TUGAS GEOTRANSPORT.docx

May 29, 2017 | Autor: Sulhan Ghiffari | Categoria: Transportation
Share Embed


Descrição do Produto

TUGAS MATA KULIAH
GEOGRAFI TRANSPORTASI
(GEL 3317)
CRITICAL REVIEW





Disusun Oleh:

Sulhan Ghiffari 14/365050/GE/07784





FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
CRITICAL REVIEW JURNAL PEMODELAN TINGKAT PELAYANAN JALAN (LEVEL OF SERVICES) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGURAI KEMACETAN LALU LINTAS KOTA SEMARANG

Kemacetan lalu lintas merupakan masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar, yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk baik secara alami maupun penduduk pendatang. Selama ini kemacetan sulit dipecahkan karena ratio pertambahan jalan sudah tidak seimbang dengan petambahan jumlah kendaraan yang melaluinya. Kemacetan lalu lintas erat kaitannya terhadap suatu keadaan transportasi. Ullman (1954) mengemukakan bahwa transportasi adalah gambaran suatu hubungan antar wilayah. Hubungan antar wilayah yang secara terus menerus dapat mencerminkan ciri-ciri dari jenis transportasi dan volume pada suatu lalu lintas. Faktor-faktor pendorong kemacetan lalu lintas sendiri dapat dijabarkan menjadi dua kelompok, yaitu: (i) Sarana lalu-lintas yang meliputi jenis dan jumlah kendaraan yang melewati ruas jalan, dan fungsi kendaraan (umum atau pribadi); dan (ii) Prasarana lalu-lintas yang meliputi, klas/fungsi jalan, kalitas jalan, dan penggunaan badan jalan selalin sebagai jalur lalu-lintas kendaraan.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi di perkotaan menyebabkan meningkatnya masalah-masalah sosial, ekonomi dan perkembangan kota, seperti halnya dengan kemacetan. Kota Semarang juga mengalami masalah-masalah di atas terutama semakin meningkatnya sebaran simpul-simpul kemacetan baik di pusat kota, maupun di pinggiran kota. Kemacetan lalu-lintas di Kota Semarang disebabkan oleh tidak seimbangnya pertumbuhan jumlah kendaraan dengan pertumbuhan luas jalan. Selain itu kemacetan lalu lintas juga disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak disiplin dalam berlalu-lintas dan kegiatan lain yang mempengaruhi kelancaran arus lalu-lintas.
Aktivitas penduduk sehari-hari tidak lepas dari kegiatan transportasi, dalam artian selalu mempergunakan sarana dan prasarana lalulintas. Aktifitas tersebut secara rutin dilakukan setiap hari dengan pola yang selalu sama baik jam-jam tertentu atau pada tempat-tempat tertentu, sehingga aktifitas memberikan kontribusi pada kemacetan lalu-lintas. Dari waktu ke waktu permasalahan transportasi di perkotaan menjadi semakin komplek. Tingginya tingkat urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi dituding ikut memberikan kontribusi pada peningkatan pemilikan kendaraan yang berarti juga mengakibatkan peningkatan kepadatan lalu lintas. Besarnya jumlah penduduk di daerah perkotaan akan menimbulkan permasalahan pada berbagai bidang kehidupan.
Pengelolaan arus transportasi memiliki ketergantungan terhadap suatu keberadaan jaringan, dimana jaringan tersebut mampu dianalisis melalui berbagai macam aplikasi SIG, yaitu aplikasi/program yang dapat menentukan jalur optimal untuk pergerakan dari sumber ke lokasi lain dalam sebuah sistem jaringan. Keberadaan jaringan mampu menyimpan informasi tentang system jaringan Feature garis. Kemampuan jaringan sendiri meliputi route, addres, matching/geocoding, allocate, dan konversi data. Data jaringan tersebut berimplikasi dengan data-data primer maupun sekunder, seperti Peta Jaringan Jalan, Peta Penggunaan Lahan, Peta Topografi, Peta Pusat-Pusat Kegiatan (pendidikan, perdagangan, perbelanjaan, rekreasi dan lain-lain). Sehingga melalui data-data tersebut, jaringan transportasi mampu ditinjau.
Meningkatnya taraf hidup manusia berpengaruh pula terhadap tingkat mobilitasnya (Morlok, 1985), baik yang menggunakan sarana angkutan umum maupun yang menggunakan sarana angkutan pribadi. Di Kota Semarang sarana angkutan umum terus bertambah, terutama jenis angkutan seperti Taksi dan Angkot. Kenaikan drastis justru dialami pada kepemilikan kendaraan pribadi maupun dinas. Namun sayangnya, keadaan tersebut tidak sepadan dengan pertambahan panjang jaringan jalan yang ada, yaitu rata-rata pertahun hanya bertambah 3%, sedangkan pertumbuhan kendaraan bermotor lebih dari 10% pertahun. Sehingga kemacetan pun tak terelakkan. Pembebanan yang muncul terjadi tidak merata pada seluruh badan jalan akan tetapi lebih memusat pada jalan-jalan di pusat kota atau pusat kegiatan saja. Akibatnya pada jam-jam tertentu terjadi kelebihan pembebanan, sehingga tingkat pelayanan jalan menjadi rendah atau terjadi kemacetan lalu lintas.
Masalah rendahnya pelayanan jalan yang berdampak pada kemacetan lalu-lintas bukanlah masalah yang berdiri sendiri. Kemacetan lalu lintas terkait dengan banyak faktor, misalnya penggunaan lahan, peraturan lalu lintas yang kurang efektif, atau perilaku pemakai jalan. Dengan melihat gambaran betapa kerugian yang disebabkan oleh kemacetan sangat tinggi, dan kenyataan di lapangan gejala simpul-simpul kemacetan semakin bertambah, maka tingkat pelayanan jalan yang ada di Kota Semarang perlu dianalisis sehingga dapat dilakukan kebijakan yang tepat. Selain itu, penentuan solusi untuk mengurai simpul-simpul kemacetan tersebut perlu dilakukan secara interaktif agar tingkat kemacetan di Kota Semarang terminimalisir dan terurai.
Kemacetan lalu lintas pada umumnya terjadi di ruas jalan pusat kota, jalan utama dan jalan arteri. Selain jenis jalan yang mempengaruhi, kemacetan lalu lintas juga dapat terjadi pada tempat-tempat tertentu dan jam-jam tertentu, yakni pada jam-jam dimana volume lalu lintas mencapai puncak (peak hour) baik pagi, siang maupun sore hari. Jika keadaan ini dibiarkan saja maka kemacetan lalu lintas akan berkembang baik waktu maupun tempatnya. Sehingga diperlukan solusi untuk memecahkan permasalahan/faktor-faktor penyebab tingginya kemacetan.
Pada dasarnya, kemacetan memiliki keterkaitan terhadap tingkat pelayanan jalan suatu ruas jalan, yakni perbandingan antara volume lalu lintas dan fasilitas jalan (V/C). Pada saat volume lalu lintas mencapai klimaks titik tersebut merupakan kapasitas atau maksimum jalan, jika arus lalu lintas beroperasi pada fasilitas tersebut maka setiap gangguan kecil terhadap lalu lintas akan berpengaruh pada arus lalu lintas. Oleh sebab itu kapasitas jalan bukan standar operasional yang baik sehingga digunakan kapasitas praktis yang ditentukan sebesar 80%-90% dari kapasitas jalan atau volume maksimum tersebut, sehingga ada jarak antara kendaraan yang satu dengan kendaraan yang lain. Maka sebab itu, saat keadaan pembangunan jalan yang dilakukan perlu juga dilakukan peninjauan terhadap volume kendaraan yang diprediksi akan melewati jalan tersebut. Apabila jalan tersebut telah terbangun, maka perlu dilakukan pelebaran jalan/arus transportasi agar perbandingan jalan terhadap volume kendaraan seimbang sehingga pelayanan suatu ruas jalan semakin tinggi.
Kriteria Kemacetan Lalu lintas yang digunakan oleh dinas lalu lintas angkutan jalan (DLLAJR) sebagai instansi yang mengelola jalan-jalan di Indonesia adalah tingkat pelayanan jalan atau level of services dari ruas jalan tersebut lebih besar dari 0,7 atau tingkat pelayanan klas D. Tingkat pelayanan kelas D ini mempunyai ciri-ciri kecepatan arus lalu lintas tidak stabil, pengemudi membatasi kecepatannya, berkurangnya kesempatan untuk mendahului. Makin kecil nilai tingkat pelayanan berarti semakin parah kemacetan lalu lintas di jalan tersebut. Oleh sebab itu, terkait dengan pembangunan ruas jalan sebelumnya, diperlukan peninjauan ulang agar tingkat pelayan suatu ruas jalan mampu melebihi tingkat pelayanan klas D.
Kemacetan yang biasanya terjadi di daerah perkotaan timbul karena proses pergerakan dilakukan pada lokasi yang sama dan pada saat yang bersamaan pula. Pada sistem transportasi dapat dilihat bahwa kondisi keseimbangan dapat terjadi pada beberapa tingkat. Tingkatan paling sederhana adalah keseimbangan pada sistem jaringan jalan, dimana setiap pelaku perjalanan mencoba mencari rute terbaik masing-masing yang menekan biaya perjalanannya (misal waktu) ke tingkat minimum. Hal ini membuahkan hasil berupa rute-rute alternatif yang akhirnya berakhir pada suatu pola rute yang stabil, setelah melewati beberapa kali usaha mencoba-coba. Proses alokasi pergerakan menghasilkan suatu pola rute yang arus pergerakannya dapat dikatakan berada dalam keadaan keseimbangan, jika setiap pelaku perjalanan tidak dapat lagi mencari rute yang lebih baik untuk mencapai zona tujuannya karena mereka telah bergerak pada rute terbaik yang tersedia. Ini kemudian disebut sebagai keseimbangan jaringan jalan. Oleh karena itu, tingkat kemacetan yang terjadi di Kota Semarang seharusnya mampu terminimlaisir oleh keberadaan jalan alternatif yang mampu mengurai kemacetan di titik-titik tertentu dan pada jam-jam tertentu. Namun, keberadaan jalur alternatif tersebut juga harus dikaji ulang apakah mampu melakukan pelayanan yang baik terhadap perbandingan ruas jalan dengan jumlah moda transportasi yang melalui rute-rute tertentu tersebut.
Demi terciptanya tingkat pelayanan yang maksimal, selain keadaan ruas jalan dan tingkat volume kendaraan yang lewat, status jalan dan kondisi permukaan serta kualitas jalan juga mempengaruhi kelancaran lalu lintas. Semakin banyak jumlah jalur jalan yang rusak akan berpotensi terjadinya kemacetan lalu lintas. Hal ini menunjukkan bahwa ruas-ruas jalan tertentu perlu diadakannya perawatan terhadap kualitas dan status jalan agar tidak tercipta suatu kemacetan akibat kondisi tersebut, apalagi ruas jalan dengan tingkat arus transportasinya yang tinggi, dimana digunakan berbagai jenis kendaraan. Keberadaan jalan yang rusak selain dapat memicu terjadinya tingkat kemacetan, juga mampu mempengaruhi tingkat kecelakaan lalu lintas akibat kualitas jalan yang buruk. Ditambah lagi jika keadaan cuaca tidak bersahabat mampu memperburuk tingkat pelayanan ruas jalan terhadap arus transportasi.
Sarana angkutan jalan raya di Kota Semarang terdiri dari berbagai jenis, menurut fungsinya menjadi kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, dan angkutan barang Berdasarkan data yang ada, dapat diketahui bahwa jenis kendaraan yang paling bayak di kota Semarang adalah sepeda motor dengan jenis kendaraan Bus tercatat yang paling sedikit. Hal tersebut menunjukkan bahwa kendaraan bermotor merupakan alat transportasi yang umum digunakan oleh masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Sehingga media transportasi bagi pengguna sepeda motor perlu ditunjang agar potensi kemacetan yang ditimbulkan oleh sepeda motor, dimana paling banyak menimbulkan ancaman kemacetan akan terminimalisir. Pelebaran jalan ataupun pelarangan sepeda motor untuk melewati bahu jalan/trotoar pejalan kaki merupakan langkah yang cukup tepat untuk diterapkan. Kondisi ini sangat bergantung terhadap keadaan penegak hukum, dimana diperlukan hukuman yang tegas bagi pelanggar aturan lalu lintas. Pelarangan bis-bis besar dan truk untuk melewati jalan-jalan utama juga dianggap penting agar timbulnyatingkat kemacetan dan rusaknya kualitas jalan kecil.
Melalui beberapa keadaan yang ada, tingkat pelayanan jalan di Kota Semarang sangat rendah dengan rata-rata klasifikasi diatas batas toleransi tingkat pelayanan 0,7 atau berada di atas batas kemacetan. Terjadi hampir setiap hari kerja dan sedikit berkurang pada hari Jumat, sehingga polanya tidak jauh berbeda. Moda kendaraan penyumbang rendahnya tingkat pelayanan di Kota Semarang adalah moda sepeda motor, diikuti moda kendaraan pribadi dan moda kendaraan umum. Tingginya volume lalu-lintas yang melebihi kapasitas jalan menyebabkan tingkat pelayanan jalan utama rendah, perlu di alihkan ke jalan alternatif pada jam-jam puncak volume lalu-lintas. Puncak kemacetan (peak hour) atau titik terendah tingkat pelayanan jalan terjadi pada jam-jam sibuk.
Adanya keadaan tersebut, diperlukan beberapa langkah untuk dapat meminimalisir kemacetan serta peningkatan kualitas pelayanan oleh arus transportasi. Kemacetan yang terjadi di jam-jam tertentu pada Kota Semarang memiliki keterkaitan terhadap kondisi lalu lintas, dimana moda transportasi membutuhkan pengaturan yang mampu mengurai sehingga kemacetan dapat terminimalisir. Perawatan jalan pun juga perlu dilakukan, terutama pada ruas-ruas jalan utama yang seharusnya memiliki tingkat pelayanan yang tinggi, baik dari segi kualitas jalan dan volume kendaraan yang lewat. Pelebaran ruas jalan serta pembuatan jalur alternatif juga penting dilakukan, karena dapat dimanfaatkan sebagai media transportasi cadangan apabila keadaan ruas jalan tidak dapat lagi menampung volume kendaraan yang telah melebihi kapasitas ruas jalan tertentu. Di sisi lain, penegakan hukum pun perlu ditingkatkan kualitasnya. Hal tersebut dilihat oleh masih banyaknya pelanggar lalu lintas yang tidak memiliki kedisiplinan terhadap peraturan lalu lintas yang berlaku. Sehingga apabila beberapa faktor tersebut dapat terbentuk secara tepat, maka arus-arus transportasi dapat digunakan secara maksimal bagi kegiatan lalu lintas.














DAFTAR PUSTAKA
Anggleni, Andela dan Rum Giyarsih, S. 2015. Kinerja Pelayanan PEngurusan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) di Kecamatan Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim. Tesis.
Dwihatmojo, Roswidyatmoko dan Rum Giyarsih, S. 2015. Kajian Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Serpong, Kota Tangerang. Tesis.
Rum Giyarsih. S, 1999. Mobilitas Penduduk Daerah Pinggiran Kota. Majalah Geografi Indonesia volume 13 tahun 1999.
Rum Giyarsih, S. dkk. 2005. Analisis Sektor Unggulan Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia 2005, XIX (1).
Rum Giyarsih, S., 2010. Pola Spasial Transformasi Wilayah di Koridor Yogyakarta-Surakarta. Volume 24 No. 1, Juli 2010
Rum Giyarsih, S., 2010. Urban Sprawl of The City of Yogyakarta, Spesial Reference to the Stage of Spatial Transformation. Indonesian Journal of Geography 42 (1), 49-60
Rum Giyarsih, S., 2012. Koridor Antar Kota sebagai Penentu Sinergisme Spasial : Kajian Geografi yang Semakin Penting. Jurnal Tataloka Volume 14 Nomor 2 Halaman 90-97
Rum Giyarsih. S, 2013. The Role of Urban Area as the Determinant Factor of Population Growth. Indonesian Journal of Geography Volume 45 Issue .
Rum Giyarsih. S, 2014. Evaluasi Pelaksanaan Program Business Coaching Bagi Pemuda Wirausaha Baru Bank Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Ekonomi Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Di Bank Indonesia Cabang Yogyakarta). Tesis.
Rum Giyarsih. S, 2015. Fertilitas Dan Migrasi: Kebijakan Kependudukan Untuk Migran Di Kabupaten Sleman. Jurnal Natapraja Volume 3 Nomor 1.
Rum Giyarsih. S, 2015. Pemetaan Kelembagaan dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis DAS Bengawan Solo Hulu. Jurnal Sains&Teknologi Lingkungan, 2(2).
Rum Giyarsih. S, 2015. Spatial Zonation Model of Local Irrigation System Sustainability (A Case of Subak System in Bali). The Indonesian Journal of Geography Volume 47 Nomor 2 Halaman 142
Rum Giyarsih. S, 2015. The Effect of Regional Development on The Sustainability of Local Irrigation System (A Case of Subak System in Badung Regency, Bali Province). Jurnal Forum Geografi Volume 29 Nomor 1.
Rum Giyarsih, S., 2011. Gejala Urban Sprawl sebagai Pemicu Proses Densifikasi Permukiman di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area) Kasus Pinggiran Kota Yogyakarta. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota,12(1), pp.39-45.
Rum Giyarsih, S., 2012. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada tentang Bahaya Penyakit Aids. Jurnal Bumi Indonesia, Volume 1, Nomor 2 Tahun 2012
Rum Giyarsih. S, 2015. Migrasi Internasional Perilaku Pekerja Migran Di Malaysia Dan Perempuan Ditinggal Migrasi Di Lombok Timur. Jurnal Kawistara Volume 5 Nomor 3.
Rum Giyarsih. S, 2015. Persepsi Dan Tingkat Kepuasan Masyarakat Miskin Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kelurahan 3-4 Ulu Kota Palembang. Tesis.
Rum Giyarsih. S, 2015. Strategi Penghidupan Masyarakat Korban Lumpur Panas Sidoarjo Setelah Relokasi Permukiman Di Desa Kepatihan Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Tesis.
Rum Giyarsih. S, 2016. The Spatial Pattern Of Urbanization And Small Cities Development In Central Java: A Case Study Of Semarang-Yogyakarta-Surakarta Region Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning Vol 3 No 1 Hal 53-6.
Yusuf dan Rum Giyarsih, S. 2015. Dampak Transmigrasi Terhadap Tingkat Kesejahteraan Warga Transmigran di Desa Tanjung Kukuh Kecamatan Semendawai Barat Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Utara. Skripsi.



Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.