaklaran footswitch.  Serial Data Merupakan akses informasi kondisi dan kinerja dari main microcontroller melalui serial port dengan menghubungkan komputer atau laptop.  Display Data Merupakan data yang dikirim dari main microcontroller untuk ditampilkan pada display, berupa nilai intensitas dan mode yang digunakan user atau pesan error dan indikator.

62

 Control Input Merupakan input setting yang diinginkan user sebelum electrosurgery unit digunakan. User melakukan input dengan menggunakan keyboard untuk memilih mode dan nilai intensitas output yang diinginkan  Audio Control Merupakan pensinyalan dari main microcontroller ke output audio sebagai tanda alat sedang berfungsi saat dilakukan output atau ketika terjadi pesan error dan alarm.  Calibration Values Merupakan nilai kalibrasi yang tersimpan dari battery backed RAM untuk digunakan dan diproses pada main microcontroller. Selain itu main microcontroller juga menyimpan setting terakhir alat ketika digunakan pada battery backed RAM untuk digunakan kembali ketika user menekan tombol recall pada front panel.  LVDC Monitor LVDC (Low Voltage Direct Current) Monitor, merupakan sistem pemantauan fungsi dan proteksi alat dari block watchdog (pengawas) ke main microcontroller yang memberi nilai-nilai batas sebagai pembanding nilai-nilai input yang terdeteksi dan dikirim ke main microcontroller dari sensor-sensor tegangan dan arus.  Pencil Button Switch Wires Merupakan pensinyalan dari penekanan handswitch ke isolation circuit

63

 Digital Pencil Button Command Merupakan kelanjutan pensinyalan dari isolation circuit sebagai perintah agar output aliran listrik berfrekuensi tinggi/RF dengan tingkat energi/power yang telah diatur segera dialirkan ke ujung electrode aktif/ bipolar dengan menggunakan pensaklaran handswitch.  Dosage Error Merupakan pensinyalan dari main microcontroller untuk pengaturan intensitas output dimana main microcontroller memberi pensinyalan batas maksimal intensitas output yang diperbolehkan.  I2_ Sen Merupakan pensinyalan hasil konversi dari pendeteksian arus AC yang diubah dengan RMS to DC converter menjadi pensinyalan DC sehingga dapat dikirim ke main microcontroller sebagai input informasi arus output sebelum ke electrode untuk diolah lebih lanjut.  V2 _Sen Merupakan pensinyalan hasil konversi dari pendeteksian tegangan AC yang diubah dengan RMS to DC converter menjadi pensinyalan DC sehingga dapat dikirim ke main microcontroller sebagai input informasi tegangan output sebelum ke electrode untuk kemudian diolah lebih lanjut.  R_SEN Merupakan pensinyalan dari REM Circuit berupa nilai impedansi yang terdeteksi pada return electrode/ electrode netral, untuk dikirim ke main microcontroller dan feedback microcontroller sehingga dapat disesuaikan

64

apakah diperbolehkan menghasilkan output yang akan dikirim ke electrode aktif sebagai sistem pengaman terhadap pasien.  VPK+ Merupakan pensinyalan nilai rata-rata yang harus diubah sebagai penyesuaian untuk menghasilkan output amplifier yang sesuai, hal ini terjadi karena kondisi perubahan impedansi beban pada lokasi pasien dilakukan operasi.

Pensinyalan dikirim

ke

main microcontroller

dan

feedback

microcontroller untuk dilakukan pengolahan perintah penyesuaian.  HV_SEN Merupakan pensinyalan dari voltage scaling ke main microcontroller dan feedback microcontroller. Sebagai nilai tegangan terdeteksi dari keluaran high voltage DC power supply yang akan dikirim ke output amplifier, tegangan tinggi DC terdeteksi tersebut diubah menjadi bentuk penskalaan tegangan sehingga dapat dikirim sebagai sinyal input ke main microcontroller dan feedback

microcontroller

untuk

dilakukan

pembandingan

penyesuaian

kebutuhan tegangan agar mencapai nilai yang diinginkan  T_ON AVG T_ON AVG (AVERAGE) merupakan pensinyalan nilai analog yang dari output waveform microcontroller ke main microcontroller dan feedback microcontroller. Main microcontroller terus-menerus melakukan pengecekan nilai pensinyalan T_ON AVG (AVERAGE) yang menentukan pembangkitan frekuensi tinggi /RF untuk disesuaikan agar memenuhi nilai kalibrasi sebagai bukti pembangkitan gelombang telah sesuai.

65

 L_SEN Merupakan pensinyalan dari leakage sense (pendeteksi kebocoran) pada output sebelum ke electrode aktif yang telah diubah menjadi sinyal yang dapat diterima microcontroller dengan menggunakan RMS to DC converter dan kirim ke main microcontroller serta feedback microcontroller untuk menjadi pembanding real-time terhadap batas leakage yang diperbolehkan. Hal ini merupakan salah satu dari sistem pengamanan alat.  HVDC Control HVDC (High Voltage Direct Current) Control merupakan pensinyalan nilai tegangan tinggi DC yang dibutuhkan dari feedback microcontroller ke variable output high voltage power DC supply yang sebelumnya diubah dari bentuk pensinyalan DC menjadi pensinyalan khusus (SYS_ECON) dengan DC to AC converter  SYS_ECON Merupakan

pensinyalan

inisialisasi

ECON

fitur

dari

feedback

microcontroller. ECON mewakili 125% power setting pada front panel hasil kalkulasi main microcontroller dan memverifikasi SYS_ECON. Pensinyalan SYS_ECON selain terkirim ke variable output high voltage power DC supply menjadi perintah pembangkitan tegangan, kembali juga ke feedback microcontroller sebagai umpan balik dan terkirim ke main microcontroller untuk dilakukan perhitungan penyesuaian terhadap power setting dari user dan dari main microcontroller dikirim sinyal dosage error ke variable output high

66

voltage power DC supply untuk menyesuaikan perintah pembangkitan tegangan tinggi yang diperlukan.  Waveform Control Merupakan pensinyalan untuk membangkitkan gelombang yang dikirim dari feedback microcontroller ke output waveform microcontroller. Feedback microcontroller dengan T_ON Application-Spesific Integrated Circuit (ASIC) menunggu perintah untuk pembangkitan gelombang, sampai setelah terdapat perintah

untuk

membangkitkan

gelombang,

feedback

microcontroller

menyesuaikan bentuk pembangkitan gelombang menjadi kode yang mewakili bentuk gelombang sesuai permintaan ke output waveform microcontroller yang menterjemahkan kode dari feedback microcontroller dan membangkitkan gelombang sesuai permintaan.  Relay Control Merupakan perintah pengaktifan kombinasi relay pada output dan scaling relay yang mengatur sistem relay output aliran energi/ power berfrekuensi tinggi/RF yang sesuai dengan setting user ke electrode aktif baik itu melalui pensaklaran handswitch ataupun footswitch. Selain itu juga melakukan buka tutup relay untuk mengalirkan tegangan dan arus yang sesuai selama kegiatan pembangkitan pada alat sebelum menjadi output yang sesuai.  RF Drive Merupakan bentuk frekuensi tinggi/RF yang dibangkitkan dari output waveform

microcontroller

yang

dikirim

ke

output

amplifier

untuk

67

dikombinasikan pada tegangan tinggi DC menjadi tegangan tinggi DC dengan frekuensi tinggi/RF untuk kemudian dikuatkan dan diproses selanjutnya.  Output Transformer Merupakan trafo step up yang meningkatkan dan mengubah tegangan DC output dari amplifier menjadi tegangan tinggi AC.  Output Resonator Merupakan rangkaian yang meloloskan frekuensi tertentu dimana berfungsi menyeleksi apakah frekuensi tinggi/RF yang dibangkitkan telah sesuai dengan yang dibutuhkan menurut input setting user. Jika sudah maka arus AC frekuensi tinggi/RF

dengan tingkat energi/power output dari alat dapat dialirkan ke

electrode aktif.  Leakage Sense Merupakan sensor kebocoran yang mendeteksi kebocoran output secara real-time sebelum dialirkan ke electrode aktif yang kemudian mengirimkan pensinyalan ke RMS to DC converter untuk dilakukan pelaporan ke main microcontroller dan feedback microcontroller.  Current Sense Merupakan sensor arus yang mendeteksi arus dari output sebelum ke electrode aktif secara real time. Terdapat dua current sense salah satu mendeteksi arus untuk dikirim ke feedback microcontroller dan satu yang lainnya mendeteksi arus untuk dikirim ke main microcontroller.

68

 Voltage Sense Merupakan sensor tegangan yang mendeteksi tegangan dari output sebelum ke electrode aktif secara real time untuk dikirim ke RMS to DC converter dan selanjutnya menjadi input ke main microcontroller.

4.3.2 Urutan Kerja ESU Force FX-8C Sesuai Block Diagram Dari Gambar 4.14. dapat dijelaskan urutan kerja ESU Force FX-8C, yakni sebagai berikut: A. Alat dinyalakan dengan melakukan penekanan tombol on pada front panel. Main microcontroller aktif dan mulai melakukan self test atau pengecekan bagian-bagian utama alat, termasuk aksesoris yaitu footswitch, handswitch electrode aktif/bipolar yang terpasang serta return electrode/ electrode netral dengan REM circuit akan mendeteksi impedansi yang terdeteksi pada electrode netral. Battery backed RAM yang menyimpan nilai kalibrasi dan data terakhir ketika alat digunakan akan mengirim informasi ke main microcontroller. Jika terdeteksi tidak ada permasalahan alarm tidak akan berbunyi dan dari main microcontroller mengirim display data ke display yang terletak pada front panel untuk menampilkan indikator-indikator alat normal dan dapat digunakan. B. User kemudian melakukan pemilihan (bipolar, monopolar cut, monopolar coag) beserta mode penggunaan alat, setting tingkat energi/power yang dibutuhkan, atau jika ingin menggunakan pemilihan (bipolar, monopolar cut, monopolar coag) beserta mode dan setting tingkat energi/power ketika alat terakhir digunakan, dapat menekan tombol recall pada front panel.

69

Maka pengaturan dari setting alat yang sebelumnya digunakan kembali dimunculkan. C. Perintah pengaktifan mode

yang diterima main microcontroller dari

keyboard dikirim ke feedback microcontroller melalui Dual Port RAM (shared RAM). Kemudian feedback microcontroller dengan fungsi T_ON ASIC mengubah perintah pengaktifan mode menjadi pengkodean frekuensi sesuai mode yang diinginkan untuk dikirim ke output waveform microcontroller. D. Sinyal kode dari feedback microcontroller tersebut diterjemahkan menjadi pensinyalan untuk membangkitkan bentuk frekuensi tinggi/RF yang diinginkan.

Output

waveform

microcontroller

kemudian

mulai

membangkitkan frekuensi tinggi/RF yang diinginkan tersebut dan dikirim sebagai pensinyalan RF Drive dan standby pada output amplifier menunggu output dari variable output high voltage DC power supply untuk dikombinasikan dan dikuatkan pada output amplifier. Selain itu Output waveform microcontroller juga menghasilkan pensinyalan T_ON AVG (AVERAGE) yang dikirim ke feedback microcontroller dan main microcontroller sebagai umpan balik. Pada main microcontroller T_ON AVG tersebut sebagai pengecekan untuk menyesuaikan dengan nilai kalibrasi bahwa pembangkitan gelombang telah terpenuhi. E. Perintah setting tingkat energi/power dari user yang telah diterima main microcontroller kemudian diolah menjadi pensinyalan perintah yang dikirim ke feedback microcontroller melalui dual port RAM (Shared RAM)

70

ke feedback microcontroller. Kemudian dari feedback microcontroller memberi pensinyalan nilai tegangan tinggi DC yang dibutuhkan ke variable output high voltage DC power supply yang sebelumnya dengan digital to analog converter, pensinyalan dari feedback microcontroller tersebut

diubah

menjadi

sinyal

SYS_ECON.

SYS_ECON

sebagai

pensinyalan yang menginisialisasi fitur ECON (125% power setting pada front panel hasil kalkulasi main microcontroller), dikirim ke variable output High Voltage DC power supply. Pensinyalan SYS_ECON tersebut juga dikirim menjadi umpan balik sebelum sampai ke variable output high voltage DC power supply, kembali ke feedback microcontroller dan ke main

microcontroller. Kembali ke feedback microcontroller sebagai

penyesuaian umpan balik, sedangkan dikirim ke main microcontroller digunakan untuk perhitungan sehingga diperoleh dosage error. Dosage error dikirim ke variable output high voltage DC power supply sebagai nilai batas maksimal untuk keluaran variable output high voltage DC power supply ke output filter. F.

Output tegangan dari variable output high voltage DC power supply yang dikirim ke output amplifier juga dikirim ke voltage scaling. Pada voltage scaling, tegangan tinggi tersebut diubah menjadi bentuk penskalaan tegangan berupa sinyal HV_SEN. Sinyal HV_SEN tersebut dikirim sebagai sinyal input ke main microcontroller dan feedback microcontroller untuk dilakukan pembandingan penyesuaian kebutuhan tegangan agar benarbenar mencapai nilai tegangan yang diinginkan.

71

G. Tegangan tinggi DC keluaran dari High voltage DC power supply yang telah sesuai menjadi input pada output amplifier kemudian dikombinasikan dengan RF_Drive (frekuensi tinggi/RF yang dibangkitkan pada output waveform microcontroller) yang sebelumnya standby menjadi tegangan tinggi DC dengan frekuensi tinggi/RF yang dikuatkan. H. Output dari output amplifier tersebut kemudian dinaikkan dan diubah menjadi tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi/RF pada output transformator. Output amplifier juga mengirimkan pensinyalan VPK+ ke feedback microcontroller dan main microcontroller sebagai penyesuaian untuk mendapatkan output amplifier yang sesuai dengan kebutuhan. I.

Sebelum tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi/RF tersebut dikirim ke electrode aktif, terdapat rangkaian pendeteksi. Tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi/RF diteruskan ke output resonator, yang akan menyeleksi frekuensi tinggi/RF yang diikutkan pada tegangan tinggi AC telah sesuai dengan yang dibutuhkan menurut pemilihan mode oleh user. Kemudian terdapat sensor tegangan yang mendeteksi tegangan tinggi AC dengan Frequency Radio/RF output sebelum ke electrode aktif diubah menjadi

pensinyalan V2_SEN yang telah diubah dengan RMS to DC

converter sehingga dapat dikirim ke main microcontroller. Begitu juga sensor arus yang mendeteksi arus dari tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi /RF output sebelum ke electrode aktif, dengan RMS to DC converter menjadi pensinyalan I2_SEN dikirim ke main microcontroller. Sensor tegangan dan sensor arus yang lain juga mendeteksi tegangan dan arus dari

72

tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi / RF output sebelum ke electrode aktif dengan RMS to DC converter menjadi pensinyalan V_SEN dan I_SEN untuk dikirim ke feedback microcontroller. Nilai-nilai tegangan dan arus yang terdeteksi sensor, baik itu yang terkirim ke feedback microcontroller

dan

main

microcontroller

dikomunikasikan

antar

microcontroller. Selanjutnya sistem watchdog (penjaga) mengirim nilainilai pembanding input tegangan dan arus hasil pendeteksian sensor untuk disesuaikan dengan batas tegangan dan arus yang sesuai untuk dapat diperbolehkan dilanjutkan ke electrode aktif. Selain itu terdapat sensor kebocoran yang mendeteksi kebocoran dari tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi/RF dan tingkat energi/ power output sebelum ke electrode aktif

dengan RMS to DC converter menjadi pensinyalan L_SEN.

Pensinyalan L_SEN dikirim ke main microcontroller untuk diolah dengan data kalibrasi batas kebocoran yang diperbolehkan sebagai sistem pengamanan dari alat. J.

Setelah nilai-nilai pendeteksian tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi/RF output sebelum ke electrode aktif telah sesuai dengan batasbatas

tegangan,

arus,

frekuensi

tinggi/RF

dan

kebocoran

yang

diperbolehkan sesuai perhitungan microcontroller dan nilai kalibrasi, tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi / RF output dapat digunakan untuk dialirkan ke ujung electrode aktif dan dipergunakan ke pasien dengan pensaklaran.

73

K. Untuk pensaklaran dengan handswitch, user melakukan penekanan pada cut/ coag button pada monopolar aktif, penekanan tersebut memberi pensinyalan ke isolation circuit berupa Pencil Button Switch Wires. Pensinyalan analog tersebut diubah menjadi pensinyalan Digital Pencil Button Command sehingga menjadi input ke main microcontroller. Main microcontroller memberi pensinyalan ke feedback microcontroller, kemudian feedback microcontroller memberi pensinyalan relay control untuk pengaktifan kombinasi relay pada output dan scaling relay yang mengatur sistem relay output, maka tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi/ RF output dan tingkat energi/power yang telah sesuai dapat dialirkan ke ujung electrode aktif dan dipergunakan sesuai fungsinya ke pasien oleh user. L. Untuk

pensaklaran

menggunakan

footswitch,

user

melakukan

penekanan/menginjak footswitch sehingga mengaktifkan micro switch sebagai footswitch decode, hal itu memberi pensinyalan berupa footswitch command yang dikirim dari footswitch decode ke main microcontroller. Yang

terjadi

sama

seperti

saat

penggunaan

handswitch,

main

microcontroller memberi pensinyalan ke feedback microcontroller, kemudian feedback microcontroller memberi pensinyalan relay control untuk pengaktifan kombinasi relay pada output dan scaling relay yang mengatur sistem relay output, maka tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi/ RF output dan tingkat energi/power yang telah sesuai dapat

74

dialirkan ke ujung electrode aktif dan dipergunakan sesuai fungsinya ke pasien oleh user. M. Tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi/RF output dan tingkat energi/power yang telah sesuai untuk pemilihan monopolar baik itu cut ataupun coag mengalir dari ujung electrode aktif diterima jaringan tubuh pasien kemudian disalurkan ke return electrode atau electrode netral dan dikirim kembali ke alat menuju rangkaian trafo isolasi, menjadi loop tertutup. N. Untuk pemilihan bipolar, tidak mempergunakan return electrode electrode netral. Pada pemilihan bipolar menggunakan electrode bipolar khusus yang berbentuk seperti penjepit atau kawat. Sehingga loop tertutup yang terjadi untuk electrode bipolar penjepit, Tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi/RF output dan tingkat energi/power yang telah sesuai mengalir dari ujung penjepit satu menuju ke jaringan dan diterima ujung penjepit yang lainnya dan kembali ke alat menuju trafo isolasi. O. Bersamaan dengan tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi/RF output dan tingkat energi/power yang telah sesuai dapat dialirkan ke ujung electrode monopolar aktif/bipolar, main microcontroller mengirim sinyal audio control ke audio, maka muncul nada sebagai penanda dilakukan output ke ujung elektrode monopolar aktif/bipolar. Alat akan kembali mengulang urutan kerja diatas untuk pemilihan mode yang lainnya dengan penyesuaian nilai frekuensi tinggi sesuai pemilihan mode untuk bentuk gelombang dan frekuensi tinggi/RF yang sesuai.

75

4.4

Pengaturan Intensitas Energi Output Pengaturan intensitas energi/power pada front panel sehingga didapat nilai

output yang sesuai dengan harapan berhubungan dengan pengaturan pensinyalan dan pendeteksian arus, tegangan dan frekuensi tinggi secara real time. Pada electrosurgery unit Force FX-8C,

memiliki kemampuan untuk memberikan

tingkat energi/power output yang bervariasi untuk tiap pemilihan mode. Untuk pemilihan bipolar, baik itu mode precise, standart dan macro mampu memberikan energi/power output sampai 70 watt. Kemudian untuk pemilihan monopolar cut mode low dan pure mampu memberikan energi/power output sampai 300 watt sedangkan untuk mode blend mampu memberikan energi/power output sampai 200 watt. Pada pemilihan monopolar coag, untuk mode desiccate, fulgurate dan spray mampu memberikan energi/ power output sampai 120 watt. Pengaturan intensitas output berhubungan dengan impedansi beban dari jaringan dimana alat digunakan. Dari nilai output maksimal untuk tiap pemilihan mode dan variasi perubahan impedansi

dapat dibuat grafik perbandingan

sehingga didapat nilai efektif intensitas power bekerja secara maksimal.

4.4.1 Grafik Output Power Terhadap Impedansi Jaringan Pemilihan Bipolar Pemilihan bipolar memiliki tiga mode dengan penggunaan output power terhadap impedansi jaringan yang berbeda, hal tersebut dapat dijelaskan dengan memperhatikan grafik hubungan output power terhadap impedansi jaringan untuk tiga mode pada pemilihan bipolar sebagai berikut:

76

 Mode Precise

Gambar. 4.15 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Precise Dari grafik

disimpulkan, hasil tindakan dengan menggunakan output

power 70 watt efektif pada impedansi beban dibawah 200 Ω dan hasilnya akan menjadi tidak efektif ketika impedansi beban meningkat.  Mode Standard

Gambar. 4.16 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Standard Dari grafik disimpulkan tindakan hasil dengan menggunakan output power 70 watt efektif pada impedansi beban antara 100-300Ω, meski tidak mencapai output power 70 watt secara tepat. Ketika impedansi meningkat sampai 500Ω output power yang dihasilkan ±65 watt dan akan berkurang drastis menjadi tidak efektif ketika impedansi beban semakin meningkat. 77

 Mode Macro

Gambar. 4.17 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Macro Dari grafik disimpulkan tindakan hasil dengan menggunakan output power 70 watt efektif pada impedansi beban dibawah 400 Ω, dimana ketika beban dibawah impedansi 200Ω, output power berada sedikit diatas 70 watt, kemudian menurun menjadi ±70 watt ketika impedansi meningkat sampai 400 Ω. Selanjutnya meski terjadi kenaikan impedansi sampai 1000 Ω penurunan hasilnya hanya turun 10 watt dari power maksimum 70 watt. Untuk penggunaan output power 35 watt, akan efektif dan nilainya stabil sampai impedansi 600 Ω, kemudian akan turun ±5 watt sampai pada impedansi 1000 Ω.

4.4.2

Grafik Output Power Terhadap Impedansi Jaringan Pemilihan Monopolar Cut Pemilihan monopolar cut memiliki tiga mode dengan penggunaan output

power terhadap impedansi jaringan yang berbeda, hal tersebut dapat dijelaskan dengan memperhatikan grafik hubungan output power terhadap impedansi jaringan untuk tiga mode pada pemilihan monopolar cut sebagai berikut:

78

 Mode Low

Gambar. 4.18 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Low Cut Dari grafik disimpulkan tindakan hasil dengan menggunakan output power 300 watt efektif pada impedansi beban 200-300 Ω, meski output power tidak mencapai 300 watt secara tepat dan akan menjadi tidak efektif ketika impedansi beban meningkat. Tapi tindakan hasil dengan menggunakan output power 150 watt akan efektif pada impedansi beban 200-500 Ω dan output power akan menurun ±25 watt tiap kenaikan ±400Ω.  Mode Pure

Gambar. 4.19 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Pure Cut Dari grafik disimpulkan tindakan hasil dengan menggunakan output power 300 watt, cukup efektif mendekati 300 watt pada impedansi beban 200-

79

500Ω. Kemudian output power akan sesuai ±300watt pada impedansi beban

500-1000 Ω, kemudian akan menjadi tidak efektif ketika

impedansi beban meningkat. Untuk tindakan hasil dengan menggunakan output power 150 watt, akan stabil dengan penurunan hasil sedikit pada beban 200-2000 Ω.  Mode Blend

Gambar. 4.20 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Blend Cut Dari grafik disimpulkan tindakan hasil dengan menggunakan output power 200 watt efektif pada impedansi beban 200-800 Ω, dimana pada impedansi 200-600Ω, output power yang dihasilkan ±205watt, kemudian mulai menurun sampai pada impedansi 600Ω, output power menjadi ±200watt. Selanjutnya output power mulai berkurang jadi ±180watt sampai pada impedansi 2000Ω. Tapi tindakan hasil dengan menggunakan output power 100 watt, efektif dan stabil ±100watt dari impedansi 200-1600Ω bahkan output power meningkat ±105watt meski impedansi naik sampai 2000Ω.

80

4.4.3 Grafik Output Power Terhadap Impedansi Jaringan Pemilihan Monopolar Coag Pemilihan monopolar coag memiliki tiga mode dengan penggunaan output power terhadap impedansi jaringan yang berbeda, hal tersebut dapat dijelaskan dengan memperhatikan grafik hubungan output power terhadap impedansi jaringan untuk tiga mode pada pemilihan monopolar coag sebagai berikut:  Mode Desiccate 1

Gambar. 4.21 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Desiccate 1 Dari grafik disimpulkan tindakan hasil dengan menggunakan output power 120 watt efektif pada impedansi beban 300-500 Ω, meski output power tidak mencapai 120 wat secara tepat dan akan menjadi tidak efektif ketika impedansi beban meningkat. Begitu juga tindakan hasil dengan menggunakan output power 60 watt, akan efektif pada impedansi beban 300-600Ω, kemudian output power berkurang ketika impedansi beban meningkat.

81

 Mode Desiccate 2

Gambar. 4.22 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Desiccate 2 Dari grafik disimpulkan tindakan hasil dengan menggunakan output power 120 watt efektif bahkan output power yang dihasilkan sedikit diatas120 watt pada impedansi beban 200-300 Ω. Tapi output power akan menurun menjadi tidak efektif ketika impedansi beban meningkat. Tindakan hasil dengan menggunakan output power 60 watt, stabil bahkan meningkat sedikit diatas 60 watt pada impedansi beban 100-700 Ω.  Mode Desiccate 3

Gambar. 4.23 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Desiccate 3

82

Dari grafik disimpulkan tindakan hasil dengan menggunakan output power 120 watt, efektif bahkan sedikit diatas 120 watt pada impedansi beban 200-700Ω dan akan menjadi tidak efektif ketika impedansi beban meningkat. Tindakan hasil dengan menggunakan output power 60 watt, hasilnya ±60watt meski terjadi beberapa kali kenaikan sedikit diatas 60 watt pada impedansi beban 200-1500Ω.  Mode Fulgurate

Gambar. 4.24 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Fulgurate Dari grafik disimpulkan tindakan hasil dengan menggunakan output power 120 watt efektif pada impedansi beban 300-700 Ω. Output power menurun menjadi sekitar 105 watt pada saat impedansi beban meningkat sampai 2000 Ω. Tapi tindakan hasil dengan menggunakan output power 60 watt, melonjak menjadi sekitar output power 65 watt pada impedansi beban 2001200 Ω. Output power perlahan berkurang ketika impedansi beban meningkat, output power yang dihasilkan menjadi 60 watt untuk impedansi beban 1600-2000 Ω.

83

 LCF Fulgurate

Gambar. 4.25 Hubungan Power dengan Impedansi Mode LCF Fulgurate Dari grafik

disimpulkan tindakan hasil dengan menggunakan output

power 120 watt efektif pada impedansi beban 300-500 Ω meski hanya mencapai output power ±115 watt. Kemudian berkurang menjadi tidak efektif ketika impedansi beban meningkat. Tapi tindakan hasil dengan menggunakan output power 60 watt, efektif pada impedansi beban 300900Ω. Namun untuk impedansi beban diatasnya, power output yang dihasilkan menurun sampai ±50watt pada impedansi 2000 Ω.  Spray

Gambar. 4.26 Hubungan Power dengan Impedansi Mode Spray

84

Dari grafik disimpulkan tindakan hasil dari menggunakan output power 120 watt efektif pada impedansi beban 500-700 Ω, meski hanya mencapai ±115watt dan akan berkurang menjadi ±105watt ketika impedansi beban meningkat sampai 2000 Ω. Untuk penggunaan output power 60 watt, akan efektif 300-900 Ω, kemudian mulai menurun sampai menjadi ±50watt pada impedansi beban 2000 Ω. Karena sering terjadi perubahan impedansi beban tersebut, electrosurgery unit Force FX-8C didesain memiliki teknologi instant respon. Dimana teknologi tersebut berdasarkan pendeteksian perubahan impedansi beban. Impedansi pada jaringan akan meningkat dari kondisi short circuit ke open circuit. Algoritma yang diimplementasikan pertama adalah arus konstan, kemudian energi konstan selanjutnya tegangan konstan. Tegangan output maksimum dikontrol untuk mengurangi

capacitive

coupling,

mengurangi

video

interferensi

dan

menghilangkan spark. Pada pada impedansi rendah, arus konstan mengamankan sirkuit output. Pada impedansi tinggi, tegangan konstan mengontrol batas lonjakan api dan interferensi elektromagnetik. Tegangan output ada karena arus output konstan, sehingga digunakan ………………………………………(4.1) I = Arus output P = Power setting dari user R = Impedansi terdeteksi untuk mendapat power konstan dan penyesuaian arus konstan

85

Agar mendapat power konstan yang dipertahankan nilainya sesuai dengan setting user, tegangan harus disesuaikan nilainya. Untuk mendapatkan nilai penyesuaian tegangan output yang dapat mempertahankan nilai power output sesuai setting user, maka menggunakan rumusan: …………………………………(4.2) V = Tegangan output P = Power setting dari user R = Impedansi terdeteksi untuk mendapat power konstan dan penyesuaian tegangan konstan Dengan mengkombinasikan perhitungan dari arus dan tegangan tersebut dapat ditemukan kebutuhan arus dan tegangan untuk mendapatkan power output yang sesuai menurut impedansi jaringan yang terdeteksi. Kemudian dengan membandingkan nilai tegangan output dan arus output yang terdeteksi dengan hasil perhitungan nilai tegangan output dan arus output yang seharusnya, didapat kesesuaian apakah arus dan tegangan output sudah mencukupi untuk mendapatkan output power sesuai kebutuhan user.

.

86

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan Pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) I di RSUP. Dr. Sardjito dengan

mengambil pokok bahasan alat Electrosurgery Unit (ESU), dapat dijelaskan antara lain: 1. ESU merupakan alat bedah yang memanfaatkan arus AC dengan frekuensi tinggi untuk menghasilkan panas dengan intensitas energi/power disesuaikan untuk setiap tindakan. 2. Terdapat tiga pemilihan pada ESU yakni bipolar, monopolar cut dan monopolar coag. Untuk ESU Force FX-8C dari tiga pemilihan tersebut, masing-masing terbagi lagi atas tiga mode penggunaan yang disesuaikan terhadap situasi yang dihadapi pada saat dilakukan operasi. Pemilihan Bipolar terbagi menjadi precise mode, standart mode dan macro mode. Pemilihan Monopolar Cut terbagi menjadi low mode, pure mode dan blend mode. Pemilihan Monopolar Coag terbagi menjadi Dessicate mode, Fulgurate mode dan Spray mode. Intensitas output power masing-masing mode tersebut dibatasi sesuai rentang impedansi jaringan untuk memaksimalkan fungsi mode baik pada pemilihan bipolar, monopolar cut atau monopolar coag. 3. Intensitas energi/power terkadang berubah ketika telah keluar dari alat dan digunakan pada pasien akibat impedansi jaringan, sehingga dalam

87

perancangan ESU, kemampuan untuk mempertahankan dan menyesuaikan output intensitas energi/power harus benar-benar diperhatikan. 4. Komunikasi pensinyalan untuk menghasilkan output dari hubungan antar bagian dalam alat electrosurgery unit harus terintegrasi dengan baik, sehingga ketika dilakukan tindakan alat dapat bekerja dengan baik tanpa menimbulkan permasalahan.

5.2

Saran Saran-saran yang dapat disampaikan setelah mengikuti Praktek Kerja

Lapangan (PKL) I di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta antara lain: 1. Praktek Kerja Lapangan (PKL) I merupakan kesempatan mahasiswa menerapkan ilmu yang dipelajari selama mengikuti perkuliahan, sehingga harus melakukan praktek kerja lapangan dengan sungguh-sungguh. 2. Komunikasi antara teman sesama PKL I sangat penting, karena dalam kegiatan di lapangan, kerja team sangat menentukan keberhasilan dan kecepatan dalam menyelesaikan permasalahan. 3. Bimbingan dari instruktur dan pembimbing PKL I merupakan hal yang penting, karena instruktur dan pembimbing dengan berbagai pengalaman kerja selama di lapangan dapat membantu mahasiswa menambah ilmu pengetahuan dan motivasi untuk menjadi lebih giat berusaha. 4. Dalam melakukan

PKL I, terutama ketika akan melakukan kegiatan di

luar ruang kerja, peralatan-peralatan pembantu (tool set) harus selalu disiapkan dengan baik, agar dalam pengerjaan suatu kegiatan dapat dilakukan dengan cepat dan tanpa hambatan.

88

Daftar Pustaka

Anonim, 2006, Service Manual Force FX-8C Electrosurgical Generator With Instant ResponseTM Technology, ValleyLab, Tyco Healthcare Group LP, Boulder, Colorado, UK. Anonim, 2006, User’s Guide Force FX-8C Electrosurgical Generator With Instant ResponseTM Technology, ValleyLab, Tyco Healthcare Group LP, Boulder, Colorado, UK. Belov, S.V., E.Yu. Rousso, I.V. Pavlov, 2009, Radio Frequency Wave Oscillation Resonance Generators For Electro Surgery, Sante Medical System, Moscow, Rusia.

Bussiere, Ronald L., 1997, Principles of Electro Surgery, Tektran Incorporated, Edmons, Washington, USA.

Sjamsuhidajat, R., Wim De Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC, Jakarta.

Supriyadi, Kuat, 2012, Modul Kuliah Bahan Ajar Electrosurgery Unit, Universitas Respati Yogyakarta, Yogyakarta.

89

Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.