Tugas terstrukutur Managamen agroekosistem

July 23, 2017 | Autor: Jaliaman Sipayung | Categoria: Network Security
Share Embed


Descrição do Produto

PAPER " INDIKATOR AGROEKOSISTEM SEHAT dan TIDAK SEHAT "

agroekosistem ialah ekosistem yang diubah sebagian oleh orang untuk menghasilkan pangan, serat dan hasil pertanian lainnya Dalam suatu agroekosistem terdapat sistem kehidupan antara komponen-komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain. Salah satu Pengertian agroekosistem
komponen abiotik yang penting dalam suatu agroekosistem yaitu tanah
Agroekosistem sehat
Kualitas Tanah, kapasitas dari suatu jenis tanah yang spesifik untuk berfungsi di alam atau dalam batas ekosisten terkelola, untuk mendukung produktivitas biologi, memelihara kualitas lingkungan dan mendorong kesehatan hewan dan tumbuhan(The Soil Science Society of Amerika)
Kualitas Tanah, suatu ukuran kondisi relatip tanah untuk kebutuhan satu atau lebih spesies biologi dan atau untuk suatu tujuan manusia.
Dalam bidang pertanian kualitas tanah yang dimaksud adalah kemampuan tanah untuk berfungsi dalam batas-batas ekosistem yang sesuai untuk produktivitas biologis, mampu memelihara kualitas lingkungan dan mendorong tanaman dan hewan menjadi sehat.

Definisi kesehatan Tanah , kita tahu bahwasanya dalam kategori kesehatan tanah dapat di bagi menjadi dua kategori yaitu tanah sehat dan tanah Tidak sehat. Dalam penerapanya Tanah yang dimaksud dalam kategori Tanah sehat adala Tanah yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman terus menerus dalam proses produksinya pada kondisi lingkungan yang terjaga, bebas dari penyakit serta tumbuh dan berfungsi secara normal,jadi Pada tanah sehat dapat dikatakan bahwa Tanah yang mampu memberikan daya guna dari fungsi ntrinsik dan ekstrinsik. Sedangkan menurut keseluruhan kesehatan tanah didefinisikan sebagai kapasitas secara berlanjut dari suatu tanah untuk berfungsi sebagai suatu sistem hidup yang vital dalam ekosistem dan batas-batas tataguna untuk menopang produktivitas biologi, menaikkan kualitas lingkungan udara dan air dan menjaga kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Oleh karena itu dari permasalahan dan indikator diatas kita dapat mengetahui ciri –ciri tanh yang tergolong tanah sehat sebagai berikut :
- Populasi organismenya beragam dan aktif
- Memiliki dalam jumlah tinggi residu yang relatif segar sebagai sumber makanan organism
- Memiliki dalam jumlah tinggi bahan organik yang terhumifikasi untuk mengikat air dan muatan negatif untuk pertukaran kation
- Aspek lain dari tanah yang sehat adalah kondisi fisiknya yaitu tingkat kepadatan, jumlah air tersimpan dan drainase. Kondisi fisik tanah terutama mempengaruhi bahan organik karena polisakarida dan poliuronida selama proses dekomposisi mendorong pembentukan agregat tanah. Disamping itu sekresi dari fungi mikoriza juga penting dalam mendorong agregasi tanah (Magdoff, 2001). Jumlah hara tersedia, pH, kandungan garam dan lain lain juga penting dalam menentukan tanah yang sehat. Tanaman dapat tertekan pertumbuhannya akibat rendahnya jumlah hara, tingginya senyawa yang bersifat meracun seperti Al atau tingginya konsentrasi garam). Kesemua aspek biologi, kimia dan fisika saling berinteraksi dan memberikan pengaruh satu dengan lainnya.

Contoh Gambar Agroekosistem Sehat






Dari segi kimia,
Bahan Organik kita tahu Bahan organik sendiri merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Sumber primer bahan organik tanah adalah jaringan organik tumbuhan baik berupa daun, batang, ranting, buah maupun akar. Tumbuhan memproduksi bahan organik dari penggunaan energi matahari untuk menyatukan karbondioksida dari atmosfer dan air dari tanah. Bahan organik tanah terbentuk oleh siklus bahan organik ini dalam tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme di dalam tanah. Dalam pengelolaan bahan organik tanah, sumbernya juga berasal dari pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos, serta pupuk hayati (inokulan)
Fungsi Bahan organik sendiri dalam indikator Agroekosistem Sehat sebagai berikut :
Dari aspek biomassanya : Memengaruhi warna tanah menjadi coklat-hitam,Merangsang granulasi, serta Menurunkan plastisitas dan kohesi tanah,Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, dan Meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, kelembapan dan tempratur tanah menjadi stabil.,Disamping sebagai sumber bahan organik tanah, tanaman penutup tanah (canopy) dapat berfungsi menetralisir daya rusak butir-butir hujan dan menekan aliran (run off), yang kemudian dapat menghambat erosi dan pelindian hara. Hal ini dapat dilihat dengan adanya pengaru positif tanaman penutup tanah terhadap sifat-sifat fisik tanah.
Dari aspek kimianya: Bagian mudah terurai dari biomass melalui proses mineralisasi akan menyumbangkan sejumlah ion-ion hara tersedia,senyawa sisa mineralisasi dan senyawa sulit terurai melalui proses humifikasi akan menghasilkan humus tanah yang terutama berperan secara koloida,Selama proses dekomposisi, sejumlah hara tersedia akan diakumulasikan ke dalam sel-sel mikrobia, yang apabila ini mati mudah dimineralisasikan kembali, sehingga menghindarkan ino-ion hara ini dari pelindian oleh aliran massa air, Koloidal organik ini melalui muatan listriknya dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah 30 kali lebih besar daripada koloidal anorganik (liat dan mineral oksida berdiameter < 1µm), Melalui kemampuannya dalam mencengkam (chilate) koloid/ mineral oksida bermuatan positif dan kation-kation terutama Al dan Fe yang reaktif, menyebabkan fiksasi P tanah menjadi ternetralisir, serta adanya asam-asam organic hasil dekomposisi bahan organik yang mampu melarutkan P dan unsure lain dari pengikatnya.
Dari aspek biologis:, biomass merupakan sumber energi dan hara bagi jasad biologis tanah terutama heterotrofik., sebab Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Pengelolaan tanah yang dimaksud berarti berhubungan dengan cara manusia memperlakukan suatu lahan. Apabila peran bahan organik yang bergitu penting berhubungan dengan kualitas tanah, kesehatan tanah, dan kesuburan tanah tersebut diabaikan, maka suatu lahan tersebut tidak sehat.

Dari Segi Fisika Tanah
Kompaksi / Pemadatan Tanah
Berkurangnya pori-pori tanah umumnya disebabkan pemadatan/kompaksi tanah, makin padat tanah itu makin berkurangnya pori-pori tanah dan infiltrasi air ke dalam tanah akan lebih menurun pula.
Terjadinya pemadatan tanah, terutama dikarenakan :
a) Tumbukan butir-butir hujan pada permukaan tanah
b) Pengolahan tanahd engan menggunakan mesin-mesin berat
c) Penggembalaan ternak dan seringnya terinjak-injak
Tertutupnya lubang pori-pori atau berkurangnya pori-pori karena terjadinya pemadatan akan menurunkan kegiatan infiltarasi, air di permukaan tidakdiberi kesempatan untuk merembes sehingga aliran permukaan akan terus berlangsung. Menurut penelitian, kapasitas infiltrasi dapat pula menurun jika di dalam tanah terdapat lapisan kedap, yang biasanya merupakan lapisan tanah liat, menjadi penghalang perembesan air ke dalam tanah. Pemadatan-pemadatan tanah hanya dapat dihilangkan dengan melakukan pengolahan tanah yang aktif (sering dilaukan pencangkulan) dan menanaminya dengan jenis tanaman yang bermanfaat.
Kompaksi berhubungan dengan infiltrasi dan porositas di dalam tanah, jika tingkat infiltrasi rendah maka sering terjadi genangan dan aliran permukaan. Jika porositas rerndah akan mempengaruhi kedalaman efektif tanah dan tingkat perakaran tanaman dangkal, akar tidak dapat menembus tanah bagian bawah sehingga penyerapan unsur hara akan terganggu dan pertumbuhan tanaman juga terganggu.
Pada agroekosistem yang sehat kecil kemungkinan terjadi kompaksi/pemadatan tanah karena pengolahan yang dilakukan pasti sudah memikirkan dampak terhadap keadaan fisik tanah itu sendiri, misalnya apabila pengolahan selalu dilakukan dengan alat berat maka kecenderungan terjadi pemadatan tanah memang lebih besar, namun apabila hanya dilakukan minimum tillage atau bahkan zero tillage maka kecenderungan terjadinya pemadatan tanah juga semakin kecil.
Drainase
Mudah tidaknya air hilang dari tanah menentukan kelas drainase tanah tersebut. Air dapat hilang melalui permukaan tanah maupun melalui peresapan ke dalam tanah. Berdasar klas drainasenya, tanah dibedakan menjadi kelas drainase terhambat (tergenang) sampai sangat cepat (air sangat cepat hilang dari tanah).
Klas drainase ditentukan di lapang dengan melihat adanya gejala-gejala pengaruh air dalam penampang tanah. Gejala-gejala tersebut antara lain adalah warna pucat, kelabu, atau adanya bercak-bercak karatan. Warna pucat atau kelabu kebiru-biruan menunjukkan adanya pengaruh genangan air yang kuat sehingga merupakan petunjuk adanya tanah berdrainase buruk.
Keadaan drainase tanah menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh. Sebagai contoh, padi dapat hidup pada tanah-tanah dengan drainase buruk, tetapi jagung, karet, cengkeh, kopi dan lain-lain yang biasanya tumbuh pada lahan kering tidak akan dapat tumbuh dengan baik kalau tanahs elalu tergenang air.
Dari penjelasan tersebut, maka pada umumnya untuk jenis tanah pada lahan kering, klas drainase yang baik yaitu yang sedang dalam mengalirkan air, tanah tersebut mampu untuk menahan air tetapi tidak mengalami genangan di atas permukaannya. Sedangkan tanah pada lahan baah seperti persawahan dan lahan gambut maka drainasenya buruk tetapi tetap dapat dimanfaatkan untuk penanaman jenis tanaman tertentu seperti padi dan bakau.
Erosi Tanah
Erosi adalah terangkutnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah ke tempat lain. Meningkatnya erosi dapat diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup tanah dan kegiatan pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah. Erosi tersebut umumnya mengakibatkan hilangnya tanah lapisan atas yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu erosi mengakibatkan terjadinya kemunduran sifat-sifat fisik dan kimia tanah.
Erosi merupakan penyebab utama kerusakan lahan dan lingkungan. Permasalahan degradasi lahan dan beratnya erosi disebabkan oleh:
a) Curah hujan yang mempunyai nilai erosivitas tinggi,
b) Tanah peka erosi,
c) Kemiringan lereng melebihi batas kemampuan lahan untuk tanaman pangan,
d) Cara pengelolaan tanah dan tanaman yang salah termasuk kebiasaan membakar dan cara pembukaan lahan yang salah, dan
e) Tindakan konservasi lahan yang belum memadai.
Tanah yang sehat dalam agroekosistem yang sehat tentu minim erosi. Karena tergantung pengolahannya, apabila manajemen pengolahan tanahnya baik maka terjadinya erosi dapat diminimalkan. Namun apabila cara pengelolaannya buruk maka terjadinya erosi juga dapat lebih tinggi.
Dari Segi Biologi Tanah
Keanekaragaman biota dan fauna tanah
Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah, antara lain mikroba (bakteri, fungi, aktinomisetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah. Masing-masing biota tanah mempunyai fungsi yang khusus. Dalam kaitannya dengan tanaman, mikroba sangat berperan dalam membantu pertumbuhan tanaman melalui penyediaan hara (mikroba penambat N, pelarut P), membantu penyerapan hara (cendawan mikoriza arbuskula), memacu pertumbuhan tanaman (penghasil hormon), dan pengendali hama-penyakit (penghasil antibiotik, antipatogen). Demikian pula fauna tanah, setiap grup fauna mempunyai fungsi ekologis yang khusus. Keanekaragaman biota dalam tanah dapat digunakan sebagai indikator biologis kualitas tanah.
Aktivitas beberapa grup fauna tanah menguntungkan bagi tanaman, tetapi beberapa grup fauna tanah lainnya dapat merugikan tanaman. Secara keseluruhan, aktivitas berbagai grup biota tanah menciptakan agroekosistem lahan.
Grup-grup fauna tanah yang menguntungkan antara lain yang berperan sebagai:
(1) Saprofagus,
yaitu fauna pemakan sisa-sisa organik sehingga mempercepat proses dekomposisi dan mineralisasi serta meningkatkan populasi mikroba tanah;
(2) Geofagus,
yaitu fauna pemakan campuran tanah dan sisa organik, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan porositas, membantu penyebaran hara, memperbaiki proses hidrologi tanah, dan meningkatkan pertukaran udara di dalam tanah; dan
(3) Predator,
yaitu fauna pemakan organisme pengganggu sehingga berperan sebagai pengendali populasi hama- penyakit tanaman.
Biota tanah memegang peranan penting dalam siklus hara di dalam tanah, sehingga dalam jangka panjang sangat mempengaruhi keberlanjutan produktivitas lahan. Salah satu biota tanah yang berperan sebagai saprofagus maupun geofagus adalah cacing tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologis tanah. Kascing (pupuk organik bekas cacing atau campuran bahan organik sisa makanan cacing dan kotoran cacing) mempunyai kadar hara N, P dan K 2,5 kali kadar hara bahan organik semula, serta meningkatkan porositas tanah (pori total dan pori drainase cepat meningkat 1,15 kali). Penggunaan cacing Pheretima hupiensis, yang merupakan cacing tanah anagaesis (cacing yang memakan bahan organik di permukaan dan hidup di dalam tanah) dengan populasi 1 ekor/kg tanah, disertai pemberian bahan organik 5 t/ha dapat meningkatkan hasil jagung varietas Sukmaraga hingga 40%. Secara alami, ketersediaan nutrisi cacing tanah dipenuhi oleh hasil aktivitas organisme lain seperti mesofauna tanah.
Mesofauna memecah bahan organik kasar menjadi serpihan yang lebih halus, yang selanjutnya berubah menjadi koloid-koloid organik sehingga menyediakan nutrisi bagi cacing tanah. Selanjutnya cacing mendistribusikan nutrisi tersebut (membawanya ke dalam liang cacing) ke areal sekitarnya sehingga merangsang perkembangan mikroorganisme tanah. Berbagai aktivitas mikroorganisme tanah, mikroflora dan fauna saling mendukung keberlangsungan proses siklus hara, membentuk biogenic soil structure yang mengatur proses fisik, kimia, dan hayati tanah.
Pemanfaatan biota tanah sebagai agens hayati yang menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam membantu pertumbuhan tanaman merupakan peluang yang sangat besar dalam melestarikan kesuburan dan produktivitas tanah. Oleh karena itu, di samping diperlukan pengetahuan tentang kemampuan dan keunggulan biota tanah dalam menjalankan fungsi ekologis, juga perlu diciptakan teknologi aplikasi biota yang tepat dalam pengelolaan lahan kering.

MANAGEMEN DALAM AGROEKOSISTEM SEHAT SEBAGAI BERIKUT:
- Penambahan dalam jumlah besar bahan organik yang berasal dari residu tanaman termasuk tanaman penutup tanah, kotoran hewan dan kompos. Jenis bahan organik yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kompos yang telah terdekomposisi lanjut tidak mempengaruhi agregasi tetapi dapat menekan penyakit tanaman.
- Menjaga tanah agar selalu tertutup vegetasi dan residu tanaman. Penggunaan penutup tanah ini akan melindungi permukaan tanah dari kelembaban dan temperatur yang ekstrim serta meningkatkan infiltrasi tanah sehingga akan lebih banyak menyediakan air untuk tanaman dan pada waktu yang sama juga akan mengurangi aliran permukaan (run off) dan erosi. Mengurangi intensitas pengolahan tanah sehingga akan lebih banyak residu tanaman tertinggal dipermukaan tanah dan ini akan mengurangi oksidasi bahan organik tanah
- Melakukan rotasi tanaman pada sistem pertanaman semusim termasuk menanam tanaman tahunan (biasanya rumput makanan ternak) jika memungkinkan.
- Melakukan berbagai praktek lainnya untuk mengurangi erosi seperti sistem tanaman lorong. Sebab erosi selain merusak tanah secara fisik juga mengurangi kesehatan tanah melalui pengangkutan tanah yang kaya bahan organik dari lapisan atas tanah.
- Mengurangi pengaruh yang berlebihan akibat pemadatan tanah yang dapat dilakukan dengan menghindarkan tanah terlalu basah, dengan menggunakan jalur pengontrol.

Upaya- upaya untuk menjaga keberlanjutan bahan organik tanah:
a. Mencegah erosi
b. Menggunakan sistem pola tanam : diversifikasi, sisa panen kembali
c. Meminimalisasikan pengolahan tanah atau tidak secara intensif
d. Tidak membekar sisa hasil panen
e. Pemupukan organik dan sintetik dilakukan secara seimbang
Membatasi kehilangan hara
Kehilangan hara dan dalam tanah dapat dibatasi melalui:
a. Mendaur ulang limbah organik, dalam bentuk: pupuk kandang, pupuk asti (asal tinja), limbah pertanaman, limbah pengolahan hasil pertanian, limbah rumah tangga, dengan cara mengembalikan di lahan pertanian secara langsung atau melalui perlakuan (proses pengomposan, fermentasi dll);
b. Menangani pupuk organik dan buatan sedemikian rupa sehingga unsur hara tidak banyak yang hilang karena hujan yang berlebihan atau volatilisasi karena temperatur dan radiasi matahari yang tinggi;
c. Mengurangi terjadinya aliran permukaan (run off) dan erosi, yang mampu menghilangkan hara tanaman dalam jumlah yang cukup besar;
d. Mengurangi pembakaran vegetasi (tebas-bakar/slash and burn) apabila sistem usaha tani dilakukan secara intensif, karena melalui pembakaran akan menghilangkan kandungan bahan organik tanah banyak sekali;
e. Mengurangi terjadinya volatilisasi nitrogen melalui proses denitrifikasi di lahan sawah;
f. Menghindarkan terjadinya pelindian dengan menggunakan bahan organik dan pupuk buatan yang mampu melepaskan hara secara perlahan, mempertahankan kandungan humus tetap tinggi, pertanaman campuran/ganda dengan komposisi tanaman yang mempunyai kedalaman sistem perakaran berbeda;
g. Membatasi kehilangan hara bersama hasil panen dengan cara menanam tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi nisbi terhadap kandungan hara, misalkan, buah-buahan, leguminose, rumput dan susu;
h. Menghasilkan produksi swasembada, sehingga beberapa jenis produksi dapat diekspor, dan limbahnya dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak atau pupuk organik.
- AGROEKOSISTEM TIDAK SEHAT

PERMASALAHAN AGROEKOSISTEM TIDAK SEHAT
Pengelolaan pertanian secara intensif, dengan mengandalkan masukan/input bahan-bahan kimia baik untuk pupuk maupun pestisidanya, contohnya yaitu sistem Revolusi Hijau yang pernah diterapkan di Indonesia. Walaupun Revolusi hijau tersebut membawa Indonesia ke swasembada pangan pada era Orde baru, namun dilihat dari keberlanjutan produktivitas lahannya sangat tidak baik, dengan adanya input-input kimiawi yang berlebihan mengakibatkan kesuburan tanah mulai menurun dan banyak permasalahan lainnya.
Pertanian monokultur, adalah sistem pertanian dengan penanaman satu jenis tanaman secara terus menerus pada satu lahan. Penerapan sistem monokultur biasanya digunakan petani-petani baik lahan tegalan, sawah, maupun perkebunan yang mengejar hasil produksi yang tinggi untuk komoditas tertentu, sehingga dalam satu areal tertentu ditanam satu jenis tanaman saja.
Pertanian monokultur tersebut merupakan salah satu penerapan pertanian intensif yang biasanya menerapkan input-input kimia berlebihan untuk menunjang produksinya nanti sepertiaplikasi pupuk anorganik dan penggunaan pestisida sebagai cara menanggulangi hama dan penyakit. Hal tersebut mengakibatkan ketergantungan petani terhadap pestisida, pupuk anorganik dan varietas unggul yang digunakan, selain itu terjadi resistensi dan resurjensi hama
Penggunaan alat-alat berat dalam pengelolahan Tanah ,Sistem pertanian intensif biasanya menggunakan alat-alat berat untuk pengolahan tanahnya, misalnya penggunaan traktor. Penggunaan traktor tersebut dapat mengakibatkan pemadatan tanah sehingga mempengaruhi porositas dan bobot isi tanah menjadi lebih tinggi
Gambar Agroekosistem Tidak Sehat








INDIKATOR AGROEKOSISTEM DIKATAKAN TIDAK SEHAT

Dari Segi Kimia Tanah
Bahan organik, Pada sistem pertanian yang diolah secara intensif dengan menerapkan sistem monokulttur biasanya jumlah bahan organiknya sedikit karena tidak ada atau minimnya seresah di permukaan lahan, selain itu input bahan organic yang berasal dari pupuk organic baik pupuk kandang atau pupuk hijau minim karena lebih menekankan penggunaan input kimia. Dari hal tersebut dapat diindikasikan pertanian tanpa penerapan tambahan bahan organic pada lahan pertanain intensif merupakan pengelolaan agroekosistem yang tidak sehat.
pH Tanah (Kemasaman Tanah) dan Adanya Unsur Beracun, pH tanah pada sistem pertanian intensif biasanya agak masam karena seringnya penggunaan pupuk anorganik seperti Urea yang diaplikasikan secara terus-menerus untuk menunjang ketersediaan unsure hara dalam tanah. Tanah bersifat asam dapat pula disebabkan karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman.pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumunium yang selain bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman.Untuk pengelolaan pH tanah yang berbeda-beda dalam suatu agroekosistem maka apabila suatu lahan digunakan untuk pertanian maka pemilihan jenis tanamannya disesuaikan dengan pH tanah apakah tanaman yang diusahakan sesuai dan mampu bertahan dengan pH tertentu.
Ketersediaan Unsur Hara,Unsur hara yang digunakan tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya diperoleh dari beberapa sumber antara lain : Bahan organik, mineral alami, unsur hara yang terjerap atau terikat, dan pemberian pupuk kimia.Pada lahan dengan pengolahan secara intensif sumber unsur haranya berasal dari input-input kimiawi berupa pupuk anorganik, petani kurang menerapkan tambahan bahan organic seperti aplikasi pupuk kandang dan seresah dari tanaman yang diusahkan., sehingga petani sangat berketergantungan dengan pupuk kimia, padahal penggunaan pupuk kimia berlebihan dapat menyebabkan kesuburan tanah menurun.Terkadang nampak gejala defisiensi unsur hara pada tanaman yang diusahakan dan petani mengatasinya dengan aplikasi pupuk kimia yang banyak mengandung unsure hara yang kurang tadi, misalnya tanaman kekurangan unsure N maka petani mengaplikasikan pupuk urea sebagai penunjang ketersediaan unsure N yang kurang tadi, begitupula dengan unsure-unsur lainnya.

Dari Segi Fisika Tanah

Kondisi kepadatan tanah, Widiarto (2008) menyatakan bahwa, "Bahan organik dapat menurunkan BI dan tanah yang memiliki nilai BI kurang dari satu merupakan tanah yang memiliki bahan organik tanah sedang sampai tinggi. Selain itu, Nilai BI untuk tekstur berpasir antara 1,5 – 1,8 g / m3, Nilai BI untuk tekstur berlempung antara 1,3 – 1,6 g / m3 dan Nilai BIuntuk tekstur berliat antara 1,1 – 1,4 g / m3 merupakan nilai BI yang dijumpai pada tanah yang masih alami atau tanah yang tidak mengalami pemadatan".Bobot isi tanah di lahan dengan pengolahan intensif biasanya memiliki nilai BI tinggi karena tanah telah mengalami pemadatan akibat penggunaan alat-alat berat untuk pengolahan tanahnya

Kedalaman efektif tanah, Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati penyebaran akar tanaman. Banyakya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah, dan bila tidak dijumpai akar tanaman maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 2007).Pada lahan dengan sistem pengolahan intensif terkadang memiliki sebaran perakaran yang cukup tinggi karena tanaman yang diusahakan dalam kurun waktu yang lama hanya satu komoditi saja

Erosi Tanah, Erosi adalah terangkutnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah ke tempat lain. Meningkatnya erosi dapat diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup tanah dan kegiatan pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah. Erosi tersebut umumnya mengakibatkan hilangnya tanah lapisan atas yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu erosi mengakibatkan terjadinya kemunduran sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Di lahan pertanian dengan pengolahan intensif, khususnya praktek penebangan hutan untuk pembukaan lahan baru memiliki tingkat kerusakan lingkungan yang amat tinggi. Pembukaan hutan tersebut merupakan tindakan eksploitasi lahan yang berlebihan, perluasan tanaman, penggundulan hutan, telah berdampak pada keberlangsungan hidup biota yang berada di bumi ini. Bila kondisi tersebut diatas terus berlangsung dengan cara tidak terkendali, maka dikhawatirkan akan bertambahnya jumlah lahan kritis dan kerusakan dalam suatu wilayah daerah aliran sungai (DAS). Kerusakan ini dapat berupa degradasi lapisan tanah (erosi), kesuburan tanah, longsor dan sedimentasi yang tinggi dalam sungai, bencana banjir, disribusi dan jumlah atau kualitas aliran air sungai akan menurun. Dengan vegetasi yang hanya satu macam pada satu areal lahan menyebabkan tidak adanya tutupan lahan lain sehingga tidak dapat melindungi tanah dari daya pukul air hujan secara langsung ke tanah, hal tersebut mengakibatkan laju erosi cenderung tinggi.

Dari Segi Biologi Tanah

Keanekaragaman biota dan fauna tanah, ditunjukkan dengan adanya kascing, Biota tanah memegang peranan penting dalam siklus hara di dalam tanah, sehingga dalam jangka panjang sangat mempengaruhi keberlanjutan produktivitas lahan. Salah satu biota tanah yang paling berperan yaitu cacing tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologis tanah. Kascing (pupuk organik bekas cacing atau campuran bahan organik sisa makanan cacing dan kotoran cacing) mempunyai kadar hara N, P dan K 2,5 kali kadar hara bahan organik semula, serta meningkatkan porositas tanah (pori total dan pori drainase cepat meningkat 1,15 kali).Cacing jenis 'penggali tanah' yang hidup aktif dalam tanah, walaupun makanannya berupa bahan organik di permukaan tanah dan ada pula dari akar-akar yang mati di dalam tanah. Kelompok cacing ini berperanan penting dalam mencampur seresah yang ada di atas tanah dengan tanah lapisan bawah, dan meninggalkan liang dalam tanah. Kelompok cacing ini membuang kotorannya dalam tanah, atau di atas permukaan tanah. Kotoran cacing ini lebih kaya akan karbon (C) dan hara lainnya dari pada tanah di sekitarnya. (Hairiah, 2004).Pada lahan dengan pengolahan intensif, jarang terdapat seresah pada lahan tersebut sehingga keberadaan biota tanah seperti cacing tanah sedikit, padahal aktifitas cacing tanah dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah,seperti meningkatkan kandungan unsur hara, mendekomposisikan bahan organic tanah, mernagsang granulasi tanah dan sebagainya.


MANAGEMEN DALAM AGROEKOSISTEM TIDAK SEHAT SEBAGAI BERIKUT:
Untuk menggunakan lahan pada daerah hulu secara rasional maka diperlukan sistem penggunaan lahan yang menerapkan kaidah-kaidah konservasi, produktif dan pemanfatan teknologi yang ramah lingkungan. Dengan demikian akan mewujudkan sistem pertanian yang tangguh dan secara menyeluruh menciptakan pengelolaan sumberdaya alam dalam suatu DAS yang berkelanjutan.

Pengolahan lahan secara agroforestry untuk daerah hulu karena dapat menerapkan sistem konservasi tanah dan air, namun apabila petani juga menginginkan hasil produksi yang tinggi dapat diterapkan sistem multiple cropping seperti tumpang sari.


Melaukuan pengolahan tanah minimum yang merupakan teknik konservasi tanah dimana gangguan mekanis terhadap tanah diupayakan sesedikit mungkin. Dengan cara ini kerusakan struktur tanah dapat dihindari sehingga aliran permukaan dan erosi berkurang. Teknik ini juga mengurangi biaya dan tenaga kerja untuk pengolahan tanah dan mengurangi biaya / tenaga kerja untuk penyiangan secara mekanik. Pengolahan tanah minimum cukup efektif dalam mengendalikan erosi, dan biasa dilakukan pada tanah-tanah yang berpasir dan rentan terhadap erosi.

Meningkatkan aplikasi pemberian bahan organic seperti pupuk anorganik berupa pupuk kandang maupun puuk hijau untuk memperbaiki pH tanah, kondisi fisik, kimia dan biologi tanah, serta penambahan seresah yang juga melindungi lahan dari tetesan air hujan secara langsung sehingga dapat mengurangi laju erosi.

Untuk mengtasi pH yang masam diperlukan pengapuran bila tanaman yang ditanam memerlukan pH yang netral, karena tidak semua tanaman dapat beradaptasi dengan pH yang masam. Pemilihan jenis tanamannya disesuaikan dengan pH tanah apakah tanaman yang diusahakan sesuai dan mampu bertahan dengan pH tertentu.










DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : JPT. Raja Grafindo Persada.

Hairiah, Kurniatun, dkk. 2004. Ketebalan Seresah sebagai Indikator Daerah Aliran
Sungai (DAS) Sehat. FP-UB. Malang.

Hardjowigeno, Saswono. 2007. ILMU TANAH.Jakarta : Akademika Pressindo.

Sutedjo, Mul Mulyani. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Widiarto. 2008. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.


Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.