Tugas Julio.docx

May 28, 2017 | Autor: Julio Katiandagho | Categoria: Ecclesiastical History
Share Embed


Descrição do Produto

Nama : Julio Katiandagho
No.stb : 2141.3341
Mata Kuliah : Ekklesiologi
Dosen : Pdt. Roberto M. Wagey, M.Th
Tugas Pribadi
Uraian Kebudayaan di Parepare
Kebudayaan di Indonesia sudah sejak dulu. Sebelum agama Kristen masuk pada abad ke-15 masehi, sudah ada budaya yang sudah berkembang di Indonesia bahkan sebelum agama Islam pada abad ke-12 masehi. Penulis berasal dari Kota Parepare, Sulawesi Selatan juga merupakan anggota GPIB Jemat Immanuel Parepare. GPIB Jemaat Immanuel Parepare terdapat beberapa suku budaya seperti Batak Toba, Batak Karo, Minahasa, Sangir-Talaud, Timor dan Bugis. Dalam adat Bugis sendiri terbagi beberapa perbedaan. Terdapat Bugis Mandar, Bugis Makassar, Bugis Kajang (daerah Jeneponto), Bugis Bone, Bugis Ajatappareng. Di daerah tempat penulis tinggal, masih sangat kental budaya Bugis khususnya Bugis Ajatappareng. Ajatappareng mencakup wilayah Barru, Parepare, Pinrang, Sidrap, dan Enrekang.
Budaya yang masih dipertahankan hingga sekarang yaitu tradisi "Mappacci", yaitu budaya yang berlaku ketika proses pernikahan berlangsung. Dalam Islam disebut dengan prosesi "Ijab Kabul". Tradisi ini pernah terjadi dalam GPIB Jemaat Immanuel Parepare. Dalam prosesi acara Mappacci, dibutuhkan seorang dukun (dalam bahasa Bugis disebut pendoti atau pa'doti-doti). Dalam ritus ini disediakan beras segenggam, daun pandan dan air kelapa. Lalu pa'doti-doti berdoa dalam bahasa Bugis yang katanya berdoa kepada Puang Alla Ta' Alla untuk memohon berkat kemudian akan mempercikkan beras dan daun pandan di sentuhkan kekepala setian mempelai pengantin. Dana air kelapa diminum pertama oleh pa'doti-doti lalu kedua mempelai. Setelah itu dinyalakan dupa selama satu minggu di rumah masing-masing mempelai. Tradisi ini oleh pa'doti-doti untuk memina kemakmuran dalam keluarga baru. Jadi sebelum Mappacci dilakukan diawali dengan ibadah Kristen bagi orang Kristen. Kalau dalam orang Islam dilakukan sebelum sholat Isa.
Dalam GPIB Jemaat Immanuel Parepare, ada juga jemaat yang masih memeluk adat ini. Mereka yang katanya merupakan orang Bugis yang menjadi Kristen oleh pendeta dari Belanda yang bernama W.W. de Costa. Dan sampai sekarang masih menjalankan tradisi Mappacci tersebut.
Tanggapan Gereja
Tradisi ini pernah terjadi dalam jemaat penulis berdomisili. Saat itu yang menjadi pendeta adalah Pdt. Murwanto. Pada saat itu Pdt. Murwanto menolak untuk memimpin ibadah tersebut. Karena dalam ritus ini ada seorang dukun (pa'doti-doti) yang berperan dan menurut Pdt. Murwanto hal tersebut tidak sesuai dengan Iman Kekeristenan khususnya GPIB. Hanya Yesus Kristus sumber kemakmuran dan keselamatan. Itu Juga ada dalam Tata Gereja GPIB yang mengatakan bahwa keselamatan itu hanya berasal dari Iman (Sola Fide), Anugerah Allah (Sola Gratia) dan hanya oleh Firman (Sola Scriptura). Bukan berasal dari ritus-ritus budaya manusia akan selamat apalagi iman kepada tuhan-tuhan/dewa-dewa.
Tanggapan Gereja
Menurut penulis, tradisi budaya adat Bugis tersebut tidak relevan dengan Kekristenan. Apalagi meminta kemakmuran dengan Puang Alla Ta' Alla yang merupakan dewa tertinggi bagi adat Bugis (seperti agama suku Bugis, Tolotang). Memang dilematis ketika bagaimana meneruskan suatu kebudayaan dan disisi lain menegakkan Kebenaran Injil.
Diperlukan suatu pengambilan keputusan etis dan juga mencermati secara teliti mana budaya yang bisa dikontekstualisasikan sesuai dengan Kekristenan dan mana yang tidak bisa/relevan dengan Kekristenan.

Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.