TUGAS PALEONTOLOGI

June 6, 2017 | Autor: Bima Wijaya | Categoria: Google
Share Embed


Descrição do Produto












DISUSUN OLEH:


NAMA : MUHAMMAD BIMA WIJAYA
NIM : 15307027
JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI
PENGERTIAN PALEONTOLOGI
Paleontologi atau palaeontologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan praaksara. Paleontologi mencakup studi fosil untuk menentukan evolusi suatu organisme dan interaksinya dengan organisme lain dan lingkungannya (paleoekologi). Pengamatan paleontologi telah didokumentasikan sejak abad ke 5 sebelum masehi. Sains paleontology berkembang pada abad ke 18 ketika Georges Cuvier melakukan anatomi komparatif, dan berkembang secara cepat pada abad ke 19. Istilah paleontologi sendiri berasal dari bahasa Yunani, παλαιός, palaios, "tua, kuno", ὄν, on (gen. ontos), "makhluk hidup" dan λόγος, logos, "ucapan, pemikiran, ilmu".[1]
Paleontologi berada pada batas antara biologi dan geologi, namun berbeda dengan arkeologi karena paleontologi tidak memasukkan kebudayaan Homo sapien modern. Paleontologi kini mendayagunakan berbagai metode ilmiah dalam sains, mencakup biokimia, matematika, dan teknik. Penggunaan berbagai metode ini memungkinkan paleontologi untuk menemukan sejarah evolusioner kehidupan, yaitu ketika bumi menjadi sesuatu yang mampu mendukung terciptanya kehidupan, sekitar 3.800 juta tahun silam Dengan pengetahuan yang terus meningkat, paleontologi kini memiliki subdivisi yang terspesialisasi, beberapa fokus pada jenis fosil tertentu, yang lain mempelajari sejarah lingkungan dalam paleoekologi, dan yang lain mempelajari dalam iklim dalam paleoklimatologi.
Mikropaleontologi
merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang mempelajari sisa – sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil yang berukuran mikro. Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi sistematik yang membahas mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai kepentingannya terhadapstratigrafi. Umumnya fosil mikro berukuran lebih kecil dari 5 mm, namun ada diantaranya yang berukuran sampai 19 mm seperti halnya genus Fusilina.
Kegunaan Fosil Foraminifera
Fosil foraminifera sering dipakai untuk memecahkan masalah geologi terutama bagi perusahan – perusahan minyak walaupun akhir – akhir ini peranannya sedikit tergeser oleh teknologi yang lebih maju yaitu dengan ditemukannya fosil nannoplankton yang ukurannya fantastik kecil ( 3 – 40 mikron ). Karena itu dalam pengamatan diperlukan mikroskop dengan perbesaran minimum 5000 kali bahkan sampai 20000 kali.
Proses Pemfosilan atau Fosilisasi beserta penjelasan
A. Pengertian Fosil
Fosil, dari bahasa Latin fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah". Fosil adalah semua sisa, jejak, ataupun cetakan dari manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang telah terawetkan dalam suatu endapan batuan dari masa geologis atau prasejarah yang telah berlalu.
Fosil mahluk hidup terbentuk ketika mahluk hidup pada zaman dahulu (lebih dari 11.000 tahun) terjebak dalam lumpur atau pasir dan kemudian jasadnya tertutup oleh endapan lumpur. Endapan lumpur tersebut akan mengeras menjadi batu di sekeliling mahluk hidup yang terkubur tersebut.
Dari fosil yang ditemukan, yang paling banyak jumlahnya adalah yang sangat lembut ukurannya seperti serbuk sari, misalnnya foraminifera, ostracoda dan radiolarian. Sedangkan, hewan yang besar biasanya hancur bercerai-cerai dan bagian tertentu yang ditemukan sebagai fosil.
Bentuk fosil ada dua macam yaitu fosil cetakan dan jejak fosil. Fosil cetakan terjadi jika kerangka mahluk hidup yang terjebak di endapan lumpur meninggalkan bekas (misalnya tulang) pada endapan tersebut yang membentuk cetakan. Jika cetakan tersebut berisi lagi dengan endapan lumpur maka akan terbentuk jejak fosil persis seperti kerangka aslinya.
Berdasarkan ukurannya, jenis fosil dibagi menjadi :
a. Macrofossil (Fosil Besar) , dipelajari tanpa menggunakan alat bantu
b. Microfossil (Fosil Kecil), dipelajari dengan alat bantu mikroskop
c. Nannofossil (Fosil Sangat kecil), dipelajari menggunakan batuan mikroskop khusus (dengan pembesaran hingga 1000x) 
Kegunaan Fosil :
Untuk mengidentifikasi unit-unit strartigrafi permukaan bumi, atau untuk mengidentifikasi umur relatif clan posisi relatif batuan yang mengandung fosil. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan mempelajari fosil indeks. Persyaratan bagi sutau fosil untuk dapat dikategorikan sebagai fosil indeks adalah : (a). terdapat dalam jumlah yang melimpah dan mudah diidentifikasi; dan (b). memiliki distribusi horizontal yang luas, tetapi dengan distribusi vertikal yang relatif pendek (kurang lebih 1 juta tahun).
Menjadi dasar dalam mempelajari paleoekologi dan paleoklimatologi. Struktur dan distribusi fosil diasumsikan dapat mencerminkan kondisi lingkungan tempat tumbuhan tersebut tumbuh dan bereproduksi.
Untuk mempelajari paleofloristik, atau kumpulan fosil tumbuhan dalam dimensi ruang dan waktu tertentu. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai distribusi populasi tumbuhan dan migrasinya, sebagai respon terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan masa lampau.
Menjadi dasar dalam mempelajari evolusi tumbuhan yaitu dengan cara mempelajari perubahan suksesional tumbuhan dalam kurun waktu geologi.
Persyaratan terbentuknya fosil:
1. adanya badan air
2. adanya sumber sedimen anorganik dalam bentuk partikel atau senyawa terlarut
3. adanya bahan tumbuhan atau hewan (yang akan menjadi fosil)
B. Proses Pemfosilan atau Fosilisasi
Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Terdapat beberapa syarat terjadinya pemfosilan yaitu antara lain:
Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras
Mengalami pengawetan
Terbebas dari bakteri pembusuk
Terjadi secara alamiah
Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit
Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.
Kendala pemfosilan yaitu saat organism mati (bangkai) dimakan oleh organism lain atau terjadi pembusukan oleh bakteri pengurai.
Suatu contoh tempat yang mendukung terjadinya proses fosilisasi adalah delta sungai, dasar danau, atau danau tapal kuda (oxbow lake) yang terjadi dari putusnya suatu meander.
Bahan -bahan yang berperan dalam fosilisasi, diantaranya :
1. Pertrifaksi, berubah menjadi batu oleh adanya bahan-bahan : silika, kalsiumkarbonat, FeO, MnO dan FeS. Bahan itu masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati sehingga menjadi keras/membatu menjadi fosil.
2. Proses Destilasi, tumbuhan atau bahan organik lainnya yang telah mati dengan cepat tertutup oleh lapisan tanah.
3. Proses Kompresi, tumbuhan tertimbun dalam lapisan tanah, maka air dan gas yang terkandung dalam bahan organic dari tumbuhan itu tertekan keluar oleh beratnya lapisan tanah yang menimbunnya. Akibatnya, karbon dari tumbuhan itu tertinggal dan lama kelamaan akan menjadi batubara, lignit dan bahan bakar lainnya.
4. Impresi, tanda fosil yang terdapat di dalam lapisan tanah sedangkan fosilnya sendiri hilang.
5. Bekas gigi, kadang-kadang fosil tulang menunjukan bekas gigitan hewan carnivore atau hewan pengerat.
6. Koprolit, bekas kotoran hewan yang menjadi fosil.
7. Gastrolit, batu yang halus permukaannya ditemukan di dalam badan hewan yang telah menjadi fosil.
8. Liang di dalam tanah, dapat terisi oleh batuan dan berubah sebagai fosil, merupakan cetakan.
9. Pembentukan Kerak, hewan dan tumbuhan terbungkus oleh kalsiumkarbonat yang berasal dari travertine ataupun talaktit.
10. Pemfosilan di dalam Tuff, pemfosilan ini jarang terjadi kecuali di daerah yang berudara kering sehingga bakteri pembusuk tidak dapat terjadi.
11. Pemfosilan dengan cara pembekuan, hewan yang mati tertutup serta terlindung lapisan es dapat membeku dengan segera. Oleh karena dinginnya es maka tidak ada bakteri pembusuk yang hidup dalam bangkai tersebut.
C. Fosil hidup
Istilah "fosil hidup" adalah istilah yang digunakan suatu spesies hidup yang menyerupai sebuah spesies yang hanya diketahui dari fosil. Beberapa fosil hidup antara lain ikan coelacanth dan pohon ginkgo. Fosil hidup juga dapat mengacu kepada sebuah spesies hidup yang tidak memiliki spesies dekat lainnya atau sebuah kelompok kecil spesies dekat yang tidak memiliki spesies dekat lainnya. Contoh dari kriteria terakhir ini adalah nautilus. 
D. Jenis Fosil
1. Organisme itu sendiri (Fosil yang dihasilkan dari organisme itu sendiri)
Tipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang terawetkan/tersimpan. Dapat beruba tulangnya, daun-nya, cangkangnya, dan hampir semua yang tersimpan ini adalah bagian dari tubuhnya yang "keras". Dapat juga berupa binatangnya yang secara lengkap (utuh) tersipan. misalnya Fosil Mammoth yang terawetkan karena es, ataupun serangga yang terjebak dalam amber (getah tumbuhan).
Petrified wood atau fosil kayu dan juga mammoths yang terbekukan, and juga mungkin anda pernah lihat dalam filem berupa binatang serangga yang tersimpan dalam amber atau getah tumbuhan. Semua ini biasa saja berupa asli binatang yang tersimpan.
2. Sisa-sisa aktifitasnya (Trace Fossil)
Secara mudah pembentukan fosil ini dapat melalui beberapa jalan, antara lain seperti yang terlihat dibawah ini. Fosil sisa aktifitasnya sering juga disebut dengan Trace Fosil (Fosil jejak), karena yang terlihat hanyalah sisa-sisa aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosil itu bukan bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan itu sendiri.
Penyimpanan atau pengawetan fosil cangkang ini dapat berupa cetakan. Namun cetakan tersebut dapat pula berupa cetakan bagian dalam (internal mould) dicirikan bentuk permukaan yang halus, atau external mould dengan ciri permukaan yang kasar. Keduanya bukan binatangnya yang tersiman, tetapi hanyalah cetakan dari binatang atau organisme itu.
Trace fossil adalah suatu struktur berupa track, trall, burrow, tube, borring, yang terawaetkan sebagai fosil organisme.
Kelebihan trace fossil dengan fosil kerangka :
1. Trace fossil biasanya terawetkan pada lingkungan yang berlawanan dengan pengendapan fosil kerangka misalnya perairan dangkal dengan energy tinggi, batu pasir laut dangkal dan batu lanau laut.
2. Trace fossil tidak dipengaruhi oleh diagenesa bahkan diperjelas secara visual oleh proses diagenesa.
E. PROSES YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA FOSIL
1. Histometabasis, Penggantian sebagian tubuh fosil tumbuhan dengan pengisian mineral lain (cth : silika) dimana fosil tersebut diendapkan
2. Permineralisasi , Histometabasis pada binatang
3. Rekristalisasi, Berubahnya seluruh/sebagian tubuh fosil akibat P & T yang tinggi, sehingga molekul-molekul dari tubuh fosil (non-kristalin) akan mengikat agregat tubuh fosil itu sendiri menjadi kristalin
4. Replacement/Mineralisasi/Petrifikasi, Penggantian seluruh bagian fosil dengan mineral lain
5. Dehydrasi/Leaching/Pelarutan
6. Mold/Depression, Fosil berongga dan terisi mineral lempung
7. Trail & Track
Trail : cetakan/jejak-jejak kehidupan binatang purba yang menimbulkan kenampakan yang lebih halus
Track : sama dengan trail, namun ukurannya lebih besar
Burrow : lubang-lubang tempat tinggal yang ditinggalkan binatang purba.
Borring : lubang pemboran
Tube : struktur fosil berupa pipa

TATA CARA PENDESKRIPSIAN FOSIL
 Kegunaan fosil foraminifera adalah :
Untuk penentuan umur batuan yang mengandung fosil foraminifera tersebut.
Membantu dalam studi lingkungan pengendapan atau fasies.
Korelasi stratigrafi dari suatu daerah dengan daerah lain, baik korelasi permukaan atau korelasi bawah permukaan.
Membantu menentukan batas – batas suatu transgresi dan regresi, misalnya dengan menggunakan foraminifera benthos Rotalia beccarii ( fosil penciri daerah transgresi ), Gyroidina soldanii ( fosil penciri bathial atas) dan lain – lain.
Bahan penyusun Biostratigrafi.
 Berdasarkan kegunaannya, maka dikenal beberapa istilah yaitu :
Fosil Indeks / Fosil penunjuk / Fosil Pandu : fosil yang digunakan sebagai penunjuk umur relatif. Pada umumnya fosil jenis ini mempunyai penyebaran vertikal pendek dan penyebaran lateral luas serta mudah dikenal.
Fosil Bathimetri / Fosil kedalaman : dapat digunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan. Pada umunya adalah benthos yang hidup didasar.
 Contoh : Elphidium sp, penciri lingkungan transisi ( Tipsword, 1966 ).
Fosil Horison / Fosil lapisan / Fosil diaognostik / Fosil kedalaman : fosil yang mencirikan atau khas terdapat di dalam lapisan yang bersangkutan.
 Contoh : Globorotalia tumida ( penciri N 18 ).
Fosil lingkungan : dapat dipergunakan sebagai penunjuk lingkungan sedimentasi.
 Contoh : Radiolaria sebagai penciri laut dalam.
Fosil iklim : dapat dipergunakan sebagai penunjuk iklim pada saat itu.
 Contoh : Globigerina pachiderma sebagai penciri iklim dingin.

 Makna dan Tata Cara Penamaan Fosil
 Seorang sarjana Swedia, Carl Von Line (1707-1778)yang kemudian mengganti namanya menjadi Carl Von Linnaeus menyatakan bahwa nama yang telah dipergunakan pada suatu individu tidak dipergunakan untuk nama individu lain (hukum LAW PRIORITY).
 Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata, sedangkan tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkatan subspesies terdiri dari tiga kata. Nama – nama kehidupan selalu diikuti oleh nam orang yang menemukannya.

 Beberapa contoh penamaan fosil :
Globorotalia menardii exilis Blow, 1969
 Penamaan fosil hingga subspesies dikemukakan oleh Blow, tahun 1969.
Globorotalia humerosa n.sp TAKAYANAGI & SAITO, 1962,
 n.sp artinya spesies baru.
Globorotalia ruber elongatus (D'ORBIGNY), 1862
 Penemuan pertama kali dari fosil tersebut adalah D'ORBIGNY dan pada tahun 1862 fosil tersebut diubah oleh ahli yang lain yang menemukannya. Hal ini sebagai penghormatan bagi penemu fosil pertama kali nama fosil tersebut tetap dicantumkan dalam kurung.
Pleumotora carinata GRAY, Var woodwrdi MARTIN
 Yang artinya GRAY memberikan nama spesies sedangkan MARTIN memberikan nama varietas.
Globorotalia acostaensis pseudopima n.sbsp BLOW, 1969
 n.sbsp artinya subspesies baru.
Dentalium (s.str) ruteni MARTIN
 Artinya fosil yang ditemukan tersebut sinonim dengan Dentalium ruteni MARTIN yang diumumkan sebelumnya.
Globigerina angulisuturalis ?
 Artinya tidak yakin apakah Globigerna angulisuturalis
Globorotalia cf. Tumida
 Artinya tidak yakin apakah bentuk ini globorotalia tumida tetapi dapat dibandingkan dengan spesies ini. (cf = confer)
Sphaerodinella aff dehiscens
 Artinya bentuk ini berdekatan (berfamili) dengan Sphaerodinella dehiscens (aff = affiliation)
Ammobaculites spp
 Mempunyai arti bermacam – macam spesies
Recurvoides sp
 Artinya spesies (nama spesies belum dijelaskan)
 Teknik Penyajian Fosil :
1. Pengambilan Sampel
 Pengambilan sampel batuan di lapangan hendaknya diperhatikan tujuan yang akan kita capai. Mendapatkan sampel yang baik diperhatikan interval jarak tertentu terutama untuk menyusun biostratigrafi.
 Kriteria - kriteria pengambilan sampel batuan :
Memiiih sampel batuan yang insitu dan bukan berasal dari talus, karena. dikhawatirkan fosilnya sudah tidak insitu
Batuan yang berukuran butir halus lebih memungkinkan mengandung fosil, karena batuan yang berbutir kasar tidak dapat mengawetkan fosil atau kemungkinan fosilnya rusak. Contoh batuan yang diambil sebaiknya dari batuan lempung (clay), serpih (shale), napal ,(marl), tufa napalan (marly tuff), batugnmping bioklastik, batugamping dengan campuran batupasir sangat halus.
Batuan yang lunak akan memudahkan dalam proses pemisahan fosil.
Jika endapan turbidit, diambil pada bntuan yang berbutir halus, yang diperkirakan merupakan endapan suspensi yang juga mencerminkan kondisi normalnya
2. Penguraian / Pencucian
 Proses pencucian batuan dilakukan dengan cara yang umum sebagai berikut :
Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet atau palu kayu hingga ukuran diameternya, 3-6mm.
Melarutkan dalam larutan H202 (hidrogen peroksida) 50% dan diaduk atau dipanaskan.
Kemudian mendiamkan sampai butiran batuan tersebut terlepas semua (24 jam), jika fosil masih nampak kotor dapat dilakukan perendaman dengan air sabun, (lalu dibilas dengan air bersih.
Selanjutnya dikeringkan dengan terik matahari dan siap untuk diayak.
3. Pemisahan Fosil
 Langkah awal menganalisa, perlu diadakan pemisahan fosil dari kotoran butiran yang bersamarnya. Cara pengambilan fosil - fosil tersebut dengan jarum dari cawan tempat contoh batuan untuk memudahkan dalam pengambilan fosilnya perlu disediakan air (jarum dicelupkan terlebih dahulu sebelum pengambilan fosil).
 Peralatan yang dibutuhkan dalam pemisahan fosil antara lain :
 - Cawan untuk tempat contoh batuan
 - Jarum untuk mengambil fosil ' Kuas bulu halus
 - Cawan tempat air
 - Lem untuk merekatkan fosil
 - Fosil yang telah dipisahkan diletakkan pada plate (tempat fosil).



Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.