UJI COBA TES (Reliabilitas dan validitas).docx

May 26, 2017 | Autor: Muhammad Alfafa | Categoria: Assessment, Reliability, Validity, Evualiations
Share Embed


Descrição do Produto

15

iii









MAKALAH
UJI COBA TES





Dalam Mata Kuliah
ASSESMEN DAN EVALUASI


Oleh Kelompok 7:
Ni Luh Putu Suaniasih 1411021009
Akhris Fuadatus Sholihah 1411021016
Muhammad Fais Alfafa 1411021018
Miftahul Risky 1411021034


JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016

PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya dalam menyelesaikan makalah yang berjudul "Uji Coba Tes", sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Assesmen dan Evaluasi, dan diharapkan bisa memberikan wawasan tentang Uji Coba Tes bagi mahasiswa.
Selaku mahasiswa yang masih belajar, makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja. Saran dan masukan sangat kami harapkan, dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam bidang pendidikan. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.



Singaraja, 28 April 2016

Penyusun


DAFTAR ISI
PRAKATA ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Masalah 3
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Uji Validitas dan Jenis-Jenis dari Validitas 4
Pengertian Uji Validitas 4
Jenis-Jenis dari Validitas 5
Cara Mengetahui Validitas Suatu Instrument 9
Pengertian Reliabilitas dan Jenis-Jenis dari Reliabilitas 12
Pengertian Reliabilitas 13
Jenis-Jenis dari Reliabilitas 13
Cara Mencari Besarnya Reliabilitas 12
Metode Bentuk Paralel 13
Metode Tes Ulang (Test-Retest Method) 13
Metode Belah Dua (Split-Half Method) 14
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas 15
Penampilan Peserta Tes yang Kurang Prima
Penilaian yang Tidak Objektif
Tes yang Terlalu Pendek
Soal Tes Terlalu Mudah atau Terlalu Sulit
Mencontek dalam Tes
Waktu dan Tempat yang Tidak Menyenangkan
BAB III PENUTUP
Simpulan 15
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas. Penilaian program pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program dan sarana pendidikan. Penilaian proses pembelajaran menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan program pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang.
Evaluasi pendidikan melibatkan banyak kegiatan teknis dalam menentukan metode dan format penilaian yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Informasi tersebut diperlukan dalam menafsir dan menetapkan keputusan untuk kepentingan pendidikan. Penilai membutuhkan keterampilan dalam mengidentifikasi dan memahami berbagai macam perspektif penilaian, baik penilaian kontekstual dan proses maupun penilaian hasil. Karena penilaian merupakan pusat kontrol keberhasilan program pendidikan, maka terdapat dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penilaian, yaitu validitas dan reliabilitas.
Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung, baik dalam bentuk validitas maupun reliabilitas. Validitas mengacu pada keberartian, kebenaran, kemanfaatan, dan kesesuaian skor tes. Validitas merupakan karakteristik suatu tes ketika diujikan pada suatu kelompok peserta tes. Validasi suatu instrumen mencakup pengumpulan data empiris dan argumentasi logis untuk menunjukkan bahwa kesimpulan tertentu adalah tepat. Sedangkan reliabilitas yang berarti konsistensi adalah cirri umum dari suatu instrumen pengukuran dan penilaian pendidikan. Konsistensi tinggi skor instrumen dari suatu pengukuran ke pengukuran berikutnya merupakan cirri terpenting dari instrumen yang berkualitas.
Keberhasilan mengungkapkan variabel yang ingin diukur sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat tergantung pada kualitas alat penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya.
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas diketahui bahwa mengetahui dan memahami arti dari validitas dan reabilitas dalam penelitian sangatlah penting. Oleh karena itu penulis akan membahas mengenai uji coba validitas dan rebilitas dalam instrument tes.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Apa pengertian uji validitas dan jenis-jenis dari validitas?
Bagaimana cara mengetahui validitas suatu instrument?
Apa pengertian reliabilitas dan jenis-jenis dari reliabilitas?
Bagaimana cara mencari besarnya reliabilitas?
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk memahami pengertian uji validitas dan jenis-jenis dari validitas?
Untuk memahami cara mengetahui validitas suatu instrument?
Untuk memahami pengertian reliabilitas dan jenis-jenis dari reliabilitas?
Untuk memahami cara mencari besarnya reliabilitas?
Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Uji Validitas dan Jenis-Jenis dari Validitas
Pengertian Uji Validitas
Validitas adalah suatu derajat ketepatan/kelayakan instrumen yang digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur (Zainal Ariffin dalam Dahlan, 2015). Menurut Sukardi (dalam Dahlan, 2015) validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa vaiditas adalah Derajat keetepatan/kelayakan instrumen yang digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur serta sejauh mana instrumen tersebut menjalankan fungsi pengukurannya.
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, juga memiliki kecermatan tinggi. Arti kecermatan disini adalah dapat mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukurnya.
Jenis-Jenis dari Validitas
Validitas terdiri dari validitas internal dan eksternal. Suatu penelitian memiliki validitas internal sepanjang faktor-faktor yang dimanipulasikan (variable bebas) benar-benar berpengaruh terhadap variable tergantung yang diobservasi dalam latar penelitian.
Bila peneliti hanya sekedar mencapai validitas internal, maka nilai praktis penemuannya akan rendah. Sebab tak bisa diberlakukan di luar latar penelitian yang bersangkutan. Untuk itu, perlu pula mencapai validitas eksternal. Dikatakan memiliki validitas eksternal sepanjang hubungan antara variable yang ditemukan dapat digeneralisasikan pada situasi-situasi non penelitian (bisa digeneralisasikan pada latar lain, tritment lain, pengukuran lain, populasi lain).
Validitas Internal
Validitas internal adalah sebuah bentuk kesesuaian intrumen yag dikemabngkan berdasarkan konstrak yang telah disusun, Bentuk dan tata bahasa penggunaan instrumen. Validitas internal meliputi validitas konstruk dan validitas isi
Validitas Konstruk
Validitas konstruk menunjuk kepada asumsi, bahwa alat ukur yang dipakai mengandung satu definisi operasional yang tepat dari suatu konsep teoritis yang dapat diamati dan diukur. Seorang peneliti dalam membahas validitas konstruk, mulai dengan menganalisis unsure-unsur suatu konstruk. Kemudian diberikan penilaian apakah bagian-bagian itu memang logis untuk disatukan menjadi skala yang mengukur suatu konstruk. Langkah terakhir yaitu adalah menghubungkan konstruk yang sedang diamati dengan konstruk lainnya, dan menelusi apa saja dari konstruk pertama mempunyai kaitan dengan unsur-unsur tertentu pada konstruk yang lainnya.
Validitas Isi
Menunjuk kepada suatu instrumen yang memiliki kesesuaian isi dalam mengukur yang akan diukur. Penentuan suatu alat ukur mempunyai validitas isi, biasanya dapat juga didasari pada penilaian para ahli dalam bidang tersebut.
Uju Validitas Eksternal (Validitas Empiris)
Validitas ini biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur di luar tes yang bersangkutan. Namun, kriteria itu harus relevan dengan apa yang diukur. Ada tiga macam validitas empiris, yaitu: validitas prediktif (predictive validity), validitas kongkuren (concurrent validity), dan validitas sejenis (congruent validity). Validitas prediktif ialah jika kriteria standar yang digunakan adalah untuk meramalkan prestasi belajar murid di masa yang akan datang. Sedangkan validitas konkuren ialah jika kriteria standarnya berlainan. Sebaliknya, jika kriteria standarnya sejenis, maka validitas tersebut disebut validitas sejenis.
B. Cara Mengetahui Validitas Suatu Instrument
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
Rumus korealsi product moment ada dua macam, yaitu:
Korelasi product moment dengan simpangan.
Korelasi product moment dengan angka kasar.
Rumus korelasi product moment dengan simpangan.



rxy = koefisien antara variable Xdan variable Y, dua variable yang
dikorelasikan (x = X — dan y = Y —).
xy = jumlah perkalian x dengan y
X2 = kuadrat dari x
Y2 = kuadrat dari y
Contoh perhitungan:
Misalnya akan menghitung validitas tes prestasi belajar Matematika. Sebagai kriterium diambil rata-rata nilai ulangan harian yang tercatat dalam daftar nilai. Nilai tes yang akan dicari validitasnya diberi kode X dan rata-rata nilai harian diberi kode Y. Kemudian dibuat table persiapan sebagai berikut:
Tabel persiapan untuk mencari validitas tes prestasi Matematika
No.
Nama
X
Y
x
Y
x2
y2
xy
1
Nadia
6,5
6,3
0
-0,1
0,0
0,01
0,0
2
Susi
7
6,8
+0,5
+0,4
0,25
0,16
+0,2
3
Cecep
7,5
7,2
+0,1
+0,8
1,0
0,64
+0,8
4
Erna
7
6,8
+0,5
+0,4
0,25
0,16
+0,2
5
Dian
6
7
-0,5
+0,6
0,25
0,36
-0,3
6
Asmara
6
6,2
-0,5
-0,2
0,25
0,04
+0,1
7
Siswoyo
5,5
5,1
-1,0
-1,3
1,0
1,69
+1,3
8
Jihad
6,5
6
0
-0,4
0,0
0,16
0,0
9
Yanna
7
6,5
+0,5
+0,1
0,25
0,01
+0,05
10
Lina
6
5,9
-0,5
-0,6
0,25
0,36
+0,3

jumlah
65,0
63,8


3,5
3,59
2,56

di bulatkan 6,4
di bulatkan 6,4

X = X = X
Y = Y – Y

Dimasukan ke rumus



Indeks kolerasi antara X dan Y inilah indeks validitas soal yang dicari.


Rumus korelasi product moment dengan angak kasar




Dimana:
rxy = koefisien korelasi antara variable X dan variabel Y, dua variable yang
dikorelasikan.

Dengan menggunakan data hasil tes prestasi Matematika di atas kini dihitung dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang table persiapannya sebagai berikut:
Tabel persiapan untuk mencari validitas tes prestasi Matematika
No.
Nama
X
Y


XY
1
Nadia
6,5
6,3
42,25
39,69
40,95
2
Susi
7
6,8
49
46,24
47,6
3
Cecep
7,5
7,2
56,25
51,84
54,0
4
Erna
7
6,8
49
46,24
47,6
5
Dian
6
7
36
49
42
6
Asmara
6
6,2
36
38,44
37,2
7
Siswoyo
5,5
5,1
30,25
26,01
28,05
8
Jihad
6,5
6
42,25
45,5
39
9
Yanna
7
6,5
49
36
45,5
10
Lina
6
5,9
36
34,81
35,4

jumlah
65,0
63,8
426,0
410,52
417,3

Dimasukkan ke dalam rumus:

Jika dibandingkan dengan validitas soal yang dihitung dengan rumus simpangan ternyata terdapat perbedaan sebesar 0,003, lebih besar yang dihitung dengan rumus simpangan. Hal ini wajar karena dalam mengerjakan perkalian atau penjumlahan jika diperoleh 3 atau angka dibelakang koma dilakukan pembulatan keatas. Perbedaan ini sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Koefisien korelasi selalu terdapat antara 1,00 sampai + 1,00. Namun karena dalam menghitung seringkali dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negative menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran. Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah
Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara yaitu:
Dengan melihat harga r dan diinterpretasikan misalnya korelasi tinggi, cukup dan sebagainya.
Dengan berkonsultasi ke table harga kritik r product moment sehingga dalat diketahui signfikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan. Begitu sebaliknya.
C. Pengertian Reliabilitas dan Jenis-Jenis dari Reliabilitas
1. Pengertian Reliabilitas
Kata reliabilitas berasal dari kata relible yang artinya tetap dan dipercaya (Aries, 2011). Basrowi & Siskandar (2012) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Dipihak lain pengertian reliabilitas menurut Latief (dalam Aries, 2011) yang membandingkan validitas dan reliabilitas yaitu jika validitas mengacu ada tingkat kebenaran hasil pengukuran yang diukur, reliabilitas hasil pengukuran mengacu pada keteatan hasil pengukuran dalam mewakili tingkat keterampilan yang sesungguhnya dari peserta tes.
Jadi reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai).
Konsep tentang reliabilitas ini tidak akan sulit untuk dimengerti apabila telah memahami konsep validitas. Tuntutan bahwa instrumen evaluasi harus valid menyangkut harapan diperolehnya data yang valid sesuai dengan kenyataan (Arikunto, 2012). Dalam hal ini reliabilita ini tuntutannya tidak jauh berbeda. Sehubungan dengan ini reliabilitas ini menurut Scarvi B. Anderson dan kawan-kawan (dalam Arikunto,2012) menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas ini penting.
2. Jenis-Jenis dari Reliabilitas
Ada beberapa jenis-jenis reliabilitas antara lain yaitu,
Koefisien Stabilitas (kemantapan)
Teknik ini dilakukan dengan cara mengujikan instrument tes yang sama dua kali pada sejumlah subyek yang sama dengan alat ukur yang sama pada rentangan waktu yang berbeda (metode tes ulang). Skor yang didapat pada pengujian pertama dan kedua dikolerasikan untuk dilihat koefisien kolerasinya, hasil perhitungan disebut koefisien stabilitas. Jika koefisien kolerasi yang diperoleh cukup tinggi, tes tersebut dinyatakan reliabel.
Koefisien Estimasi (tapsiran)
Koefisien ini diperoleh dengan metode belah dua. Dalam metode belah dua suatu tes diberikan satu kali kepada suatu kelompok, kemudian pemberian nilai dilakukan dengan cara membelah hasil tes tersebut menjadi dua yaitu, paruhan atas dan paruhan bawah. Setelah skor didapatkan, butir tersebut kemudian dibagi menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama.
Koefisien Equivalensi (kesetaraan)
Koefisien ini diperoleh dengan metode tes paralel. Dalam metode ini dua buah tes yang parallel atau mempunyai bobot yag sama biberikan kepada kelompok siswa yang sama dengan jeda waktu yang tidak lama. Kedua tes tersebut dinyatakan parallel karena dibuat berdasarkan kisi-kisi yang sama, akan tetapi butir soalnya berbeda meskipun untuk mengukur unsur yang sama, kemudian hasil tersebut dihitung koefisien kolerasinya.
Koefisien Konsistensi
Konsistensi internal tes kognitif
Dalam metode ini satu tes diberikan kepada satu kelompok siswa kemudian dicari proporsi jawaban benar dan salah untuk setiap butir soal.
Konsistensi internal tes kinerja motorik
Penentuan reliabilitas tes kinerja motorik tidak terjadi dalam tes tertulis, misalnya tes yang harus dilakukan berulang-ulang dan biasanya dilaksanakan pada hari yang berlainan. Untuk menentukan reliabilitas data hasil tes kinerja motorik adalah dengan teknik "koefisien korelasi interklas"
D. Cara Mencari Besarnya Reliabilitas
1. Metode Bentuk Paralel
Menurut Basrowi dan Siskandar (2012) menyatakan bahwa tes parallel atau tes equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam istilah Bahasa inggris disebut alternate-forms method (parallel forms). Dua tes terbut dicobakan kepada kelompok siswa yang sama, setelah itu baru hasil dari kedua tes tersebut dikorelasikan. Jika koefisiennya tinggi maka tes tersebut sudah reliabel dan dapat digunakan sebagai alat engetes yang terandalkan. Penggunaan metode ini baik karena siswa dihadapkan kepada dua macam tes sehingga tidak ada faktor "masih ingat soalnya" yang dalam evaluasi disebut adanya practice-effect dan carry- over effect, artinya tidak ada faktor yang dibawa oleh pengikut tes karena sudah mengerjakan tes tersebut. Adapun kelemahan dari metode ini yaitu pekerjaan pengetes menjadi berat karena harus menyusun dua seri tes dan juga harus tersedianya waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes tersebut.
2. Metode Tes Ulang (Test-Retest Method)
Metode ini dilakukan untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat disebut dengan single-test-double-trial method (Basrowi dan Siskandar, 2012).
Ada umumnya, hasil tes yang kedua cenderung lebih baik dari ada tes yang pertama. Hal ini tidak mengapa karena pengetes harus sadar akan adanya practice effect dan carry over effect (Aries, 2011).
Cara ini kurang mengena jika tes digunakan untuk mengungkap pengetahuan(ingatan) dan pemahaman, karena tercoba akan masih ingat butir-butir soalnya. Tenggang waktu tentu saja menjadi faktor yang berpengaruh terhadap reliabilitas. Metode ini juga disebut korelasi diri sendiri karena mengkorelasikan hasil dari tes yang sama.
3. Metode Belah Dua (Split-Half Method)
Menurut Basrowi dan Siskandar (2012) kelemahan dari penggunaan metode dua-tes dua kali percobaan dan satu-tes dua kali percobaan diatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Metode ini mengatasi kelemahan-kelemahan penggunaan metode bentuk paralel dan metode tes ulang. Dalam metode ini, pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali.
Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes harus digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut.
2r1/2 1/2
r11 =
(1 + r1/2 1/2)
Di mana:
r1/21/2 = kolerasi antara skor-skor setiap belahan tes
r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

Banyak pemakai metode ini salah membelah hasil tes pada waktu menganalisis. Yang benar adalah membelah item atau butir soal.

Ada du acara membelah butir soal yaitu:
Membelah atas item-item gena dan item-item ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap; dan
Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separo jumlah pada nomor-nomor awal separo pada nomor-nomor akhir selanjutnya disebut belahan awal-akhir.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil tes. Ebel dan Frisbic dalam Latief (dalam Aries, 2011) mengatakan bahwa reliabilitas tergantung pada ciri kelompok yang diuji, isi tes, serta kondisi-kondisi dalam pelaksanaan tes. Berikut diuraikan beberapa hal yang memengaruhi tingkat reliabilitas.
Penampilan Peserta Tes yang Kurang Prima
Peserta tes tidak berada dalam keadaan prima pada saat tes dilaksanakan sehubungan dengan keadaan fisik dan emosi. Mereka mungkin sakit, letih, lapar, emosi tidak stabil, tidak konsentrasi, atau mengantuk saat tes dilaksanakan. Jadi pelaksanaan tes harus memilih kondisi yang paling tepat untuk meyakinkan bahwa peserta tes tidak berada dalam kondisi yang merugikan pada tes yang dilaksanakan.
Penilaian yang Tidak Objektif
Penilai tidak berada dalam kondisi fisik dan emosi yang stabil. Mereka mungkin sedang sakit, tidak konsentrasi, letih, lapar, emosi tidak stabil, atau mengantuk saat memberi nilai. Jadi, hal ini juga harus dikondisikan oleh pelaksana tes.
Tes yang Terlalu Pendek
Sebuah tes untuk pengetahuan perkalian dengan 100 butir soal akan menghasilkan skor dengan reliabilitas lebih tinggi dibanding tes yang sama dengan hanya 25 butir soal. Demikian pula halnya dengan sebuah tes wawancara untuk mengukur keterampilan bicara yang berdurasi 30 menit untuk setiap peserta tes akan menghasilkan skor berbicara dengan reliabilitas yang lebih tinggi dibanding tes yang sama dengan durasi 5 menit untuk setiap peserta tes. Jika segala sesuatunya sama maka tes yang panjang akan lebih reliabel daripada tes yang pendek.
Reliabilitas belah-dua merupakan teknik yang tepat digunakan bila kita menghindari fluktuasi dari masa ke masa dalam menduga reliabilitas dan bila tes tersebut relatif panjang. Untuk tes-tes yang pendek, sebaiknya digunakan teknik yang lain, misalnya tes ulang atau bentuk setara.
Soal Tes Terlalu Mudah atau Terlalu Sulit
Misalnya, karena sebuah tes untuk keterampilan menyimak yang terlalu sulit sehingga hanya 10 persen dari peserta tes yang bisa menjawab benar atau terlalu mudah sehingga hampir semua peserta tes bisa menjawab dengna benar akan menghasilkan skor dengan reliabilitas rendah dibandingkan dengan tes yang sama dimana pertanyaan-pertanyaan memiliki tingkat kesulitan sedang sehingga antara 35 sampai 35 persen dari peserta tes bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar. Jadi tingkat kesulitan sebuah tes memengaruhi tingkat reliabilitas.
Mencontek dalam Tes
Jika peserta tes tidak diawasi secara ketat dalam pelaksanaan sebuah tes, mereka mungkin saja mencontek jawaban dari peserta lain atau mencontek dari catatan yang sudah dipersiapkan dari rumah. Jika hal ini terjadi tes akan menghasilkan skor dengan reliabilitas rendah. Jadi, kejujuran peserta tes dalam menjawab soal tes ikut memengaruhi tingkat reliabilitas.
Waktu dan Tempat yang Tidak Menyenangkan
Sebuah tes yang dilaksanakan disebuah ruangan yang tidak nyaman, terlalu panas, dingin, bising, atau pada waktu yang tidak menyenangkan, pada pukul 2 sore, hal ini akan menghasilkan skor tes dengan reliabilitas rendah.


BAB III
PENUTUP
Simpulan
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Validitas terdiri dari validitas internal dan eksternal. Validitas internal diantaranya validitas konstruk dan validitas isi. Validitas eksternal diantaranya validitas prediktif (predictive validity), validitas kongkuren (concurrent validity), dan validitas sejenis (congruent validity).
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
Kata reliabilitas berasal dari kata relible yang artinya tetap dan dipercaya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Ada beberapa jenis-jenis reliabilitas antara lain yaitu Koefisien Stabilitas (kemantapan), Koefisien Estimasi (tapsiran), Koefisien Equivalensi (kesetaraan), Koefisien Konsistensi.
Cara mencari besarnya reliabilitas adalah dengan menggunakan, metode bentuk paralel, metode tes ulang (test-retest method), metode belah dua (split-half method)
Faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas adalah sebagai berikut: penampilan peserta tes yang kurang prima, penilaian yang tidak objektif, tes yang terlalu pendek, soal tes terlalu mudah atau terlalu sulit, mencontek dalam tes, waktu dan tempat yang tidak menyenangkan.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang pengertian uji validitas dan jenis-jenis dari validitas, cara mengetahui validitas suatu instrument, pengertian reliabilitas dan jenis-jenis dari reliabilitas, cara mencari besarnya reliabilitas, dan faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna memperbaiki dalam pembuatan makalah berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Aries S, Erna Febru. 2011. Asesmen dan Evaluasi. Malang: Aditya Media Publising.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Basrowi & Siskandar. 2005. Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Bandung: Karya Putra Darwati.
Dahlan, Ahmad. 2015. Pengertian Uji Validitas dan Reliabilitas Secara Empirik. Tesrsedia pada: http://www.eurekapendidikan.com/2014/12/hipotesis-penelitian.html (Diakses 29 Juni 2016)









LAMPIRAN









Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.