PROSES MENYUNTING TEKS PARIWISATA (A TPR STUDY).doc

May 24, 2017 | Autor: Taufik Nasution | Categoria: Machine Translation, Translation, Translation and Tourism
Share Embed


Descrição do Produto

Kajian Linguistik, Februari 2016, 86-101
Copyright ©2016, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1693-4660

STRATEGI PENYUNTINGAN AKHIR TEKS PARIWISATA
TERJEMAHAN GOOGLE

Taufik Afdal
[email protected]
Roswita Silalahi, Syahron Lubis
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisisproses menyunting akhir
teks pariwisata terjemahan google oleh penerjemah profesional, (2)
mendeskripsikan strategi penyuntingan akhir teks pariwisata terjemahan
google yang dilakukan penerjemah, dan (3) menguraikan sumber eksternal
online yang dirujuk penerjemah selama proses sunting akhir. Penelitian
ini bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini
merupakan teks dari laman web www.lonelyplanet.com. Tingkat
kompleksitas dan tingkat keterbacaan teks yang terdapat dalam laman web
tersebut diukur menggunakan lexile measure, SMOG, FleschKincaid, dan
ATOS. Sementara data dalam penelitian ini adalah worksheet dan rekaman
video. Data berupa worksheet dikumpulkan menggunakan aplikasi translog
II sementara untuk data berupa rekaman video dikumpulkan menggunakan
aplikasi Camtasia Studio 8. Subjek penelitian ini merupakan seorang
penerjemah Indonesia profesional. Hasil rekaman kedua aplikasi
tersebut menunjukkan bahwa proses yang dilakukan penerjemah antara lain
adalah membaca teks sumber dan teks terjemahan Google kemudian
membandingkannya, memeriksa kesalahan sintaksis dan semantik pada
tingkat kata/frasa, memperbaiki kesalahan terjemahan, dan merevisi
perbaikan yang dilakukan perkalimat. Adapun strategi penyuntingan akhir
teks pariwisata yang dilakukan penerjemah adalah koreksi makna sebanyak
23 kali (44,2%), menambahkan kata sebanyak 16 kali (30,7%), koreksi
grammar sebanyak 7 kali (13,4%), menghapus kata sebanyak 4 kali
(7,69%), dan memparafrase sebanyak 2 kali (3,84%). Sementara sumber
eksternal onlineyang dirujuk oleh penerjemah adalah Google
Translatesebanyak 23 kali (46,93%), Google Searchsebanyak 10 kali
(20,4%), thesaurussebanyak5 kali (10,2%), dan wikipediasebanyak 4 kali
(8,16%), KBBI daring sebanyak 2 kali (4,08%), dictionary.com sebanyak 3
kali (6,1%), dan Kateglo sebanyak 2 kali (4,08%). Dapat disimpulkan
bahwa strategi menyunting akhir teks pariwisata adalah mengidentifikasi
kesalahan mesin penerjemah kemudian melakukan perbaikan makna pada
tingkat kata dan frasa, mengoreksi grammar, menambahkan kata dengan
memeriksa persamaan budaya dan menggunakan sumber eksternal online.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan, untuk
memecahkan masalah padanan kata yang sulit, penerjemah khususnya pemula
agar menggunakan kamus online monolingual, kamus online bilingual,
Google Search, membandingkan isi Wikipediaberbahasa Indonesia dan
berbahasa Inggris serta menggunakan referensi online lainnya dalam
proses penerjemahan maupun penyuntingan.



Kata kunci: Proses penyuntingan akhir, terjemahan Google, mesin
penerjemah, sumber eskternal online
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang


Dewasa ini mesin penerjemah acap kali digunakan penerjemah untuk
membantu meningkatkan produktivitas bekerja secara cepat, tepat dan
efisien. Hal ini didukung pernyataan Jakobsen (2011:141) bahwa MT
technology has been developing rapidly in recent years, and many have
suggested that it can have a major impact on productivity in the
translation process, whenfollowed by a post-editing process. Pemahaman dari
pernyataan Jakobsen tersebut adalah teknologi mesin penerjemah semakin
berkembang dan banyak penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa
penggunaannya berpengaruh terhadap produktifitas proses penerjemahan. Namun
mesin penerjemah memiliki kelemahannya seperti yang dikemukakan Tatsumi
(2010: 3) bahwa sistem mesin penerjemah menerjemahkan teks dengan cepat,
namun tidak menghasilkan kualitas yang memuaskan.

Terdapat beberapa mesin penerjemah yang ada hingga saat ini, namun
diantara sekian banyak Mesin Penerjemah yang ada, Google Translatemerupakan
sistem penerjemah onlineyang paling sering digunakan. Seperti layaknya
mesin penerjemah lainnya, mesin penerjemah ini memiliki keterbatasan dan
hanya mampu menerjemahkan kata dan frasa tertentu tanpa memperhatikan
konteks budaya bahasa sasaran. Hal ini didukung oleh pernyataan dalam menu
tanya jawab google.translateyaitu:"Even today's most efficient software
cannot master a language as well as a native speaker and have by no means
the skill of a professional translator". Hal ini berarti bahwa posisi
penerjemah profesional tidak bisa digantikan oleh mesin penerjemah.

Terdapat beberapa jenis teks yang pernah diteliti oleh peneliti
sebelumnya, yaitu teks petunjuk teknis yang diteliti oleh Doherty dan
O'Brien, teks pengguna perangkat lunak yang diteliti oleh Tatsumi (2010),
teks dokumentasi dukungan teknis yang diteliti oleh Doherty (2012), teks
berupa esai, email, instruksi, CV, skrip film, anekdot, surat lamaran yang
diteliti oleh Nino (, teks sastra yang diteliti oleh Lauren & Schwartz,
teks panduan troubleshooting yang diteliti oleh Teixeira, teks koran yang
diteliti oleh Koponen, et. al. Maka dengan demikian, karena belum ada
peneliti lainnya yang menjadikan jenis teks pariwisata sebagai kajian dalam
penelitian proses penyuntingan akhir, peneliti mencoba mengungkapkan proses
yang terjadi dalam penyuntingan akhir teks pariwisata ini.

Jenis teks pariwisata merupakan teks komersil yang memiliki nilai
ekonomi dalam meningkatkan industri pariwisata. Hal ini dudukung oleh
pernyataan Osti dan Pechlaner (2001: 234) yang menyatakan bahwa industri
pariwisata dirancang untuk menarik pelanggan sebanyak mungkin untuk
menghasilkan pemasukan yang besar sehingga dibutuhkan kemampuan untuk
menjual produk kepada berbagaijenis pasar dan pelanggan yang berbeda. Untuk
itu, diperlukan informasi yang beragam seperti brosur/leaflet dwibahasa
harus tersedia.

Selanjutnya, dari sudut pandang ketatabahasaan, Salim, et.al. (2012:
136) menyatakan bahwa "language of tourism gives detail portrayal of the
potential tourism destination in which attempts to persuade, attract,
encourage and seduce the potential tourists to be actual tourists."Dengan
kata lain sektor pariwisata harus dapat memberikan gambaran detil mengenai
tujuan wisata dengan bahasa yang membujuk, menarik, mendorong dan memikat
calon wisatawasan yang membaca informasi tersebut.
Dari penjelasan diatas, alasan mendasar yang mendorong peneliti untuk
mengkaji topik strategi penyuntingan akhir teks pariwisata terjemahan
Google adalah:

1. Terjemahan Google semakin sering digunakan namun sebagian besar
penggunanya belum memiliki pengetahuan bagaimana memperbaiki dan
menyempurnakan teks
Kajian Linguistik, Tahun Ke-13, No 1, Februari 2016

terjemahan Google. Oleh karena itu, perlu dikembangkan strategi khusus
untuk dapat memperbaiki hasil terjemahan Google. 2. Teks pariwisata
memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian bangsa sehingga
potensi pariwisata di suatu daerah dapat ditingkatkan dengan menarik
pengunjung ke destinasi wisata melalui promosi dalam bahasa asing
internasional khususnya bahasa Inggris, 3. Seiring meningkatnya
perkembangan teknologi informasi, maka penggunaan laman web sebagai alat
bantu memiliki peran dan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan
produktifitas dan efisiensi kerja para penerjemah. Oleh sebab itu, perlu
dideskripsikan jenis-jenis laman web apa saja yang dapat dirujuk untuk
membantu memecahkan masalah penerjemahan.

Berdasarkan tiga alasan mendasar diatas, peneliti mengangkat tema
penelitian dengan judul "Strategi Penyuntingan Akhir Teks Pariwisata
Terjemahan Google".


2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses kognitif penerjemah profesional dalam menyunting akhir
teks pariwisata terjemahan Google?
2. Strategi penyuntingan akhir teks pariwisata terjemahan Google apakah
yang diterapkan penerjemah?
3. Sumber eksternal online apa saja yang dirujuk penerjemah dalam
menyunting akhir teks pariwisata terjemahan Google?

3. Tujuan Penelitian

Mengacu pada pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian bertujuan
untuk:
1. Menganalisis proses kognitif penerjemah profesional dalam menyunting
akhir teks pariwisata terjemahan Google.
2. Mennguraikan strategi penyuntingan akhir teks pariwisata terjemahan
Google yang diterapkan oleh penerjemah.
3. Mendeskripsikan sumber eksternal online yang digunakan penerjemah dalam
menyunting akhir teks pariwisata terjemahan Google.



TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

1. Proses penerjemahan

Dalam penerjemahan, terdapat berbagai tahapan atau proses yang harus
dilalui seorang penerjemah. Göpferich & Jaaskelainen (2009) mengemukakan
bahwa proses penerjemahan terdiri dari tiga tahap yaitu orientasi atau pre-
phase, penerjemahan atau main-phase dan revisi atau post-phase. Carl &
Kromann (2010) memiliki istilah lain untuk fase-fase ini antara lain
skimming, arranging dan post-editing dan dapat dilihat sebagai strategi
keseluruhan atau global. Berikut ini adalah tabel perbedaan nomenkelatur
tahapan ataupun proses dalam penerjemahan dan penyuntingan akhir oleh
beberapa ahli penerjemahan.

Table 2.1: Perbedaan tiga fase/proses penerjemahan
"Jakobsen (2002) "Gopferich (2010) "Carl (2010, dalam "
" " "Mesin Penerjemah "
" " "(MT)) "
"Initial orientation "Orientation or "Skimming "
"phase "pre-phase " "
"Middle drafting phase"Translation or "Drafting "
" "main-phase " "
"End revision phase "Revision or "Post-editing "
" "post-phase " "


Sumber: Kourouni, K. (2012; 102).

Pada tabel di atas terlihat perbedaan istilah yang digunakan masing-
masing ahli untuk menentukan fase-fase dalam proses penerjemahan. Dalam
konteks penelitian ini yang membahas tentang proses dalam memperbaiki
kesalahan mesin penerjemah, maka peneliti merujuk pada istilah yang
digunakan oleh Carl (2010) sebagai fase skimming, drafting, dan post-
editing.



2. Penyuntingan Akhir (Post-Editing)

Penelitian mengenai proses penyuntingan akhir awalnya dipelopori oleh
Krings (2001 dalam O'Brien, 2010: 1) yang mendefinisikan penyuntingan akhir
sebagai "repairing texts". Secara etimologi, penyuntingan akhir terjemahan
mesin memiliki beberapa definisi menurut beberapa ahli selain definisi yang
diungkapkan oleh Krings tersebut. Lao (2013: 4) sendiri mengatakan bahwa
proses seorang penyunting akhir dalam melaksanakan tugasnya terhadap hasil
terjemahan mesin merupakan kegiatan post-editing, yang didefinisikan
sebagai "reviewing a pre-translated text generated by an MT engine against
an original source text, correcting possible errors, in order to comply
with a set quality criteria in as few edits as possible (in general).

Selanjutnya, laporan TAUS (2010 dalam O'Brien, 2010: 1) mendefinisikan
penyuntingan akhir sebagai " …the process of improving a machine generated
translation with a minimum of manual labor". Pemahaman dari definisi
tersebut adalah penyutingan akhir merupakan proses meningkatkan mutu atau
memperbaiki teks terjemahan mesin dengan tenaga yang seminimal mungkin.
Senada dengan TAUS, Allen (2001 dalam Doherty, 2013: 3) mendefinisikan
penyuntingan akhir sebagai the correction of texts that have been
translated from a source language into a target language by a machine
translation system. Maksud dari definisi tersebut adalah bahwa penyuntingan
akhir merupakan pengoreksian teks bahasa sumber ke bahasa sasaran yang
telah diterjemahkan sistem penerjemah mesin.

Somers (2001: 138 dalam Doherty, 2013: 3) menambahkan penyuntingan
akhir sebagai tidying up the raw hasil, correcting mistakes, revising
entire, or, in the worst case, retranslating entire sections.

- Jenis-Jenis Penyuntingan Akhir

a. Penyuntingan Akhir Ringan (Light Post-Editing)

Penyuntingan akhir ringan mengubah hasil terjemahan MP menjadi bahasa
sasaran yang sekedar dapat dimengerti oleh pembaca, namun tidak sempurna
secara bahasa maupun gaya. Penyuntingan akhir ringan juga disebut sebagai
penyuntingan parsial (partial PE). Krings (2001: 54) menyatakan jenis
penyuntingan ini bertujuan mendapatkan informasi ringan (gist). Oleh karena
itu hanya kesalahan penerjemahan yang paling parah diperbaiki. Jenis PA ini
membutuhkan waktu yang singkat serta hasil terjemahannya memiliki kualitas
paling rendah. Tipe penyuntingan akhir ini juga dikenal dengan "fast,
rapid or gist PE". Menurut pedoman baru penyuntingan akhir mesin
(TAUS/CNGL, 2010) jenis PA seperti ini menghasilkan "kualitas cukup baik".




b. Penyuntingan akhir penuh (Full Post-Editing)

Berbeda dengan penyuntingan akhir ringan, PE konvensional juga dikenal
sebagai PA penuh (full PE) (Laurian, 1984: 237 dalam Tardel, 2013: 24),
dimana dilakukan revisi dan koreksi hasil terjemahan MT yang lebih lengkap
dan terperinci. Penyuntingan akhir penuh, di sisi lain, bertujuan
menghasilkan hasil terjemahan yang dapat berterima secara sempurna dan
penuh gaya. Selain itu, tujuan lainnya adalah menghasilkan gaya
Kajian Linguistik, Tahun Ke-13, No 1, Februari 2016

yang tepat, hasil bahasa yang benar sehingga hasil terjemahan tidak dapat
dibedakan dengan yang diterjemahkan manusia. Wagner (1985 dalam Tardel,
2013: 24) menjelaskan jenis PA ini sebagai upaya mengubah terjemahan mesin
mentah menjadi produk terjemahan yang tidak dapat dibedakan dari terjemahan
manusia. Sehingga, jenis PA ini merupakan proses yang memakan waktu paling
lama. Penyuntingan akhir penuh harus menghasilkan terjemahan yang benar-
benar akurat dengan terminologi yang tepat dan digunakan secara konsisten,
memiliki pola dan gaya yang sesuai, tidak memiliki inkonsistensi gaya dan
variasi, dan bebas dari kesalahan tata bahasa.

Krings (2001: 48) menyatakan bahwa penyuntingan akhir penuh dilakukan
hanya sebagai sumber materi mentah untuk formulasi baru yang ekstensif.
Kemudian teks hasil terjemahan mesin yang sudah disunting akhir sepenuhnya
akan terlihat seperti teks yang diterjemahkan secara manual, karena sudah
diperiksa dan ditelaah oleh seorang penyunting akhir.




3. Strategi Penyuntingan Akhir (PE Strategies)

Strategi penerjemahan didefinisikan oleh Lörscher (1991:76-81) sebagai
procedures which the subjects employ in order to solve translation
problems). Namun, mengenai strategi penyuntingan akhir, belum terdapat
definisi khusus mengenai apa itu strategi penyuntingan akhir. Beberapa
peneliti mendefinisikan strategi penyuntingan akhir sebagai teknik dan
proses yang dilakukan penerjemah dalam menyunting akhir. Definisi tersebut
senada dengan definisi strategi penerjemahan. Hal ini didukung dengan
pendapat Koponen (personal communication, December 06,2015) yang menyatakan
bahwa:

some researchers are indeed using the term "Post-editing strategy" to
mean general decisions like how much PE is needed, whether to do a
"light" PE or whether "full" PE is required (or various other
terminology), so in this sense PE strategies are related to PE
guidelines, which often define these types of issues, for example,
whether the text needs to be polished enough for publication or
whether small language issues like punctuation errors are acceptable
if the meaning is clear etc.

Sehingga dalam konteks ini Koponen menyatakan bahwa strategi PA dan pedoman
PA merujuk pada hal yang sama.

Adapun beberapa strategi PE lokal yang disimpulkan Tardel (2013: dalam
penelitiannya dengan merujuk pada petunjuk dari TAUS/CNGL (2010) dapat
dijadikan rujukan jenis-jenis strategi penyuntingan akhir dalam penelitian
ini. Strategi tersebut antara lain:
1. Mengisi kekosongan leksikal (Filling Lexical Blanks)
2. Menghapus kata-kata yang tidak perlu (Deletion of Redundant Words)
3. Memperbaiki tata bahasa dan susunan kata
4. Memperbaiki Makna
5. Memparafrase
6. Memperbaiki struktur













4. Penggunaan bantuan dalam penerjemahan

Salah satu komponen penting dalam membantu penerjemah bekerja adalah
penggunaan kamus. Pentingnya penggunaan kamus dalam penelitian proses
penerjemahan menurut Robers (1997 dalam Ramos, 2005) secara umum menempati
posisi kedua didalam kajian proses penerjemahan. Hal ini sebagaimana
dinyatakan Roberts:
"... dictionary consultation is a major component of the
research phase of translation. However, .... the role of
dictionaries and dictionary use in this phase and, indeed all
translation phases, is underestimated and even denigrated.
(Roberts, 1997)."

Hal ini berarti bahwa penelitian mengenai penggunaan kamus dalam proses
penerjemahan belum begitu menjadi topik penelitian yang komprehensif.
Kesenjangan inilah yang dicoba diteliti peneliti dalam penelitian ini
dengan konteks teks pariwisata dan penerjemah professional Indonesia.
Sehubungan dengan penggunaan kamus, jenis-jenis kamus bervariasi mulai dari
versi cetak dengan sampul yang tebal hingga perangkat lunak berbasis
komputer, kamus online, dan lain sebagainya. Kamus online pada era
teknologi sekarang ini menjadi pilihan utama baik bagi penerjemah pemula
maupun penerjemah professional.

Menurut peneliti sendiri, banyak sekali sumber/referensi online yang
dapat digunakan oleh penerjemah dalam mencari terminologi dan ekuivalensi
makna secara umum dan khusus. Beberapa sumber referensi online tersebut
antara lain, http://kamus.sabda.org/, http://sederetkata.com,
http://wiktionary. http://Bing.com, http://thefreedictionary.com, Online
Dictionary and Thesaurus (http://www.m-w.com),
WordReference(http://www.wordreference.com/),
http://facebook.com/groups/himpunanpenerjemahindonesia),translationdirectory
.com (glossary),kwinessential.co.uk/free-online-translation-
dictionary.html,freetranslation.com, Merriam-Webster's, forum
http://forum.wordreference.com/,
http://www.intelliwebsearch.com/,http://www.lexicool.com/,http://www.foreign
word.com/. http://www.proz.com/.

Sehubungan dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia
penerjemahan, Raido (2014:49) mengungkapkan bahwa for translators, who need
to retrieve expert information from the web as part of their profession,
understanding the process of information searching therefore becomes
essential for successful web search performance, which, in turn, may lead
to successful translation performance. Gagasan Raido tersebut bermakna
bahwa penerjemah yang mahir menggunakan laman web sebagai sarana mereka
dalam menerjemahkan, akan berujung pada kesuksesan kinerja penerjemahan
mereka. Daems, et. al selanjutnya (2016: 111) mengatakan bahwa consulting
external resources is an important aspect of the translation process.



METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.Nawawi dan Martini (1994:
73) menyatakan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang melukiskan
suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya
pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut.
Penelitian ini merupakan translation process
Kajian Linguistik, Tahun Ke-13, No 1, Februari 2016

research atau berorientasi pada proses sehingga kualitas akhir dari
penyuntingan akhir penerjemah bukan merupakan kajian utama dalam penelitian
ini. Penelitian ini mendeskripsikan keseluruhan proses dan strategi yang
dilakukan penerjemah ketika menyunting akhir teks pariwisata terjemahan
Google

2. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah laman web yang diambil dari
http//:www.lonelyplanet.com. Data dalam penelitian ini adalah worksheet dan
pause plot (jeda) hasil rekaman Translog dan capture rekaman video yang
dihasilkan Camtasia. Worksheet yang berupa keystroke (rekaman kegiatan di
keyboard dalam bentuk simbol-simbol) dan pause plot (gambar jeda) digunakan
untuk mengungkap rumusan masalah pertama dan rumusan masalah kedua mengenai
proses yang terjadi dan strategi yang diterapkan penerjemah selama
penyuntingan akhir. Data berupa capture rekaman video selanjutnya digunakan
untuk menjawab rumusan masalah ketiga yaitu laman web apa saja yang
dikunjungi penerjemah ketika menyunting akhir teks pariwisata terjemahan
Google.




3. Pemilihan Subjek Penelitian

Metode pengambilan subjek dalam penelitian ini adalah purposive random
sampling. Dengan memperhatikan komponen kompetensi penerjemah profesional
oleh Gambier (2009:5) dan kriteria tambahan yang ditentukan peneliti, maka
subjek penelitian ini harus memiliki beberapa kompetensi yaitu memiliki
pengalaman lebih dari sepuluh tahun dalam penerjemahan, memiliki kompetensi
bahasa sumber (bahasa Inggris) dan bahasa sasaran(bahasa Indonesia) yang
sangat baik, memiliki pengetahuan penggunaan teknologi dalam penerjemahan,
memiliki kompetensi menggali informasi melalui laman web (info mining
competence), telah memiliki klien lebih dari 50 klien individu maupun klien
perusahaan, aktif dalam asosiasi profesi penerjemah Himpunan Penerjemah
Indonesia(HPI) sebagai anggota penuh, terbiasa dengan alat perangkat lunak
Translation Memory (TM) seperti Trados, memiliki spesialisasi pada teks non
sastra, sering mengikuti seminar atau pelatihan penerjemahan yang diadakan
Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI).



4. Pemilihan Teks

Dari sekian banyak laman web pariwisata yang tersedia di internet,
seperti trip advisor, expedia, travelo city, menurut peneliti, laman web
yang paling sesuai dalam hal jumlah kata dan keberagaman isi adalah
www.lonelyplanet.com.Lonelyplanet pada dasarnya merupakan perusahaan
penerbit buku panduan wisata dengan produk cetak dan elektronik. Lonely
planet juga memiliki ulasan artikel dalam bentuk teks yang dapat dijadikan
sebagai objek penelitian ini. Dari enam menu utama pada laman web lonely
planet, maka penelitian ini dibatasi hanya pada kategori destination. Pada
menu destination, terdapat pilihan menu beberapa negara sehingga menurut
peneliti, kategori Asia sesuai dengan latar belakang subjek penelitian.
Menu tersebut memiliki beragam artikel (daftar teks dapat dilihat di hal.
76) dengan kisaran jumlah teks sekitar 200-300 kata yang sesuai dijadikan
objek dalam penelitian ini sehingga teks yang melebihi jumlah tersebut
dibuang guna menghemat waktu dan tenaga baik peneliti maupun subjek
penelitian.

Keempat instrument ukur tingkat kompleksitas dan tingkat keterbacaan
teks diatas merupakan landasan untuk memilih teks yang tepat sesuai dengan
genre teks pariwisata yang akan disunting akhir agar tidak terlalu sulit
dan tidak terlalu mudah diterjemahkan Google Translate. Selain itu, merujuk
kepada beberapa penelitian penyuntingan akhir sebelumnya yang dominan
menggunakan teks berjumlah sekitar 200-300 kata, maka teks dengan kisaran
jumlah tersebut diambil. Tabel berikut merupakan teks yang berhasil
disaring peneliti:







































Berdasarkan jumlah kata dan tingkat kompleksitas maka teks dengan tema
Introducing Luang Prabang dipilih karena sesuai dengan kriteria alat ukur
tingkat kompleksitas teks lexile measure yang pernah digunakan dalam
penelitian penyuntingan akhir sebelumnya. Lexile measure menentukan skor
untuk jenis teks pariwisata dengan nilai 1320L, sedangkan untuk tingkat
keterbacaan skor ATOS 11,0 berarti teks tersebut tidak begitu sulit, dan
tingkat keterbacaan SMOG 16,6 dan Flesch Kincaid Reading Ease 10,1 yang
juga mengindikasikan bahwa teks tersebut masih dalam skala keterbacaan
normal untuk diterjemahkan Google Translate.



5. Instrumen Penelitian

Sehubungan dengan sifat penelitian ini kualitatif, maka instrumen utama
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Selain itu, peneliti didukung
oleh instrumen tambahan lainnya termasuk Translog II, Camtasia Studio, dan
kuesioner. Ketiga instrumen penelitian ini membantu peneliti untuk
mendapatkan data yang diingingkan secara komprehensif.




6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dalam tiga tahapan: informasi dan menyiapkan
projek; proses penyuntingan akhir mulai dari membaca teks sumber dan
menyelidiki kesalahan terjemahan Google kemudian merevisi atau mengoreksi
hasil penyuntingan akhir dan kuesioner untuk mengonfirmasikan penggunaan
laman web yang dikunjungi penerjemah.



Kajian Linguistik, Tahun Ke-13, No 1, Februari 2016

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini merujuk kepada Model Krings
(2005). Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka metode analisis data yang
sesuai adalah observasi tingkah laku dengan menggunakan observasi protokol
yang direkam dengan aplikasi Translog II dan rekaman video layar komputer
yang direkam dengan Camtasia Studio 8.



HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Proses Penyuntingan Akhir

Hasil rekaman Translog menunjukkan bahwa proses pertama yang dilakukan
penerjemah ketika mengedit teks terjemahan Google adalah membaca teks
sumber. Setelah itu penerjemah membaca teks hasil terjemahan Google. Dalam
proses ini, penerjemah menganalisa kesalahan yang ditimbulkan oleh Google
Translate dan mengidentifikasikan apa yang perlu diperbaiki. Kemudian
merevisi kesalahan terjemahan Google pada kalimat pertama. Penerjemah
melakukan proses menggunakan referensi online dengan pertama mengggunakan
laman web Google Search. Berikut gambar proses penerjemah melakukan
penyuntingan akhir pada tahap awal yakni membaca teks sumber dan teks hasil
terjemahan Google.




























Gambar 4.1: Proses awal dalam Translog

Gambar di atas menunjukkan bahwa belum ada perubahan terhadap teks
hasil terjemahan Google selama beberapa saat pertama. Disaat itu,
penerjemah berjeda beberapa saat yang mengindikasikan bahwa penerjemah
sedang membaca teks sumber dan teks terjemahan Google. Ketika membaca teks
sumber, penerjemah menghabiskan waktu sekitar 3 menit sebelum melakukan
penyuntingan dan merujuk sumber eksternal online. Setelah itu penerjemah
melakukan perbaikan makna pada kalimat pertama. Salah satu kata yang
diperbaiki penerjemah pada tahap awal adalah pada kalimat pertama.
Penerjemah melakukan perbaikan pada frasa "is the first of" diterjemahkan
Google Translate menjadi "adalah yang pertama" dan disunting akhir
penerjemah menjadi "merupakan hal". Frasa "merupakan hal" merupakan revisi
penerjemah pada langkah awal, sebagaimana ditunjukkan pada gambar file log
dibawah ini:




























Sebagai contoh, pembahasan pada data worksheet hasil rekaman Translog,
peneliti mengambil satu data file log pada kalimat pertama (Gambar 4.3),
untuk menggambarkan proses kognitif penerjemah.







Gambar 4.3 Aktivitas keyboard penerjemah

File log di atas menunjukkan bahwa penerjemah menghabiskan sekitar
03.07 menit, sebelum akhirnya memulai menyunting. Peneliti menyimpulkan
bahwa sebelum menit tersebut yang ditunjukkan pada file log dengan simbol
[ 03:07.279], fase skimming sedang terjadi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Carl, et.al (2010) yang mengatakan bahwa faseskimming diukur
dengan waktu yang dihabiskan penerjemah sebelum memulai mengetik karakter
atau huruf pertama. Sesuai dengan rekaman Translog, peneliti berkesimpulan
bahwa sebelum menit ke 03.07 tersebut, yang terjadi adalah penerjemah
sedang membaca teks sumber dan membandingkannya dengan teks hasil
terjemahan Google. Indikator lainnya yang menunjukkan fase skimming sedang
terjadi pada File log (Gambar 4.2) di atas yaitu bahwa sebelum menit ke
03.07.279 tidak ada simbol-simbol pengetikan lainnya seperti diuraikan
pada tabel simbol Translog (tabel 4.1) kecuali hanya simbol interface yang
berarti bahwa aktivitas pengetikan oleh penerjemah belum dilakukan. Oleh
karena itu, peneliti berkeyakinan angka ini merupakan indikasi bahwa
penerjemah belum melakukan aktivitas penyuntingan sama sekali.



Kajian Linguistik, Tahun Ke-13, No 1, Februari 2016

Sedangkan fase drafting dapat dilihat setelah simbol " " pada
contoh file log (gambar 4.3) di kalimat pertama tersebut. Sesuai dengan
tabel 4.2, simbol titik tujuh tersebut mengindikasikan bahwa penerjemah
berjeda selama tujuh detik sebelum kemudian melompat dua kata ke kanan yang
ditunjukkan dengan simbol [Ctrl+Shift+Right] [Ctrl+Shift+Right].
Selanjutnya penerjemah berjeda selama dua detik sebelum petama kali memulai
mengetik "merupakan hal". Setelah mengetik frasa tersebut, penerjemah
kembali berjeda selama tiga detik dan melompat dua kata ke kanan dengan
mengklik tombol "Ctrl+right" sebanyak dua kali. Setelah itu penerjemah
memilih satu kata kekanan dengan menekan tombol "[Ctrl+Shift+Right]" pada
keyboard dan mulai menyunting kata "kebajikan" pada teks sumber.

Sementara itu, fase post-editing dapat dilihat dari hasil akhir
penyuntingan penerjemah (gambar 4.5). Fase ini merupakan bagian keseluruhan
revisi akhir penerjemah. Pada kalimat pertama, fase post-editing dapat
dilihat dari penerjemah yang awalnya menyunting kata "adalah" pada kalimat
pertama menjadi "merupakan", kembali disunting akhir oleh penerjemah
menjadi "adalah".

Proses yang dilakukan oleh penerjemah dalam penelitian ini hampir sama
dengan proses yang dilakukan oleh Tardel (2010) yaitu subjek penelitian
memperbaiki makna, menambahkan kata, mengurangkan kata, memperbaiki
struktur frasa, memparafrase. Artinya, peneliti menarik kesimpulan bahwa
strategi dalam menyunting akhir baik itu teks pariwisata maupu jenis teks
lain strateginya sama.



2. Strategi Penyuntingan Akhir

Data mengenai strategi penyuntingan akhir diperoleh dari hasil rekaman
Translog. Jenis strategi penyuntingan akhir diadopsi dan dimodifikasi dari
pedoman penyuntingan akhir oleh TAUS CNGL (2010). Strategi tersebut
merupakan strategi teknis seperti menambahkan kata, mengurangi kata,
memperbaiki tata bahasa, memperbaiki makna/semantis, dan memperbaiki
struktur kata/frasa/sintaksis dan memparafrase.Untuk memudahkan analisis
strategi penyuntingan akhir, peneliti mengklasifikasikan teks sumber
menjadi beberapa unit teks. Adapun teks tersebut terdiri dari dua frasa
yaitu judul dan penutup dan 13 kalimat sebagai isi dari teks tersebut.

Tabel dibawah ini merupakan rekapitulasi jumlah perbaikan yang
dilakukan oleh penerjemah dalam menyunting akhir teks pariwisata terjemahan
Google.

Tabel 4.1: Rekapitulasi Strategi Penyuntingan Akhir
"NoN"Jenis Strategi "Jumlah "Persentase "
"No." " " "
"1 "Mengoreksi makna "23 "44,2% "
"2 "Menambahkan kata "16 "30,7 % "
"3 "Mengoreksi grammar "7 "13,4% "
"4 "Menghapus kata "4 "7,69 % "
"5 "Memparafrase "2 "3,84 % "
"Total "52 "100% "
























Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa strategi yang paling dominan
dilakukan penerjemah adalah melakukan koreksi semantik/makna. Jumlah
kata/frasa yang dilakukan koreksi makna sebanyak 23 kata/frasa (37%). Dalam
penelitian ini, koreksi makna mutlak dilakukan, namun sehubungan dengan
konteks pariwisata, maka penerjemah banyak melakukan perbaikan makna dengan
menggunakan kata-kata yang lebih mengundang dan memberikan kesan positif
kepada pembaca. Strategi dominan kedua adalah menambahkan kata/frasa. Pada
strategi kedua ini, jumlah kata/frasa yang ditambahkan adalah 16 kata/frasa
(26%). Mesin penerjemah cenderung meninggalkan kata yang seharusnya
diterjemahkan dan juga hasil terjemahan Mesin penerjemah belum sesuai
konteks dan tujuan teks tersebut. Strategi ketiga yang dilakukan penerjemah
adalah mengoreksi tata bahasa dan atau sintaksis. Kata/frasa yang dilakukan
perbaikan dalam ketegori ini adalah sebanyak 7 kata/frasa (11%). Strategi
penghapusan kata dilakukan sebanyak 4 kali pada tatanan kata/frasa (6,5%).
Kata-kata yang dihapus cenderung merupakan kata-kata yang diterjemahkan
secara berlebihan oleh Mesin Penerjemah. Parafrase merupakan strategi
terkahir yang dilakukan penerjemah dalam penelitian ini dan dilakukan
sebanyak 2 kali (3,2 %). Parafrase diterapkan ketika hasil terjemahan
Google memiliki tingkat kesalahan yang besar dan hampir tidak dapat
dipahami oleh pembaca. Struktur kalimat memiliki makna yang ambigu.




3. Penggunaan Sumber Online

Hasil rekaman layar komputer dengan aplikasi Camtasia menemukan bahwa
laman web yang dikunjungi penerjemah antara lain: Google Search, Google
Translate, Dictionary.Com, Kamus Besar Bahasa Indonesia online, Kateglo,
dan Wikipedia.

Tabel berikut merupakan klasifikasi durasi penggunaan setiap sumber
online dan kata atau frasa yang dirujuk penerjemah dalam masing-masing
sumber online tersebut.

Tabel 4.2: Klasifikasi dan Durasi Penggunaan Laman Web

"No."Laman Web "Kata/Frasa yang dicari "Durasi kunjungan "
" " " " "
" " " "Dalam "Dalam "
" " " "menit "milidetik"
"2. "Google "blessed, sealed, quiet,"2.5 "1.500 "
" "Translate "benevolence, crumble, a" " "
" " "wide berth, lull, " " "
" " "bliss, teems, jaded, " " "
" " "showpiece, antiquity, " " "
" " "resplendent, " " "
" " "disposition, foremost, " " "
" " "brew, brew of gleaming," " "
" " "a somnabulant bliss, " " "
" " "crumbling French " " "
" " "Provincial " " "
" " "Architecture, temple, " " "
" " "even score, provincial," " "
" " "transit. " " "


Kajian Linguistik, Tahun Ke-13, No 1, Februari 2016



"3. "Wikipedia "Luang prabang, bhikkhu,"0.37 "2.220 "
" " "scarlet flower " " "
"4. "Thesaurus "showpiece, somnabulant,"0.52 "3.120 "
" " "brew, benevolence, " " "
" " "antiquity " " "
"5. "Dictionary.co"brew, somnabulant, "0.29 "1.740 "
" "m "berth. " " "
"6. "Kateglo "Bhikkhu, bus "1.17 "7.020 "
"7. "KBBI daring "Bus,sienna "0.11 "660 "
"Total Durasi "8.43 "50.580 "



Dalam penelitian ini, menurut hasil rekaman Screen Camtasia bahwa
Wikipedia merupakan salah satu hasil pencarian Google yang dimanfaatkan
penerjemah. Hal ini berarti bahwa laman web Wikipediatidak dibuka secara
terpisah melainkan sebagai hasil turunan dari laman web Google Search. Hal
ini didukung dengan hasil klarifikasi data mengenai penggunaan Wikipedia
oleh penerjemah yang didapatkan dari kuesioner. Hasil jawaban pertanyaan
kuesioner menunjukkan bahwa penerjemah menyatakan:




"sebenarnya bukan menggunakan Wikipediasecara langsung, tapi menklik
laman Wikipediaatas kata/frase tertentu sebagai hasil dari pencarian
peramban Google atas kata/frase tersebut."




Kuesioner juga menanyakan frekuensi penggunaan Wikipedia dalam proses
penyuntingan akhir. Berikut pernyataan penerjemah mengenai penggunaan
Wikipedia:




"Hampir selalu. Setiap mencari definisi/informasi atas suatu
kata/frase tertentu di peramban Google, hasil pencarian yang berupa
laman Wikipediayang cenderung akan dibuka pertama kali."





Sementara itu, kontribusi Wikipediadalam penerjemahan adalah untuk
penambahan informasi/pengertian/definisi dari suatu kata/frase tertentu.

Sementara itu, Laman webhttp://www.translate.google.com dirujuk
penerjemah untuk mencari padanan kata/frasa dari bahasa Inggris ke bahasa
Indonesia maupun sebaliknya.

Dilain sisi, tujuan utama dari Google Search adalah untuk mencari
infromasi dalam bentuk teks, gambar atau data yang dapat diakses publik
oleh server web, seperti yang terdapat dalam database. Hal ini didukung
oleh jawaban penerjemah di dalam kuesioner mengenai kontribusi Google
Search dalam proses menerjemahkan. Penerjemah menyatakan bahwa "Peramban
apa lagi selain Google di zaman sekarang ini? Bisa dibilang selalu
menggunakan peramban Google untuk mencari suatu informasi. Penerjemah
selanjutnya menyatakan bahwa kontribusi google search adalah mencari
definisi/pengertian/informasi suata kata/frase tertentu.

Berdasarkan hasil temuan di atas, maka jumlah kunjungan per jenis
sumber eksternal online yang dirujuk penerjemah selama proses penyuntingan
akhir berlangsung secara keseluruhan dimuat dalam grafik berikut ini:



Gambar. 4.4 Grafik frekuensi kunjungan sumber online

Pada gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah kunjungan sumber
online dilakukan penerjemah adalah sebanyak 49 kali. Sumber eksternal
online tersebut adalah terjemahan Google (Google Translate) yang dikunjungi
penerjemah sebanyak 23 kali (46%), mesin pencari Google(Google Search)
dikunjungi sebanyak 10 kali (20%), kamus onlinedictionary.com dikunjungi
sebanyak 3 kali (6.1%), Wikipedia.org versi bahasa Indonesia dan versi
bahasa Inggris dikunjungi sebanyak 4 kali (8.1%), KBBI daring dikunjungi
sebanyak 2 kali (4.08%), thesaurus.com dikunjungi sebanyak 5 kali (10.2%),
kateglo.com dikunjungi sebanyak 2 kali (4.08%).

Selain laman web di atas, hasil personal chat peneliti dengan subjek
penelitian, penerjemah mengemukakan bahwa laman facebook grup terbuka
Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) dapat digunakan namun selama proses
penelitian ini berlangsung subjek penelitian tidak menggunakan fasilitas
tersebut mengingat waktu yang terbatas. Laman web lainnya yang juga dapat
digunakan untuk mencari padanan kata/frasa adalah www.proz.com. Laman ini
memiliki melalui forum tanya jawab glosari namun jawaban akan direspon oleh
anggota penerjemah lainnya dalam waktu yang cukup lama.

Sehubungan dengan bantuan dalam penerjemahan, hasil kuesioner
menunjukkan bahwa dalam menerjemahkan (diluar studi penelitian ini),
penerjemah juga biasanya menggunakan kamus cetak antara lain Kamus Lengkap
Indonesia-Inggris, oleh Alan M. Stevens dan A.Ed. Schmidgall-Tellings,
Kamus Inggris-Indonesia, oleh John M. Echols dan Hassan Shadily serta
Oxford Advanced Learner's Dictionary.



KESIMPULAN

Setelah menganalisis dan membahas data mengenai proses penyuntingan
akhir, strategi penyuntingan akhir dan penggunaan sumber online oleh
penerjemah professional pada bab IV, maka penelitian ini menyimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Proses dalam menyunting akhir teks pariwisata terjemahan google yang
dilakukan oleh penerjemah profesional dalam penelitian ini adalah
menmperbaiki makna pada

Kajian Linguistik, Tahun Ke-13, No 1, Februari 2016


tingkat kata/frasa, merevisi struktur frasa/klausa/kalimat dan merevisi
kembali hasil penyuntingan akhir agar lebih berterima.

2. Strategi penyuntingan akhir teks pariwisata terjemahan Google yang
diterapkan penerjemah dalam penelitian ini antara lain: strategi
memperbaiki makna (semantic correction), strategi menambahkan kata
(filling lexical blanks) yang menuntut penerjemah untuk memiliki
kemampuan menambahkan kata yang sesuai sehingga dapat berterima,
strategi mengoreksi tata bahasa atau susunan kata, strategi menghapus
kata/frasa yang tidak diperlukan dalam kalimat sehingga dapat
memperbaiki konteks kalimat, strategi terakhir dalam penyuntingan teks
pariwisata adalah memparafrase struktur klausa dan kalimat. Selain itu,
penerjemah banyak melakukan penyuntingan sesuai gaya (stylistic editing)
penerjemah.

3. Rujukan terhadap sumber onlinemerupakan salah satu strategi dalam
penerjemahan dan penyuntingan. Dalam penelitian ini, sumber online yang
paling dominan dirujuk penerjemah adalah Google Search, kemudian diikuti
Google Translate dan Wikipedia. Penerjemah juga melakukan rujukan pada
kamus monolingual online seperti http//:www.thesaurus.com,
http//:www.dictionary.com, http//:www.kateglo.com, dan KBBI daring.
Pengunaan kamus online monolingual ini perlu dilakukan untuk mendapatkan
ide mengenai kata/frasa yang tidak dapat diterjemahkan oleh Google
Translate. Penggunaan sumber eksternal online menentukan kesuksesan
hasil terjemahan penerjemah. Strategi ini memerlukan keahlian dalam
menentukan kata kunci yang akan dimasukkan kedalam mesin pencari Google
(Google Search). Dalam penelitian ini penerjemah melakukan tidak
melakukan pengetikan kata kunci tertentu karena penerjemah terbiasa
konsultasi terhadap Wikipedia untuk mencari informasi mengenai lokasi
tempat atau istilah budaya. Selain itu, penerjemah merujuk kepada empat
kamus monolingual online, dan satu kamus bilingual online.




DAFTAR PUSTAKA

Carl, M.; Kromann, M., B. (2010). Correlating Translation Product and
Translation Process Data of Professional and Student Translators. MT
Archive. Diakses dariwww.mt-archive.info/EAMT-2010-Carl.pdf

Daems, J., Carl, M., Vandepitte, S., Hartsuiker, R., Makcen, L. (2016). The
effectiveness of consulting external resources during translation and
post-editing of general types. Dalam M. Carl et al. (eds.). New
Directions in Empirical Translation Process Research, doi :10.1007/978-
3-319-20358-4_6

Doherty, S. and Gaspari, F. (2013). Effective Post-Editing in Human &
Machine Translation Workflows: Critical Knowledge & Techniques.
Diaksesdarihttp://www.qt21.eu/downloads/QTLaunchPad-Post-Editing
Webinar.pdf

Gambier. Y.(2009). Competences for professional translators, experts in
multilingual and multimedia communication. EMT expert group. Diakses
darihttp://ec.europa.eu/dgs/translation/programmes/emt/key_documents/emt
_competences_translators_en.pdf

Göpferich, S., Jaaskelainen, R. (2009). Process research into the
development of translation competence: Where are we, where do we need
to go?. Across Languages and Cultures 10 (2), 169-191. doi:
http://dx.doi.org/10.1556/Acr.10.2009.2.1

Jakobsen. A. L. (2011). Human-Machine Interaction in Translation:
Proceedings of the 8th International Workshop. Diakses dari
http://bridge.cbs.dk/events/CSL_41_complete.pdf

Krings, H., Koby, G. S. (Ed.). (2001). Repairing Texts: Empirical
Investigations of Machine Translation Post-Editing Processes. Geoffrey
S. Koby (Ed.). Kent, Ohio: Kent State University Press.

Lao, M. (2013). Introduction to post-editing–The CasMaCat GUI. SEECAT
project. Diaksesdarihttp://bridge.cbs.dk/projects/seecat/material/hand-
out_post-editing_bmesa-lao.pdf

Lörscher, W. (1991). Translation Performance, Translation Process and
Translation Strategies: A Psycholinguistics Investigation. Tübingen:
Gunter Narr

Nawawi, H.& Martini, M. (1994). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajahmada
University.

O'Brien, S., (2010). Introduction to Post Editing: Who, What, How and Where
to Next?, Diakses dari http://amta2010.amtaweb.org/AMTA/papers/6-01-
ObrienPostEdit.pdf

Ramos,S. (2005). Research on dictionary use by trainee translators. Diakses
dari http://translationjournal.net/journal/32dictuse.htm

Salim, M., A., B., Ibrahim, N., A., B. (2012). Language for tourism: A
review of literature. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 66, 136-
143. Diakses dariwww.sciencedirect.com

Tardel, A. (2013). Processing Strategies and Errors in Post Editing,
Results from A Preliminary Study. (BA Thesis). Johannes-Gutenberg
Universitat

Tatsumi, M., (2010). Post-Editing Machine Translated Text in A Commercial
Setting: Observation and Statistical Analysis. (Disertasi). Diakses
dari http://doras.dcu.ie/16062/1/SAKURA_final_revised.pdf

TAUS/CNGL Report. (2010). Machine Translation Post-Editing Guidelines
Published. Technical report, TAUS.

-----------------------
Tahun ke-13, No 1


Taufik Afdal


Taufik Afdal



ࠀࠁࠤࠦࠧࠪ࠹࠺࡭࡮ࢥࢫࢬࢭࢹࢺࣰ࣏࣐ऄअटठन૪૫଒ଓଧନଫୖ[ ][ ][ 03:07.279][ ][ ] [Ctrl+Shift+Ri
ght] [Ctrl+Shift+Right] merupakan hal [Ctrl+Right][Ctrl+Right][Ctrl+Shift
+Right]eindahan [Ctrl+Right][Ctrl+Right][Ctrl+Shift+Right]dalam [Ctr
l+Right][Ctrl+Right][Ctrl+Right][ 22.449]



Gambar 4.2 Proses Penyuntingan Akhir



Tabel 3.1: Hasil Ukur Tingkat Keterbacaan dan Kompleksitas Teks


Taufik Afdal


Taufik Afdal


Taufik Afdal


Taufik Afdal


Taufik Afdal


Taufik Afdal
Lihat lebih banyak...

Comentários

Copyright © 2017 DADOSPDF Inc.